• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B. Kajian teori

2. Tinjauan umum zakat

a. Pengertian zakat

Zakat merupakan rukun Islam yang keempat yang diwajibkan kepada setiap muslim yang mampu mengeluarkannya, karena dengan mengeluarkan zakat dapat membersihkan harta untuk kembali kepada kesucian. Zakat menurut lughah (bahasa) berarti nama’ (kesuburan), thaharah (kesucian), barakah (keberkatan) dan berarti juga tazkiya tahhier (mensucikan).20 Syara’ memaknainya dengan dua pengertian. Pertama, dinamakan pengeluaran harta ini dengan zakat adalah karena zakat itu merupakan suatu sebab yang diharapkan akan mendatangkan kesuburan atau menyuburkan pahala. Kedua, dinamakan harta yang dikeluarkan itu dengan zakat adalah zakat itu merupakan suatu kenyataan dan kesucian jiwa dari kekikiran dan kedosaan. Dalam kitab Majma Lugha al-‘Arabiyyah, al Mu’jam Al-wasith dalam Didin Hafidhuddin zakat itu adalah bagian dari harta dengan persyaratan tertentu, yang Allah SWT mewajibkan kepada

pemiliknya, untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu pula.21

Perintah menunaikan zakat banyak terdapat dalam ayat al-Qur’an, di antaranya dalam Q.S At-Taubah ayat 103:

ُﺮِّﻬَﻄُﺗ ًﺔَﻗَﺪَﺻ ْﻢِِﳍَﻮْﻣَأ ْﻦِﻣ ْﺬُﺧ

َو ْﻢُﻫ

َﺰُـﺗ

ُﷲَو ْﻢَُﳍ ٌﻦَﻜَﺳ َﻚَﺗﻮَﻠَﺻ ﱠنإ ْﻢِﻬﻴَﻠَﻋ ِّﻞَﺻَو ﺎَِﺑﻬ ْﻢِﻬﻴِّﻛ

ُﻢﻴِﻠَﻋ ٌﻊﻴَِﲰ

.

Terjemahannya:

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan berdoalah untuk mereka, sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah maha mendengar lagi maha mengetahui.22

Ayat diatas mengandung perintah agar zakat diambil dari harta orang-orang yang berkewajiban, dengan tujuan untuk membersihkan harta-harta mereka dan diri mereka dari kekikiran dan berlebih-lebihan dalam mencintai harta benda atau zakat itu akan menyucikan orang yang mengeluarkannya dan akan menumbuhkan pahala bagi mereka. Adapun dalam hadits diantaranya adalah:

ﻮُﻤﻴِﻘُﻳَو ِﷲ ُلﻮُﺳَر اًﺪﱠﻤَُﳏ ﱠنَأَو ُﱠﻟﻠﻪا ﱠﻻِإ َﻪَﻟِإ َﻻ ْنَأ اوُﺪَﻬْﺸَﻳ ﱠﱴَﺣ َسﺎﱠﻨﻟا َﻞِﺗﺎَﻗُأ ْنَأ ُتْﺮِﻣُأ

َةَﻼﱠﺼﻟا ا

,َةﺎَﻛﱠﺰﻟا اﻮُﺗْﺆُـﻳَو

ﱠﻻِإ ْﻢَُﳍاَﻮْﻣَأَو ْﻢُﻫَءﺎَﻣِد ِّﲏِﻣ اﻮُﻤَﺼَﻋ َﻚِﻟَذ اﻮُﻠَﻌَـﻓ اَذِﺈَﻓ

ْﻢُُﺑﻬﺎَﺴِﺣَو ِمَﻼْﺳِﻹا ِّﻖَِﲝ

.ِﷲ ﻰَﻠَﻋ

Terjemahannya:

Saya diperintahkan memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tiada Tuhan yang harus disembah selain Allah, dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah dan mendirikan shalat, serta

21 Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), h. 7

22 Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Banjarsari: Penerbit Abyan, 2014), h. 203

15

mengeluarkan zakat. Apabila mereka melaksanakan semuanya itu, maka mereka telah memelihara darah dan hartanya dari padaku, kecuali dengan hak Islam maka perhitungan mereka terserah kepada Allah (HR. Bukhari dan Muslim).

Dalam tata organisasi tersirat di dalamnya pengambil (pemungut) zakat yang terdiri dari sejumlah orang yang mengikat atau di ikat dalam suatu organisasi. Mereka mengatur tugas pemungutan tersebut. Oleh karena itu dapat dipahami meski secara samar, ayat tersebut berisi perintah bagi umat Islam untuk membentuk organisasi yang mengurusi pemungutan dan pen-tasaruf-an zakat.23 Zakat merupakan dasar prinsipil untuk menegakkan struktur sosial Islam. Zakat bukanlah derma atau sedekah biasa, ia adalah sedekah wajib. Setiap muslim yang memenuhi syarat tertentu, sebagaimana dinyatakan dalam surah Al-baqarah ayat 43 sebagai berikut:

َﲔِﻌِﻛاﱠﺮﻟا َﻊَﻣ اﻮُﻌَﻛْراَو َةﺎَﻛﱠﺰﻟا اﻮُﺗآَو َة َﻼﱠﺼﻟا اﻮُﻤﻴِﻗَأَو

Terjemahannya:

Dan laksanakanlah salat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang yang rukuk.24

Ditinjau dari ekonomi Islam, zakat merupakan salah satu instrumen fiskal untuk mencapai tujuan keadilan sosio-ekonomi serta distribusi pendapatan dan kekayaan.25 Menurut pandangan Mustafa E. Nasution, zakat (termasuk infaq, sedekah, dan wakaf) yang merupakan salah satu kebijakan fiskal dimana zakat termasuk salah satu sendi utama dalam sistem ekonomi Islam yang jika mampu dilaksanakan dengan baik akan

23 Arif Djufandi, “Organsasi dan Administrasi Zakat,” dalam Pagian Proyek peningkatan Zakat dan Wakaf Jakarta, Penyuluhan Rintisan Binaan Zakat Kota Yogyakarta Tahun 2002, disampaikan pada Penyuluhan Rintisan Binaan Zakat Kota Yogyakarta, tanggal 9 Setember 2002 (ttp.: DEPAG RI KANWIL, Provinsi DIY, 2002).

24 Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Banjarsari: Penerbit Abyan, 2014), h. 7

25 Umrotul Khasanah, Manajemen Zakat Modern Instrumen Pemberdayaan Ekonomi

memberikan dampak ekonomi yang luar biasa.26 Menurutnya kegiatan zakat yang berdasarkan sudut pandang ekonomi pasar adalah suatu kegiatan menciptakan distribusi pendapatan menjadi lebih merata.

Menurut M.Umer. Chapra zakat merupakan perwujudan sumber keuangan dari komitmen sosio-ekonomi yang penting dari umat Islam untuk memenuhi kebutuhan semua orang tanpa meletakkan seluruh badan keatas pundak pembendaharaan publik (Negara) yang tanpa di sadari telah dilakukan aliran sosialisme dan negara kesejahteraan (welfare state).

Sebagai kepala Negara sekaligus Imamul Muslimin, Rasulullah mempunyai kedudukan untuk mengatur dan mengirimkan para petugas untuk mengumpulkan zakat. Diantara hadis nabi yang menerangkan hal tersebut adalah Hadis Riwayat (HR) Jamaah dari Ibnu Abbas, menerangkan bahwa Nabi SAW mengutus Mu’adz bin jabal sebagai kepala daerah di Yaman sebagai petugas pemungut zakat.

اًذﺎَﻌُﻣ

َﺚَﻌَـﺑ

ﻢﻠﺳو

ﻪﻴﻠﻋ

ُﱠﻟﻠﻪَا

ﻰﻠﺻ

ﱠﻨﻟَا

ﱠِﱯ

ﱠنَأ

):

ﺎَﻤُﻬْـﻨَﻋ

ُﱠﻟﻠﻪَا

َﻲِﺿَر

ٍسﺎﱠﺒَﻋ

ِﻦْﺑِا

ِﻦَﻋ

ﻲﺿر ُﱠﻟﻠﻪَا ﻪﻨﻋ َﱃِإ ِﻦَﻤَﻴْﻟَا ( َﺮَﻛَﺬَﻓ َﺚﻳِﺪَْﳊَا , ِﻪﻴِﻓَو): ﱠنَأ َﱠﻟﻠﻪَا ِﺪَﻗ َضََﱰْﻓِا ْﻢِﻬْﻴَﻠَﻋ

ﺔَﻗَﺪَﺻ ِﰲ ْﻢِِﳍاَﻮْﻣَأ, ُﺬَﺧْﺆُـﺗ ْﻦِﻣ ْﻢِﻬِﺋﺎَﻴِﻨْﻏَأ, ﱡدَُﱰَﻓ ِﰲ ْﻢِﻬِﺋاَﺮَﻘُـﻓ ( ٌﻖَﻔﱠـﺘُﻣ ِﻪْﻴَﻠَﻋ, ُﻆْﻔﱠﻠﻟاَو

. ّيِرﺎَﺨُﺒْﻠِﻟ

Terjemahannya:

Dari Ibnu abbas ra. Bahwa Nabi sallallahu’alaihi wa sallam mengutus Mu’adz ke Negeri Yaman, ia meneruskan hadis itu, dan di dalamnya (beliau bersabda): “sesungguhnya Allah telah mewajibkan mereka zakat dari harta mereka yang diambil dari orang kaya di antara mereka dan dibagikan kepada

orang-26 Mustafa E Nasution, Zakat sebagai Instrument Pengentasan Kemiskinan (Medan : IAEI, 2003), h. 48

17

orang fakir di antara mereka.” Muttafaq Alaihi dan lafadznya menurut Bukhari.

Dari informasi tersebut dapat di ketahui, bahwa beliau telah melakukan pengorganisasian zakat sesuai dengan kondisi masyarakat pada waktu itu dan menghimpun zakat untuk dikumpulkan di tempat tertentu (Baitul Mal).

Mengenai pengelolaan zakat Yusuf Qardawi berpendapat, bahwa pelaksanaan zakat mutlak dilaksanakan oleh pemerintah melalui suatu lembaga khusus yang mempunyai sistem manajemen yang fungsional dan profesional. Hal ini dimaksudkan untuk mencapai hasil optimal dan efektif. Lebih lanjut, zakat merupakan dana pertama dan utama bagi pembendaharaan Islam dalam mengentaskan umat dari kemiskinan.27

Karena itu, tidak bisa tidak diperlukan lembaga-lembaga khusus untuk mengelola zakat secara profesional.

Sebagai mana di sebutkan dalam UU No. 38 Tahun 1999, bahwa pemerintahlah yang lebih berhak dan berkewajiban mengelola zakat. Namun di Indonesia, sementara pemerintah belum siap dalam mengelola zakat secara efektif, maka umat Islam melalui suatu lembaga mengelola zakat atas dasar hajat kemaslahatan umat. Hal itu diwujudkan dengan berdirinya BAZ (Badan Amil Zakat) di berbagai daerah.

Penataan zakat harus menyangkut aspek manajemen modern yang dapat diandalkan, agar zakat menjadi kekuatan yang bermakna. Penataan itu meliputi aspek pendataan, pengumpulan, penyimpanan dan pembagian.28 Oleh sebab itu, sudah menjadi tugas utama bagi lembaga

27 Yusuf al-Qardawi, Konsepsi Islam Dalam Mengentas Kemiskinan, Alih Bahasa Umar Finany (Cet. III; Surabaya: Bina Ilmu, 1996), h. 85

pengelolaan zakatnya, sehingga pengurusan atau pengelolaan zakat dapat berjalan secara efisien dan efektif, akhirnya dapat mendayagunakan fungsi zakat sebagaimana mestinya, yaitu memberantas kemiskinan. Dengan kata lain, lembaga-lembaga pengelola zakat dituntut merancang program secara terencana dan terukur. Parameter keberhasilan yang digunakan lebih menitikberatkan pada efek pemberdayaan masyarakat bukan pada populis atau tidaknya suatu program. Tugas para pengelola zakat tidak berhenti pada pemberian santunan dana, tetapi bagaimana upaya-upaya pemberdayaan memandirikan penerima agar terbebas dari jerat kemiskinan.

b. Jenis-jenis zakat

Secara garis besar zakat terbagi menjadi dua macam, yaitu:

1) Zakat fitrah, yaitu zakat yang wajib dibayarkan pada bulan ramadhan, terkadang zakat fitrah disebut dengan zakat badan atau zakat fitrah. 2) Zakat mal, yaitu zakat yang diwajibkan atas harta berdasarkan

syarat-syarat tertentu.

Namun menurut para ulama zakat fitrah dibagi atas dua bagian. Pertama, zakat harta yang nyata (harta yang lahir) yang terlihat oleh umum, seperti binatang, tumbuhan, buah-buahan, dan logam. Kedua, zakat harta yang tidak nyata atau yang dapat disembunyikan, yaitu emas, perak, riqas, dan barang perniagaan.29 Sedangkan zakat mal yang merupakan zakat harta benda dapat dikeluarkan jika telah memenuhi nishab dan haulnya.

Pola pengelolaan dan pendistribusian dana zakat dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

19

1) Produktif

Sistem akuntansi zakat didasarkan pada prinsip yang menyatakan, bahwa sumber zakat adalah harta yang dapat berkembang, baik secara riil maupun tidak, baik harta tersebut habis selama haul maupun tidak, baik perkembangannya berhubungan dengan asal kekayaan atau terpisah. Bentuk-bentuk aset produktif dalam kajian ilmu akuntansi dapat dicontohkan sebagai berikut:

a) Uang tunai yang ada pada kita atau tersimpan di bank b) Saham dan obligasi

c) Persediaan barang dagangan atau barang-barang yang diniatkan untuk dijual.

Adapun contoh dalam ekonomi Islam tentang dana zakat produktif ialah Qardhul Hasan adalah pinjaman tanpa dikenakan biaya (hanya wajib membayar sebesar pokok utangnya), pinjaman uang seperti inilah yang sesuai dengan ketentuan syari’ah (tidak ada riba), karena kalau meminjamkan uang maka ia tidak boleh meminta pengembaliannya yang lebih besar dari pinjaman yang diberikan. Namun, si peminjam boleh saja

atas kehendaknya sendiri memberikan kelebihan atas pokok

pinjamannya.30 Yang menjadi sumber hukum atau yang memperkuat adanya Qardhul Hasan terdapat di dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 280:

.نﻮُﻤَﻠْﻌَـﺗ ْﻢُﺘﻨُﻛ نِإ ْﻢُﻜﱠﻟ ٌْﲑَﺧ ْاﻮُﻗﱠﺪَﺼَﺗ نَأَو,ٍةَﺮَﺴْﻴَﻣ َﱃِإ ٌةَﺮِﻈَﻨَـﻓ ٍةَﺮْﺴُﻋ وُذ َنﺎَﻛ نِإَو

Terjemahannya:

Dan jika ia (orang yang berutang) dalam kesulitan, berilah tanggungan sampai ia berkelapangan. Dan menyedekahkan

sebagian atau semua utang itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.31

Ayat ini menjelaskan bahwa, kewajiban kita sebagai umat beragama untuk membantu sesama, salah satu dengan membayar utang (membantu) melunasi utang saudara kita yang tidak mampu untuk melunasinya, menjadikan mereka sebagai yang mampu untuk berzakat sebagaimana kita mengeluarkan zakat. Bisa dalam bentuk pinjaman ataupun dalam bentuk sedekah saja.

Adapun dari segi produktif dibagi menjadi dua bagian yaitu: a) Produktif konvensional

Pendistribusian zakat secara produktif konvensional adalah zakat yang diberikan dalam bentuk barang-barang produktif, dimana dengan menggunakan barang-barang tersebut, para mustahik dapat menciptakan suatu usaha, seperti bantuan ternak kambing, sapi perah atau untuk membajak sawah, alat pertukangan, mesin jahit dan sebagainya.

b) Produktif kreatif

Pendistribusian zakat secara produktif kreatif adalah zakat yang diwujudkan dalam bentuk pemberian modal bergulir, baik untuk permodalan proyek sosial, seperti membangun sekolah, sarana kesehatan ataupun tempat ibadah maupun sebagai modal usaha untuk membantu atau bagi pengembangan usaha para pedagang atau pengusaha kecil. 2) Konsumtif

Dari segi konsumtif zakat juga dibagi menjadi dua yaitu konsumtif tradisional dan konsumtif kreatif:

31 Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Banjarsari: Penerbit Abyan, 2014), h. 47

21

a) Konsumtif tradisional

Pendistribusian zakat secara konsumtif tradisional maksudnya adalah bahwa zakat dibagikan kepada mustahik dengan cara langsung untuk kebutuhan kunsumsi sehari-hari, seperti pembagian zakat fitrah berupa beras atau uang kepada fakir miskin yang biasa diberkan oleh amil pada saat idul fitri atau pembagian zakat mal secara langsung oleh para muzakki kepada mustahik yang sangat membutuhkan karena ketiadaan pangan atau karena mengalami musibah. Pola ini merupakan jangka pendek dalam mengatasi persoalan umat.

b) Konsumtif kreatif

Pendistribusian zakat secara konsumtif kreatif adalah zakat yang diwujudkan dalam bentuk barang konsumtif dan digunakan untuk membantu orang yang miskin dalam mengatasi permasalahan sosial dan ekonomi yang di hadapinya. Bantuan tersebut antara lain adalah alat-alat sekolah dan beasiswa untuk para pelajar, bantuan sarana ibadah, seperti mukena dan sejadah, bantuan alat pertanian, gerobak sayur untuk pedagang sayur, dan sebagainya.32

c. Jenis-jenis harta yang wajib dizakati 1) Zakat emas dan perak

Islam mewajibkan membayar zakat emas dan perak apabila sudah mencapai syarat-syarat yang berlaku pada keduanya, baik berupa logam, cair maupun gumpalan. Syarat yang berlaku bagi keduanya adalah apabila telah mencapai haul dan nishab yang telah ditentukan.

Adapun nishab untuk emas adalah 20 mitsqal atau 20 dinar. Sedangkan nishab untuk perak adalah 200 dirham. Menurut sebagian

peneliti bahwa 1 dinar setara 4,25 gram emas, sedangkan dirham setara 2,975 gram, maka nishab emas yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah 4,25 x 20 = 85 gram, sedangkan nishab perak yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah 2,975 x 200 = 595 gram. Jadi zakat yang harus dikeluarkan pada emas dan perak adalah 1/40 atau 2,5 % nya.33

2) Zakat binatang ternak

Binatang ternak adalah binatang yang dengan sengaja dipelihara dan dikembang biakkan agar menjadi bertambah banyak dan mendapat keuntungan lebih.34 Menurut jumhur ulama diantara hewan ternak yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah unta, sapi/kerbau dan kambing, karena jenis hewan ini diternakkan untuk tujuan pengembangan (namma’) melalui susu dan anaknya, sehingga sudah sepantasnya dikenakan beban tanggungan.

3) Zakat hasil pertanian (tanaman dan buah-buahan)

Tanaman, tumbuhan, buah-buahan dan hasil pertanian lainnya wajib dikeluarkan zakatnya apabila sudah memenuhi persyaratan. Adapun syarat utama dari zakat pertanian adalah mencapai nishab yaitu 5 wasaq, 1 wasaq sama dengan 60 gantang, yang jumlahnya kira-kira 910 gram. 4) Zakat profesi

Zakat profesi adalah segala jenis pekerjaan yang dijadikan sebagai mata pencaharian baik bekerja untuk pemerintah maupun swasta. Kadar

33 M. Abdul Ghofar, Fiqih Wanita (Cet. IV; Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2010), h. 282-283

34 Wawan Shofwan Shalehuddin, Risalah Zakat Infak dan Sedekah (Jateng: Tafakur, 2002), h. 139

23

zakat yang harus dikeluarkan adalah 2,5%, sedangkan nishabnya diqiyaskan dengan emas yaitu 85 gram atau 200 dirham perak.35

5) Zakat perniagaan

Zakat perniagaan adalah harta yang dimiliki yang disiapkan untuk diperjual belikan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan dan harta yang dimiliki harus merupakan hasil usaha sendiri. Adapun syarat utama kewajiban zakat pada perdagangan adalah:

a) Niat berdagang atau niat memperjual belikan komoditas tertentu.

b) Mencapai nishab, nishab kadar zakat harta perdagangan adalah sama dengan nishab zakat emas yaitu 85 gram emas.

c) Telah berlaku satu tahun, apabila perdagangan itu telah berlangsung selama satu tahun maka barang-barang itu wajib diperhitungkan nilai harganya.

6) Zakat riqas

Zakat riqas adalah harta terpendam pada zaman jahiliyah, yakni harta orang kafir yang diambil pada zaman Islam, baik dalam jumlah sedikit maupun banyak. Adapun zakat yang wajib dikeluarkan sebesar 20% sedangkan sisanya diberikan kepada penemunya, dengan catatan daerah penemuannya adalah daerah mubah yang tidak ada pemiliknya. d. Golongan yang Berhak Menerima Zakat

Sesuai dengan firman Allah SWT bahwa zakat diberikan kepada delapan asnaf, dalam surah QS At-taubah ayat 60 :

َو ِبﺎَﻗِّﺮﻟا ِﰲَو ْﻢُُﺑﻬﻮُﻠُـﻗ ِﺔَﻔﱠﻟَﺆُﻤْﻟاَو ﺎَﻬْـﻴَﻠَﻋ َﲔِﻠِﻣﺎَﻌْﻟاَو ِﲔِﻛﺎَﺴَﻤْﻟاَو ِءاَﺮَﻘُﻔْﻠِﻟ ُتﺎَﻗَﺪﱠﺼﻟا ﺎَﱠﳕِإ

َﲔِﻣِرﺎَﻐْﻟا

ِﻞﻴِﺒﱠﺴﻟا ِﻦْﺑاَو ِﱠﻟﻠﻪا ِﻞﻴِﺒَﺳ ِﰲَو

ۖ◌

ِﱠﻟﻠﻪا َﻦِﻣ ًﺔَﻀﻳِﺮَﻓ

ۗ◌

ُﱠﻟﻠﻪاَو

.ٌﻢﻴِﻜَﺣ ٌﻢﻴِﻠَﻋ

35 M. Arif Mufraini, Akuntansi dan Manajemen Zakat ; Mengkomunikasikan Kesadaran

Terjemahannya:

Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya (muallaf), untuk (memerdekakan) hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang yang berutang, untuk jalan Allah dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana.36

Beberapa hal menyebabkan seseorang berhak menerima zakat atau menjadikannya sebagai mustahik. Seseorang tidak berhak menerima zakat (tidak dianggap sebagai mustahik) kecuali seorang mustahik yang merdeka (bukan budak), bukan seorang suku Bani Hasyim atau Bani Muthalib, dan harus memiliki salah satu sifat diantara sifat-sifat delapan asnaf (kelompok) yang tersebut dalam al-Qur’an.37 Dan sasaran pendistribusian zakat tersebut kepada:

1) Fakir,orang yang tidak mempunyai harta dan usaha atau mempunyai harta dan usaha tapi kurang dari seperdua dari kebutuhannya, dan tidak ada orang yang memberi belanja.

2) Miskin, orang miskin juga sama halnya dengan fakir yaitu sama-sama mendapatkan manfaat dari dana zakat. Miskin dalam pengertian yang sederhana adalah mencakup semua orang yang lemah dan tidak berdaya. Oleh karena itu dalam keadaan sakit, usia lanjut, sementara tidak memperoleh penghasilan yang cukup untuk menjamin dirinya dan keluarganya juga dapat dikatakan miskin.

3) Amil, orang yang secara aktif ikut serta dalam mengumpulkan, menyimpan, menjaga dan membagikan dana zakat kepada pihak-pihak yang berhak menerimanya secara syar’i. demikian juga mereka

36 Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Banjarsari: Penerbit Abyan, 2014), h. 196

25

yang melakukan pekerjaan administrasi, akuntansi, dan dakwah khusus berkaitan dengan zakat.

4) Muallaf, orang yang baru masuk Islam atau kelompok yang memiliki komitmen yang tinggi dalam memperjuangkan dan menegakkan Islam. Muallaf juga diartikan sebagai orang yang masih lemah imannya karena baru memeluk agama Islam dan masih lemah (ragu-ragu) kemauannya.

5) Riqab (hambasahaya) yaitu yang mempunyai perjanjian akan dimerdekakan oleh majikan dengan jalan menebus dengan uang.

6) Gharim, yaitu orang yang mempunyai hutang karena suatu kepentingan yang bukan maksiat dan tidak mampu melunasinya.

7) Fisabilillah, yaitu usaha yang tujuannya untuk meninggikan syariat Islam seperti membela dan mempertahankan agama, mendirikan tempat ibadah,pendidikan dan lembaga-lembaga keagamaan lainnya. 8) Ibnu sabil, yaitu orang yang kehabisan bekal dalam perjalanan saat

bepergian dengan maksud baik. e. Tujuan Zakat

Pada dasarnya tujuan zakat adalah menjadikan mustahik zakat menjadi muzakki zakat. Seperti yang dijelaskan oleh Muhammad Daud Ali yang dikutip oleh Lili Bariadi menegaskan bahwa tujuan zakat yaitu sebagai berikut:38

1) Mengangkat derajat fakir miskin dan membantu keluar dari kesulitan hidup.

2) Membantu pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh para Gharimin, Ibnu Sabil, dan Mustahik yang lain.

3) Membina tali persaudaraan sesama umat Islam, dan umat manusia. 4) Menghilangkan sifat kikir dan rakus pemilik harta.

5) Membersihkan sifat iri dan dengki (kecemburuan sosial) di hati orang-orang miskin.

6) Menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dengan yang miskin. 7) Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial, terutama pada mereka

yang mempunyai harta.

8) Mendidik manusia untuk berdisiplin menunaikan kewajiban dan menyerahkan hak orang lain yang ada padanya.

9) sebagai salah satu instrumen pengentasan kemiskinan.

10) Sebagai salah satu sumber dana bagi pembangunan sarana maupun prasarana umat Islam, seperti sarana ibadah, pendidikan, kesehatan, sosial maupun ekonomi dan pengembangan sumber daya manusia. f. Syarat-syarat wajib Zakat

1) Syarat orang mengeluarkan zakat

Orang yang wajib mengeluarkan zakat adalah orang atau badan yang dimiliki orang muslim. Seseorang yang telah memenuhi syarat untuk berzakat harus mengeluarkan zakat sebagian dari harta mereka dengan cara melepas hak kepemilikannya, kemudian diserahkan kepada orang-orang yang berhak menerimanya melalui imam atau orang-orang yang memungut zakat.

2) Syarat harta yang dizakatkan

a) Pemilikan yang pasti, halal dan baik

Dapat diartikan di sini sepenuhnya berada dalam kekuasaan yang punya (pemilik), baik kekuasaan pemanfaatan maupun kekuasaan menikmati hasilnya. Menurut hadist riwayat muslim, bahwa Rasulullah

27

SAW mengatakan bahwasanyan, “Allah tidak menerima zakat dari harta yang tidak sah”. Harta yang tidak sah merupakan harta yang diperoleh dengan cara-cara yang tidak halal, atau dalam memperoleh harta tersebut menggunakan cara yang dilarang agama, misalnya dengan korupsi, berjudi, menipu, persekutuan zakat dan lain-lain.

b) Berkembang

Harta itu berkembang baik secara alami maupun secara ikhtiar atau usaha manusia. Adapula yang menyebutkan harta yang berkembang adalah harta yang produktif. Harta yang produktif adalah harta yang berkembang secara konkrit maupun tidak, secara konkrit dapat diartikan harta itu berkembang melalui pengembangan usaha, perdagangan, saham dan lain-lain.

c) Melebihi kebutuhan pokok

Harta yang dimiliki seseorang itu melebihi kebutuhan pokok yang diperlukan bagi diri sendiri dan keluarganya.

d) Bersih dari hutang

Harta yang dimiliki seseorang itu bersih dari hutang, baik hutang kepada Allah (nadzar) maupun hutang kepada sesama manusia.

e) Mencapai nishab

Harta yang dimiliki oleh muzakki telah mencapai jumlah (kadar) minimal yang dikeluarkan zakatnya, nishab inilah yang menjadi tolak ukur suatu harta wajib dizakati.

f) Mencapai masa haul

Harta tersebut harus mencapai waktu tertentu pengeluaran zakat. Biasanya dua belas bulan Qomariyyah atau setiap kali menuai harta yang diisyaratkan.

g) Berkembang secara riil dan estimasi

Berkembang secara riil adalah harta yang dimiliki seseorang yang dapat berpotensi untuk tumbuh dan dikembangkan melalui kegiatan usaha maupun perdagangan.39 Sedangkan yang dimaksud estimasi adalah harta yang nilainya mempunyai kemungkinan bertambah seperti emas, perak dan mata uang yang semuanya mempunyai kemungkinan pertambahan nilai dengan memperjual belikannya.

g. Hikmah zakat

Zakat adalah ibadah dalam bidang harta yang mengandung beberapa hikamh yang sangat besar dan mulia, baik hikmah itu berkaitan dengan orang yang berzakat, orang-orang yang menerima zakat, harta yang dikeluarkan zakatnya, maupun bagi masyarakat secara keseluruhan.

Adapun hikmah yang terkandung dalam melaksanakan zakat antara lain sebagai berikut:

1) Sebagai bentuk keimanan kepada Allah SWT mensyukuri nikmatnya, menumbuhkan akhlak mulia dengan rasa kemanusiaan yang tinggi, menghilangkan sifat kikir, rakus dan materialistis, menumbuhkan ketenangan hidup, sekaligus membersihkan dan mengembangkan harta yang dimiliki.

2) Zakat merupakan hak bagi mustahik, maka zakat berfungsi sebagai penolong, terutama bagi fakir miskin akan membawa kea rah kehidupan yang lebih baik dan sejahtera, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan layak, sekaligus menghilangkan sifat iri, dengki dan hasad yang mungkin timbul dari

39 Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), h. 22

29

kalangan mereka ketika mereka melihat orang kaya yang memiliki harta yang cukup banyak.

3) Sebagai pilar amal bersama antara orang-orang yang berkecukupan hidupnya dan para mujahid yang seluruh waktunya digunakan untuk berjihad di jalan Allah, yang karena kesibukannya tersebut ia tidak memiliki waktu dan kesempatan untuk berusaha dan berikhtiar bagi kepentingan nafkah diri dan keluarganya.

4) Sebagai salah satu sumber dana bagi pembangunan sarana dan prasarana yang harus dimiliki umat Islam, seperti sarana ibadah, pendidikan, kesehatan, sosial dan ekonomi, dan sekaligus sarana pengembangan kualitas sumberdaya manusia.

5) Untuk memasyarakatkan etika bisnis yang benar, sebab zakat itu

Dokumen terkait