• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kapasi tas

V LALU LINTAS KENDARAAN

F. Fasilitas Dasar

3.4 Pengelolaan Drainase

33333

Landasan hukum/legal operasional

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1966 Tentang Hygiene

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Pemukiman

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

4.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1982 Tentang Pengaturan Air.

5.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air.

6.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 Tentang Sungai.

7.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.

8.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

9.

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000 tentang Badan Pengendalian Dampak Lingkungan.

10.

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2002 tentang Perubahan atas Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air.

11.

Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 239/KPTS/1987 tentang fungsi utama saluran drainase sebagai drainase wilayah dan sebagai pengendalian banjir.

12.

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 35/MENLH/7/1995 tentang Program Kali Bersih.

13.

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2001 tentang Jenis Usaha dan atau kegiatan yang wajib dilengkapi degan AMDAL

14.

Keputusan Menteri Kimpraswil No. 534/2001 tentang Standart Pelayanan Minimal Drainase

15.

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik

16.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1205/Menkes/Per/X/2004 tentang Pedoman Persyaratan Kesehatan Pelayanan Sehat Pakai Air (SPA).

17.

Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 9 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Boyolali Tahun 2011-2031.

3 3 333 Aspek Institusional

Institusi yang berwenang dalam pengelolaan drainase adalah Dinas Pekerjaan Umum, Pertambangan, Perhubungan, dan Kebersihan (DPU-PPK) pada Bidang Cipta Karya dan Tata Ruang, baik dalam pekerjaan fisik maupun pemeliharaan. Sedangkan untuk sungai-sungai kecil maupun saluran irigasi yang masuk dalam sistem drainase pengelolaannya merupakan wewenang dari DPU-PPK pada Bidang Pengairan.

Pengelolaan drainase di Kabupaten Boyolali yang menjadi tanggung jawab DPU-PPK pada Bidang Cipta Karya dan Tata Ruang yang dibantu oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) yang berada di beberapa kecamatan.

Hasil FGD yang difasilitasi oleh Konsultan Penyusunan master plan dan DED Kabupaten Boyolali pada 23 September 2011 teridentifikasi institusi pelayanan untuk pengelolaan drainase di Kabupaten Boyolali adalah Dinas PU-PPK pada Bidang Cipta Karya dan Tata Ruang serta Bidang Pengairan, dan Badan Lingkungan Hidup.

Program-program sanitasi di Kabupaten Boyolali masih ditangani oleh dinas-dinas terkait berdasarkan tupoksinya masing-masing. SKPD yang terkait dengan pengelolaan drainase baik dalam perencanaan, pelaksanaan pelayanan dan pengontrolan pengelolaan pelayanan drainase adalah sebagai berikut :

1.

Dinas Pekerjaan Umum, Pertambangan, Perhubungan dan Kebersihan (DPU-PPK), Bidang Cipta Karya dan Tata Ruang, Seksi Penyehatan Lingkungan.

DPUPPK Boyolali merupakan unit/ Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan Pemerintah Kabupaten Boyolali yang dibentuk berdasarkan ;

e. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pembentukan Susunan Organisasi, Kedudukan dan Tugas Pokok Dinas Daerah kabupaten Boyolali.

f. Peraturan Bupati Boyolali Nomor 13 Tahun 2009 tentang Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Daerah Kabupaten Boyolali (Berita Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2009 Nomor 13).

4. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Bidang Fisik, Prasarana dan Sumber Daya Alam, Sub Bidang Pertambangan Energi, Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam.

Bappeda merupakan unsur perencana penyelenggaraan pemerintahan daerah yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Struktur Organisasi dan Tata Kerja Bappeda dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi, Kedudukan, dan Tugas Pokok Lembaga Teknis Daerah dan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Boyolali.

5. Badan Lingkungan Hidup (BLH), Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan.

BLH merupakan unsur pendukung pelaksanaan tugas di bidang lingkungan hidup, yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Struktur Organisasi dan Tata Kerja BLH Kabupaten Boyolali dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi, Kedudukan, dan Tugas Pokok Lembaga Teknis Daerah dan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Boyolali.

III-123

BAGAN SUSUNAN ORGANISASI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

KABUPATEN BOYOLALI

KELOMPOK JABATAN

FUNGSIONAL SEKRETARIAT

BIDANG PENYUSUNAN PERENCANAAN,

EVALUASI, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

BIDANG

E K O N O M I PEMERINTAHAN DAN BIDANG SOSIAL BUDAYA

SUB BIDANG

PENDATAAN DAN EVALUASI SUB BIDANG P E R T A N I A N

SUB BIDANG P E M E R I N T A H A N

BIDANG FISIK PRASARANA DAN

SUMBER DAYA ALAM

SUB BIDANG

PERTAMBANGAN ENERGI, LINGK. HIDUP DAN SUMBER DAYA ALAM SUBBAG UMUM DAN KEPEGAWAIAN SUB BAGIAN PERENCANAAN PENELITIAN DAN PELAPORAN KEPALA SUB BAGIAN KEUANGAN

Gambar 3.24. Bagan Organisasi Bappeda Kabupaten Boyolali

Gambar 3.25. Bagan Organisasi DPU-PPK Kabupaten Boyolali BAGAN SUSUNAN ORGANISASI

DINAS PEKERJAAN UMUM, PERTAMBANGAN, PERHUBUNGAN, DAN KEBERSIHAN KABUPATEN BOYOLALI

KEPALA KELOMPOK JABATAN

FUNGSIONAL

BIDANG CIPTA KARYA DAN

TATA RUANG SEKSI PENYEHATAN LINGKUNGAN SEKSI BANGUNAN DAN PERUMAHAN SEKSI TATA RUANG BIDANG PERHUBUNGAN SEKSI LALU LINTAS DAN

ANGKUTAN JALAN SEKSI T E K N I S SEKSI PENGENDALI UPT BIDANG PENGAIRAN SEKSI PEMBANGUNAN SARPRAS PENGAIRAN SEKSI PEMELIHARAAN SARPRAS PENGAIRAN

SEKSI BINA MANFAAT SARPRAS PENGAIRAN BIDANG BINA MARGA SEKSI PEMBANGUNAN JALAN SEKSI PEMBANGUNAN JEMBATAN SEKSI PEMELIHARAAN JALAN DAN JEMBATAN SUB BAG. UMUM & KEPEGAWAIAN SUB BAGIAN PERENCANAAN, PENELITIAN DAN PELAPORAN SUB.BAG. KEUANGAN SEKRETARIAT BIDANG KEBERSIHAN, PERTAMANAN,

DAN PEMADAM KEBAKARAN

SEKSI PERTAMANAN DAN PENERANGAN SEKSI KEBERSIHAN DAN PEMAKAMAN SEKSI PEMADAM KEBAKARAN BIDANG PERTAMBANGAN & ENERGI SEKSI PERTAMBANGAN UMUM SEKSI PEMANFAATAN ENERGI SEKSI AIR BAWAH TANAH

Gambar 3.26. Bagan Organisasi BLH Kabupaten Boyolali 3.4.3.Cakupan Pelayanan

Arah kebijakan Pemerintah Kabupaten Boyolali dalam pengelolaan drainase perkotaan adalah melindungi kawasan perkotaan dari kerusakan lingkungan yang merugikan, seperti banjir yang terjadi akibat buangan air hujan dari arah perbukitan, limpasan air dari kawasan yang lebih tinggi maupun limpasan air hujan di dalam kawasan perkotaan sendiri.

Daerah-daerah yang terlayani drainase perkotaan hanya daerah yang terletak pada Kawasan Perkotaan Kabupaten Boyolali yang meliputi Kecamatan Boyolali, Kecamatan Ngemplak, Kecamatan Nogosari dan Kecamatan Banyudono. Sistem drainase yang ada di kecamatan tersebut mengalami permasalahan yang disebabkan antara lain topografi yang rendah (terutama daerah selatan), banyaknya alih fungsi lahan pada sempadan sungai, ukuran saluran drainase yang kurang sesuai dengan debit air, belum adanya drainase (50% dilimpahkan ke sawah), masih bercampurnya drainase dengan irigasi, perilaku masyarakat terhadap saluran drainase.

BAGAN SUSUNAN ORGANISASI BADAN LINGKUNGAN HIDUP

KABUPATEN BOYOLALI

KELOMPOK JABATAN

FUNGSIONAL SEKRETARIAT

BIDANG ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN DAN PENGEMBANGAN KAPASITAS LINGKUNGAN BIDANG PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN SUB BIDANG ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN SUB BIDANG PENGEMBANGAN KAPASITAS LINGKUNGAN

SUB BIDANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DAN UDARA

SUB BIDANG PENGENDALIAN PENCEMARAN

LIMBAH PADAT DAN BAHAN BERACUN DAN BERBAHAYA

SUB BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN LAHAN DAN

SUMBERDAYA AIR SUB BIDANG PENGENDALIAN

KERUSAKAN KAWASAN KONSERVASI DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI UPT SUBBAG UMUM DAN KEPEGAWAIAN SUB BAGIAN PERENCANAAN, PENELITIAN DAN PELAPORAN KEPALA SUB BAGIAN KEUANGAN

Layanan yang diberikan DPU-PPK Kabupaten Boyolali adalah melakukan pengerukan sedimen, pembesaran saluran drainase, pembuatan saluran drainase baru, pembuatan atau perbaikan gorong-gorong dan jembatan. Pembangunan dan pemeliharaan saluran drainase lingkungan (tersier) menjadi tanggung jawab masyarakat.

Tabel 3.54. Cakupan SPAL/ Drainase Kabupaten Boyolali Tahun 2010

N

o. Kecamatan RumahJumlah

Pengelolaan Limbah Rumah Tangga SPAL Drainase % 1 Selo 6.280 6.280 61,1 2 Ampel 18.778 11.192 59,6 3 Cepogo 12.780 7.527 58,9 4 Musuk 15.002 9.211 61,4 5 Boyolali 16.506 11.917 72.2 6 Mojoson go 12.383 7504 60,6 7 Teras 8.808 5188 58,9 8 Sawit 6.960 4162 59,8 9 Banyudo no 11.008 6902 62,7 10 Sambi 13.122 7821 59,6 11 Ngempla k 20.535 11664 56,8 12 Nogosari 16.527 9734 58,9 13 Simo 11.611 7454 64,2 14 Karangg ede 10.715 6118 57,1 15 Klego 11.819 6701 56,7 16 Andong 14.044 8876 63,2 17 Kemusu 12.033 6642 55,2 18 Wonoseg oro 14.280 7911 55,4 19 Juwangi 10.065 5969 59,3 Jumlah 243.156 146.331 56,3

Sumber : SKPD di Kabupaten Boyolali

Pembuangan limbah cair yang berasal dari rumah tangga dengan Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) dan drainase, cakupannya sudah mencapai 56,3 %.

3.4.4.Aspek Teknis dan Operasional

Drainase adalah prasarana yang berfungsi mengalirkan air permukaan ke badan penerima air atau ke bangunan resapan buatan. Jaringan drainase perkotaan meliputi seluruh alur air, baik alur alam maupun buatan yang bermuara di sungai yang melewati kota tersebut atau bermuara ke laut di tepi kota.

Di wilayah Kota Boyolali selama ini telah dilakukan pembangunan, peningkatan dan pemeliharaan terhadap jaringan drainase perkotaan yang cukup intensif, terutama di pinggir jalan-jalan utama (pusat kota).

Pada tahun 2007 Pemerintah Kabupaten Boyolali telah melakukan penyusunan kebijakan tentang Penyusunan Tata Ruang (Rencana Induk Drainase) Kota Boyolali. Kawasan Kota Boyolali merupakan daerah yang relatif berbukit dan termasuk dataran tinggi yang berhawa sejuk serta merupakan dearah dengan lahan pertanian yang produktif.

Saluran drainase Kota Boyolali pada awalnya merupakan saluran irigasi yang berfungsi untuk mengairi sawah, tetapi dengan perkembangan jumlah penduduk dan pembangunan perumahan mengakibatkan berkurangnya areal persawahan dan bertambah luasnya areal permukiman dan infrastrukturnya, sehingga saluran irigasi beralih fungsi sebagai saluran drainase.

Saluran drainase yang juga merupakan saluran irigasi ini, sekarang berfungsi sebagai penggelontor saluran/ drainase kota pada daerah permukiman penduduk tetapi tidak efektif karena sedimentasi yang cukup banyak sehingga sulit bila digelontor saja dan harus diangkat.

3.4.5 Peran Serta Masyarakat dan Gender Dalam Pengelolaan Drainase Lingkungan

Peran serta masyarakat/ pihak swasta dalam penanganan drainase masih terbatas, terutama pada lingkungan perumahan sendiri-sendiri.

Tabel 3.55. Daftar Program/Proyek/Layanan yang Berbasis Masyarakat

KABUPATEN : BOYOLALI

TAHUN : 1998 – 2011

o. Sekto r Program/Proyek/L ayanan na Dimu lai Fun gsi Tidak Fun gsi Rus ak MP JDR MSK III

. Drainase A. PPK/ PNPM Perdesaan B. P2KP/ PNPM Perkotaan C. PLPBK (Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas Baperma skin Bappeda Bappeda, DPU 1998 1998 2010             Keterangan : PM : Pemberdayaan Masyarakat JDR : Jender MSK : Miskin 3.4.6 Permasalahan

1. Permasalahan yang sering dihadapi dalam penanganan drainase perkotaan, antara lain :

- Dimensi saluran sudah tidak mampu lagi menampung air limpasan;

- Penyempitan badan saluran ;

- Banyaknya timbunan sampah dan sedimentasi pada badan saluran ;

- Pada saat pembuatan saluran Kurang memperhatikan elevasi aliran

- Daerah resapan air yang berkurang karena permukaan tanah sebagian telah tertutup material padat, seperti : bangunan, jalan, dll. (alih fungsi lahan)

- Belum adanya kebijakan yang mendukung pengelolaan drainase

- Kekurangan dana pengelolaan sub sektor drainase (kalah dengan prioritas lain)

Sasaran penanganan drainase perkotaan ditujukan pada kawasan rawan genangan air dengan mengoptimalkan saluran drainase perkotaan yang ada.

3. Rumusan Masalah

Permasalahan drainase perkotaan di Kota Boyolali antara lain : a. Banyaknya endapan dan sampah pada badan saluran ; b. Pemeliharaan saluran/ drainase yang terbatas ;

c. Dimensi saluran drainase yang tidak sesuai lagi dengan kondisi lapangan ;

d. Elevasi saluran/ drainase kurang diperhatikan ;

e. Masih mempergunakan sungai dan saluran irigasi sebagai drainase kota ;

f. Belum dipisahkan antara sistem drainase air hujan/limpasan permukaan dengan sistem pembuangan air kotor (limbah cair) rumah tangga, industri dan penggunaan lainnya.

4. Belum tersusunnya program master plan untuk penanganan drainase baik untuk jangka menengah maupun jangka panjang, sehingga penanganan drainase masih belum terarah.

5. Masih belum ada bagian/seksi khusus di Dinas Tata Air Kota, yang tugas pokok dan fungsinya secara operasi dan pemeliharaannya menangani drainase yang terintegrasi secara keseluruhan mulai dari drainase tersier, sekunder sampai ke drainase primer.

Dokumen terkait