• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN DAMPAK LAINGKUNGAN 1 Dampak Penting

Dalam dokumen Kepmen PU No. 441 tentang 1998 tentang P (Halaman 40-44)

III. ARSITEKTUR DAN LINGKUNGAN 1 ARSITEKTUR BANGUNAN

III.4 PENGELOLAAN DAMPAK LAINGKUNGAN 1 Dampak Penting

a. Setiap kegiatan dalam bangunan dan atau lingkungannya yang mengganggu dan menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan harus dilengkapi dengan AMDAL sesuai ketentuan yang berlaku.

b. Setiap kegiatan dalam bangunan dan atau lingkungannya yang menimbulkan dampak tidak penting terhadap lingkungan, atau secara teknologi sudah dapat dikelola dampak pentingnya, tidak perlu dilengkapi dengan AMDAL, tetapi diharuskan melakukan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) sesuai ketentuan yang berlaku.

c. Kegiatan yang diperkirakan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan adalah bila rencana kegiatan tersebut akan:

i. menyebabkan perubahan pada sifat-sifat fisik dan atau hayati lingkungan, yang melampaui baku mutu lingkungan menurut peraturan penundang-undangan yang bertaku;

ii. menyebabkan perubahan mendasar pada komponen lingkungan yang melampaui kriteria yang diakui, berdasarkan pertimbangan ilmiah;

iii. mengakibatkan spesies-spesies yang langka dan atau endemik, dan atau dilindungi menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku terancam punah; atau habitat alaminya mengalami kerusakan;

iv. menimbulkan kerusakan atau gangguan terhadap kawasan lindung (hutan lindung, cagar alam, taman nasional, suaka margasatwa, dan sebagainya) yang telah ditetapkan menunut peraturan perundang-undangan;

v. merusak atau memusnahkan benda-benda dan bangunan peninggalan sejarah yang bernilai tinggi;

vi. mengubah atau memodifikasi areal yang mempunyai nilai keindahan alami yang tinggi;

vii. mengakibatkan/ menimbulkan konflik atau kontroversi dengan masyarakat, dan atau pemerintah.

d. Kegiatan yang dimaksud pada butir III.3.1.c merupakan kegiatan yang berdasarkan pengalaman dan tingkat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai potensi menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan hidup.

2. Ketentuan Pengelolaan Dampak Lingkungan

Jenis-jenis kegiatan pada pembangunan bangunan gedung dan atau lingkungannya yang wajib AMDAL, adalah sesuai Ketentuan pengelolaan Dampak Lingkungan yang berlaku.

3. Ketentuan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL)

Jenis-jenis kegiatan pada pembangunan bangunan gedung dan atau lingkungannya yang harus melakukan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) adaiah sesuai ketentuan yang berlaku.

4. Persyaratan Teknis Pengelolaan Dampak Lingkungan a. Persyaratan Bangunan

i. Untuk mendirikan bangunan yang menurut fungsinya menggunakan menyimpan atau memproduksi bahan peledak dan bahan-bahan lain yang sifatnya mudah meledak, dapat diberikan ijin apabila:

(1) Lokasi bangunan terletak di luar lingkungan perumahan atau berjarak tertentu dari jalan umum, jalan kereta api dan bangunan lain di sekitarnya sesuai rekomendasi dinas teknis terkait.

(2) Bangunan yang didirikan harus terletak pada jarak tertentu dari batas-batas pekarangan atau bangunan lainnya dalam pekarangan sesuai rekomendasi dinas terkait.

(3) Bagian dinding yang terlemah dari bangunan tersebut diarahkan ke daerah yang paling aman.

ii. Bangunan yang menurut fungsinya menggunakan, menyimpan atau memproduksi bahan radioaktif, racun, mudah terbakar atau bahan lain yang berbahaya, harus dapat menjamin keamanan keselamatan serta kesehatan penghuni dan lingkungannya.

iii. Pada bangunan yang menggunakan kaca pantul pada tampak bangunan, sinar yang dipantulkan tidak boleh melebihi 24% dan dengan memnperhatikan tata letak serta orientasi bangunan terhadap matahari.

iv. Bangunan yang menurut fungsinya memerlukan pasokan air bersih dengan debit > 5 l/dt atau > 500 m3/hari dan akan mengambil sumber air tanah dangkal dan atau air tanah dalam (deep well) harus mendapat ijin dari dinas terkait yang bertanggung jawab serta menggunakan hanya untuk keperluan darurat atau alternatif dari sumber utama PDAM.

v. Guna pemulihan cadangan air tanah dan mengurangi debit air larian, maka setiap tapak bangunan gedung harus dilengkapi dengan bidang resapan yang ukurannya disesuaikan dengan standar teknis yang berlaku.

vi. Apabila bangunan yang menurut fungsinya akan membangkitkan LHR >= 60 SMP per 1000 ft2 luas lantai, maka rencana teknis sistem jalan akses keluar masuk bangunan gedung harus mendapat ijin dari dinas teknis yang berwenang.

b. Persyaratan Pelaksanaan Konstruksi

i. Setiap kegiatan konstruksi yang menimbulkan genangan baru sekitar tapak bangunan harus dilengkapi dengan saluran pengering genangan sementara yang nantinya dapat dibuat permanen dan menjadi bagian sistem drainase yang ada.

ii. Setiap kegiatan pelaksanaan konstruksi yang dapat menimbulkan gangguan terhadap lalu lintas umum harus dilengkapi dengan rambu-rambu lalu lintas yang dioperasikan dan dikendalikan oleh tim pengatur lalu lintas.

iii. Penggunaan hammer pile untuk pemancangan pondasi hanya diijinkan bila tidak ada bangunan rumah sakit di sekitarnya, atau tidak ada bangunan rumah yang rawan keretakan.

iv. Penggunaan peralatan konstruksi yang diperkirakan menimbulkan keretakan bangunan, sekelilingnya harus dilengkapi dengan kolam peredam getaran.

v. Setiap kegiatan pengeringan (dewatering) yang menimbulkan kekeringan sumur penduduk harus memperhitungkan pemberian kompensasi berupa penyediaan air bersih kepada masyarakat selama pelaksanaan kegiatan, atau sampai sumur penduduk pulih seperti semula.

c. Pembuangan limbah cair dan padat

i. Setiap bangunan yang menghasilkan limbah cair dan padat atau buangan lainnya yang dapat menimbulkan pencemaran air dan tanah, harus dilengkapi dengan sarana pengumpulan dan pengolahan limbah sebelum dibuang ke tempat pembuangan yang diijinkan dan atau ditetapkan oleh instansi yang berwenang.

ii. Sarana pongumpulan dan pongolahan air limbah harus dipelihara secara berkala untuk menjamin kualitas effluen yang memenuhi standar baku mutu limbah cair.

iii. Sampah yang dikumpulkan di sarana pengumpulan sampah padat harus selalu dikosongkan setiap hari untuk menjamin agar lalat tidak berkembang biak dan mengganggu kesehatan lingkungan bangunan gedung.

5. Pengelolaan Daerah Bencana

a. Suatu daerah dapat ditetapkan sebagai daerah bencana, daerah Banjir dan yang sejenisnya.

b. Pada daerah bencana sebagaimana dimaksud pada butir III.3.5.a dapat ditetapkan larangan membangun atau menetapkan tata cara dan persyaratan khusus di dalam membangun, dengan memperhatikan keamanan, keselamatan dan kesehatan lingkungan.

c. Lingkungan bangunan yang mengalami kebakaran dapat ditetapkan sebagai daerah tertutup dalam jangka waktu tertentu, dibatasi, atau dilarang membangun bangunan.

d. Bangunan-bangunan pada lingkungan bangunan yang mengalami bencana, dengan memperhatikan keamanan, keselamatan dan kesehatan dapat diperkenankan mengadakan perbaikan darurat, bagi bangunanan yang rusak atau membangun bangunan sementara untuk kebutuhan darurat dalam batas waktu penggunaan tertentu dan dapat dibebaskan dari izin.

e. Daerah sebagaimana dimaksud pada butir III.3.5.a, dapat ditetapkan sebagai daerah peremajaan kota.

IV. STRUKTUR BANGUNAN GEDUNG

Dalam dokumen Kepmen PU No. 441 tentang 1998 tentang P (Halaman 40-44)