• Tidak ada hasil yang ditemukan

Assalamu alaikum Warohmatullohi Wabarokaatuh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Assalamu alaikum Warohmatullohi Wabarokaatuh"

Copied!
350
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokaatuh

uji syukur kami panjatkan Kehadirat Allah SWT, karena atas perkenan-Nya Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPj) Bupati Jombang Tahun 2015 telah dapat kami susun dan kami sampaikan kepada Anggota DPRD Kabupaten Jombang. Dan sebagaimana kita ketahui bersama bahwa tahun 2015 merupakan tahun kedua pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018.

Laporan ini merupakan manifestasi dari Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, yang dijabarkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat. Sesuai pedoman tersebut LKPj berisi informasi tentang penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah, penyelenggaraan tugas pembantuan dan penyelenggaraan tugas umum pemerintahan.

LKPj merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pemerintah Daerah dalam melaksanaan pembangunan, yang dapat digunakan sebagai sarana sinergitas bagi pihak eksekutif dan legislatif dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, serta menjadi media evaluasi kinerja pada pelaksanaan program dan kegiatan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah daerah selama 1 (satu) tahun.

(3)

emerintahan yang baik (good governance) dapat

diwujudkan dalam sistem pemerintahan yang

merefleksikan tatanan hukum yang responsif

sesuai dengan kehendak masyarakat. Salah satu

asas pemerintahan yang baik adalah asas

pertanggung-jawaban atau akuntabilitas (accountability).

Sejalan dengan amanah Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, pada pasal 69 ayat 1 dijelaskan bahwa Kepala Daerah wajib menyampaikan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban, dan Ringkasan Laporan Penyelenggaran Pemerintah Daerah. Pada Undang-Undang tersebut khususnya pasal 71 ayat 2 dan 3 disampaikan pula bahwa Kepala Daerah menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban kepada DPRD yang dilakukan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir. Laporan tersebut memuat hasil penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah, yang kemudian dibahas oleh DPRD untuk men-dapatkan rekomendasi perbaikan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

Sebagaimana disampaikan dalam Undang-Undang 23 Tahun 2014 pasal 74, bahwa Ketentuan lebih lanjut dalam hal penyusunan

P

(4)

Laporan Keterangan Pertanggungjawaba akan diatur dalam Peraturan Pemerintah, namun sampai dengan tahun 2016 ini Peraturan Pemerintah yang mengatur Ketentuan Penyusunan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban masih belum terbit, maka dalam hal Penyusunan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Tahun 2015 ini masih menggunakan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah sebelumnya, yakni Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertangggungjawaban (LKPJ) Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat.

Dalam Peraturan Pemerintah tersebut, Pasal 15 ayat 1 dijelaskan bahwa ruang lingkup Laporan Keterangan Pertangggungjawaban (LKPJ) mencakup penyelenggaraan Urusan Desentralisasi, Tugas Pembantuan, dan Tugas Umum Pemerintahan. Berdasarkan Pasal 16 ketentuan peraturan perundangan tersebut Laporan Keterangan Pertangggungjawaban (LKPJ) disusun berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang merupakan penjabaran tahunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dengan berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), dan berdasarkan pasal 18 bahwa muatan Laporan Keterangan Pertangggungjawaban (LKPJ) sekurang-kurangnya menjelaskan dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan

BAB II : Arah Kebijakan Pemerintahan Daerah

BAB III : Kebijakan Umum Pengelolaan Keuangan Daerah BAB IV : Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah BAB V : Penyelenggaraan Tugas Pembantuan

BAB VI : Penyelenggaraan Tugas Umum Pemerintahan BAB VII : Penutup.

A. DASAR HUKUM

Landasan hukum yang digunakan sebagai dasar dalam penyusunan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Jombang Tahun 2013 meliputi:

1. Undang–Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur;

(5)

3. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; 4. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan

dan Tanggung Jawab Keuangan Negara;

5. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;

6. Undang–Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;

7. Undang–Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi

Keuangan Daerah;

10. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah Kepada Daerah;

11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;

12. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Laporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah;

13. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertangggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat;

14. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pedoman Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, sebagaimana diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012;

15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah ketiga kalinya dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 21 tahun 2011;

16. Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2006 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah;

17. Peraturan Daerah Kabupaten Jombang Nomor: 10 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018;

(6)

18. Peraturan Daerah Kabupaten Jombang Nomor: 23 Tahun 2015 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Jombang Tahun Anggaran 2015;

19. Peraturan Bupati Jombang Nomor 23 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Bupati Jombang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Jombang Tahun 2015;

20. Peraturan Bupati Jombang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Jombang Tahun Anggaran 2015.

B. GAMBARAN UMUM DAERAH 1. Kondisi Geografis

1.1 Lokasi

Kabupaten Jombang terletak pada posisi yang sangat strategis karena berada pada bagian tengah Provinsi Jawa Timur yang di lewati oleh:

 Perlintasan Jalan Trans Jawa, Jalur Lintas Selatan (JLS) yaitu jaringan jalan Surabaya – Jakarta dan merupakan koridor bagian tengah Provinsi Jawa Timur.

 Perlintasan Jalur Kereta Api (Stasiun Jombang) tujuan Surabaya – Jakarta.

 Perlintasan Jalur Arteri Primer Surabaya – Jombang – Madiun – Yogyakarta.

 Perlintasan Jalan kolektor primer Malang – Jombang – Babat.  Perlintasan Ruas Tol Mojokerto – Kertosono sepanjang 40,5 km.

Ibukota Kabupaten Jombang berjarak 79 km dari Surabaya ibu kota provinsi Jawa Timur dengan waktu tempuh perjalanan kurang lebih 2,5 (dua setengah) jam. Ditinjau dari kebijakan Provinsi Jawa Timur yaitu Perda Nomor 5 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur 2011- 2031, Kabupaten Jombang ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang termasuk dalam Wilayah Pengembangan (WP) “Germakertosusila Plus”.

Adapun secara visual, peta orientasi wilayah Kabupaten Jombang terhadap Provinsi Jawa Timur adalah sebagai berikut :

(7)
(8)

Secara geografis Kabupaten Jombang terletak di sebelah selatan garis katulistiwa berada diantara 112o03’46,57” dan 112o27’21,26”BT dan antara 07o20’48,60” dan 07o46’41,26”LS dengan batas-batas administrasi Kabupaten Jombang adalah sebagai berikut:

 Sebelah Utara : Kabupaten Lamongan dan Kabupaten Bojonegoro

 Sebelah Timur : Kabupaten Mojokerto

 Sebelah Selatan : Kabupaten Kediri dan Kabupaten Malang

 Sebelah Barat : Kabupaten Nganjuk

Adapun secara visual, peta wilayah Kabupaten Jombang adalah sebagai berikut :

Gambar 1.2

(9)

Ibukota Kabupaten Jombang terletak pada ketinggian  440 meter dpl. Luas wilayah Kabupaten Jombang keseluruhan 1.159,50 Km2 dengan kondisi topografi bervariasi yaitu:

 kawasan seluas 1.101,52 Km2 atau 95% berada pada ketinggian <500 meter dpl;

 kawasan seluas 50,76 Km2 atau 4,38% berada pada ketinggian 500 – 700 meter dpl;

 kawasan seluas 7,22 Km2 atau 0,76% berada pada ketinggian >700 meter dpl.

Secara topografis wilayah Kabupaten Jombang dibagi menjadi 3 sub area:

 Area Kawasan Utara, Area Kawasan Utara Sungai Brantas merupakan pegunungan kapur muda Kendeng yang memiliki kondisi tanah relatif kurang subur, sebagian besar mempunyai fisiologi mendatar dan sebagian lagi berbukit-bukit, meliputi Kecamatan Plandaan, Kecamatan Kabuh, Kecamatan Ploso, Kecamatan Kudu dan Kecamatan Ngusikan.

 Area Kawasan Tengah, yakni sebelah selatan Sungai Brantas, sebagian besar merupakan hamparan tanah pertanian dengan jaringan irigasi yang cukup memadai sehingga sangat cocok ditanami padi dan palawija. Adapun kawasan tengah meliputi Kecamatan Bandar Kedung Mulyo, Kecamatan Perak, Kecamatan Gudo, Kecamatan Diwek, Kecamatan Mojoagung, Kecamatan Sumobito, Kecamatan Jogoroto, Kecamatan Peterongan, Kecamatan Jombang, Kecamatan Megaluh, Kecamatan Tembelang dan Kecamatan Kesamben.

 Area Kawasan Selatan, merupakan tanah pegunungan berada pada ketinggian >700 meter dpl sehingga berhawa sejuk dan Kawasan ini cocok untuk tanaman perkebunan, meliputi Kecamatan Ngoro, Kecamatan Mojowarno, Kecamatan Bareng dan Kecamatan Wonosalam.

1.2 Iklim

Kabupaten Jombang memiliki iklim tropis, dengan suhu rata-rata 20o-34oC. Menurut klasifikasi Schmidt-Ferguson, Kabupaten

(10)

Jombang termasuk memiliki tipe iklim B (basah). Curah hujan rata-rata per tahun adalah 1.800 mm. Berdasarkan peluang curah hujan tahunan, wilayah Kabupaten Jombang tergolong beriklim sedang sampai basah. Di bagian tenggara dan timur, curah hujan sedikit lebih besar.

1.3 Pemerintahan Daerah

Secara administrasi, Kabupaten Jombang terbagi menjadi 21 kecamatan yang terdiri dari 302 desa dan 4 kelurahan serta 1.258 dusun. Ditinjau dari komposisi jumlah Desa/Kelurahan, Kecamatan Sumobito mempunyai jumlah desa terbanyak, Yaitu 21 desa. Ditinjau dari Luas wilayah, terdapat 3 (tiga) kecamatan terluas, yaitu Keca-matan Wonosalam dengan luas 121,63 Km2, KecaKeca-matan Plandaan de-ngan luas 120,40 Km2, dan Kecamatan Kabuh dede-ngan luas 97,35 km2. Aparatur Pemerintah Daerah (CPNS/PNS) di Kabupaten Jombang sejumlah 12.126 orang. Keanggotaan Legislatif (DPRD) Kabupaten Jombang 50 orang, 11 orang Perempuan dan 46 orang Laki-laki.

1.4 Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan di Kabupaten Jombang kondisi sampai dengan tahun 2013 sebagian besar digunakan untuk kawasan budidaya sebesar 115.950.14 ha atau terdiri atas (1) kawasan peruntukan pertanian sebesar 63.715,22 ha atau dengan komposisi 50.097,86 untuk pertanian lahan basah dan 13.617,36 ha untuk pertanian lahan kering; (2) kawasan peruntukan permukiman sebesar 27.862,05 ha ; (3) kawasan peruntukan hutan produksi sebesar 22.562,00 ha; (5) kawasan peruntukan perkebunan sebesar 675,98 ha; (5) kawasan peruntukan industri sebesar 122,28 ha dan (7) kawasan peruntukan perdagangan dan jasa sebesar 1.012,61 ha .

Sedangkan sisanya sebesar 12.372,05 ha atau 10,67% digunakan untuk kawasan lindung terdiri atas (1) kawasan perlindungan setempat sebesar 6.581,28 ha atau 53,19% dengan komposisi 6.514,42 ha (52,65%) untuk sempadan sungai; 34,60 ha (0,28%) untuk kawasan sekitar mata air; dan 32,26 ha (0,26%) untuk kawasan sekitar waduk; (2) ruang terbuka hijau (RTH) sebesar 4.172,67 ha atau 33,73% dengan komposisi 2.864,70 ha (23,15%) untuk tanam hutan rakyat dan 1.307,97 ha (10,57%) untuk RTH hutan kota; (3) kawasan hutan lindung

(11)

1,351,938

1,370,227

1,340,000 1,345,000 1,350,000 1,355,000 1,360,000 1,365,000 1,370,000 1,375,000 2014

2015

sebesar 873,10 ha atau 7,06% dan (4) kawasan resapan air (KPH Gedangan Kecamatan Wonosalam) sebesar 745 ha atau 6,02%.

2. Kondisi Demografi

Penduduk merupakan sumberdaya manusia (SDM) yang menjadi modal utama dalam pembangunan, baik sebagai obyek sekaligus subyek pembangunan. Data penduduk memiliki peranan strategis dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi dan pemanfaatan hasil pembangunan. Melalui pengolahan, analisa dan interpretasi data penduduk akan diketahui profil penduduk di suatu wilayah yang pada akhirnya dapat dijadikan dasar dalam menentukan prioritas utama pembangunan sekaligus menetukan arah kebijakan pengembangan penduduk menjadi sumber daya yang handal.

Penduduk Kabupaten Jombang pada tahun 2015 berdasarkan hasil pencatatan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Jombang (Database 27 Januari 2016) berjumlah 1.370.227 jiwa, terdiri atas 691.392 jiwa penduduk laki-laki (50,46%) dan 678.835 jiwa penduduk perempuan (49,54%). Publikasi BPS RI (pergerakan proyeksi SP2010) tercatat sebesar 1.240.985 jiwa, terdiri atas 617.194 jiwa penduduk laki-laki (49,73%) dan 623.791 jiwa penduduk perempuan (50,27%).

Grafik 1.1

Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Jombang Tahun 2014 - 2015

(Jiwa)

(12)

Pada tahun 2015 penduduk Kabupaten Jombang bertambah sebesar 18.289 jiwa atau 1,35% jika dibandingkan dengan penduduk tahun 2014 (Database 28 Januari 2016) yang berjumlah 1.351.938 jiwa.

Dengan luas wilayah sebesar 1.159,50 Km2, kepadatan penduduk Kabupaten Jombang pada tahun 2015 masuk dalam kategori tinggi dengan nilai sebesar 1.166 jiwa/Km2.

Ditinjau dari jenis kelamin, penduduk laki-laki di Kabupaten Jombang pada tahun 2015 lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan dengan nilai Sex Rasio atau perbandingan jenis kelamin sebesar 102, dimana setiap 100 penduduk Pada tahun 2015 berjenis perempuan terdapat 102 penduduk berjenis laki-laki.

Tabel 1.1

Jumlah Penduduk Kabupaten Jombang Menurut Kelompok Umur Tahun 2015

(Jiwa)

Sumber Data : Dispenduk dan Pencatatan Sipil Kab. Jombang, 2015

Penduduk usia produktif (umur 15-64 tahun) pada tahun 2015 mendominasi jumlah penduduk Kabupaten Jombang dengan nilai sebesar 70,33%,. Sedangkan penduduk usia muda (usia dibawah 15 tahun) sebesar 22,15% dan penduduk usia tua (65 tahun keatas) sebesar 7,52%. Penduduk

(13)

usia produktif berpotensi sebagai modal pembangunan, kondisi ini sangat menguntungkan bagi pemerintah daerah.

Rasio ketergantungan total penduduk Kabupaten Jombang pada tahun 2015 sebesar 42,19%, disumbangkan oleh rasio ketergantungan penduduk usia muda sebesar 31,49% dan rasio ketergantungan penduduk usia tua sebesar 10,69%.

Gambar 1.3

Piramida Penduduk Kabupaten Jombang Tahun 2015

Sumber : Data Dispenduk dan Pencatatan Sipil Kab. Jombang Diolah, 2015

Rasio ketergantungan total penduduk Kabupaten Jombang pada tahun 2015 sebesar 42,19%, disumbangkan oleh rasio ketergantungan penduduk usia muda sebesar 31,49% dan rasio ketergantungan penduduk usia tua sebesar 10,69%.

Pada tahun 2015 beban yang harus ditanggung penduduk usia produktif tergolong rendah, dimana setiap 10.000 penduduk produktif menanggung 4.219 penduduk usia belum produktif (usia muda) dan penduduk yang dianggap tidak produktif lagi (usia tua).

Beban tanggungan penduduk berjenis kelamin laki-laki lebih kecil dibandingkan dengan beban tanggungan penduduk berjenis kelamin perempuan dengan nilai 41,22% untuk laki-laki dan 43,18% untuk perempuan, kondisi ini disebabkan usia penduduk perempuan relatif lebih panjang jika dibandingkan usia penduduk laki-laki.

(14)

3. Kondisi Ekonomi

a. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kondisi perekonomian suatu wilayah dapat dilihat dari PDRB wilayahnya. PDRB menggambarkan kemampuan daerah mengelola sumber daya alam serta faktor produksi lainnya. PDRB Kabupaten Jombang adalah PDRB menurut lapangan usaha atau sektor produksi yang merupakan jumlah dari nilai tambah bruto yang dihasilkan oleh unit kegiatan ekonomi yang beroperasi di wilayah Kabupaten Jombang dalam periode waktu tertentu.

Sehubungan dengan adanya perubahan pada tatanan global dan lokal yang sangat berpengaruh terhadap perekonomian nasional, salah satu bentuk adaptasi pencatatan statistik nasional adalah dilakukannya perubahan tahun dasar PDRB dari tahun 2000 ke tahun 2010. Perhitungan PDRB tahun dasar 2000 didasarkan pada sembilan sektor usaha yang dominan di masyarakat sedangkan PDRB tahun dasar 2010 diukur berdasarkan perhitungan tujuh belas kategori yang dominan di masyarakat. Konsekuensi adanya perubahan tahun dasar ini adalah penyesuaian perhitungan PDRB tahun 2014 yang sudah diekspos sebelumnya menggunakan tahun dasar 2010.

Tujuh belas kategori dalam perhitungan PDRB tahun dasar 2010 yaitu (1) kategori pertanian, kehutanan dan perikanan, (2) kategori pertambangan dan penggalian, (3) kategori industri pengolahan, (4) kategori pengadaan listrik dan gas, (5) kategori pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang (6) kategori konstruksi, (7) kategori perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor, (8) kategori transportasi dan pergudangan, (9) kategori penyediaan akomodasi dan makan minum, (10) kategori informasi dan komunikasi, (11) kategori jasa keuangan dan asuransi, (12) kategori real estate, (13) kategori jasa perusahaan, (14) kategori administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib, (15) kategori jasa pendidikan, (16) kategori jasa kesehatan dan kegiatan sosial dan (17) kategori jasa lainnya. PDRB disajikan dalam dua macam, yaitu PDRB atas dasar harga berlaku (PDRB ADHB) dan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2010 (PDRB ADHK). Dimana PDRB ADHB masih memuat faktor inflasi sedangkan PDRB ADHK tidak.

(15)

PDRB ADHB Kabupaten Jombang pada tahun 2015 mencapai Rp.29,1474665 triliun, meningkat sebesar Rp. 2,8083955 triliun atau 10,66% dibandingkan pada tahun 2014 yang mencapai Rp. 26,339071 triliun dengan tingkat inflasi sebesar 5,03% dan memberikan kontribusi sebesar 1,72% terhadap PDRB ADHB Provinsi Jawa Timur.

Sedangkan PDRB ADHK 2010 Kabupaten Jombang pada tahun 2015 mencapai Rp. 22,960956 triliun meningkat sebesar Rp. 1,1677652 triliun atau 5.36% dibandingkan dengan tahun 2014 yang mencapai Rp. 21,7931908 triliun dan memberikan kontribusi sebesar 1,72% terhadap PDRB ADHK 2010 Provinsi Jawa Timur.

Grafik. 1.2

Perkembangan PDRB ADHB dan PDRB ADHK 2010 Kabupaten Jombang Tahun 2014-2015

(Triliun Rupiah)

Sumber Data : BPS Kab. Jombang ** angka sangat sementara;

*** angka sangat sangat sementara.

b. Struktur Perekonomian

Struktur perekonomian Kabupaten Jombang pada tahun 2015 bila didasarkan pada pendekatan tiga kategori (primer, sekunder dan tersier) didominasi oleh kategori tersier, terdiri atas sebelas kategori (perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor; transportasi dan pergudangan; penyediaan akomodasi dan makan minum; informasi dan komunikasi; jasa keuangan dan asuransi; real estate; jasa perusahaan; administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib; jasa pendidikan; jasa kesehatan dan kegiatan sosial; dan jasa lainnya) dengan nilai kontribusi sebesar 47,36%. Kategori sekunder diurutan kedua, terdiri atas empat kategori (industri pengolahan; pengadaan listrik dan gas; pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang; dan konstruksi) dengan nilai kontribusi

(16)

sebesar 29,40%, dan kategori primer diurutan terakhir, terdiri atas dua kategori (pertanian, kehutanan dan perikanan; dan pertambangan dan penggalian) dengan nilai kontribusi sebesar 23,24%.

Bila didasarkan pada pendekatan kategorial (tujuh belas kategori), struktur perekonomian Kabupaten Jombang pada tahun 2015 bertumpu pada tiga kategori. Ketiga kategori tersebut terdiri atas : (1) kategori pertanian, kehutanan dan perikanan; (2) kategori perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor; dan (3) kategori industri pengolahan. Perkembangan kontribusi ketiga kategori dominan tersebut tersaji pada grafik 1.3.

Kategori pertanian, kehutanan dan perikanan memberikan kontribusi terbesar pada perekonomian Kabupaten Jombang dengan nilai sebesar 22,50% dan mengalami percepatan 0,5% dibandingkan tahun 2014 yang mencapai 22,45%.

Kontribusi terbesar kedua ditempati oleh kategori perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 21,90%, kategori ini mengalami percepatan 0,5% dibandingkan pada tahun 2014 yang mencapai 21,85%.

Grafik 1.3

Perkembangan Kontribusi Kategori Dominan Dalam Struktur Ekonomi Kab. Jombang Tahun 2014-2015 (dalam %)

Sumber Data : BPS Kab. Jombang Tahun 2015

Sedangkan kontribusi terbesar ketiga ditempati oleh kategori industri pengolahan, kategori ini mengalami perlambatan sebesar 0,32% dari 19,97% pada tahun 2014 menjadi 19,66% pada tahun 2015,

(17)

perlambatan kategori ini bukan berarti kategori ini tidak tumbuh melainkan kecepatan tumbuhnya masih dibawah atau kalah cepat dengan sektor lain.

Peranan ketiga kategori tersebut sangat besar dibandingkan keempat belas kategori lainnya, namun demikian Pemerintah Kabupaten Jombang masih menaruh harapan besar akan tumbuhnya kategori lainnya yang pada akhirnya akan membawa terwujudnya peningkatan taraf hidup masyarakat dengan tingkat pemerataan sebaik mungkin.

c. Pertumbuhan Ekonomi

Pembangunan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Jom-bang bertujuan untuk mensejahterakan masyarakatnya. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk melihat kualitas perkembangan pembangunan tetapi bukanlah merupakan tujuan akhir dari pembangunan.

Grafik. 1.4

Perkembangan Ekonomi Kabupaten Jombang Tahun 2014 – 2015

(dalam %)

Sumber Data : BPS Kab. Jombang Tahun 2015

Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Jombang pada tahun 2015 mencapai 5,36% dengan laju pertumbuhan tertinggi pada kategori jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 8,96% dan laju pertumbuhan terendah pada kategori pengadaan listrik dan gas sebesar 1,18%.

Dari tujuh belas kategori terdapat empat kategori yang mengalami percepatan, yaitu kategori administrasi pemerintahan,

(18)

pertahanan dan jaminan sosial wajib bertambah 1,46 poin dari 1,37% pada tahun 2014 menjadi 2,83% pada tahun 2015; kategori transportasi dan pergudangan bertambah 0,78 poin dari 4,40% pada tahun 2014 menjadi 5,18% pada tahun 2015; kategori pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang bertambah 0,45 dari 2,27% pada tahun 2014 menjadi 2,72% pada tahun 2015; dan kategori pengadaan listrik dan gas bertambah 0,32 poin dari 0,86% pada tahun 2014 menjadi 1,18% pada tahun 2015, sedangkan tiga belas kategori lainnya mengalami perlambatan.

Tabel. 1.2

Perkembangan Laju Pertumbuhan Kategorikal Kabupaten Jombang Tahun 2014–2015 (dalam %)

Sumber Data : BPS Kab. Jombang Tahun 2015

Laju pertumbuhan ekonomi tahun 2015 mengalami perlambatan sebesar 0,06 poin jika dibandingkan dengan tahun 2014 yang mencapai 5,42%. Kategori jasa lainnya memberikan kontribusi terbesar terjadinya perlambatan perekonomian Kabupaten Jombang, dengan nilai perlambatan sebesar 0,55 poin dari 6,02% pada tahun 2014 menjadi 5,47% pada tahun 2015, disusul dengan kategori pertambangan dan penggalian dengan nilai perlambatan sebesar 0,53 poin dari 2,89% pada tahun 2014 menjadi 2,36% pada tahun 2015 dan kategori jasa keuangan dan asuransi memberikan sumbangan perlambatan terbesar ketiga sebesar 0,48 poin dari 7,389% pada tahun

(19)

2014 menjadi 6,90% pada tahun 2015. Kategori dengan perlambatan terendah adalah kategori pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 0,03 poin dari 2,05% pada tahun 2014 menjadi 2,02% pada tahun 2015.

Perlambatan perekonomian Kabupaten Jombang pada tahun 2015 merupakan efek dari kondisi ekonomi global yang belum membaik, menurunnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat dan pengaruh dari berbagai kebijakan pemerintah yang kurang kondusif bagi dunia usaha, antara lain kenaikan harga bahan bakar gas (LPG) dan tarif dasar listrik serta tingginya suku bunga acuan (BI rate). d. Pendapatan Per Kapita

Indikator PDRB perkapita dapat digunakan untuk melihat kondisi kesejahteraan masyarakat suatu daerah. PDRB Per kapita adalah indikator makro yang secara agregat dihitung dari PDRB (ADHB) dibagi jumlah penduduk pada pertengahan tahun. Hal ini penting untuk mengetahui pertumbuhan pendapatan masyarakat dalam hubungannya dengan kemajuan sektor ekonomi. PDRB per kapita pada umumnya selain dipengaruhi oleh faktor produksi juga sangat dipengaruhi oleh harga barang dan jasa yang berlaku dipasar. Dengan demikian maka pengaruh inflasi menjadi cukup dominan dalam pembentukan pendapatan regional suatu daerah.

Grafik 1.5

Perkembangan PDRB per Kapita ADHB Tahun 2014-2015 (dalam Rupiah)

Sumber data : BPS Kab. Jombang, tahun 2015 **) Data tahun 2014 adalah angka sangat sementara ***) Data tahun 2015 adalah angka sangat sangat sementara

2014

2015 21,335,804

23,487,364

(20)

PDRB Perkapita atas dasar harga berlaku Kabupaten Jombang pada tahun 2015 mencapai Rp.23.487.364 meningkat sebesar Rp.2.151.560 atau 10,08% jika dibandingkan tahun 2014 yang mencapai Rp.21.335.804. Kondisi ini menunjukkan bahwa secara umum kesejahteraan masyarakat Kabupaten Jombang semakin membaik. e. Inflasi

Inflasi menggambarkan dinamika perkembangan harga sekelompok barang dan jasa yang biasa dikonsumsi masyarakat. Inflasi didasarkan pada perhitungan Indeks Harga Konsumen (IHK) atas dasar tahun 2012, terdiri atas 7 kelompok barang dan jasa, antara lain : (1) kelompok bahan makanan; (2) kelompok makanan jadi, minuman dan rokok; (3) kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar; (4) kelompok sandang; (5) kelompok kesehatan; (6) kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga; dan (7) kelompok transport, komunikasi dan keuangan.

Inflasi year of year (YoY), yaitu inflasi bulan Desember 2014 sampai bulan Desember 2015 Kabupaten Jombang mencapai 1,99 persen, berada dibawah inflasi Jawa Timur yang mencapai 3,08% dan menduduki peringkat kedelapan. Kelompok penyumbang terbesar terjadinya inflasi adalah kelompok Makanan Jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,9113 persen, diikuti kelompok Bahan Makanan sebesar 0,7914 persen, kelompok Perumahan sebesar 0,4266 persen, kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga sebesar 0,3040 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,1978 persen dan kelompok Sandang sebesar 0,1121 pesen. Sedangkan kelompok Transpor, komunikasi dan Jasa Keuangan mengalami deflasi dengan sumbangan terhadap deflasi sebesar 0,7524 persen.

Komoditas yang memberikan sumbangan terbesar terhadap terjadinya inflasi sepanjang tahun 2015 adalah beras, bawang putih, tukang bukan mandor, bawang merah, gula pasir, nasi dengan lauk, rokok kretek filter, rokok kretek, angkutan antar kota dan tarip Sekolah Menengah Atas. Musim kemarau yang berkepanjangan akibat fenomena iklim El Nino dan factor psikologis pasar akibat adanya berita kekeringan membuat berkurangnya pasokan komoditi padi, palawija, dan hortikultura sehingga menyebabkan naiknya harga komoditas tersebut di pasaran.

(21)

Sedangkan komoditas yang memberikan sumbangan terbesar terhadap terjadinya deflasi adalah bensin, cabai merah, cabai rawit, batu bata/bata tela, minyak goreng, terong panjang, besi beton, solar, tarip kendaraan travel dan tomat sayur. Penurunan harga minyak dunia mendasari pemerintah untuk menurunkan harga Bahan bakar minyak (BBM). Komoditas minyak goreng mengalami penurunan harga akibat turunnya harga minyak kelapa sawit, dikarenakan cadangan yang menumpuk di negara-negara produsen termasuk Indonesia.

Grafik 1.6

Perkembangan Inflasi Bulanan Kabupaten Jombang Tahun 2015

Sumber data : BPS Kab. Jombang, tahun 2015

Sepanjang tahun 2015, inflasi bulanan tertinggi terjadi pada Bulan Juli 2015 sebesar 0,72 persen. penyumbang terbesar terjadinya inflasi adalah kelompok bahan makanan sebesar 1,23 persen dan kelompok transportasi, komunikasi dan keuangan sebesar 1,65 persen. Hal ini dipicu karena kenaikan Tarif Listrik dan kenaikan bahan bakar LPG. Komoditas penyumbang terbesar terhadap inflasi pada bulan Juli 2015 adalah Angkutan antar kota, daging ayam ras, cabai rawit, tarip kendaraan travel, beras, apel, udang basah, melon, tarip kereta api dan daging sapi. Sedangkan Komoditas yang menghambat terjadinya inflasi atau mengalami deflasi pada bulan Juli 2015 adalah telur ayam ras, bawang merah, pepaya, terong panjang, jeruk, tomat sayur, bawang putih, kacang panjang, baju kaos berkerah dan cabai merah.

(22)

Inflasi terendah terjadi pada bulan Februari 2015, terjadi inflasi negatif (deflasi) sebesar 0,88 persen. Penyumbang deflasi ini adalah kelompok Bahan Makanan sebesar 2,22 persen, kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga sebesar 0,01 persen dan kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan sebesar 2,27 persen. Komoditas yang memberikan sumbangan terbesar terhadap inflasi di Kabupaten Jombang pada bulan Februari 2015 adalah Ketimun, Kacang Tanah, Salak, Terong panjang, Anggur, dan Telur puyuh. Sedangkan Komoditas yang menghambat terjadinya inflasi atau mengalami deflasi di Kabupaten Jombang pada bulan Februari 2015 adalah Cabai Merah, Cabai Rawit, Semangka, Kol putih/kubis, Bawang merah dan Kacang panjang.

4. Indeks Pembangunan Manusia

Tujuan utama pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan rakyat untuk menikmati umur panjang, sehat, dan menjalankan kehidupan yang produktif. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah indikator yang mencerminkan tingkat pencapaian kesejahteraan penduduk. IPM tersusun dari 3 (tiga) komponen indeks yaitu indeks kesehatan, indeks pengetahuan dan indeks kemampuan daya beli.

Seiring berjalannya waktu, metodologi perhitungan IPM beserta komponen pembentuknya mengalami penyempurnaan guna memberikan gambaran yang lebih tepat dalam memotret hasil pembangunan manusia. Konsekuensi adanya penyempurnaan ini adalah penyesuaian nilai IPM beserta komponen pembentuknya pada tahun 2014 yang sudah diekspos sebelumnya dengan menggunakan metode lama.

IPM Kabupaten Jombang pada tahun 2015 mencapai 69,60%. Berdasarkan kriteria UNDP capaian IPM Kabupaten Jombang tahun 2015 termasuk dalam kategori sedang. Capaian ini meningkat sebesar 0,53 poin jika dibandingkan dengan IPM pada tahun 2014 sebesar 69,07. Kondisi ini mengindikasikan bahwa secara umum kesejahteraan penduduk Kabupaten Jombang mengalami peningkatan dan kebijakan Pemerintah Kabupaten dibidang kesejahteraan masyarakat telah berjalan sesuai dengan rencana dan terus mengalami peningkatan. Secara grafis dapat dijelaskan sebagaimana pada grafik 1.7.

(23)

Grafik 1.7

Perkembangan IPM Kabupaten Jombang Tahun 2014-2015 (dalam %)

Sumber Data : Bappeda Kab. Jombang Tahun 2015 dan BPS diolah

Berdasarkan kriteria UNDP capaian IPM Kabupaten Jombang tahun 2015 termasuk dalam kategori sedang. Capaian ini meningkat sebesar 0,53 poin jika dibandingkan dengan IPM pada tahun 2014 sebesar 69,07. Kondisi ini mengindikasikan bahwa secara umum kesejahteraan penduduk Kabupaten Jombang mengalami peningkatan dan kebijakan Pemerintah Kabupaten dibidang kesejahteraan masyarakat telah berjalan sesuai dengan rencana dan terus mengalami peningkatan. Secara grafis dapat dijelaskan sebagaimana pada grafik 1.6. Selanjutnya perkembangan Indeks Pembangunan Manusia tahun 2014 sampai dengan tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1.3

Perkembangan IPM Kabupaten Jombang Tahun 2014 – 2015

(dalam %)

Indikator 2014 2015 selisih

IPM 69,07 69,60 0,53

- Indeks Harapan Hidup 79,03 79,73 0,7

- Indeks Pendidikan 59,36 60,83 1,47

- Indeks Daya Beli 69,23 69,53 0,3

(24)

Peningkatan capaian IPM Kabupaten Jombang tahun 2015 disumbangkan oleh kenaikan indeks harapan hidup sebesar 0,7 poin dari 79,03% pada tahun 2014 menjadi 79,73% pada tahun 2015, kenaikan indeks pengetahuan sebesar 1,47 poin dari 59,36% pada tahun 2014 menjadi 60,83 pada tahun 2015 dan peningkatan indeks kemampuan daya beli sebesar 0,3 poin dari 69,23% pada 2014 menjadi 69,53% pada 2015.

Indeks kesehatan diukur dengan angka harapan hidup saat lahir (AHH), indeks pengetahuan diukur dengan kombinasi antara lama sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang (EYS) dan rata-rata lama sekolah (MYS), serta indeks standar hidup layak yang diukur dengan pengeluaran perkapita yang telah disesuaikan atau paritas daya beli.

Untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya, dapat melalui pendekatan Angka Harapan Hidup (AHH). Angka Harapan Hidup pada waktu lahir adalah perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut umur. AHH Kabupaten Jombang tahun 2015 mengalami peningkatan 0,46 poin, yaitu dari sebesar 71,37 tahun pada tahun 2014 menjadi sebesar 71,83 pada tahun 2015. Peningkatan capaian AHH ini menunjukkan meningkatnya kesadaran masyarakat dalam berperilaku hidup sehat serta semakin meningkatnya akses dan mutu layanan kesehatan yang disediakan oleh Pemerintah Kabupaten Jombang.

Untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan derajat pendidikan masyarakat diukur melalui indeks pengetahuan yang didekati dengan harapan lama sekolah (EYS) dan rata-rata lama sekolah (MYS). harapan lama sekolah (EYS) adalah lama sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang.

EYS Kabupaten Jombang pada tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar 0,24 poin, yaitu dari sebesar 12,65 tahun pada tahun 2014 menjadi sebesar 12,89 tahun pada tahun 2015. Pencapaian ini menunjukkan bahwa harapan lama sekolah di Kabupaten Jombang selama 12,89 tahun atau setara dengan tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat.

(25)

Komponen lain dari indeks pengetahuan adalah rata-rata lama sekolah (MYS). Rata-rata lama sekolah adalah sebuah angka yang menunjukkan rata-rata lamanya bersekolah seseorang dari masuk sekolah dasar sampai dengan tingkat pendidikan terakhir. MYS penduduk Kabupaten Jombang pada tahun 2015 mengalami peningkatan 0,18 tahun, yaitu dari sebesar 7,52 tahun pada tahun 2014 menjadi sebesar 7,7 tahun pada tahun 2015. Peningkatan capaian EYS dan MYS ini menunjukkan bahwa semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan serta semakin meningkatnya akses dan mutu layanan pendidikan yang disediakan oleh Pemerintah Kabupaten Jombang.

Untuk mengukur kemampuan masyarakat dalam membelanjakan pendapatannya diukur melalui kemampuan daya beli. Pada tahun 2015 kemampuan daya beli masyarakat Kabupaten Jombang mengalami peningkatan sebesar Rp. 93.350,00 dari Rp. 9.709.000,00 pada tahun 2014 menjadi sebesar Rp. 9.802.350,00 pada tahun 2015. Kondisi ini menunjukkan bahwa tingkat pengeluaran perkapita masyarakat pada tahun 2015 semakin membaik dibandingkan pada tahun 2014 seiring dengan semakin membaiknya perekonomian masyarakat di Kabupaten Jombang.

(26)

erdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014

tentang Pemerintahan Daerah, penye-lenggaraan

pemerintahan

daerah

dilaksanakan

dengan

memuat azas desentralisasi dan tugas pembantuan

dengan otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip

Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal tersebut telah

membawa perubahan yang fundamental terhadap

kebija-kan struktur dan manajemen pemerintahan yang mengarah

kepada penguatan daerah untuk menyelenggarakan urusan

pemerintahan

dalam

kerangka

pelaksanaan

fungsi

pemerintahan daerah.

Kebijakan pemerintah daerah disusun untuk memberikan pening-katan pelayanan, peran serta, prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan rakyat. Sebagai upaya mengaktualisasikan fungsi penyelenggaraan pemerintahan daerah, Pemerintah Kabupaten Jombang telah merumuskan berbagai kebijakan yang memiliki konteks dan fungsi berbeda. Inti dasar proses penyusunan kebijakan yang ada, diarahkan untuk optimalisasi dan pemanfaatan berbagai sumber daya (resources)

B

(27)

yang dimiliki Kabupaten Jombang sesuai dengan kewenangan yang dimiliki, kemampuan, dan kebutuhan daerah, serta dengan memperhatikan kekhasan dan keunggulan yang ada.

Dalam konteks dan kerangka waktu jangka panjang, kebijakan tersebut dituangkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Jombang Nomor 07 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Jombang 2005– 2025. RPJPD tersebut menguraikan tentang arah pembangunan yang ingin dicapai Kabupaten Jombang dalam kurun waktu 20 (dua puluh) tahun, disusun berdasarkan Visi dan Misi Daerah yang dijabarkan ke dalam tujuan, strategi, dan tahapan pembangunan jangka panjang.

RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018, sesuai dengan Perda Nomor 10 Tahun 2014 kebijakan pembangunan tersebut dijabarkan menjadi kebijakan pembangunan tahunan dalam bentuk Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD). RKPD menerjemahkan perencanaan strategis jangka menengah (RPJMD dan Renstra SKPD) ke dalam rencana program dan penganggaran tahunan, yang selanjutnya tercermin dalam APBD, dan menjadi pedoman bagi Rencana Kerja (Renja) setiap SKPD untuk menjalankan program dan kegiatannya.

Penyusunan LKPj Kabupaten Jombang Tahun 2015 merupakan laporan pelaksanaan program dan kegiatan yang didasarkan pada Peraturan Bupati Jombang Nomor 23 Tahun 2015 tentang Perubahan Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Jombang Tahun 2015 yang merupakan penjabaran tahunan dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2014-2018. Pelaksanaan RKPD tahun 2015 yang disampaikan dalam LKPj tahun 2015 merupakan tahapan kedua RPJMD tahun 2014-2018. Oleh karena itu, pencapaian kinerja dalam LKPj tahun 2015 didasarkan pada target yang telah ditetapkan dalam dokumen Perubahan RKPD Kabupaten Jombang Tahun 2015 serta target pembangunan tahun pertama dalam RPJMD 2014-2018.

A. VISI DAN MISI DAERAH

Visi dalam RPJMD merupakan visi Bupati/Wakil Bupati terpilih, sebagaimana yang telah disampaikan pada saat penyampaian visi dan misi calon Bupati/Wakil Bupati di sidang DPRD, yang diintegrasikan dengan arah kebijakan pembangunan daerah, sebagaimana tahapan ketiga dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Jombang Tahun 2005-2025, RTRW Kabupaten Jombang Tahun 2009-2029, RPJMD Provinsi Jawa Timur Tahun 2010-2014 serta RPJM Nasional Tahun 2010-2010-2014. Dari hasil integrasi dan harmonisasi

(28)

beberapa kebijakan tersebut ditetapkan visi Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018, yaitu:

“Jombang Sejahtera Untuk Semua” Makna dari visi tersebut:

“JOMBANG” adalah mewakili seluruh masyarakat/kelompok orang yang hidup bersama di Kabupaten Jombang dalam satu komunitas yang teratur.

“SEJAHTERA UNTUK SEMUA” adalah tatanan kehidupan masyarakat Jombang yang terpenuhi kebutuhan dasarnya meliputi antara lain pemenuhan kecukupan energi dan protein, terpenuhinya rumah yang layak huni, tersedianya jaminan pemerliharaan kesehatan masyarakat, terwujudnya keamanan dan ketertiban masyarakat, terpenuhinya kebutuhan pendidikan, meningkatnya kemampuan daya beli masyarakat secara berkelanjutan.

Sesuai dengan harapan dari visi “Jombang Sejahtera Untuk Semua”, maka ditetapkan misi pembangunan Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018 sebagai upaya yang ditempuh dalam mewujudkan visi, antara lain dijelaskan sebagaimana berikut:

Misi 1

Meningkatkan Kualitas Kehidupan Sosial dan Beragama, dengan penjelasan sebagai berikut:

Misi ini dimaksudkan untuk meningkatkan karakter masyarakat yang agamis, bermoral dan berbudi luhur dalam tatanan sosial masyarakat yang aman, tertib dan damai didukung stabilitas pemerintahan, politik dan sosial budaya. Dengan latar belakang masyarakat Jombang yang egaliter dan memiliki kedewasaan dalam menyikapi setiap dinamika yang terjadi serta dukungan pondok pesantren yang ada, maka memungkinkan terwujudnya peningkatan kualitas kehidupan sosial dan beragama.

Misi 1 diselenggarakan dengan fokus meliputi :

a. Memperbaiki sikap & perilaku masyarakat sesuai dengan norma yang berlaku dalam kehidupan beragama & bernegara

b. Meningkatkan ketahanan sosial masyarakat dalam mencegah dan menangani masalah kesejahteraan sosial

c. Meningkatkan kapasitas pemuda dan olah raga d. Melestarikan seni dan budaya daerah

(29)

e. Meningkatkan pemberdayaan, kualitas hidup, serta perlindungan perempuan dan anak

Misi 2

Mewujudkan Layanan Dasar yang Terjangkau, dengan penjelasan:

Misi ini dimaksudkan untuk memenuhi hak-hak dasar masyarakat, diantaranya hak dasar untuk memperoleh pelayanan kesehatan, pendidikan, dan hak atas pangan. Pembangunan kesehatan merupakan suatu investasi guna mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia dan pembangunan ekonomi, serta memiliki peran penting dalam upaya mewujudkan keluarga sejahtera.

Sedangkan pelayanan pendidikan bertujuan untuk mencapai pemerataan, perluasan kesempatan belajar dan peningkatan mutu pendidikan. Pemerataan kesempatan belajar lebih ditekankan pada akses masyarakat untuk memperoleh pendidikan, sedangkan peningkatan kualitas pendidikan mengarah pada kualitas anak didik. Pemerataan kesempatan belajar dapat dicapai melalui peningkatan dan pemeliharaan gedung sekolah, peningkatan pelayanan pendidikan luar sekolah serta bantuan biaya pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan dapat dicapai melalui peningkatan kualitas guru serta peningkatan sarana penunjang belajar.

Kebutuhan atas kecukupan pangan merupakan kebutuhan dasar masyarakat untuk dapat terus tumbuh dan berkembang menuju kesejahteraan. Pemenuhan hak atas pangan bertujuan untuk mewujudkan ketahanan pangan daerah.

Misi 2 diselenggarakan dengan fokus meliputi :

a. Meningkatkan akses dan mutu layanan pendidikan bagi masyarakat jombang

b. Meningkatkan akses layanan kesehatan bagi masyarakat Jombang c. Mengendalikan pertumbuhan penduduk

d. Mewujudkan ketahanan pangan daerah

Misi 3

Meningkatkan Perekonomian Daerah yang Berdaya Saing dan Merata, dengan penjelasan:

(30)

Misi ini dimaksudkan untuk mencapai peningkatan perekonomian daerah untuk mewujudkan stabilitas perekonomian daerah. Ketidakstabilan perekono-mian daerah akan menyebabkan ekonomi biaya tinggi yang pada akhirnya memberikan efek terhadap tingginya pengangguran dan kemampuan daya beli masyarakat.

Misi 3 diselenggarakan dengan fokus meliputi :

a. Menjadikan agribisnis sebagai penyangga perekonomian daerah

b. Meningkatkan pertumbuhan wilayah di kawasan strategis cepat tumbuh c. Mewujudkan sentra-sentra industri

d. Mengembangkan pariwisata daerah

e. Penguatan kelembagaan ekonomi masyarakat desa f. Memperluas kesempatan kerja

g. Meningkatnya kesempatan berusaha

Misi 4

Menyediakan Infrastruktur Dasar yang Berkualitas dan Berwawasan Lingkungan, dengan penjelasan:

Misi ini dimaksudkan untuk penyediaan infrastruktur dasar permukiman serta sarana penunjang produksi barang dan jasa yang berupa jalan, jembatan, informasi dan komunikasi yang keseluruhannya akan menunjang akses perekonomian. Penyediaan infrastruktur dasar dimaksud dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan melalui peningkatan kualitas perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

Misi 4 diselenggarakan dengan fokus meliputi : a. Terwujudnya infrastruktur dasar yang memadai b. Mewujudkan pelayanan transportasi yang handal

c. Meningkatkan kualitas pelaksanaan penataan ruang yang mendorong keterpaduan pembangunan infrastruktur wilayah

d. Mewujudkan pengelolaan komunikasi dan informatika yang akuntabel e. Meningkatnya daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup f. Meningkatkan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup

(31)

Misi 5

Mewujudkan Tata Kelola Kepemerintahan yang Baik dan Bersih, dengan penjelasan:

Misi ini dimaksudkan untuk menjamin penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan sesuai dengan prinsip-prinsip good governance, sehingga mampu meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat secara berkelanjutan.

Misi 5 diselenggarakan dengan fokus meliputi :

a. Menciptakan tata kelola penyelenggaraan pemerintahan yang profesional b. Meningkatkan kualitas layanan perijinan

c. Peningkatan kualitas layanan kependudukan

d. Meningkatkan kualitas pelayanan pemerintahan desa

B. TUJUAN DAN SASARAN

Tujuan dan sasaran adalah tahap perumusan sasaran strategis yang menunjukkan tingkat prioritas tertinggi dalam perencanaan pembangunan jangka menengah daerah yang selanjutnya akan menjadi dasar penyusunan arsitektur kinerja pembangunan daerah secara keseluruhan yang mencakup strategi, arah kebijakan, kebijakan umum, program dan kegiatan prioritas. Penyusunan tujuan pembangunan daerah diselaraskan dengan tujuan pebangunan nasional dan provinsi.

Untuk merealisasikan pelaksanaan misi Pemerintah Kabupaten Jombang, perlu ditetapkan tujuan pembangunan daerah (goals) yang akan dicapai dalam kurun waktu lima tahun ke depan. Tujuan pembangunan daerah ini ditetapkan adalah untuk memberikan arah terhadap program pembangunan kabupaten secara umum. Sementara, sasaran merupakan hasil yang diharapkan dari suatu tujuan (goals) yang telah ditetapkan.

Dalam rangka memberikan kepastian operasionalisasi dan keterkaitan terhadap peran visi, misi, sampai dengan tujuan dan sasaran yang ditargetkan, berikut dijelaskan secara lebih detail keterkaitan misi, tujuan dan sasaran.

Misi 1. Meningkatkan Kualitas Kehidupan Sosial Dan Beragama, memiliki tujuan:

(32)

Memperbaiki sikap dan perilaku masyarakat sesuai dengan norma yang berlaku dalam kehidupan beragama dan bernegara. Sasaran dari tujuan dimaksud adalah:

Terwujudnya toleransi di dalam kehidupan bermasyarakat, dengan indikator terjaganya kondisi tidak pernah terjadi konflik SARA di Jombang; Terpeliharanya keamanan dan ketertiban umum, dengan indikator menurunnya angka kriminalitas;

Meningkatnya kesadaran politik masyarakat, dengan indikator meningkatnya partisipasi politik masyarakat.

Meningkatkan ketahanan sosial masyarakat dalam mencegah dan menangani masalah kesejahteraan sosial. Sasaran dari tujuan dimaksud adalah:

Memulihkan fungsi sosial masyarakat penyandang masalah kesejahteraan masyarakat, dengan indikator menurunnya jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS);

Menurunnya dampak bencana, dengan indikator menurunnya persentase ancaman bencana dan meningkatnya pemenuhan kebutuhan bagi korban bencana;

Meningkatkan kapasitas pemuda dan olah raga. Sasaran dari tujuan dimaksud adalah Meningkatnya prestasi kepemudaan dan olah raga, dengan indikator meningkatnya jumlah pemuda pelopor dan jumlah atlit berprestasi di tingkat provinsi dan nasional;

Melestarikan seni dan budaya daerah. Sasaran dari tujuan dimaksud adalah Meningkatnya pengembangan seni dan budaya daerah, dengan indikator meningkatnya persentase prestasi seni dan budaya;

Meningkatkan pemberdayaan, kualitas hidup, serta perlindungan perempuan dan anak. Sasaran dari tujuan dimaksud adalah Meningkatnya kesetaraan dan keadilan gender, dengan indikator meningkatnya Indeks Pembangunan Gender dan menurunnya jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak.

Misi 2. Mewujudkan Layanan Dasar yang Terjangkau, memiliki tujuan: Meningkatkan akses dan mutu layanan pendidikan bagi masyarakat Jombang. Sasaran dari tujuan dimaksud adalah:

(33)

Terwujudnya pelayanan pendidikan yang terjangkau bagi seluruh masyarakat, dengan indikator APK seluruh jenjang pendidikan dan APM seluruh jenjang pendidikan;

Meningkatnya kualitas pendidikan, dengan indikator meningkatnya persentase sekolah terakreditasi A di semua jenjang pendidikan;

Meningkatnya minat baca masyarakat, dengan indikator persentase pengunjung perpustakaan pemerintah kabupaten;

Meningkatkan akses layanan kesehatan bagi masyarakat Jombang. Sasaran dari tujuan dimaksud adalah Meningkatnya Usia Harapan Hidup, dengan indikator Angka Harapan Hidup (AHH);

Mengendalikan pertumbuhan penduduk. Sasaran dari tujuan dimaksud adalah Terkendalinya pertumbuhan penduduk, dengan indikator laju pertumbuhan penduduk;

Mewujudkan ketahanan pangan daerah. Sasaran dari tujuan dimaksud adalah: Terwujudnya ketersediaan dan cadangan pangan daerah, dengan indikator kecukupan energi dan protein per kapita;

Terjaminnya distribusi dan akses pangan daerah, dengan indikator ketersediaan informasi pasokan, harga, dan akses pangan di daerah;

Terwujudnya penganekaragaman dan keamanan pangan daerah, dengan indikator pencapaian skor pola pangan harapan dan tertanganinya kasus keamanan pangan;

Penanganan kerawanan pangan, dengan indikator menurunnya luasan daerah rawan pangan.

Misi 3. Meningkatkan Perekonomian Daerah yang Berdaya Saing dan Merata, memiliki tujuan:

Menjadikan agribisnis sebagai penyangga perekonomian daerah. Sasaran dari tujuan dimaksud adalah:

Meningkatkan produktivitas pertanian untuk mendukung perekonomian daerah, dengan indikator terwujudnya peningkatan produksi dan produktivitas tanaman pangan, tanaman perkebunan, hasil perikanan, serta peningkatan populasi dan produksi hasil peternakan;

Memantapkan kawasan agropolitan, dengan indikator meningkatnya produksi dan produktifitas komoditas unggulan di kawasan agropolitan,

(34)

meningkatnya kinerja layanan pemenuhan kebutuhan air irigasi, meningkatnya ketersediaan infrastruktur penunjang agropolitan, tersedianya kelembagaan penunjang agribisnis, tersedianya pasar pengumpul distribusi, terbangunnya jaringan pemasaran, dan meningkatnya nilai tambah produk agribisnis;

Meningkatkan kesejahteraan petani, dengan indikator NTP (indeks harga yang diterima petani dan indeks harga yang dibayar petani);

Meningkatkan pertumbuhan wilayah di kawasan strategis cepat tumbuh. Sasaran dari tujuan dimaksud adalah Terwujudnya penataan kawasan strategis cepat tumbuh, dengan indikator tersedianya sarana dan prasarana penunjang pada kawasan prioritas, tersedianya kawasan siap bangun (kasiba) pada kawasan Industri Ploso dan terkendalinya kawasan sekitar interchange tol; Mewujudkan sentra-sentra industri. Sasaran dari tujuan dimaksud adalah:

Tumbuhkembangnya sentra-sentra industri olahan, dengan indikator terwujudnya sentra industri olahan dan meningkatnya persentase volume usaha industri kecil dan menengah;

Meningkatnya jaringan pemasaran industri, dengan Indikator terwujudnya kemitraan usaha pemasaran industri;

Mengembangkan pariwisata daerah. Sasaran dari tujuan dimaksud adalah Meningkatnya potensi wisata, dengan indikator meningkatnya jumlah kunjungan wisata;

Penguatan kelembagaan ekonomi masyarakat desa. Sasaran dari tujuan dimaksud adalah Meningkatnya keberdayaan ekonomi masyarakat desa, dengan indikator pembentukan dan pengembangan BUMDes;

Memperluas kesempatan kerja. Sasaran dari tujuan dimaksud adalah Menurunnya jumlah pengangguran, dengan indikator menurunnya tingkat Pengangguran Terbuka (TPT);

Meningkatnya kesempatan berusaha. Sasaran dari tujuan dimaksud adalah: Peningkatan kesempatan dalam berwirausaha, dengan indikator meningkatnya akses permodalan wirausaha, terwujudnya one village one product, dan meningkatnya persentase koperasi sehat;

Mewujudkan kemandirian perempuan dalam perekonomian, dengan indikator persentase koperasi wanita aktif;

(35)

Terwujudnya kerjasama, promosi, dan pelayanan penanaman modal dengan indikator terselenggaranya promosi potensi penanaman modal dan tercapainya nilai investasi (PMDN/PMA).

Misi 4. Menyediakan Infrastruktur Dasar yang Berkualitas dan Berwawasan Lingkungan, memiliki tujuan:

Terwujudnya infrastruktur dasar yang memadai. Sasaran dari tujuan dimaksud adalah:

Meningkatnya kualitas infrastruktur yang andal, dengan indikator persentase panjang jalan kabupaten dalam kondisi baik dan persentase rumah tangga miskin yang menggunakan listrik sebagai sumber penerangan;

Meningkatnya kualitas lingkungan permukiman, dengan indikator meningkatnya panjang jalan lingkungan yang dibangun, jumlah lokasi perumahan yang tertata, meningkatnya jumlah sarana sanitasi komunal, meningkatnya fasilitas sarana penyediaan air minum pada desa rawan air bersih, rasio layanan persampahan, tertanganinya daerah rawan genangan, rasio rumah layak huni, rasio makam yang tertata dan rasio permukiman kawasan kumuh;

Terwujudnya pembinaan dan pengawasan di bidang jasa konstruksi, dengan indikator indeks pembinaan jasa konstruksi;

Mewujudkan pelayanan transportasi yang handal. Sasaran dari tujuan dimaksud adalah Terwujudnya pelayanan transportasi yang handal, berdaya saing, dan memberikan nilai tambah, dengan indikator tingkat keterjangkauan pelayanan transportasi umum bagi masyarakat luas, tingkat kelayakan (representatif, kapasitas, kesesuaian fungsi) terminal penumpang, tingkat ketersediaan halte dan shelter penumpang angkutan umum;

Meningkatkan kualitas pelaksanaan penataan ruang yang mendorong keterpaduan pembangunan infrastruktur wilayah. Sasaran dari tujuan dimaksud adalah Terwujudnya kesesuaian dan keterpaduan perwujudkan pembangunan yang berkelanjutan, dengan indikator jumlah dokumen rencana tata ruang dan rencana rinci tata ruang yang ditetapkan dalam produk hukum daerah dan meningkatnya proporsi ruang terbuka hijau kawasan perkotaan; Mewujudkan pengelolaan komunikasi dan informatika yang akuntabel. Sasaran dari tujuan dimaksud adalah Terselenggaranya pengelolaan sumber

(36)

daya komunikasi dan informatika yang optimal, dengan indikator meningkatnya pengelolaan sumber daya komunikasi dan informatika yang optimal;

Meningkatnya daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup. Sasaran dari tujuan dimaksud adalah Meningkatnya kualitas perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, dengan indikator menurunnya tingkat pencemaran lingkungan, meningkatnya jumlah kader lingkungan, menurunnya luasan lahan kritis;

Meningkatkan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup. Sasaran dari tujuan dimaksud adalah Meningkatnya sistem pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup, dengan indikator meningkatnya produksi dan produktivitas kehutanan serta meningkatnya persentase industri hasil hutan yang bersertifikat Sistem Verifikasi Legalitas Kayu.

Misi 5. Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Bersih, memiliki tujuan:

Menciptakan tata kelola penyelenggaraan pemerintahan yang profesional. Sasaran dari tujuan dimaksud adalah:

Mewujudkan organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran, dengan indikator berkurangnya tumpang tindih tugas pokok dan fungsi antar SKPD;

Regulasi yang lebih tertib, tidak tumpang tindih dan kondusif, dengan indikator menurunnya jumlah regulasi yang tumpang tindih.

Sumberdaya aparatur yang berintegritas, netral, kompeten, capable, profesional, berkinerja tinggi dan sejahtera, dengan indikator persentase aparatur mempunyai sasaran kerja pegawai (SKP) berkategori baik;

Meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, dengan indikator menurunnya penyimpangan korupsi, meningkatnya jumlah dan kompetensi auditor, dan meningkatnya jumlah instansi yang menerapkan tata kelola kearsipan secara baku;

Mewujdkan pengelolaan keuangan dan aset daerah yang handal, dengan indikator peningkatan opini BPK terhadap Laporan Keuangan Daerah, penetapan Perda APBD dan penyampaian laporan keuangan daerah tepat waktu, dan meningkatnya kapasitas fiskal daerah setiap tahunnya;

(37)

Meningkatkan kapasitas dan kapabilitas kinerja birokrasi, dengan indikator persentase capaian kinerja program dan kegiatan pembangunan;

Pelayanan prima sesuai kebutuhan dan harapan masyarakat, dengan indikator meningkatnya Indeks Kepuasan Masyarakat dan meningkatnya persentase dokumentasi dan visualisasi kegiatan pembangunan;

Birokrasi dengan integritas dan kinerja yang tinggi, dengan indikator persentase realisasi capaian kinerja dengan kategori baik;

2. Meningkatkan kualitas layanan perijinan. Sasaran dari tujuan dimaksud adalah: Terwujudnya kepastian pelayanan perizinan bidang usaha, dengan indikator persentase layanan perizinan tepat waktu, tersedianya akses informasi pelayanan perijinan bidang usaha serta terselenggaranya pelayanan perizinan dan non perizinan bidang penanaman modal;

3. Peningkatan kualitas layanan kependudukan. Sasaran dari tujuan dimaksud adalah Meningkatnya cakupan layanan administrasi kependudukan, dengan indikator cakupan penerbitan kartu keluarga dan akte kelahiran;

4. Meningkatkan kualitas pelayanan pemerintahan desa. Sasaran dari tujuan dimaksud adalah Meningkatnya kapasitas aparatur pemerintahan desa, dengan indikator peningkatan Indeks Kepuasan Masyarakat Desa terhadap pelayanan pemerintah desa.

C. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN DAERAH

Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif dan efisien. Dengan pendekatan yang komprehensif, strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi, reformasi, dan perbaikan kinerja birokrasi. Perencanaan stratejik selain mengagendakan aktivitas pembangunan, juga mengakomodasi segala program yang mendukung dan menciptakan layanan masyarakat yang dapat dilakukan dengan baik, termasuk di dalamnya upaya memberbaiki kinerja dan kapasitas birokrasi, sistem manajemen, dan pemanfaatan teknologi informasi.

Strategi merupakan langkah-langkah yang berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi. Strategi menjadi salah satu rujukan penting dalam perencanaan pembangunan daerah (strategy focussed-management). Sedangkan arah kebijakan adalah pedoman untuk mengarahkan rumusan strategi yang dipilih agar lebih terarah dalam mencapai tujuan dan

(38)

sasaran dari waktu kewaktu selama 5 (lima) tahun. Rumusan arah kebijakan merasionalkan pilihan strategi agar memiliki fokus dan sesuai dengan pengaturan pelaksanaannya.

Dapat disimpulkan bahwa strategi dan arah kebijakan pembangunan merupakan rumusan perencanaan komprehensif dalam mencapai tujuan dan sasaran RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018 dengan efektif dan efisien. D. PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH

Memperhatikan kebijakan Pemerintah Pusat dalam RKP Tahun 2015 dan sinergitas dengan RKPD Provinsi Jawa Timur Tahun 2015, serta prioritas pembangunan sebagaimana tercantum dalam RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018, dan agar kebijakan umum dapat dijadikan pedoman dalam menentukan program prioritas yang tepat.

Penyusunan RKPD Kabupaten Jombang tahun 2015 merupakan rencana pembangunan tahun kedua dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018 dan juga periodesasi ketiga dalam tahapan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Jombang Tahun 2005-2025. Tujuan pembangunan yang diamanatkan dalam RPJPD tahun 2005-2025 adalah ”Memantapkan Kawasan Strategis dan Mengembangkan Produk Potensi Lokal Yang Berbasis Agribisnis”. Oleh karena itu, untuk mendukung tercapainya arah kebijakan tersebut, maka ditetapkan tema Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015, yaitu: ”Pemantapan Kualitas Infrastruktur Dasar dan Infrastruktur Penunjang Pertumbuhan Kawasan ”, dengan unsur-unsur pokok sebagai berikut:

1. Percepatan infrastruktur jalan Kabupaten dan jalan Desa

2. Pembangunan/rehabilitasi/pemeliharaan jalan usaha tani dan jalan produksi 3. Pembangunan/rehabilitasi/pemeliharaan JIDES dan JITUT

4. Percepatan pembangunan di kawasan agropolitan

5. Pembangunan/rehabilitasi ringan/sedang/berat SD dan lapangan olah raga 6. Pengadaan sarana dan prasarana produksi

7. Pembangunan/rehabilitasi sumur dangkal pertanian/perkebunan

8. Pembangunan/rehabilitasi/pemeliharaan sarana dan prasarana air minum/air bersih

9. Pembangunan/rehabilitasi/pemeliharaan jalan lingkungan 10. Pembangunan saluran drainase/trotoar

(39)

Memperhatikan perkembangan asumsi ekonomi makro daerah tahun 2013 berdasarkan angka sangat sementara BPS yang menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Jombang mengalami penurunan di bandingkan tahun 2012 sebesar 6,97% dengan inflasi 5,92% sedangkan tahun 2013 sebesar 6,41%, dengan nilai inflasi sebesar 7,24%. Perlambatan pertumbuhan ekonomi tersebut disebabkan kondisi makro baik regional maupun nasional yang kurang baik, hal itu bisa dilihat dari kenaikan BBM, tarif dasar listrik dan faktor cuaca yang mengakibatkan pergeseran musim tanam yang mengakibatkan tekanan pada sektor pertanian. Namun pada tahun 2014 dan tahun 2015 proyeksi pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan sebesar 6,0-6,5% tahun 2014 dan 6,4-6,7% pada tahun 2015 dengan tingkat inflasi 4,5-5% tahun 2014 dan 4-4,5% pada tahun 2015. Asumsi makro tersebut tentunya didukung dengan adanya kebijakan-kebijakan pemerintah daerah yang pro rakyat, misalnya kebijakan Pagu Indikatif Desa (PID) yang ditetapkan dalam Peraturan Bupati Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Bupati Jombang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Pagu Indikatif Desa, percepatan penuntasan infrstruktur jalan Kabupaten dan jalan desa serta implementasi kartu jombang sehat. Dengan adanya kebijakan-kebijakan tersebut diharapkan pemerataan pembangunan dan pendapatan per kapita masyarakat dapat meningkat yang nantinya diikuti dengan tingkat pengangguran dan tingkat kemiskinan yang semakin menurun serta mengurangi tingkat disparitas antar wilayah dan mempersempit disparitas/kesenjangan sosial.

Sebagaimana arahan pembangunan dalam RPJPD Kabupaten Jombang Tahun 2005-2025 bahwa pada periodesasi tahap ketiga tahun 2014-2018 pembangunan daerah ditujukan untuk Memantapkan Kawasan Strategis dan Mengembangkan Produk Potensi Lokal Yang Berbasis Agribisnis. Tahap ini ditujukan untuk mamantapkan kemajuan daerah dan mengembangkan kesejahteraan. Dinamika ekonomi yang atraktif pada tahap sebelumnya dimantapkan dengan memperluas jangkauan jaringan kerja kegiatan ekonomi yang berskala Nasional. Tahapan ini juga ditandai dengan makin dominannya peranan pengetahuan dan penguasaan teknologi serta diarahkan pada upaya optimal pendayagunaan potensi sumber daya. Kemajuan yang dicapai menjadikan daerah memiliki daya saing.

(40)

embangunan Daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip otonomi yang didasarkan atas pertimbangan bahwa daerah lebih mengetahui kebutuhan dan standar pelayanan bagi masyarakat di daerahnya sehingga dapat meningkatkan efektifitas dalam penyeleng-garaan pemerintahan dan pelayanan masyarakat. Hal tersebut sesuai dengan amanah Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan bahwa daerah sebagai satu kesatuan masyarakat hukum mempunyai wewenang untuk mengatur dan mengurus daerahnya sesuai dengan aspirasi dan kepentingan masyarakat sepanjang tidak bertentangan dengan tatanan hukum nasional dan kepentingan umum. Sebagai daerah otonom, daerah memiliki wewenang dan tanggungjawab menyeleng-garakan kepentingan berdasarkan prinsip-prinsip keterbukaan (transparancy), partisipasi masyarakat (participation) dan pertanggung-jawaban kepada masyarakat (accountability).

Pemberian otonomi yang seluas-luasnya kepada Daerah diarahkan dapat mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat serta diharapkan mampu meningkatkan daya saing

(41)

dengan memperhatikan prinsip-prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan serta potensi dan keanekaragaman Daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Guna mewujudkan tujuan tersebut, maka Pemerintah Daerah menyelenggarakan pembangunan daerah yang ditetapkan dalam dokumen penganggaran yang pendanaannya bersumber antara lain dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), dan pendanaan dari masyarakat.

Kebijakan umum pengelolaan keuangan daerah yang tertuang dalam dokumen perencanaan baik RKPD maupun KUA-PPAS merupakan dokumen yang memuat kebijakan tentang Pendapatan Daerah, Belanja Daerah dan Pembiayaan serta asumsi yang mendasarinya untuk periode 1 (satu) tahun. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati tahun 2015 disusun berdasarkan RKPD tahun 2015 yang merupakan penjabaran tahunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah tahun 2014-2018.

Kebijakan pengelolaan keuangan daerah dalam dokumen perencanaan dan penganggaran merupakan instrumen dalam menjamin terciptanya disiplin dalam proses pengambilan keputusan yang terkait dengan kebijakan pendapatan maupun belanja daerah dan mengacu pada Peraturan Perundangan yang melandasinya. Pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah seharusnya tidak terlepas dari kebijakan yang telah ditetapkan, baik dari sisi efektivitas pengelolaan penerimaan pendapatan yang dijabarkan melalui target Pendapatan Daerah dan realisasinya, maupun dilihat dari efisiensi dan efektivitas Belanja Daerah melalui belanja tidak langsung dan belanja langsung.

Pada tahapan pertanggungjawaban dalam siklus pengelolaan keuangan daerah, Penyusunan laporan keterangan pertanggungjawaban kepala daerah kepada DPRD didasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 3 tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat, mengamanatkan bahwa LKPj akhir tahun anggaran disampaikan kepada DPRD paling lambat tiga bulan setelah tahun anggaran berakhir. Sedangkan sesuai yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Kepala Daerah menyampaikan Rancangan Peraturan Daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan keuangan yang disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan yang telah diperiksa Badan Pemeriksa Keuangan paling lambat enam bulan setelah tahun anggaran berakhir. Mempertimbangkan hal tersebut diatas maka dalam penyusunan

Referensi

Dokumen terkait

Rekomendasi didapat dari hasil mensintesiskan keseluruhan komponen penelitian (teori dan data lapangan) untuk mendapatkan suatu sistem dokumentasi yang baru, yang mencakup

Berdasarkan teori yang ada fungsi bahan ajar bagi siswa yaitu (1) siswa dapat belajar tanpa harus ada guru maupun temannya yang lain, (2) siswa dapat belajar

Sebagai bahan pertimbangan bagi Pemerintah Kota Surabaya dalam mewujudkan Surabaya Smart city khususnya dengan mengembangkan layanan publik berbasis pada teknologi, informasi,

[r]

Penelitian ini juga didukung hasil penelitian Irawati, dkk (2013) dengan judul “Studi akses terhadap media kesehatan reproduksi pada kalangan remaja di SMA Negeri 9

Kesimpulan dari dokumenter potret “Kisah Tani Disabilitas” ini dimana visualisasi menjadi bagian sangat penting pada karya ini karena menampilkan inti dari cerita yang

65 Terbentuknya unit pengelola pengaduan masyarakat di seluruh SKPD Unit 4 4 10 12 12 42 Menurunnya kasus - kasus korupsi dan penyalahgunaan wewenang. 66

Selain itu, untuk menunjang pencapaian kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik, diperlukan juga memberikan pelajaran tambahan, baik dalam bentuk les atau