• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BOYOLALI Profil Sanitasi Kabupaten Boyolali

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BOYOLALI Profil Sanitasi Kabupaten Boyolali"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III PROFIL SANITASI KABUPATEN BOYOLALI

3.1 Kondisi Umum Sanitasi

Kabupaten Boyolali merupakan salah satu kabupaten yang mendapatkan penghargaan Adipura pada tahun 2010. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi umum sanitasi di Kabupaten Boyolali sudah cukup baik. Berikut adalah gambaran umum kondisi sanitasi di Kabupaten Boyolali yang meliputi kondisi kesehatan masyarakat dan lingkungan, kesehatan dan pola hidup masyarakat, kuantitas dan kualitas air yang dapat diakses masyarakat, kepemilikan jamban keluarga serta pemenuhan air bersih, pencemaran udara, pembuangan limbah industri dan limbah medis.

Selain gambaran umum kondisi sanitasi juga dipaparkan hasil kompilasi dan analisis data sekunder pengelolaan air limbah, persampahan, drainase, dan penyediaan air bersih berdasarkan aspek legal formal, institusi, cakupan pelayanan, teknis operasional dan teknologi yang digunakan, peran serta masyarakat dan jender, dan permasalahan yang ada serta pembiayaan sanitasi kabupaten.

3.1.1 Kesehatan Lingkungan

Secara umum kesehatan lingkungan dapat dilihat dari seberapa besar akses masyarakat dalam mendapatkan layanan sanitasi yang layak.

Berbagai upaya dilakukan di Kabupaten Boyolali untuk peningkatan akses masyarakat terhadap sanitasi dasar antara lain melalui Program Penyehatan Lingkungan seperti yang telah dilaksanakan selama ini, namun untuk percepatan pencapaian target MDG’s salah satu upaya melalui Program Pamsimas (Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat) yaitu dengan mengembangkan Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dan program-program penyehatan lingkungan lainnya, serta program AMPL (Air Minum dan Penyehatan Lingkungan).

Dalam Rencana Aksi Program Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali Tahun 2011 – 2015 pada capaian kinerja program tahun 2009; berdasarkan profil kesehatan jumlah rumah seluruhnya 235.091 buah, diperiksa 85.254 buah (36,3%) dengan kondisi

(2)

rumah sehat 59.863 buah (70,2%). Keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar menurut kecamatan, jumlah KK 261.470 KK diperiksa 83.763 KK yang memiliki persediaan air bersih 75.900 KK (90,81%), memiliki jamban 54.965 KK (65,62%), memiliki tempat sampah 58.589 KK (69,95%), memiliki pengelolaan air limbah 22.451 KK ( 26,80%).

Tempat-tempat umum seperti hotel sebanyak 14 buah diperiksa 11 buah dan yang sehat 8 buah (72,7%), restoran/rumah makan sebanyak 524 buah diperiksa 146 buah dan yang sehat 84 buah (57,5%), pasar sebanyak 88 buah diperiksa 41 buah dan yang sehat 10 buah (24,4%), sedangkan institusi yang ada sebanyak 6.275 buah dibina 1.682 (26,8%).

Tabel 3.1. Keluarga dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Menurut Kecamatan

(3)

Akses terhadap sanitasi dasar selama ini kurang dapat dipantau secara baik, hal ini disebabkan karena akses hanya berdasarkan pada cakupan sarana, misalnya cakupan jamban 59% maka diperkirakan akses buang air besar juga sebesar 59%. Hal ini sebenarnya belum menggambarkan secara pasti akses buang air besar di jamban. Dengan adanya program Pamsimas kegiatan ini dapat terpantau sebelum dan sesudah adanya intervensi.

Jumlah desa Pamsimas tahun 2008 sebanyak 9 desa, tahun 2009 sebanyak 16 desa dan tahun 2010 sebanyak 13 desa. Kegiatan ini mempunyai daya ungkit yang cukup tinggi dalam meningkatkan akses masyarakat terhadap air bersih dan jamban keluarga. Pamsimas tahun 2008 dapat meningkatkan jumlah jamban sebanyak 997 buah dan akses buang air besar di jamban sebanyak 5.179 orang. Sedangkan tahun 2009 meningkatkan jumlah jamban sebanyak 3.375 buah dan meningkatnya akses masyarakat buang air besar di jamban sebanyak 17.670 orang. Jumlah sarana air bersih terbanyak menggunakan perpipaan dengan mengambil sumber air yang berasal dari air tanah melalui pengeboran maupun berasal dari penampungan mata air.

Rekapitulasi sarana sanitasi dasar dan akses air bersih serta akses buang air besar Kabupaten Boyolali tahun 2009 dan tahun 2010 adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2. Rekapitulasi sarana sanitasi dasar dan akses air bersih serta akses BAB

Kabupaten Boyolali Tahun 2009 Tahun 2010 Jiwa 950.003 951.717 KK 250.281 250.281 Rumah 229.635 243.256 Sehat 125.290 125.289

Sarana air bersih (SAB)

- PDAM (SR) 20.867 23.163 - PP 26.281 26.281 - PMA 2 2 - MA 410 410 - SPT 6.071 6.039 (ada yg rusak) - SGL 85.027 85.027 - PAH 10.253 10.253 Kepemilikan SAB - Punya sendiri 61,2% 61,4% - Tidak punya 38,8% 38,6%

(4)

Akses air bersih - PDAM (SR) 91.640 187.610 - PP (SR) 115.758 115.758 - PMA 235 235 - MA 33.863 33.863 - SPT 27.338 27.248 (ada yg rusak) - SGL 473.752 473.752 - PAH 33.916 33.916

Penduduk akses BAB

- Sarana 81,7% 79,5% - Non sarana 18,3% 20,5% Kepemilikan jamban - LA 88.840 106.852 - Non LA 58.094 62.851 - Cakupan jamban - 69,8%

- Tidak punya jamban - 30,2% Akses BAB

- Milik sendiri; LA 417.548 466.806 - Milik sendiri; Non LA 238.185 237.276 - Milik orang lain/numpang;

LA - 25.324

- Milik orang lain/numpang; Non LA - 22.930 - Umum; LA - 301 - Umum; Non LA - 9 - BAB di jamban - 77% - BAB Sembarangan - 23%

Sumber data: Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali

Data sarana sanitasi dasar dan akses air bersih serta akses buang air besar Kabupaten Boyolali tahun 2009 dan tahun 2010 selengkapnya pada tabel berikut.

(5)
(6)

Rekapitulasi pengelolaan air minum rumah tangga (PAM RT) Kabupaten Boyolali tahun 2009 dan tahun 2010 adalah sebagai berikut: Tabel 3.3. Rekapitulasi pengelolaan air minum rumah tangga (PAM RT) Kabupaten Boyolali Tahun 2009 (9 kecamatan, 16 desa) Tahun 2010 (10 kecamatan, 13 desa) Jenis sarana - PP 13 12 - Sumur bor 13 8 - MA 5 4 - Lain-lain 0 0 Kondisi sarana - AT 0 0 - T 0 0 - R 15 10 - S 1 2

Kondisi fisik air

- Berbau; Ya 0 0 Tidak 16 12 Berwarna; Ya 1 0 Tidak 15 12 Berasa; Ya 0 0 Tidak 16 12

Jumlah sampel air diambil

48 45

Hasil pemeriksaan kualitas

- Bakteriologis; MS 17 4

TMS 13 20

- Kimiawi; MS 16 17

TMS 2 (unsur Fe) 4 (unsur Mn, Fe)

Sumber data: Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali

Keterangan: Kecamatan dan desa berbeda lokasinya antara tahun 2009 dan 2010

Data pengelolaan air minum rumah tangga (PAM RT) Kabupaten Boyolali tahun 2009 dan Tahun 2010 selengkapnya pada tabel berikut.

(7)
(8)
(9)

Berdasarkan hasil studi EHRA terlihat bahwa sebagian besar responden menggunakan air sumur gali tidak terlindungi untuk minum, masak, mencuci piring dan gelas, mencuci pakaian dan gosok gigi sebanyak 35,94% responden. Responden yang mengggunakan air bersih dari air sumur gali terlindungi sebanyak 17,72% dan sebanyak 12,62% menggunakan air bersih dari PDAM.

Grafik 3.1. Sumber air yang digunakan oleh responden Studi EHRA untuk minum, masak, mencuci piring dan gelas, mencuci pakaian dan gosok gigi di Kabupaten Boyolali (N = 1.600)

Berdasarkan hasil analisis studi EHRA menunjukkan bahwa jika sumber air minum responden dari sumur gali (SGL) atau sumur pompa

(10)

tangan (SPT), jarak sumber air tersebut dengan tempat penampungan/pembuangan tinja sebanyak 22% berjarak kurang dari 10 M, dan sebanyak 37% jaraknya lebih dari 10 M, sekitar 10% responden menjawab tidak tahu atau lupa. Sekitar 32% responden sumber air minumnya tidak berasal dari SGL atau SPT.

Grafik 3.2. Jarak sumber air (SGL dan SPT) ke tempat penampungan/pembuangan tinja

(N= 1.600)

Berdasarkan hasil analisis studi EHRA terkait dengan keamanan pengolahan air minum diketahui bahwa responden yang mengolah air minumnya dengan cara direbus menunjukkan mayoritas yaitu sebanyak 98,69%. Sekitar 1,06% menambahkan kaporit, dan sekitar 0,25% menggunakan filter keramik.

(11)

Data sekolah sehat di Kabupaten Boyolali dilaporkan oleh Dinas Kesehatan terkait kegiatan Monitoring Higiene dan Sanitasi Sekolah Program Pamsimas Komponen B.

Data tahun 2009 di 27 sekolah TK, SD, MI dengan 139 unit kelas di 9 kecamatan menunjukkan siswa STOP BABS 96,10%, siswa CTPS 73,60%, tempat sampah 93,20%, SPAL 81,48%. Jamban siswa laki-laki dan perempuan di 27 sekolah yang sudah dipisahkan 55,55%, belum dipisahkan 37,04%, belum ada jamban 7,41%. Sedangkan jamban guru laki-laki dan perempuan 22,22% sudah dipisahkan, 55,56% belum dipisahkan, 22,22% belum ada jamban. Sarana CTPS di 27 sekolah tersebut 89,65% tersedia air bersih, 72,41% ada tempat CTPS, 65,52% ada sabun, 89,65% ada kain lap, 0% media.

Data tahun 2010 di 60 sekolah TK, SD, MI, SMP dengan 275 unit kelas di 10 kecamatan menunjukkan siswa STOP BABS 84,30%, siswa CTPS 81,80%, tempat sampah 73,30%, SPAL 50%. Jamban siswa laki-laki dan perempuan di 60 sekolah yang sudah dipisahkan 50%, belum dipisahkan 16,67%, belum ada jamban 33,33%. Sedangkan jamban guru laki-laki dan perempuan 21,67% sudah dipisahkan, 40% belum dipisahkan, 38,33% belum ada jamban. Sarana CTPS di 60 sekolah tersebut 81,67% tersedia air bersih, 81,67% ada tempat CTPS, 75% ada sabun, 73,33% ada kain lap, 0% media.

Terdapat perbedaan lokasi antara data sanitasi sekolah tahun 2009 dan 2010. Data selengkapnya disajikan pada Tabel berikut.

(12)
(13)
(14)
(15)
(16)

3.1.2

Kesehatan dan Pola Hidup Masyarakat

Secara umum tingkat kesehatan dan Pola Hidup Masyarakat di Kabupaten Boyolali dapat terlihat dari angka kejadian penyakit yang disebabkan oleh sanitasi buruk seperti ditunjukkan melalui angka kesakitan HIV/AIDS, IMS (infeksi menular seksual), DBD, Diare pada balita, dan Malaria. Jumlah kasus penyakit yang disebabkan oleh sanitasi buruk tahun 2009 yaitu HIV/AIDS 2 kasus, IMS 5 kasus, DBD 334 kasus, Diare 13.963 kasus dimana jumlah penderita diare balita 3.847 orang, Malaria klinis 20 orang. Desa terkena KLB ada 2 desa yang berada di kecamatan Musuk dan Kecamatan Simo.

Tabel 3.6. Penyakit Utama yang diderita penduduk Boyolali Tahun 2009

(17)

Kualitas lingkungan digambarkan dari kondisi kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan. Kesehatan masyarakat dapat digambarkan dengan profil angka penyakit yang perantaranya air (water

borne disease). Sedangkan untuk kesehatan lingkungan diindikasikan

dengan banyaknya kasus pencemaran akibat pembuangan limbah rumah tangga. Sebagai gambaran, berikut data pola 10 besar penyakit di Puskesmas dan Rumah Sakit di Kabupaten Boyolali.

Tabel 3.7. Pola 10 Besar Penyakit Di Kabupaten Boyolali Tahun 2010

N

o Jenis Penyakit Jumlah

1 Influenza 79.117 2 Diare 14.684 3 Thypus 2.924 4 Diare Berdarah 1.108 5 Demam berdarah Dengue 227 6 Campak 71 7 Pneumonia 57 8 Gonorhoe 21 9 Hepatitis 10 10 Tetanus 3

Sumber data : Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali

Tabel 3.8. Pola 6 Besar Water Borne Disease Per Kecamatan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2010

No Kecamatan

Water Borne Diseases Diare Berdarah Diare Thypu s Hepatiti s Campa k Tetanu s 1 Selo 43 650 10 1 2 0 2 Ampel 63 1174 153 0 16 1 3 Cepogo 33 715 5 0 2 0 4 Musuk 0 828 0 0 5 1 5 Boyolali 77 788 144 0 6 0 6 Mojosongo 0 1428 0 0 0 0 7 Teras 41 183 0 0 5 0 8 Banyudono 0 742 4 0 1 0 9 Sawit 305 1550 355 5 1 0 10 Sambi 73 1330 2 0 5 0 11 Ngemplak 343 1269 1628 3 4 0 12 Nogosari 18 427 234 0 5 0 13 Andong 0 355 28 0 0 0 14 Simo 0 219 0 0 0 0 15 Klego 13 572 57 0 0 0 16 Kemusu 1 669 51 0 13 1

(18)

17 Karanggede 11 633 56 1 4 0 18 Wonosegor o 46 908 123 0 2 0 19 Juwangi 41 244 74 0 0 0 Jumlah 1108 14684 2924 10 71 3

(19)

Seluruh jenis penyakit utama tersebut berkaitan dengan derajat kesehatan lingkungan masyarakat. Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali melalui Bidang Pencegahan, Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan dan Seksi Penyehatan Lingkungan serta Seksi Promosi Kesehatan mencoba mengatasi masalah tersebut menggunakan pendekatan STBM, yaitu pemberdayaan masyarakat melalui kesadaran buang air besar sesuai syarat kesehatan. Hal ini didasarkan pada hasil studi kasus WHO (2007) yang menyebutkan akses masyarakat terhadap sarana sanitasi dasar dapat menurunkan kejadian Diare 32%, perilaku mencuci tangan pakai sabun 45% dan perilaku pengelolaan air minum yang aman di rumah tangga 39%. Sedangkan, dengan mengintegrasikan ketiga perilaku tersebut, Diare menurun sebesar 94%.

Kabupaten Boyolali pada 14 September 2011 mendeklarasikan 8 desa berstatus Desa Open Defecation Free (ODF) artinya tidak ada satupun penduduk desa tersebut yang Buang Air Besar (BAB) di sembarang tempat. Desa yang sudah mendeklarasikan diri sebagai desa ODF adalah Desa Tarubatang dan Desa Suroteleng Kecamatan Selo; Desa Candigatak, Desa Genting, Desa Kembangkuning Kecamatan Cepogo; Desa Ngadirejo Kecamatan Ampel; dan Desa Kunti, Desa Sempu Kecamatan Andong.

Rekapitulasi hasil perubahan sarana dan perilaku kegiatan STOP BABS program Pamsimas Kabupaten Boyolali tahun 2009 menunjukkan penurunan kasus diare. Tahun 2008 kasus diare menunjukkan angka 1.450, tahun 2009 semester II kasus diare menjadi 750, tahun 2010 semester I kasus diare 170, dan pada semester II turun menjadi 168.

Lebih jelasnya data hasil perubahan sarana dan perilaku kegiatan STOP BABS program Pamsimas Kabupaten Boyolali tahun 2009 dan tahun 2010 disajikan pada Tabel di bawah ini.

(20)
(21)
(22)

Munculnya berbagai macam waterborne disease di Kabupaten Boyolali dipengaruhi oleh berbagai macam hal, salah satunya adalah kesadaran warga akan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang kurang. Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali sudah melakukan beberapa program untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran warga dalam melakukan PHBS di lingkungannya yang disalurkan melalui UPTD Puskesmas maupun melalui perkumpulan ibu-ibu PKK di setiap desa. Sosialisasi dan Pendataan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat merupakan upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar sadar, mau dan mampu melakukan PHBS guna memelihara dan meningkatkan kesehatannya, mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. Tujuan dari kegiatan PHBS ini adalah meningkatnya rumah tangga sehat di Kabupaten Boyolali. Beberapa sosialisasi PHBS yang sudah pernah dilaksanakan antara lain sosialisasi penanganan sampah, saluran air limbah, dan pemberantasan sarang nyamuk 30 menit di Desa Sranten Kecamatan Karanggede.

Persentase rumah tangga berperilaku hidup bersih sehat Kabupaten Boyolali tahun 2009 adalah 63.429 rumah tangga dipantau; rumah tangga dengan kategori pratama 4.094 (6,45%), rumah tangga kategori madya 20.274 (31,96%), rumah tangga kategori utama 33.801 (53,29%) dan rumah tangga kategori paripurna 5.260 (8,29%).

Persentase rumah tangga berperilaku hidup bersih sehat Kabupaten Boyolali tahun 2010 adalah 152.807 rumah tangga dipantau; rumah tangga dengan kategori pratama 5.501 (3,60%), rumah tangga kategori madya 45.114 (29,52%), rumah tangga kategori utama 96.174 (62,94%) dan rumah tangga kategori paripurna 6.018 (3,94%). Lebih jelasnya data rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) tahun 2009 dan tahun 2010 disajikan pada tabel di bawah ini.

(23)
(24)

Upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) di Kabupaten Boyolali di 19 kecamatan tahun 2009 dengan jumlah desa/kelurahan 267, Desa Siaga aktif 188 buah (70,41%), Forum Kesehatan Desa (FKD) aktif 88 buah (70,41%), jumlah Poskesdes 201 buah dan Posyandu 1.767 buah.

(25)

3.1.3.

Kuantitas dan Kualitas Air

Pencemaran air tanah atau penurunan kualitas air tanah yang terjadi pada suatu daerah berhubungan erat dengan tingkat kepadatan penduduk di daerah tersebut, sebab semakin banyak jumlah penduduk maka limbah yang dibuang ke lingkungan akan semakin besar. Pencemaran air bawah tanah terutama diakibatkan oleh sanitasi yang kurang baik seperti adanya rembesan air limbah rumah tanggga, hotel, industri dan lain sebagainya. Hal ini akan sangat membahayakan bagi kesehatan penduduk pengguna air sumur. Sumur gali yang terdapat pada rumah-rumah penduduk yang dibuat dekat dengan permukaan tanah (dangkal) rentan mengalami pencemaran.

Jumlah kebutuhan air bersih seluruh penduduk Kabupaten Boyolali sebagai berikut.

Tabel 3.12. Kebutuhan air bersih seluruh penduduk Kabupaten Boyolali

No. Tahun Jumlah Rumah Tangga (KK)

Jumlah Kebutuhan Air Bersih (m3)

1 2007 256.429 56.821,56 m3/hari 2 2008 259.491 56.975,64 m3/hari 3 2009 264.169 57.103,02 m3/hari

Sumber data: BLH Kabupaten Boyolali Tahun 2010-2011

Tabel 3.13. Kebutuhan air bersih yang terlayani oleh PDAM No. Tahun Jumlah Rumah

Tangga (KK) Jumlah Kebutuhan Air Bersih (m3/tahun) 1 2007 18.564 4.214.245

2 2008 19.585 4.361.184 3 2009 20.776 4.596.825

Sumber data: BLH Kabupaten Boyolali Tahun 2010-2011

Pemenuhan kebutuhan air bersih di Kabupaten Boyolali berbeda antar daerah. Beberapa wilayah memanfaatkan pelayanan dari PDAM, sumur, mata air, dan air hujan.

(26)

KECAMATA N PDA M (SR) PP PMA MA DKSPTDL SGL PAH Selo 0 3353 0 0 0 21 0 0 Ampel 161 7052 0 16 0 7 4673 0 Cepogo 1598 6178 2 21 0 0 673 226 Musuk 232 5561 0 13 0 0 1183 9914 Boyolali 7131 471 0 6 106 0 3052 0 Mojosongo 1037 0 0 6 0 4 4495 106 Teras 2347 0 0 6 534 0 2271 0 Sawit 710 0 0 15 787 0 5114 0 Banyudono 968 113 0 86 395 0 8778 0 Sambi 26 26 0 307 307 0 2338 0 Ngemplak 0 0 0 0 1239 0 11198 0 Nogosari 0 92 0 12 1040 0 4450 0 Simo 776 1851 0 85 195 0 4477 2 Karanggede 200 0 0 13 444 0 3681 0 Klego 332 0 0 5 0 0 5884 5 Andong 429 0 0 0 737 0 8246 0 Kemusu 303 1122 0 59 165 0 5888 0 Wonosegoro 174 0 0 7 0 0 6289 0 Juwangi 1420 462 0 22 90 0 2337 0 JUMLAH 17844 26281 2 679 6039 32 85027 10253

Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Boyolali, 2010 Keterangan :

SGL : Sumur Gali

PAH : Penampung Air Hujan MA : Mata Air

PMA : Penampungan mata air

SR : Sambungan Rumah SPT : Sumur Pompa Tangan PP : PAM Proyek (dikelola KSM)

Sumber air bersih yang berasal dari PDAM digunakan sebagian besar warga di seluruh wilayah Kabupaten Boyolali kecuali di Kecamatan Selo, Ngemplak, Nogosari. Pemanfaatan sumber air bersih dari sumur gali dilakukan sebagian besar warga di Cepogo, Ampel, Mojosongo, Kemusu, Andong, dan Wonosegoro. Hanya di daerah Musuk dan Boyolali saja yang sebagian kecil penduduknya menggunakan sumur, sedangkan di Selo tidak ada yang menggunakan sumur gali karena kedalaman air tanah yang terlalu dalam.

(27)

Tabel 3.15. Kualitas Air PDAM N

o. Tahun Jumlah kali pemantauan (frekuensi x jumlah titik yang dipantau)

Pemenuhan Baku Mutu dalam Lampiran III KeMenkes No.

907/MENKES/SK/VII/2002 1 2008 1-2x 7 (untuk Fisika Kimia

Air);1 x 1 (untuk bakteriologis)

Bakteriologis:

MNP/100 ml.Gol Kolo MNP/100 ml Koli Tinja

Hasil memenuhi baku mutu Fisika Kimia Terbatas

A. Fisika: bau, TDS, kekeruhan, rasa, suhu

B. Kimia; aluminium, besi, fluoride, kesadahan (CaCO3), chloride, mangan, nitrat sebagai NO3, nitrit sebagai NO2, pH.

Hasil memenuhi baku mutu. 2 2009 1-2 x 3 (untuk Fisika Kimia

Air);

Bakteriologis

Bakteriologis:

MNP/100 ml. Gol Kolo MNP/100 ml Koli Tinja

Hasil memenuhi baku mutu. Fisika Kimia Terbatas

A. Fisika: bau, TDS, kekeruhan, rasa, suhu

B.

Kimia: aluminium, besi, fluoride, kesadahan (CaCO3), chloride, mangan, nitrat sebagai NO3, nitrit sebagai NO2, pH.

Hasil memenuhi baku mutu. 3 2010 1-2 x 7 (untuk Fisika Kimia

Air); 1 x 1 (untuk bakteriologis)

Khusus untuk IKK Musuk dipantau 12 kali dalam 1 tahun.

Bakteriologis:

MNP/100 ml. Gol Kolo MNP/100 ml Koli Tinja

Hasil memenuhi baku mutu. Fisika Kimia Terbatas

C. Fisika: bau, TDS, kekeruhan, rasa, suhu

D. Kimia: aluminium, besi, fluoride, kesadahan (CaCO3), chloride, mangan, nitrat sebagai NO3, nitrit sebagai NO2, pH.

Hasil memenuhi baku mutu.

Sumber data: BLH Kabupaten Boyolali Tahun 2010-2011 Tabel 3.16. Kualitas Air Sumur

N

o. Tahun Jumlah kali pemantauan (frekuensi x jumlah titik yang dipantau)

Pemenuhan Baku Mutu dalam Lampiran III KeMenkes No.

907/MENKES/SK/VII/2002 1 2008 (12 x 7) Fisika Kimia Terbatas

(28)

1-2 x 3 (untuk Fisika Kimia Air)

A. Fisika: bau, TDS, kekeruhan, rasa, suhu

B. Kimia: aluminium, besi, fluoride, kesadahan (CaCO3), chloride, mangan, nitrat sebagai NO3, nitrit sebagai NO2, pH

Hasil memenuhi baku mutu 2 2009 (12 x 8)

1-2 x 2 (untuk Fisika Kimia Air)

Fisika Kimia Terbatas

C. Fisika: bau, TDS, kekeruhan, rasa, suhu

D. Kimia: aluminium, besi, fluoride, kesadahan (CaCO3), chloride, mangan, nitrat sebagai NO3, nitrit sebagai NO2, pH

Hasil memenuhi baku mutu 3 2010 (12 x 10)

1-2 x 3 (untuk Fisika Kimia Air)

1-2 x 3 (untuk bakteriologis)

Fisika Kimia Terbatas

E. Fisika: bau, TDS, kekeruhan, rasa, suhu

F. Kimia: aluminium, besi, fluoride, kesadahan (CaCO3), chloride, mangan, nitrat sebagai NO3, nitrit sebagai NO2, pH

Hasil memenuhi baku mutu

(29)

Tabel 3.17. Pemeriksaan Bakteriologis Air Bersih, Air Badan Air, dan Air Minum

N

o Lokasi

Hasil Pemeriksaan Kadar Maksimum yang diperbolehk an p H Kesimpula n Ket. MPN/10 0ml MPN/100ml Gol.Coli Coli Tinja

1 Mata Air Tlatar (Pengilon) 240 - 50 7,5 Tidak memenuhi syarat bakteriologi s Air Bersih Kebon Bimo Boyolali 2 Mata Air Sidalem 75 - 50 7,6 Tidak memenuhi syarat bakteriologi s Air Bersih Mudal Boyolali 3 Sungai Pepe (Hulu) Mudal 1500 - 1000 7 Tidak memenuhi syarat bakteriologi s Air Bersih Boyolali 4 Kran PDAM Singkil 2,2 2,2 0 7,8 Tidak memenuhi syarat bakteriologi s Air Bersih Karangeneng, Boyolali 5 Sungai Gede 210000 - 1000 7 Tidak memenuhi syarat bakteriologi s Air Badan Air Siswodipuran, Boyolali 6 Sumur Kridanggo 43 - 50 7, 2 Memenuhi Syarat Bakteriologi s Air Bersih Siswodipuran, Boyolali 7 Mata Air Guyangan 1100 - 50 7,1 Tidak memenuhi syarat bakteriologi s Air Bersih Pengging Banyudono Boyolali 8 Sungai Tempuran 46000 - 1000 7 Tidak memenuhi syarat bakteriologi s Air Badan Air Pengging Banyudono Boyolali 9 Sumur Warga 23 - 50 7 Memenuhi Syarat Bakteriologi s Air Bersih Pengging Banyudono Boyolali 1 0 IKK Teras 16 16 0 7,2 Tidak memenuhi syarat bakteriologi s Air Minu m Teras Boyolali

(30)

1 1 Sumur Masjid Teras 23 - 50 7, 1 Memenuhi Syarat Bakteriologi s Air Minu m Teras Boyolali 1

2 SR PAM Warga 0 0 0 7 Memenuhi Syarat Bakteriologi s Air Minu m Teras Boyolali

Sumber : Hasil Laboratorium, Laporan Bantek Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Boyolali 2011

Keterangan:

- MPN : Most Propable Number

-

Satuan : Jumlah Per 100 ml Sampel - SAB : Sarana Air Bersih

- SR : Sambungan Rumah

- Air Minum Mengacu Keputusan Menteri Kesehatan RI No.907/MENKES/SK/VII/2002 - Air Bersih Mengacu Keputusan Menteri Kesehatan RI No.416/MENKES/Per/IX/1990 - Air Badan Air Mengacu PP No.82 Th.2001

Dalam Laporan Bantek Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Boyolali Tahun 2011, identifikasi mikrobiologis dilakukan dengan mengambil sampel sumber-sumber air yang digunakan oleh masyarakat di Kabupaten Boyolali. Parameter yang digunakan adalah Total Coli (Coliform) untuk mengetahui pencemar yang berasal dari kegiatan/buangan limbah domestik.

Air Permukaan (Air Sungai)

Air sungai yang digunakan sebagai sampel diambil dari 3 sungai yakni Sungai Pepe bagian hulu di wilayah Mudal, Sungai Gede di wilayah Siswodipuran dan Sungai Tempuran di wilayah Pengging. Hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa konsentrasi bakteri coli di Sungai Pepe sebesar 1.500 MPN; di Sungai Gede sebesar 210.000 MPN dan di Sungai Tempuran sebesar 46.000 MPN. Hasil uji kualitas air ketiga sungai tersebut telah melebihi baku mutu badan air menurut PP no.82 Tahun 2001 dimana seharusnya kadar maksimum bakteri coli yang diperbolehkan adalah 1000 MPN. Konsentrasi coli yang tinggi akan memberikan indikasi sebagai berikut :

a. Terdapat sumber pencemar dari kegiatan domestik yang membuang limbahnya dan telah mencemari sungai-sungai tersebut.

(31)

b. Terdapat kegiatan yang belum melakukan pengelolaan limbah domestiknya dengan baik dan benar karena langsung membuang limbahnya ke sungai-sungai tersebut

c. Masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk melakukan pengelolaan limbah domestiknya.

d. Belum adanya regulasi yang mengatur pengelolaan sungai dan sanksi tegas bagi pencemar.

e.

Belum adanya budaya hidup sehat untuk menganggap sungai sebagai komponen yang harus dilindungi dan bukan sebagai tempat buangan.

Mata Air

Mata Air yang digunakan sebagai sampel diambil dari mata air Pengilon di Tlatar, mata air Sidalem di Mudal, dan mata air Guyangan di Pengging. Hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa konsentrasi bakteri coli di mata air Pengilon sebesar 240 MPN; di mata air Sidalem sebesar 75 MPN; dan mata air Guyangan sebesar 1.100 MPN. Hasil uji kualitas air ketiga mata air tersebut telah melebihi baku mutu air bersih menurut Permenkes RI No. 416/MENKES/Per/IX/1990 dimana kadar maksimum coli yang diperbolehkan adalah 50 MPN. Konsentrasi coli yang tinggi memberikan indikasi sebagai berikut :

a. Terdapat sumber pencemar dari kegiatan domestik yang membuang limbahnya dan telah mencemari mata air tersebut.

b.

Terdapat kegiatan di sekitar mata air yang belum melakukan pengelolaan limbah domestiknya dengan baik dan benar dan langsung membuang limbahnya ke mata air tersebut.

c. Masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk melakukan pengelolaan limbah domestiknya.

d. Belum adanya regulasi yang mengatur pengelolaan mata air dan sanksi tegas bagi pencemar.

e. Belum adanya budaya hidup sehat untuk menganggap mata air sebagai komponen yang harus dilindungi dan bukan sebagai tempat buangan.

(32)

Air tanah yang digunakan sebagai sampel diambil dari sumur gali Kridanggo di Kelurahan Siswodipuran Kecamatan Boyolali, sumur gali masjid di wilayah Teras, dan sumur gali warga di Kelurahan Pengging Kecamatan Banyudono. Hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa konsentrasi bakteri coli di sumur Kridanggo sebesar 43 MPN; di sumur masjid Teras sebesar 23 MPN, dan di sumur Pengging sebesar 23 MPN. Hasil tersebut dua diantaranya sudah memenuhi syarat sebagai air bersih sedangkan satu sumur lainnya yaitu sumur Kridanggo masih belum memenuhi syarat air bersih menurut Permenkes RI No. 416/MENKES/Per/IX/1990 dimana kadar maksimum Coli yang diperbolehkan adalah 50 MPN. Konsentrasi coli yang tinggi memberikan indikasi sebagai berikut :

a. Septic Tank yang dimiliki penduduk telah melebihi usia pengurasan, sehingga kemampuan pengolahan dan resapan tidak optimal.

b. Konstruksi Septic Tank yang dimiliki tidak sesuai dengan standar teknis.

c. Terdapat kelompok masyarakat yang tidak memiliki septic tank sehingga limbah tinja mencemari air tanah.

d.

Masih adanya masyarakat yang belum memiliki kesadaran akan pentingnya pengelolaan limbah domestiknya.

Air Bersih dari PDAM

Air bersih yang digunakan sebagai sampel diambil dari Hidran umum di wilayah Teras, kran air penduduk di wilayah Teras dan kran penduduk di daerah Singkil, Kelurahan Karanggeneng Kecamatan Boyolali. Hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa konsentrasi bakteri coli di Hidran umum Teras sebesar 16 MPN; di SR Teras sebesar 0 MPN; dan di SR Singkil sebesar 2,2 MPN. Hasil tersebut menunjukkan bahwa air dari PDAM ada yang terkontaminasi coli. Adanya bakteri coli memberikan indikasi berikut :

a. Terdapat kebocoran sistem perpipaan sehingga bakteri coli yang bersumber dari limbah domestik mampu mengkontaminasi air dari PDAM

(33)

c. Terdapat sumber pencemaran limbah domestik pada sekitar sistem penyediaan air bersih.

d. Perilaku Masyarakat Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada sekitar sumber air bersih belum baik.

3.1.4.Limbah Cair Rumah Tangga

Air limbah adalah limbah hasil buangan dari perumahan, bangunan perdagangan, perkantoran dan sarana sejenisnya. Air limbah rumah tangga (domestic) juga diartikan sebagai air buangan yang tidak dapat dipergunakan lagi untuk tujuan semula baik yang mengandung kotoran manusia (tinja) atau aktifitas dapur, kamar mandi dan cuci, dimana volume air limbah atau grey water sekitar 50-80% dari kebutuhan air bersih rata-rata sebesar 125 liter/orang, sehingga volume air limbah grey waternya 100 liter/orang per hari. Untuk air limbah black water sebesar 0,2 kg/ orang per hari. Sehingga total volume air limbah grey water dan black water di Kabupaten Boyolali sebagai berikut

Tabel 3.18. Total volume air limbah grey water dan black water Tahun 2010

N

o Kawasan Jumlah Pendu duk (Jiwa) Volume timbulan air limbah grey water (liter/orang /hari) Total timbulan grey water (m3/hari) Volume timbulan air limbah black water (kg/orang/h ari) Total timbulan black water (kg/hari) 1 Kota Boyolali 68.943 100 6.894,3 0,2 13.788,6 2 Kabupa ten 953.83 9 100 95.383,9 0,2 190.767,8

Sumber data :BLH Kabupaten Boyolali Tahun 2010-2011.

Keterangan: Estimasi air yang dihasilkan adalah 80% kebutuhan air bersih per jiwa yang tercatat pada PDAM.

Tabel 3.19. Ketersediaan pusat pengelolaan air limbah domestic N

o Tahun PD PALJenis sarana pengelolaan Air Limbah DomestikIPAL Komunal (selain PD PAL) Lain-lain

(34)

Unit Kapasitas (liter atau m3) Unit Kapasitas (m3) Unit Kapasitas (liter atau m3) 1 2008 - - - -2 2009 - - - -3 2010 - - 1 14,4 -

-Sumber data: BLH Kabupaten Boyolali Tahun 2010-2011.

Keterangan: IPAL Domestik sebagai demplot IPAL pada Perumahan Bumi Singkil Permai II dibangun pada tahun 2010.

(35)

Tabel 3.20. Jumlah rumah tangga yang tersambung dengan pusat pengelolaan air limbah domestic

No Tahun Jumlah rumah tangga tersambung (KK) PD PAL IPAL Komunal (selain

PD PAL) Lain-lain

1 2008 - -

-2 2009 - -

-3 2010 - 24

-Sumber data: BLH Kabupaten Boyolali Tahun 2010-2011.

Tabel 3.21. Jumlah rumah tangga yang tidak tersambung dengan pusat pengelolaan air limbah domestic dan jenis pengelolaan air limbah domestiknya.

No Tahun Jumlah rumah tangga

tidak tersambung Jenis pembuangan air limbah domestik Septictank Sungai, dll. 1 2008 259.491 653.976 (jiwa) 299.908 (jiwa) 2 2009 264.169 655.733 (jiwa) 298.151 (jiwa) 3 2010 Belum ada data 156.911 59.288

Sumber data: BLH Kabupaten Boyolali Tahun 2010-2011

Kabupaten Boyolali sudah memiliki operator pengelolaan limbah domestik yaitu Badan Lingkungan Hidup, tetapi belum memiliki bangunan IPLT (Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja). Teknis pengelolaan limbah domestik di Kabupaten Boyolali diwujudkan dalam beberapa program dan kegiatan yang dilaksanakan oleh Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Boyolali, antara lain :

1. Pengujian Limbah Cair Domestik

2. Pengujian Air Sungai dan Badan Air yang lain 3. Perlindungan pada sumber - sumber Mata Air

4. Penegakan Hukum terhadap pelanggaran baku mutu lingkungan Upaya yang dilakukan oleh BLH dan Dinas Kesehatan sebagai SKPD yang berwenang dalam pemantauan dan pengawasan terhadap limbah domestik antara lain melalui beberapa kegiatan yaitu :

(36)

89

89 1. Meningkatkan Pemantauan Kualitas Lingkungan

2. Meningkatkan Pengendalian dan Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup

3. Meningkatkan Pembinaan Teknis Pengendalian Lingkungan Hidup 4. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengedalian

pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup.

Dalam Laporan Bantek Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Boyolali Tahun 2011 disebutkan kondisi pengelolaan air limbah domestik yang ada saat ini hanyalah berupa penyediaan sarana buang air besar. Pada umumnya jamban/tempat buang air besar sendiri berada di daerah perkotaan (urban) sedangkan tempat buang air besar komunal/umum, sungai, dan lainnya sebagian besar berada di daerah perdesaan.

Tabel 3.22. Limbah Padat Domestik Kabupaten Boyolali Tahun 2010

No Kecamatan PenduduJumlah k Tinja Satuan (kg/hari ) Jumlah (kg/hari ) 1 Selo 26.937 0,2 5.387 2 Ampel 68.965 0,2 13.793 3 Cepogo 53.280 0,2 10.656 4 Musuk 60.717 0,2 12.143 5 Boyolali 59.641 0,2 11.928 6 Mojosongo 51.459 0,2 10.292 7 Teras 45.951 0,2 9.190 8 Sawit 32.993 0,2 6.599 9 Banyudono 45.078 0,2 9.016 10 Sambi 48.657 0,2 9.731 11 Ngemplak 71.111 0,2 14.222 12 Nogosari 60.788 0,2 12.158 13 Simo 43.667 0,2 8.733 14 Karanggede 40.492 0,2 8.098 15 Klego 46.023 0,2 9.205 16 Andong 61.852 0,2 12.370 17 Kemusu 46.400 0,2 9.280 18 Wonosegoro 54.865 0,2 10.973 19 Juwangi 34.963 0,2 6.993 Jumlah 953.839 190.768

Sumber data: Kabupaten Boyolali dalam Angka Tahun 2010 (belum terbit) Keterangan: Asumsi; dalam 1 hari orang menghasilkan 0,2 kg tinja

(37)

Jenis jamban yang ada di Kabupaten Boyolali sebagian besar sudah menggunakan kloset leher angsa meskipun ada beberapa wilayah yang masih menggunakan kloset jenis cemplung bahkan masih buang air besar di sungai. Berikut adalah tabel akses buang air besar warga di Kabupaten Boyolali yang diperoleh dari data Rekapitulasi Sarana Sanitasi Dasar Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali Tahun 2010.

Tabel 3.23. Akses Buang Air Besar Warga Kabupaten Boyolali

No .

Jenis Jamban Rumah Tangga (%)

1. Milik sendiri 72,1

2. Bersama 4,9

3. Umum /Tidak memiliki 23,0

Sumber data : Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali, 2010

Tabel 3.24. Jenis Jamban Yang Digunakan Warga Di Kabupaten Boyolali

No .

Jenis Jamban Rumah Tangga (%)

1. Leher angsa 43,77

2. Cemplung 24,97

3. Sembarang tempat 31,26

Sumber data : Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali, 2010

Berikut adalah gambar jamban dan septictank yang digunakan masyarakat Kabupaten Boyolali.

Kloset Leher Angsa Septic tank

Gambar 3.1. Sarana Sanitasi (Sumber: Dokumentasi Konsultan, 2011)

Berdasarkan hasil studi EHRA anggota keluarga yang sudah dewasa bila ingin buang air besar (BAB) adalah ke jamban pribadi sebanyak 76,31%. Tetapi masih ada anggota keluarga yang BAB ke sungai sekitar 9,30% dan ke kebun/pekarangan sekitar 2,13%.

(38)

Grafik 3.4. Perilaku anggota keluarga yang sudah dewasa bila ingin buang air besar (N= 1.600)

Berdasarkan hasil studi EHRA kemana tempat penyaluran akhir tinja responden, diketahui sebanyak 67,50% membuang limbah tinjanya ke tangki septic, sekitar 13,69% membuang limbah tinjanya ke cubluk/lubang tanah, dan sekitar 6,56% membuang limbah tinjanya ke sungai.

Grafik 3.5. Tempat penyaluran buangan akhir tinja (N = 1.080)

Hasil analisis studi EHRA menunjukkan aman tidaknya tangki septic terhadap pencemaran lingkungan. Suspect tidak aman ditunjukkan oleh banyaknya responden yang tidak pernah mengosongkan tangki septicnya yaitu sebanyak 52,44%.

(39)

Grafik 3.6. Kapan tangki septic terakhir dikosongkan (N= 1.080)

Berdasarkan studi EHRA menunjukkan bahwa bila tangki septic dikosongkan kemana Lumpur tinja dibuang hasilnya adalah ke sungai sekitar 2,44% dan 1,76% dikubur. Mengingat Kabupaten Boyolali belum memiliki IPLT dikhawatirkan pembuangan Lumpur tinja akan mencemari sungai dan air tanah.

Grafik 3.7. Tempat pembuangan Lumpur tinja (N= 1.080)

(40)

3.1.5.

Limbah Padat (Sampah)

Dalam Laporan Periodik Sampah Kabupaten Boyolali Tahun 2010 penanganan persampahan digambarkan sebagai berikut:

Wilayah Perkotaan/Administrasi

1. Timbulan Sampah perkotaan : ± 81,8 m3/ hari 2. Sampah Terangkut : ± 65,2 m3/ hari

Tabel 3.25a Tabel Volume Timbulan Sampah Tahun 2010 N

o Kawasan Jumlah Penduduk (Jiwa) Volume timbulan sampah (Kg/orang/hari) Total timbulan sampah (Ton/hari) 1 Kota Boyolali 68.943 0,3 20,68 2 Kabupaten 953.839 0,3 286,152

Tabel 3.25b. Prosentase Komposisi Sampah Tahun Kertas Kayu Kain / kulitKaretPlastik Meta/ loga

m

Gelas /

kaca Organik lain-lain 2005 0,5 3 0,5 0.5 15 - 0,5 75 5 2006 0.5 4 0,5 0.5 14 0,5 1 75 4 2007 0.5 4 0,5 0.5 14 0,5 1 75 4 2008 1 4 0,5 0.5 16 1 1 72 4 2009 1 4 0,5 0.5 16 1 1 72 4 2010 1 4 0,5 0.5 16 1 1 72 4

(41)

3. Sistem Pengelolaan Sampah kota

Metode pengelolaan TPA yang digunakan adalah controll landfill menuju sanitary landfill.

4. Kegiatan 3 R (Reuse, Reduce dan Recycling) apa yang telah tersedia dan dilaksanakan di daerah anda serta jumlah dengan kapasitasnya, sebagai berikut:

a. Teknologi pengomposan :

A. Pengomposan di TPA Kuncen Winong dan Sie Pertamanan DPUPPK

a. Sampah yang masuk TPA mula-mula dipilahkan menurut jenisnya, yaitu sampah organik dan sampah anorganik. Jenis sampah organik selanjutnya diproses menjadi kompos dengan menggunakan alat pengomposan yang sudah tersedia di TPA;

b.

Sampah organik dimasukkan dalam mesin pencacah. Sampah yang sudah dicacah diberi campuran bahan-bahan antara lain katul, disiram dengan air yang telah dicampur dengan tets dan EM4 untuk mempercepat proses pengomposan. Kemudian sampah yang telah dicampur bahan tadi ditutup dengan plastik untuk mempercepat proses fermentasi. Agar fermentasi dapat baik sampah tadi dibolak-balik, apabila diraba terasa panas (± 2 hari sekali). Setelah kurang lebih 2 bulan kompos sudah siap dipakai. Saat ini sampah yang dibuat kompos kurang lebih 20 M3/ bulan.

B. Pengomposan (Komposting Rumah Tangga) di Perumahan Warga yaitu di lokasi sebagai berikut :

1. Kampung Bhayangkara RW XV Kelurahan Siswodipuran yang terdiri dari RT 3 dan RT 4 ;

2. Perumahan Bumi Singkil Permai I RW X Desa Karanggeneng; 3. Perumahan Bumi Singkil Permai II RW XI RT 08 Desa

Karanggeneng;

4. Perumahan Pulisen Kelurahan Pulisen; 5. Perumahan Surodadi;

(42)

6. Perumahan Surowedanan

Dengan proses pengomposan sederhana sebagai berikut.

Khusus di Perumahan Surowedanan proses komposting dilakukan sebagai berikut :

 Pemilahan

 Pencacahan / perajangan  Pengolahan

 Pengayakan

 Penyimpanan dan Pengepakan  Penjualan

Pengolahan kompos

 Siapkan larutan aktivator dengan cara :

 Ambil 4 sendok makan penuh aktivator (Green Phoskko)  Ambil 2 sendok makan gula pasir

 Larutkan dalam 8 liter air  Aduk hingga merata  Diamkan selama 2-4 jam

 Masukkan sampah organik basah kedalam mesin pengolah sampah  Siramkan larutan aktivator kedalam sampah yang berada dalam

mesin pengolah hingga semua bagian terkena merata

 Campurkan 2,5 kg bahan penggembur / serbuk gergaji ke dalam mesin pengolah

 Tutup rapat mesin pengolah

 Hari ke 1-5 putar mesin pengolah sebanyak 3 kali sehari selama kurang lebih 15 menit pada jam yang sama

(43)

 Pada hari ketiga tiap pagi keluarkan lindi atau cairan kompos cair dari lubang yang sudah disediakan, tampung dalam ember, kemudian simpan dalam dirigen khusus lindi

Hasil berupa :

1. Pupuk Kompos organik 2. Pupuk Cair organik

C. Pengomposan di Sekolah yaitu di lokasi sebagai berikut : 1. SMKN 1 Mojosongo; 2. SMKN 1 Boyolali; 3. SMUN 3 Boyolali; 4. SMPN 1 Boyolali; 5. SMPN 2 Boyolali; 6. SMPN 4 Boyolali; 6. SD N 4 Boyolali; 7. SD N 9 Boyolali. Gambar :

b. Teknologi Pembuatan kertas daur ulang dan plastik :

Masyarakat/warga yang mengolah sampah kertas bekas menjadi produk tersebut berlokasi di Perumahan Bumi Singkil Permai.

(44)

c. Teknologi logam : Tidak ada

d. Teknologi pembuatan gelas : Tidak ada

e. Teknologi pembakaran :

Pembakaran sampah dengan menggunakan incinerator dilaksanakan di RSU Pandanaran dan Puskesmas Kota I Boyolali. Karakteristik sampah yang dibakar adalah sampah medis.

5. Kegiatan 3 R apa yang dilaksanakan di daerah anda dengan menggunakan sebagian dananya menggunakan DAK.

Pada Tahun 2010 ini kegiatan dari DAK Bidang Lingkungan Hidup digunakan untuk pengadaaan prasarana dan sarana pengelolaan persampahan khususnya pemanfaatan sampah menjadi sumber energi (briket sampah, dan kompor gasifikasi).

a. Unit 3R ( sebutkan pengelolanya masing-masing dan sumber sampahnya)

I. Volume sampah yang dibuat kompos untuk saat ini adalah sebagai berikut :

(i). Kegiatan pengomposan oleh masyarakat sebesar ± 10 kg/ hari, yang terinci sebagai berikut :

- Kampung Bhayangkara RW XV sebesar 2 kg/ hari - Perumahan Bumi Singkil Permai I sebesar 2 kg/ hari - Perumahan Bumi Singkil Permai II sebesar 4 kg/ hari - Perumahan Madu Mulyo, Pulisen sebesar 1 kg/ hari - Perumahan Surodadi sebesar 1 kg/ hari

- Perumahan Surowedanan hijau 20 kg/ minggu

(ii).

Kegiatan pengomposan oleh Pemkab Boyolali sebesar 0,8 m3

/ hari, yang terinci sebagai berikut:

-

TPA Winong sebesar 0,7 m3/ hari

-

Sie Pertamanan sebesar 0,1 m3/ hari

(iii)

Kegiatan pengomposan oleh Sekolah sebesar ± 5-10 kg/

hari

II. Pelaksana komposting

1.

Komposting yang dilakukan di tingkat perumahan/pemukiman dilakukan oleh masyarakat Kampung

(45)

Bhayangkara, Masyarakat Bumi Singkil Permai I dan II dengan pembinaan dari dinas/ instansi terkait, Camat Boyolali bersama perangkat Kalurahan;

2. Komposting Alam Lestari dilaksanakan oleh Subdin Kebersihan, Pertamanan dan Pemadam Kebakaran DPUPPK; 3. Sedangkan untuk lokasi sekolahan dilaksanakan oleh para

siswa/pelajar dengan pembinaan guru. b. Proses 3 R

1. Proses pengomposan yang digunakan di TPA Kuncen Winong saat ini adalah dengan menggunakan Dana Alokasi Khusus Tahun 2007 yaitu berupa mesin pencacah sampah dengan kapasitas 500 kg/ jam

2. Proses 3 R yang digunakan di Perumahan dan Sekolahan adalah - Pemilahan Sampah organik dan anorganik rumah tangga; - Pencacahan sederhana sampah Organik;

- Pengomposan dengan gentong/ drum, komposter

c. Siklus atau alur sistem 3 R (sebutkan sesuai dengan pengelola dan lokasi yang ada) sedikitnya meliputi sumber sampah-unit proses 3R – produk 3R-pemanfaat produk 3 R.

(46)

Uraian singkat proses 3 R di Kota Boyolali;

1.

Sumber sampah berasal dari Jalan, Rumah Tangga, Sekolah, Kantor dsb.

1.a. Sebagian Sampah organik rumah tangga dipisahkan dan dibuat komposting oleh warga masyarakat dengan menggunakan teknologi sederhana dan memanfaatkan gentong-gentong;

1.b. Kompos yang sudah jadi dan bisa dimanfaatkan sendiri.

2. Sebagian sampah yang masih tercampur dikumpulkan ke dalam tong-tong sampah;

3.

Pengangkutan sampah dengan gerobak sampah. 4. Pengumpulan sampah di TPS-TPS tertutup;

5. Sampah diangkut dengan menggunakan truk pengangkut sampah;

6. Sampah yang sudah terangkut dibawa ke TPA;

6.a. Sebagian sampah organik dipisahkan dan dicacah untuk dijadikan kompos.

I, II Proses pengoposan dan hasil yang dapat dimanfaatkan untuk pemupukan tanaman di wilayah perkotaan

6.b Sebagian sampah plastik dipilah dan dikumpulkan oleh pemulung;

7,8 Sampah yang tersisa (residu) dikelola dengan menggunakan sistem Sanitary Landfill.

Berdasarkan hasil studi EHRA diketahui bahwa sampah rumah tangga dikelola oleh sebagian besar responden dengan cara dibakar sekitar 69,94%, dibuang ke lahan kosong sekitar 12,81%, dan dibuang dan dikubur sekitar 10,06%. Sedangkan responden yang menerima pelayanan dari petugas pengangkut sampah hanya sekitar 1,44%.

(47)

Hasil analisis studi EHRA menunjukkan bahwa dari sebanyak 1,44% penerima pelayanan dari petugas pengangkut sampah sebanyak 1,06% responden mendapatkan pelayanan pengangkutan sampah setiap hari, dan sekitar 0,38% beberapa kali dalam seminggu.

(48)

Grafik 3.9. Seberapa sering petugas mengangkut sampah dari rumah (N = 23)

Berdasarkan hasil studi EHRA diketahui bahwa sebanyak 1,25% responden mengatakan pelayanan pengangkutan sampah tepat waktu dan sekitar 0,19% mengatakan sering terlambat.

Grafik 3.10. Ketepatan pengangkutan sampah (N= 23)

Hasil analisis studi EHRA menunjukkan bahwa pengelolaan sampah rumah tangga dengan cara melakukan pemilahan sampah dilakukan sering oleh sekitar 10% responden dan 24,19% responden melakukannya kadang-kadang.

Grafik 3.11 Perilaku pemilahan/pemisahan sampah di rumah sebelum dibuang (N= 1.600)

(49)

Hasil analisis studi EHRA menunjukkan bahwa hanya 13,69% responden yang melakukan daur ulang sampah rumah tangga untuk dibuat kompos atau pupuk hijau.

Grafik 3.12. Apakah sampah rumah tangga didaur ulang (N= 1.600)

Diagram sistem sanitasi (DSS) pengelolaan sampah

Drainase Lingkungan

Sistem drainase berfungsi untuk mengalirkan dan menghilangkan genangan air kotor di permukaan ke badan air penerima sehingga kota

(50)

dan lingkungan permukiman yang dilengkapi dengan drainase akan lebih baik dan sehat.

Kondisi jaringan drainase yang terdapat di Kabupaten Boyolali memiliki kondisi permanen dan semi permanen. Sistem drainase direncanakan dengan tujuan menghindari terjadinya banjir atau genangan pada suatu wilayah dalam luasan tertentu, ketinggian tertentu dan dalam waktu tertentu. Diharapkan dengan pengendalian terhadap ketiga parameter di atas, air yang tidak tertangani masih dapat ditoleransi dan tidak menimbulkan dampak negatif.

Pada saat ini kondisi yang terjadi di Kabupaten Boyolali penggunaan saluran drainase difungsikan bukan hanya sebagai penyalur air hujan atau air banjir, tetapi juga sebagai penampung atau penyalur limbah cair domestik (rumah tangga). Jaringan drainase yang ada umumnya masih menyatu dengan jaringan sanitasi (limbah rumah tangga dari mandi dan cuci). Jaringan drainase memanfaatkan sungai dan jaringan irigasi, sebagai jaringan pematusan dan tempat bermuara akhir aliran air.

Daerah Aliran Sungai (DAS) yang terdapat di Kabupaten Boyolali antara lain: Kali Serang yang melintasi Kecamatan Kemusu dan Wonosegoro, Kali Cemoro yag melintasi Kecamatan Simo dan Nogosari, Kali Butak, Kali Pepe yang melintasi Kecamatan Boyolali, Mojosongo, Teras, Banyudono, Sambi, dan Ngemplak, Kali Tempel dan Kali Gandul yang melintasi Kecamatan Selo, Cepogo dan Musuk, Mojosongo, Teras dan Sawit serta sungai Bedoyo yang cukup besar. Umumnya sungai-sungai di Kabupaten Boyolali bermuara di Sungai Bengawan Solo.

Pada titik-titik lokasi tertentu, kawasan perkotaan masih ada genangan akibat luapan/limpasan yang disebabkan drainase perkotaannya kurang optimal atau tidak sesuai lagi dimensi badan saluran karena tekanan terhadap ruang dan lingkungan untuk kebutuhan perumahan, kawasan jasa dan perdagangan menjadi kawasan terbangun.

Dinas PUPPK pada Bidang Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Boyolali belum memiliki database yang mencatat panjang saluran drainase. Tahun ini kabupaten Boyolali menerima bantuan program penyusunan master plan dan DED drainase dari Dinas PU PLP Provinsi Jawa Tengah.

(51)

Saluran drainase yang berfungsi sebagai saluran sekunder maupun tersier menghubungkan daerah-daerah tangkapan air untuk dialirkan ke saluran primer/kolektor yang selanjutnya dialirkan ke sungai. Jaringan drainase sekunder mempunyai fungsi sebagai saluran perantara untuk mengalirkan air limpasan hujan, air buangan rumah tangga, industri dan penggunaan lain sebelum masuk ke saluran kolektor yang selanjutnya masuk ke sistem pembuangan akhir (sungai).

Ketika curah hujan puncak terjadi banjir yang melanda beberapa desa antara lain Desa Banyudono dan Desa Cangkringan di Kecamatan Banyudono, Desa Karangduren di Kecamatan Sawit, Desa Sawahan dan Desa Pandeyan di Kecamatan Ngemplak, dan Desa Ngleses di Kecamatan Juwangi. Banjir terjadi rata-rata 2 jam dimana luas jangkauan banjir ke daerah aman berjarak antara 100-200 M. Penanganan korban banjir dilakukan secara insidental karena dinilai tidak membahayakan yaitu dengan menyelamatkan jiwa dan harta masyarakat, dievakuasi ke daerah terdekat yang aman dari banjir.

(52)
(53)

Berdasarkan hasil studi EHRA diketahui bahwa sebanyak 32,25% responden mempunyai SPAL berupa parit, sekitar 8,38% mempunyai sumur resapan, dan sekitar 3,81% drainase lingkungannya berupa sarana lain.

Grafik 3.13. Keberadaan drainase lingkungan (N= 1.600)

Berdasarkan hasil studi EHRA menunjukkan bahwa sebanyak 3,25% responden terkena banjir sekali dalam setahun, sekitar 1,13% beberapa kali dalam setahun, dan sekitar 0,06% sesekali atau beberapa kali dalam setahun.

Grafik 3.14. Kejadian banjir di rumah atau lingkungan sekitar rumah (N= 1.600)

Berdasarkan hasil studi EHRA juga diketahui bahwa responden yang terkena banjir sebanyak 0,31% lama banjirnya kurang dari 1 jam, sekitar 1,75% lama banjirnya antara 1-3 jam, sekitar 1,31% lama banjirnya setengah hari, dan sekitar 0,75% lama banjirnya satu hari atau lebih dari 1 hari.

(54)

Grafik 3.15. Lama banjir mengering (N= 71)

Diagram sistem sanitasi (DSS) pengelolaan drainase lingkungan

Pencemaran Udara

Pengujian emisi/polusi udara akibat aktivitas industri di Kabupaten Boyolali dilaksanakan oleh Badan Lingkungan Hidup (BLH). Kegiatan yang ada meliputi penyuluhan pengendalian pencemaran udara dan uji kualitas udara ambien dan emisi cerobong perusahaan.

Uji kualitas udara ambien dan emisi cerobong perusahaan dilaksanakan oleh BLH Kabupaten Boyolali bekerjasama dengan Laboratorium terakreditasi Balai Besar dan Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri (BBTPPI) Semarang. Hasil uji kualitas ambien dan emisi di 4 perusahaan masih memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan kecuali untuk parameter hidrokarbon di 4 perusahaan tersebut (PT Hanil Indonesia, PT Sari Warna, PT Delta Merlin, PT Safari Junie) masih melebihi baku mutu yang dipersyaratkan (Laporan kegiatan subbid pengendalian pencemaran air dan udara BLH tahun 2010)

(55)

Limbah industri adalah air limbah bersumber dari pabrik atau industri rumah tangga yang biasanya banyak menggunakan air dalam sistem prosesnya. Di samping itu ada pula bahan baku mengandung air sehingga dalam proses pengolahannya air harus dibuang. Air ditambah bahan kimia tertentu kemudian diproses dan setelah itu dibuang. Air terikut dalam proses pengolahan kemudian dibuang misalnya ketika dipergunakan untuk pencuci suatu bahan sebelum diproses lanjut. Semua jenis perlakuan ini mengakibatkan buangan air. Bahan pencemar yang terdapat dalam limbah cair industri antara lain kandungan BOD5 dan COD.

Kabupaten Boyolali terbagi atas 19 Kecamatan dan 263 Desa serta 4 Kelurahan dengan kepadatan penduduk rata-rata 938 jiwa/km2 tahun 2009. Konsekuensi dari kondisi tersebut adalah tumbuhnya dunia industri di Kabupaten Boyolali yang terus meningkat. Dari sumber Boyolali Dalam Angka (BDA) jumlah industri mengalami kenaikan, untuk jumlah industri kecil – menengah, industri agro sebanyak 2.846 buah, industri kimia dan hasil hutan sebanyak 3.174 buah dan industri logam mesin dan perekayasaan sebanyak 189 buah. Disatu sisi, industri ini membawa peningkatan dalam bidang ekonomi dan penyerapan tenaga kerja. Namun disisi lain timbul permasalahan-permasalahan baru di bidang lingkungan.

Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Boyolali mengawasi, memantau dan melakukan monitoring pengelolaan air limbah oleh usaha dan atau kegiatan non skala menengah ke atas seperti industri, hotel, rumah makan, rumah sakit dan industri besar, juga menangani pengelolaan air limbah kegiatan usaha skala kecil (USK) dan pengelolaan air limbah domestik penduduk.

Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Boyolali melalui Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan beserta DPUPPK dan Dinas Peternakan dan Perikanan dari tahun 2000 sampai pada tahun 2010 telah membangun beberapa IPAL Biogas Ternak, IPAL Biogas Industri Kecil Tahu, dan IPAL Domestik Komunal. Berikut adalah beberapa IPAL yang pernah dibangun dengan bantuan dana dari pemda maupun dari pemerintah pusat.

(56)

Tabel 3.26. IPAL Biogas Ternak dan Industri Kecil Tahu Di Kabupaten Boyolali

No Nama Alamat Jenis Usaha Keterangan

1. Bejo Ds. Pelem, Simo Ind kecil

tahu Bant. pemda 2000 2. Sugiyanto Ds. Gagak Sipat,

Ngemplak Indtahu kecil Bant Pemda 2002 3. H. Daryono Ds. Bendan,

Banyudono Indtahu kecil Bant. pemda 2002

4. Winarno Ds. Bendan,

Banyudono Indtahu kecil Bant Pemda 2003 5. Suwarto An KUB Gotong royong Ds. Donohudan, Ngemplak Ind kecil tahu Bant. pemda 2003

6. Hadi Sakinu Ds. Singosari,

Mojosongo Ternak Sapi Swadayabantuan Pemda & 2000

7. Wiryo parno Ds. Tambak,

Mojosongo Ternak Sapi Bant Pemda 2004 8. Wiyadi Ds. Winong, Boyolali Ternak Sapi Bant. pemda

2004 9 KUB Subur Makmur Ds. Donohudan, Ngemplak Ind kecil tahu Bant Pemda 2005 10 Suradi Ds. Pengkol, Karanggede Ind kecil tahu Bantuan pemda 2005 11 Joko Ds. Bantengan,

Karanggede Indtahu kecil Bantuan Pemda 2006 12 Marjono Ds. Sruni, Musuk Ternak Sapi DAK 2007

13 Suyono Ds. Sruni, Musuk Ternak Sapi DAK 2007 14 Abdurrahman Ds. Mliwis, Cepogo Ternak Sapi DAK 2007 15 Priyono Ds. Mliwis, Cepogo Ternak Sapi DAK 2007 16 Sriyanto Ds. Kemiri, Mojosongo Ternak Sapi DAK 2007 17 Maeyano Ds. Kemiri, Mojosongo Ternak Sapi DAK 2007 18 Domo Ds. Kemiri, Mojosongo Ternak Sapi DAK 2007 19 Suwarno Ds. Urut Sewu, Ampel Ternak Sapi DAK 2007 20 Nardi Ds. Karanggeneng,

Boyolali

Ternak Sapi DAK 2007 21 Hadi Sumarjo Ds. Winong, Boyolali Ternak Sapi DAK 2007 22 Sumidi Ds. Gagak Sipat,

Ngemplak

Ind kecil tahu

DAK 2007 23 Budi Ds. Gagak Sipat,

Ngemplak Indtahu kecil DAK 2008 24 Sutarno Ds. Sruni, Musuk Ternak Sapi DAK 2008 25 Slamet Ds. Pagerjurang, Musuk Ternak Sapi DAK 2008 26 Sumanto Ds. Kemiri, Mojosongo Ternak Sapi DAK 2008 27 Miyono Ds. Madu, Mojosongo Ternak Sapi DAK 2008 28 Sutoyo Ds. Metuk, Mojosongo Ternak Sapi DAK 2008 29 Kelompok

Tani ”Karya Tani”

Ds. Kaligentong, Ampel Ternak Sapi DAK 2008 30 Kelompok Ds. Kaligentong, Ampel Ternak Sapi DAK 2008

(57)

No Nama Alamat Jenis Usaha Keterangan

Tani ”Karya Tani

31 Jiyo kusnan Ds. Bendan, Banyudono

Ind kecil tahu

DAK 2008 32 Parjo Ds. Gagak Sipat,

Ngemplak Indtahu kecil DAK 2008 33 Wito hadi

Sukamto Ds. Jelok, Cepogo Ternak Sapi DAK 2009 34 Suharno Ds. Paras, Cepogo Ternak Sapi DAK 2009 35 Warsito Ds. Sruni, Musuk Ternak Sapi DAK 2009 36 Sarmo Ds. Cluntang, Musuk Ternak Sapi DAK 2009 37 Wasi Sudomo Ds.Singosari,

Mojosongo Ternak Sapi DAK 2009 38 Purwanto Ds.Mojosongo ,

Mojosongo Ternak Sapi DAK 2009 39 Haryadi Ds. Gagak Sipat,

Ngemplak Indtahu kecil DAK 2009 40 Jiyarno Ds. Kragilan,

Mojosongo Indtahu kecil DAK 2009 41 Wiradat Ds. Sukorejo, Musuk Ternak Sapi DAK 2010 42 Narto Ds. Pagerjurang, Musuk Ternak Sapi DAK 2010 43 Gunanto Ds. Candi Gatak,

Cepogo Ternak Sapi DAK 2010

44 Joko Rudiyanto

Ds. Candi Gatak, Cepogo

Ternak Sapi DAK 2010 45 Agus

Haryono Ds.Butuh , Mojosongo Ternak Sapi DAK 2010 Sumber : Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Boyolali, 2010

(58)

Tabel 3.27. Data Industri Kecil Tahu Di Kabupaten Boyolali No . Nama Pengusaha / Usaha Alamat Kapasi tas Produk kg/hari Kebutu han Bhn Pokok kg/hari Jml Tena ga Kerja Kebutu han Air/hari ltr/hari Limbah IPA L Ijin Volum e Air Limbah (ltr/hari ) Limb ah Padat (kg/h ari) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 I KECAMATAN BANYUDONO 1 Parmadi Ds. Bendan 5 00 5 00 3 22,5 00 7,4 25 35 0 Biog as 0129/11.32/SIUI.K/X /04

2 Winarno Ds. Bendan 400 400 3 18,000 5,940 280 Biogas 0121/11.32/SIUI.K/IX/05

3 Wargono Ds. Bendan 400 400 3 18,000 5,940 280 4 Maryoto Ds. Bendan 6 00 6 00 4 27,0 00 8,9 10 42 0 Biog as -

5 Jiyo Kusnan Ds. Bendan

4 50 4 50 3 20,2 50 6,6 83 31 5 Biog as 0122/11.32/SIUI.K/I X/05

6 Warsiti Ds. Bendan 300 300 3 13,500 4,455 210 Biogas

7 Hj. Suharti Ds. Bendan 1,5 00 1,5 00 3 67,5 00 22,2 75 1,0 50 Biog as

8 Juminem Bodro Ds. Bendan

4 00 4 00 3 18,0 00 5,9 40 28 0 0124/11.32/SIUI.K/I X/05

9 Jamini Ds. Bendan 300 300 3 13,500 4,455 210 0122/11.32/SIUI.K/IX/05

(59)

II KECAMATAN NGEMPLAK 1 Budi Amiarso Dk. Kanoman RT. 02/08, Ds. Gagak Sipat 4 00 4 00 3 18,0 00 5,9 40 28 0 Biog as

2 Budi Sriyanto Dk. Kanoman RT. 04/08, Ds. Gagak Sipat 400 400 3 18,000 5,940 280 -

3 Giyanto Dk. Kanoman RT. 03/08, Ds. Gagak Sipat 300 300 4 13,500 4,455 210 Biogas

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

4 Nurdi Dk. Kanoman RT. 04/08, Ds. Gagak Sipat 300 300 3 13,500 4,455 210 -

5 Sainu Dk. Kanoman RT. 04/08, Ds. Gagak Sipat 3 00 3 00 36 13,5 00 4,4 55 21 0 -

6 Sarmin Dk. Kanoman RT. 05/08, Ds. Gagak Sipat 300 300 4 22,500 7,425 350

7 Suhardi Dk. Kanoman RT. 05/08, Ds. Gagak Sipat 500 500 2 13,500 4,455 210 -

8 Sumidi Dk. Kanoman RT. 03/08, Ds. Gagak Sipat 4 00 4 00 4 18,0 00 5,9 40 28 0 Biog as 0089/11.32/SIUI.K/V II/05

9 Suparjo Dk. Kanoman RT. 05/08, Ds. Gagak Sipat 400 400 3 18,000 5,940 280 Biogas

10 Supardi Dk. Kanoman RT. 04/08, Ds. Gagak Sipat 400 400 4 18,000 5,940 280 -

11 Tamami Dk. Kanoman RT. 04/08, Ds. Gagak Sipat 4 00 4 00 4 18,0 00 5,9 40 28 0 - 12 Suratmo Dk. Kanoman RT. 03/08, Ds. Gagak Sipat 4 00 4 00 3 18,0 00 5,9 40 28 0 -

13 Hariyadi Dk. Kanoman RT. 04/08, Ds. Gagak Sipat 500 500 4 22,500 7,425 280 Biogas

14 Parwanto Dk. Kanoman RT. 02/08, Ds. Gagak Sipat 400 400 3 1,800 5,940 280 -

15 Siswanto Dk. Kanoman RT. 02/08, Ds. Gagak Sipat 3 00 3 00 3 13,5 00 4,4 55 21 0 - 16 Swasto Dk. Kanoman RT. 04/08, Ds. 5 5 22,5 7,4 35 -

(60)

Gagak Sipat 00 00 4 00 25 0

17 Warsanto Dk. Kanoman RT. 02/08, Ds. Gagak Sipat 500 500 4 22,500 7,425 350 -

18 Tasyim Dk. Kanoman RT. 01/08, Ds. Gagak Sipat 5 00 5 00 4 22,5 00 7,4 25 35 0 - 19 Mulyono Dk. Kanoman RT. 01/08, Ds. Gagak Sipat 5 00 5 00 4 22,5 00 7,4 25 35 0 -

20 Kel. Subur Makmur 1 Dk. Tegalan, Ds. Donohudan 350 350 2 15,750 5,198 245 Biogas

21 Kel. Subur Makmur 2 Dk. Tegalan, Ds. Donohudan 400 400 3 18,000 5,940 280

22 Agus Dk. Tegalan, Ds. Donohudan

4 00 4 00 3 18,0 00 5,9 40 28 0

23 Wahono Dk. Tegalan, Ds. Donohudan 700 700 4 31,500 10,395 490

24 Suwarto Dk. Tegalan, Ds. Donohudan 400 400 3 18,000 5,940 280

25 Sugimin Dk. Njebol, Ds. Donohudan

1 00 1 00 2 4,5 00 1,4 85 7 0 Biog as 0078/11.32/SIUI.K/V I/05 II KECAMATAN KARANGGEDE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 Muji Pengkol 1 00 2 00 2 9,0 00 2,9 70 14 0 - 2 Dinomo Pengkol 80 2 50 2 11,2 50 3,7 13 17 5 - 3 Blono Pengkol 80 150 2 6,750 2,228 105 -

4 Siswanto / Sari Rukun Pengkol 100 200 2 9,000 2,970 140 - 0071/11.32/SIUI.K/VI/05 5 Jimo Pengkol 2 9,0 2,9 14 -

(61)

80 00 2 00 70 0

6 Mujiyono / Sumber Waras Pengkol 100 350 2 15,750 5,198 245 - 0076/11.32/SIUI.K/VI/05

7 Dasimin / Sumber Agung Pengkol

1 00 2 00 2 9,0 00 2,9 70 14 0 - 0072/11.32/SIUI.K/V I/05 8 Nurhadi Pengkol 1 00 1 00 2 4,5 00 1,4 85 7 0 -

9 Siti Maryam Pengkol 100 500 2 22,500 7,425 350 -

10 Suradi / Sidodadi Pengkol 250 300 4 13,500 4,455 210 Biogas 0075/11.32/SIUI.K/VI/05

11 Suwardi Pengkol 1 00 1 50 2 6,7 50 2,2 28 10 5 - 0191/11.32/SIUI.K/V II/04

12 Sumardi / Sumber Rejeki Pengkol 100 175 2 7,875 2,599 123 - 0073/11.32/SIUI.K/VI/05

13 Paimin Pengkol 100 200 2 9,000 2,970 140 - 0074/11.32/SIUI.K/VI/05

14 Tukiman/ Sumber Rejeki Tegalsari

2 00 3 00 4 13,5 00 4,4 55 21 0 Biog as 0077/11.32/SIUI.K/V I/05

15 Joko Bantengan 250 250 4 11,250 3,713 175 Biogas

IV KEC. WONOSEGORO

1 Jumadi / Mekarsari Wonosegoro

1 00 1 00 2 4,5 00 1,4 85 7 0 - 0063/11.32/SIUI.K/V /05

2 Sardi Wonosegoro 100 100 2 4,500 1,485 70 - 0064/11.32/SIUI.K/V/05

V KEC. MOJOSONGO

1 Jiyarno Dk. Karanganyar, Ds.Kragilan

2 00 2 00 2 9,0 00 2,9 70 14 0 - -

(62)

VI KEC. BOYOLALI

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

1 no name Karanggeneng

2 no name Kiringan

3 no name Siswodipuran

(63)

Tabel 3.28. Data Air Limbah Kabupaten Boyolali N o Kecamatan Kuda (m3)/ day Kamb ing (m3)/ day Babi (m3/d ay) Ayam dagin g (m3/d ay) Ayam telur (m3/d ay) Itik (m2/d ay) Puyu h (m3/d ay) Sapi (m3/d ay) Debit Limbah Domes tik Warga (liter/d etik) Debit Limbah Karyaw an Perusah aan (liter/de tik) Debit Limbah Perush (liter/detik) (Debit Limbah Domestik+Pers h)xKoefisien Transmisi Debi t Limb ah Indu stri Tahu Debit Tinja Langsu ng ke Sungai (liter/d etik) Jumlah BAB (orang) Sungai 1 Mojosongo 0.84 13.20 1.31 4.48 - 0.44 10.92 695.80 30.39 0.68 5,710.00 31.07 6.68 0.07 16,720.00 Gandul S. 2 Teras 0.58 13.54 18.29 - 0.78 4.22 22.38 79.50 25.95 0.66 380,000.00 26.61 - 0.04 10,123.00 Gandul S. 3 Selo 0.17 2.42 - 3.51 1.07 0.08 - 129.58 12.01 - - 16.82 - 0.00 752.00 Gandul S. 4 Cepogo 0.19 31.02 2.11 4.24 33.30 7.77 0.16 505.53 24.31 - - 34.03 - 0.00 895.00 Gandul S. 5 Musuk 0.77 67.57 - 5.85 1.44 0.14 0.40 665.83 28.36 - - 39.71 - 0.04 9,911.00 Gandul S. 6 Sawit 7.53 8.38 24.14 3.07 - 3.21 2.16 35.78 15.14 0.04 11,600.00 15.17 - 0.02 5,004.00 Gandul S. 7 Boyolali 4.47 11.18 1.05 8.70 55.31 0.22 2.72 108.75 43.19 0.15 273,311.20 43.35 - 0.01 2,253.00 S. Pepe 8 Banyudono 2.24 15.27 24.14 5.09 0.30 7.39 10.92 45.23 27.21 3.00 431,400.00 30.21 77.96 0.03 7,253.00 S. Pepe 9 Sambi 0.49 17.24 0.66 3.02 - 0.89 0.98 126.25 22.40 0.05 32,000.00 22.45 - 0.10 23,223.00 S. Pepe 1 0 Ngemplak 0.47 8.80 3.38 13.84 - 4.87 11.14 86.75 46.96 0.08 14,432.00 47.04 119.55 0.10 24,019.00 S. Pepe 1 1 Ampel 0.77 29.06 - 4.62 - 0.20 6.40 298.53 36.83 0.08 - 36.92 - 0.03 6,100.00 S. Pepe 1 2 Simo 0. 34 16.07 - 37.58 2.59 0.83 13.25 152.88 27.18 0.05 24,000.00 27.23 - 0.03 6,565.00 S. Cemor o 1 3 Nogosari - 18.54 - 3.90 - 0.98 1.68 181.40 28.67 0.02 34,000.00 28.69 - 0.09 21,069.00 CemorS.

Gambar

Grafik 3.3. Cara responden mengolah air untuk diminum (N= 1.600)
Tabel 3.6. Penyakit Utama yang diderita penduduk Boyolali  Tahun 2009
Tabel 3.8.  Pola 6 Besar Water Borne Disease Per Kecamatan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2010
Tabel 3.17.   Pemeriksaan Bakteriologis Air Bersih, Air Badan Air, dan Air  Minum
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahun 2014, Kabupaten Bintan telah mengganggarkan dana untuk kegiatan yang terkait dengan program/kegiatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yaitu sebesar

Penduduk eks permukiman transmigrasi di Kawasan Perkotaan Baru (KPB)/ Kota Terpadu Mandiri (KTM) Kikim sebesar 11.534 jiwa yang tersebar pada 12 Desa di tiga

Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang merupakan kawasan kabupaten yang fungsinya melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan.Terdapatnya dua Kecamatan di