• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Dalam dokumen Proposal Thesis Khusni Syauqi 13702251034 (Halaman 40-47)

BAB II LANDASAN TEORI

8. Pengelolaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal yang harus ada dalam sebuah bengkel sekolah. Kecelakaan dan penyakit kerja dalam bengkel tidak hanya merugikan untuk pengguna saja tetapi juga pihak sekolah baik secara langsung maupun tak langsung. Phil & Liz (2008: 8) mengemukakan “health and safety is about preventing people from being harmed at work, by taking the right precautions and by providing a satisfactory working environment”. Yang artinya K3 adalah tentang mencegah orang dari yang dirugikan di tempat kerja, dengan mengambil tindakan pencegahan yang tepat dan dengan menyediakan lingkungan kerja yang memuaskan

Tujuan dari K3 secara umum tidaklah lain untuk mencegah kecelakaan dan dapat merugikan baik bagi orang itu sendiri maupun pihak sekolah. Lebih lanjut Charles (2003: 33) mengemukakan tujuan dari K3 adalah: 1) untuk mengurangi kecelakaan, melalui upaya kerja sama, dengan menghilangkan sebanyak mungkin bahaya di tempat kerja; 2) untuk mengurangi jumlah kecelakaan dan keluhan kesehatan terkait banyaknya pekerja yang diajukan ke badan hukum tanpa melanggar hak federal dan negara buruh; 3) untuk meningkatkan partisipasi pekerja dalam semua program keselamatan dan kesehatan; 4) untuk mempromosikan pelatihan,

menghindari, dan pencegahan bahaya kerja; 5) untuk membangun jaringan komunikasi lain dimana pekerja dapat menyuarakan keprihatinan mereka mengenai potensial bahaya. Dengan menciptakan tempat dan dengan menyediakan tempat kerja yang nyaman akan membuat lingkungan menjadi aman dan terhindar dari resiko yang tidak diinginkan.

Keselamatan dalam bekerja tidak hanya menerapkan peraturan serta tata tertib yang telah dibuat, akan tetapi membutuhkan organisasi penanggung jawab sebagai pengelola dan memantau jalannya K3 dalam bengkel. Phil & Lis (2008 :46) mengemukakan penanggung jawab utama K3 yaitu; 1) mengelola pekerjaan sehingga aman; 2) untuk menunjuk seseorang untuk memberikan bantuan kesehatan dan keselamatan; 3) memberikan pengawasan yang memadai; 4) memberikan informasi, instruksi dan pelatihan; 5) memantau kinerja kesehatan dan keselamatan.

Bengkel atau tempat kerja harus dalam keadaan bersih, nyaman, dan aman. Phil & Lis (2008: 90-92) mengemukakan untuk menjadikan tempat kerja bersih aman dan nyaman mempunyai kriteria sebagai berikut:

a. Pemeliharaan (maintenance), tempat kerja dan peralatan harus terawat dan terjaga dengan baik agar dapat bekerja dengan efisien.

b. Ventilation, adanya ventilasi yang cukup untuk sirkulasi udara dalam bengkel.

c. Temperature control, jika ruangan yang digunakan untuk jangka waktu yang lama maka pengontrol suhu dibuat senyaman mungkin dengan mempertahankan suhu selama jam kerja (biasanya 160C/16.80F). Selain

itu adanya termometer suhu untuk mengukur suhu ketika jam kerja. Akses ke ruang istirahat harus disediakan ketika kondisi tidak nyaman terjadi dan tidak dapat dihindari.

d. Pencahayaan (lighting), dalam suatu tempat kerja sedapat mungkin harus ada pencahayaan alami yang baik. Pencahayaan darurat harus tersedia dimana terjadi suatu kegagalan pencahayaan normal yang dapat menyebabkan bahaya. Pencahayaan harus dapat mencukupi area bengkel sehingga orang dapat bergerak disekitar bengkel dengan aman. Pencahayaan yang dapat menyilaukan mata harus dihindari.

e. Kebersihan (cleanliness), tempat kerja seperti dinding, lantai serta perabotan lainnya harus dijaga agar tetap bersih.

f. Space, dalam sebuah bengkel harus terdapat ruang kosong dengan ketinggian diatas 3 meter atau lebih sehingga walaupun dalam ruangan terdapat mesin/alat namun masih tersisa untuk bergerak dengan mudah. g. Well designed workstations, area bengkel perlu di desain dengan baik

dan cocok untuk pekerja dan pekerjaan tertentu. Untuk itu perlu adanya penyediaan tempat duduk yang baik untuk setiap pekerjaan yang harus dilakukan dengan duduk dan harus ada ruang yang cukup disekitar area bengkel agar bekerja dengan aman.

h. Safe floors, lantai yang aman disesuaikan dengan lingkungan pekerjaan yang ada.

i. Danger of falling, untuk daerah-daerah yang rawan dan dapat menyebabkan kecelakaan kerja perlu adanya peringatan atau

rambu-rambu sebagai contoh lantai yang licin yang dapat menyebabkan terpeleset dan jatuh perlu adanya peringatan.

j. Suitable windows, menandai jendela dan pintu yang memakai kaca yang memungkinkan dilewati untuk berjalan.

k. Safe traffic routes, adanya rute yang aman dan pengaturan untuk pejalan kaki, mesin dan kendaraan di tempat kerja.

l. Safe escalator (and moving roadways), bengkel yang menyediakan eskalator maupun menyediakan jalan yang dapat bergerak harus berfungsi dengan aman. Perangkat keselamatan dan pengaturan pemberhentian darurat juga harus disediakan.

m. Good welfare facilities, adanya fasilitas penunjang lainnya yang dapat mendukung siswa dalam praktek seperti; toilet, tempat cuci tangan, kamar ganti, dan lain-lain.

Bengkel yang nyaman, aman, dan efektif sangatlah penting dilakukan khususnya untuk kepentingan bagi penggunanya, untuk itu perlu adanya pengelolaan keselamatan dan kesehatan kerja. Pengelolaan keselamatan dan kesehatan kerja yang dikemukakan oleh Jeremy S (2006: 27-29) terdiri dari;

a. Planning, meliputi; menerapkan pedekatan sistematis untuk metode penilaian resiko, pemilihan metode yang tepat tentang pengendalian resiko untuk meminimalisir resiko kecelakaan, dan menetapkan prioritas dan mengembangkan standar kinerja yang baik.

b. Organizing, meliputi; melibatkan seluruh pengguna bengkel dalam melaksanakan pengendalian resiko dan memutuskan tindakan pencegahan dan perlindungan serta menerapkan persyaratan di tempat kerja, membangun sarana yang efektif untuk berkomunikasi dan berkonsultasi pada tempat-tempat yang beresiko timbulnya kecelakaan kerja, pemberian informasi yang memadai, instruksi dan pelatihan serta evaluasi bagi penanggung jawab K3.

c. Control, meliputi; memperjelas tanggung jawab keselamatan dan kesehatan kerja dan memastikan bahwa kegiatan setiap orang terkoordinasi dengan baik, memastikan semua orang mengerti dengan tanggung jawab masing-masing dengan jelas apa yang harus mereka lakukan untuk melaksanakan tanggung jawab tersebut, pengaturan standar penilaian kinerja terkait dengan tanggung jawab masing-masing, memastikan adanya pengawasan yang memadai dan tepat, khususnya bagi mereka yang sedang belajar dan yang baru untuk bekerja.

d. Monitoring, meliputi; memiliki rencana dan membuat pemeriksaan rutin yang memadai dan memeriksa untuk memastikan bahwa langkah-langkah pencegahan dan perlindungan berada di tempat dan efektif, secara nyata menyelidiki langsung dan menyelidiki penyebab yang menyebabkan kecelakaan kerja.

e. Review, meliputi; menetapkan prioritas tindakan perbaikan yang diperlukan yang ditemukan sebagai hasil pemantauan untuk memastikan

pengambilan tindakan yang sesuai, meninjau secara berkala keseluruhan sistem pengelolaan kesehatan dan keselamatan kerja.

Pencegahan lebih baik dari pada mengobati, dalam sebuah bengkel jangan sampai terjadi kecelakaan yang dapat menciderai penggunanya. Secara umum penyebab kecelakaan di tempat kerja (Putut, 2005: 1) adalah; kelelahan (fatigue), kondisi tempat kerja (environmental aspects) dan pekerjaan yang tidak aman (unsafe working condition), serta kurangnya penguasaan pekerja terhadap pekerjaannya disebabkan kurangnya training, dan karakteristik pekerjaan itu sendiri. Oleh karena itu, erlu adanya penanganan melalui pencegahan terkait keselamatan kerja di dalam sebuah bengkel.

Tindakan pencegahan kecelakaan kerja sendiri menurut Charles (2003: 6) terdiri dari tiga “Es” meliputi; 1) Engineering (mesin), kesadaran akan keselamatan kerja saat merancang peralatan/mesin K3 yang dibutuhkan; 2) Education (pendidikan), pelatihan untuk pengguna bengkel dalam prosedur keselamatan kerja dan cara yang aman melakukan pekerjaan mereka; dan 3) Enforcement (penegakan), aturan dan kebijakan harus ketat jika ingin mencapai tempat kerja yang aman.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Lincoln, Nebraska Safety Counsil 1981 (Charles, 2003: 36-37) yang dilakukan pada 143 perusahaan di setiap bangsa menemukan fakta sebagai berikut:

Table 2. Effectiveness of safety and health program findings

Fakta Pernyataan Temuan

1 Tidak mempunyai anggaran untuk K3 43% lebih kecelakaan 2 Tidak ada pelatihan untuk pekerja baru 52% lebih kecelakaan 3 Tidak adanya pelatihan K3 59% lebih kecelakaan 4 Tidak ada pelatihan khusus untuk

pengawas 62% lebih kecelakaan

5 Tidak melakukan pemeriksaan K3 40% lebih kecelakaan 6 Program K3 tidak tertulis dibandingkan

dengan perusahaan yang telah menerapkan program K3 tertulis

106% lebih kecelakaan 7 Yang menggunakan perekam, tidak

membuat K3 sendiri 43% lebih kecelakaan 8 Tidak ada program K3 tertulis 130% lebih kecelakaan 9 Tidak ada panitia K3 untuk karyawan 74% lebih kecelakaan 10 Tidak ada anggota organisasi K3 yang

professional 64% lebih kecelakaan

11 Tidak ditetapkan sistem untuk

menyadari K3 yang telah dilakukan 81% lebih kecelakaan 12 Tidak ada dokumentasi/pemeriksaan

laporan kecelakaan 122% lebih kecelakaan 13 Pengawas tidak bertanggung jawab

tentang K3 39% lebih kecelakaan

14 Top manajemen tidak mepromosikan

kesadaran K3 470% lebih kecelakaan (Sumber: Charles, 2003: 36-37) Oleh karena itu, berdasarkan tabel diatas perlu adanya perhatian tentang keselamatan dan kesehatan kerja khususnya dalam bengkel kerja. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan keselamatan kerja di bengkel kerja praktik yaitu: 1) kelengkapan peralatan keselamatan kerja; 2) adanya promosi keselamtan kerja bagi semua pengguna bengkel; terciptanya lingkungan kerja yang aman; 3) adanya pelatihan bagi siswa baru; 4) adanya pemeriksaan K3 secara rutin dan terstruktur; 5) adanya rambu-rambu K3 secara tertulis; 6) adanya dokumentasi dan laporan kecelakaan kerja; 7) adanya supervisor K3 yang dapat mempertanggung

jawabkan; 8) adanya pengelolaan manajemen yang ahli K3; 9) adanya aturan dan kebijakan yang ketat dalam K3.

9. Keberhasilan Siswa dalam Praktik

Dalam dokumen Proposal Thesis Khusni Syauqi 13702251034 (Halaman 40-47)

Dokumen terkait