• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Pengelolaan dana zakat pada BAZNAS kabupaten bantaeng

Data yang akan disajikan dalam penelitian adalah data yang diambil langsung dari badan amil zakat nasional (BAZNAS) Kabupaten Bantaeng melalui narasumber dengan proses wawancara secara langsung, melakukan observasi dan melakukan dokumentasi.

Ide pemberdayaan zakat, infaq dan sedekah sejatinya sudah lama menjadi wacana nasional. Apalagi ditengah kondisi kemiskinan yang terus melanda, Negara harus punya solusi jitu dalam menanggulanginya. Maka zakat bisa menjadi solusi ampuh untuk menanggulanginya.

Pada hakikatnya zakat adalah instrument pemasukan Negara yang berasal dari muslim dan disalurkan lagi ke muslim lainnya. Maka zakat sangat potensial diterapkan di Negara mayoritas muslim seperti Indonesia. Belum lagi perintah Al-Qur’an yang menggandengkan kata shalat dan zakat di 83 tempat. Artinya antara ibadah dan muamalah tidak bisa dipisahkan kehadirannya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Bantaeng menyadarkan mayarakat muslim tentang pentingnya pengeluaran zakat secara terus menerus melalui pemahaman, sosialisasi dan memberikan bukti nyata terkait program kemanusiaan yang telah terealisasi khususnya dalam aspek pendidikan dan kesehatan. Sehingga masyarakat sadar akan pentingnya mengeluarkan zakat sehingga pengoptimalan dana zakat dapat terealisasi dengan melihat potensi zakat masyarakat Indonesia yang cukup besar khususnya Kabupaten Bantaeng Provinsi Sulawesi Selatan.

Pengumpulan zakat menjadi tema yang mendesak untuk di koordinasikan antara BAZNAS. Koordinasi dalam hal pengumpulan dana

zakat diwujudkan dengan memberikan batasan masing-masing dalam mengumpulkan dana zakat. Hal ini bertujuan agar potensi dana zakat dimasyarakat dapat dimaksimalkan dengan sebaik-baiknya. Sebagaimana diketahui bahwa potensi dana zakat di Indonesia menjadi tidak kurang dari 19 trilyun rupiah. Ini adalah angka yang sangat fantastik untuk dimaksimalkan dalam rangka pemberdayaan ekonomi umat. Agar potensi yang sangat besar tersebut dapat dimaksimalkan, maka harus ada pembagian kerja dalam pengumpulan ini, dimana tiap-tiap BAZNAS menempati posisi masing-masing.48

Proses pengumpulan dana zakat pada BAZNAS Kabupaten Bantaeng menurut ibu Ningsih adalah :

“BAZNAS Kabupaten Bantaeng mengumpulkan dana zakat dengan beberapa cara, yaitu dengan cara muzakki datang langsung ke kantor BAZNAS utamanya bagi non pegawai atau masyarakat biasa yang memiliki harta dan memenuhi syarat untuk ditunaikan zakatnya, ada pula dengan melalui via transfer. Sedangkan bagi pegawai ada yang lebih memilih secara langsung datang ke kantor BAZNAS untuk menyetor zakatnya dan ada pula yang memilih gajinya secara langsung dipotong oleh Bank Sulselbar dengan persetujuan dari yang bersangkutan”.49

Pengelolaan dana zakat yang telah terhimpun pada BAZNAS Kabupaten Bantaeng menurut ibu Ningsih :

“Dana zakat yang telah terhimpun kita bagi untuk 8 asnaf sesuai dengan jumlah yang telah ditentukan lalu didistribusikan kepada mereka. Desa/Camat menyetor nama-nama masyarakat yang tergolong tidak mampu (miskin), maksimal 20 orang dalam satu Desa. Nah itulah yang kita berikan zakat jika telah dilakukan survei oleh tim dengan datang kerumah muzakki yang telah terdaftar namanya untuk membuktikan apakah mereka memang orang yang kurang mampu (miskin). Karena terkadang ada orang yang sudah

48 Departemen Agama RI, Panduan Organisasi Pengelola Zakat (Drektorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Zakat, 2015), h. 10-11

53

haji, memiliki kendaraan pribadi tapi namanya yang didaftarkan oleh Desa/Camat ke BAZNAS untuk mendapatkan zakat”.50

Dalam upaya meningkatkan kualitas pengelolaan dana zakat agar dapat diberdayakan secara optimal, maka Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat perlu di masyarakatkan secara luas dan merata. Setelah pengumpulan dana zakat dari para muzakki maka selanjutnya BAZNAS Kabupaten Bantaeng bertindak sebagai amil berkewajiban mendistribusikan kepada mustahik (orang yang berhak menerima zakat).

Kesalahan atau kendala dalam proses pendistribusian dana zakat menurut ibu Tiara :

“Kalau kendala yah palingan kesalahan informasi dari pemerintah setempat tentang keadaan mustahik yang telah di daftarkan namanya sebagai penerima zakat, lalu saat disurvey ketempat tinggal mustahik tersebut, kenyataannya mereka bukan orang yang kurang mampu (miskin), mereka punya kerjaan tetap dan kendaraan seperti motor, itukan tidak punya hak untuk mendapatkan pembagian zakat”.51

Sasaran pendistribusian zakat itu dibagikan kepada orang yang berhak menerimanya, yang dalam Al-Quran Surah Attaubah ayat 60, mustahik dibagi dalam 8 asnaf yaitu fakir, miskin, amil (pengurus zakat), para muallaf, riqab (hamba sahaya), gharim (orang yang berhutang), sabilillah dan ibnu sabil. Namun dalam melakukan pendistribusian, pengurus Lembaga Amil Zakat (LAZ) atau amil sebaiknya melakukan konsultasi dengan dewan pertimbangan tentang asnaf mana yang harus di prioritaskan, karena tidak semua asnaf harus dibagikan pada waktu yang bersamaan.

50 Syahriah Ningsih, Staf Bagian Pengumpulan, Wawancara, 6 September 2019

51 Tiara Sani Bachtiar, Staf Bagian Pendistribusian dan Pendayagunaan, Wawancara, 6 September 2019

Pendistribusian dana zakat kepada mustahik menurut ibu Tiara adalah :

“Pendistribusian dana zakat pada BAZNAS Kabupaten Bantaeng dilakukan dengan cara : bagi mustahik yang rumahnya dekat dengan BAZNAS maka dikumpulkan di kantor BAZNAS Kabupaten Bantaeng. Sedangkan untuk mustahik yang jauh masing-masing dikumpulkan di Kantor Kecamatan. Itu dilakukan setiap dua kali dalam setahun. Dan ada pula yang secara langsung rumahnya di datangi oleh tim dari BAZNAS seperti mustahik yang menerima pembagian sembako atau yang menerima program benah rumah, maka disurvey untuk dipastikan apakah benar-benar tidak mampu (miskin) dan rumahnya memang layak untuk dibenah”.52

Merujuk pada mekanisme pendistribusian zakat sebagaimana yang diisyaratkan oleh ajaran islam mengenai zakat, pendistribusian zakat itu dilakukan dengan beberapa ketentuan, diantaranya :

1. Distribusi zakat kepada masyarakat setempat (lokal) 2. Pendistribusian secara merata dengan ketentuan :

a. Didistribusikan kepada seluruh golongan yang berhak menerima zakat jika hasil pengumpulan zakat mencapai jumlah yang melimpah

b. Pendistribusiannya menyeluruh kepada golongan yang telah ditetapkan c. Apabila didapati hanya terdapat beberapa golongan penerima zakat yang

membutuhkan penanganan secara khusus, diperbolehkan untuk memberikan semua bagian zakat kepada beberapa golongan tersebut. d. Menjadikan golongan fakir miskin sebagai golongan pertama yang

menerima zakat.

Batasan dana zakat dalam tahap penyaluran dana zakat menurut ibu Hasmirah :

“Dalam penyaluran dana zakat yah tentu ada batasan seperti untuk fakir miskin untuk sementara ini diberikan sejumlah 300 ribu /

52 Tiara Sani Bachtiar, Staf Bagian Penditribusian dan Pendayagunaan, Wawancara, 6 September 2019

55

orangnya, lalu untuk korban bencana seperti kebakaran diberikan sejumlah 2 jt dan untuk orang sakit yang sedang dirawat di rumah sakit itu sejumlah 500 ribu sampai 1 jt untuk biaya selama di rumah sakit bagi orang yang tidak mampu. Sedangkan untuk mahasiswa (i) yang kuliah di kampus keagamaan dan mengambil jurusan keagamaan diberikan beasiswa sebesar 1 jt dan untuk mahasiswa (i) yang kuliah di kampus keagamaan dan mengambil jurusan umum seperti bahasa inggris diberikan beasiswa sebesar 500 ribu”.53

Pendistribusian zakat yang dilakukan oleh BAZNAS adalah dengan cara produktif dan konsumtif :

1. Produktif ialah memberikan bantuan dana kepada para penerima zakat dalam bentuk permodalan baik untuk membangun proyek sosial maupun menambah modal pedagang usaha kecil.

2. Konsumtif ialah dengan membagikan dalam bentuk makanan seperti sembako atau kebutuhan pokok. dan juga bisa dalam bentuk uang untuk dibelikan kebutuhan pokok bagi para mustahik.

Strategi atau upaya yang dilakukan dalam penyaluran dana zakat agar lebih hemat waktu dan biaya menurut pak Malik :

“Strategi dalam menyalurkan dana zakat agar lebih hemat waktu dan hemat biaya, yah dengan cara mengumpulkan para mustahik di Kantor BAZNAS dan di Kantor Kecamatan masing-masing mustahik, yah itu untuk lebih mengefesienkan waktu. Tidak mungkin kami mendatangi rumah para mustahik secara langsung satu per satu dengan jumlah mustahik sekitar 2000 orang dan dengan personil kami disini yang terbatas. Jadi kami bekerja sama dengan para pemerintah setempat seperti Desa/Camat untuk mengundang para mustahik datang ke Kantor Kecamatan untuk diberikan zakat, sehingga penyaluran zakat bisa cepat dan lebih hemat waktu juga”.54

53 Hasmirah, Staf Bagian Keuangan dan Pelaporan, Wawancara, 6 September 2019

Para pemikir islam menganjurkan agar zakat didistribusikan dengan cara menggeser dan mengalihkan pola-pola pendistribusian secara konsumtif ke pendistribusian secara produktif. Pendistribusian zakat konsumtif, baik secara langsung untuk memenuhi kebutuhan konsumsi sehari-hari maupun sekedar mengatasi persoalan ekonomi mustahik dinilai sulit untuk mencapai tujuan pengelolaan zakat. Penyebabnya ialah, orientasi ditribusi zakat secara konsumtif tersebut lebih sekedar untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dasar mustahik atau memenuhi kebutuhan peningkatan sumber daya manusia secara minimal. Pendistribusian model ini hanya tepat jika dilakukan dalam kondisi yang mendesak, yaitu pada saat mustahik membutuhkan pemecahan masalah ekonomi.

Pendistribusian zakat didorong kearah yang produktif karena dinilai lebih menjanjikan pemenuhan dan pencapaian tujuan pengelolaan zakat. Pendistribusian secara produktif diberikan dalam bentuk berbagai sarana usaha maupun dalam bentuk permodalan untuk proyek sosial jangka panjang yang menguntungkan.

Pola distribusi zakat secara produktif dapat mengambil skema Qardhul Hasan. Pola Qardhul Hasan merupakan salah satu bentuk pinjaman yang menetapkan tidak adanya tingkat pengembalian tertentu dari pokok pinjaman.

Pendistribusian zakat secara produktif perlu dilakukan dengan langkah-langkah yang tepat agar dapat mencapai sasaran secara tepat guna. Zainur Rahman (2011) menjelaskan bahwa terdapat beberapa langkah pendistribusian zakat secara produktif, yang dapat digambarkan pada skema berikut :

57

Bagan Distribusi Zakat

Bagan di atas menggambarkan bahwa, distribusi zakat secara produktif memperkuat pendataan secara akurat tentang zakat dari segi produktif sehingga dapat membagi rata tata cara pendistribusian zakat kepada para mustahik melalui pengelompokan mustahik yang terdiri dari delapan asnaf atau yang berhak dan bisa menyalurkan kemampuan mereka dengan memberikan pelatihan dasar, dari banyaknya kemampuan yang tersembunyi dari para mustahik karena terhalang dana untuk menyalurkan kemampuan mereka sehingga dapat memberikan keuntungan bagi mereka.

C. Efektifitas pengelolaan dana zakat pada BAZNAS Kabupaten

Dokumen terkait