• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Air minum Rumah Tangga

LAPORAN EHRA – POKJA SANITASI KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2015

Gambar 3.15

Grafik Pencemaran SPAL (Berdasarkan tabel hasil pengamatan) Terkait dengan adanya genangan air dimana dari hasil survey EHRA hanya sebesar 7,80% adanya genangan air yang berpotensi menimbulkan pencemaran sebesar 67,30%, sedangkan yang termasuk dalam kategori aman sebesar 32,70%. Genangan air terbesar terjadi pada strata 2 sebesar 11,50%. Sedangkan pada strata 3 sebesar 7,90% dan pada stara 1 dan 4 masing-masing 1,60% dan 1,10%.

Lebih jelasnya area beresiko gengangan air berdasarkan hasil Survey EHRA dapat dilihat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4

Area Berisiko Genangan Air Berdasarkan Hasil Studi EHRA

Variabel Kategori

Strata Desa/Kelurahan Total

1 2 3 4

n % n % n % n % N %

Adanya genangan air

Ada genangan air

(banjir) 2 1,6 48 11,5 45 7,9 1 1,1 97 7,8

Tidak ada

genangan air 126 98,4 368 88,5 527 92,1 92 98,9 1150 92,2

3.5. Pengelolaan Air minum Rumah Tangga.

Pengelolaan air merupakan pemanfaatan air untuk kehidupan sehari – hari. Karena air merupakan kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia itu sendiri. Ada ungkapan mengatakan bahwa ”lebih baik tidak makan daripada tidak minum air”.

32

LAPORAN EHRA – POKJA SANITASI KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2015

Didalam tubuh air merupakan cairan yang diperuntukkan bagi metabolisme sekaligus sebagai pengganti cairan tubuh yang dikeluarkan melalui berbagai macam aktivitas. Ada berbagai macam cara pengelolaan air yang merupakan indikator dalam kuesioner ini.

Diantaranya yaitu mengenai pengelolaan air minum, masak, mencuci & gosok gigi yang aman dan higiene yang meliputi beberapa item antara lain Air botol kemasan, Air isi ulang, Air Ledeng dari PDAM, Air hidran umum – PDAM, Air kran umum -PDAM/PAMSIMAS, Air kran umum HIPPAM, Air sumur pompa tangan, Air sumur gali terlindungi, Air sumur gali tidak terlindungi, Mata air terlindungi, Mata air tidak terlindungi, Air hujan, Air dari sungai serta Air dari waduk/danau. Yang kesemua item tersebut ditanya kepada responden mengenai pemanfaatan serta penggunaannya untuk berbagai macam keperluan diantaranya yaitu untuk minum, masak, cuci piring dan gelas, cuci pakaian serta gosok gigi.

Dari hasil study EHRA yang dilakukan bahwa sumber air untuk kebutuhan sehari-hari sebagian besar berasal dari air ledeng PDAM yakni untuk masak sebesar 43,50%, untuk cuci piring dan gelas 43,30%, untuk cuci pakaian 42,30%, untuk minum 40,70%. Selanjujtnya dari Mata air terlindungi yang dipergunakan untuk minum 14,10%, untuk masak 13,80%, untuk cuci piring/gelas dan gosok gigi sebesar 13,60%, untuk cuci pakaian 13,50%. Penggunaan air hujan masih cukup banyak dipakai untuk keperluan sehari-hari digunakan untuk cuci pakaian 12,80%, untuk cuci piring/gelas 12,50%, untuk gosok gigi 12,40%, untuk masak 12,2% dan untuk minum 11,80%. Sumber air dari Kran Umum-PDAM/Proyek terbesar dipergunakan untuk keperluan cuci piring/gelas sebesar 10,90%, untuk gosok gigi 10,80%, untuk masak sebesar 10,70%, untuk minum sebesar 10,30% dan untuk cuci pakaian sebesar 9,70%. Air dari sumur gali terlindungi paling banyak dipergunakan untuk cuci pakaian 10,10%, untuk masak dan cuci piring/gelas masing-masing 10,00%, untuk minum dan gosok gigi masing-masing 9,00%. Penggunaan mata air tidak terlindungi terbanyak dipergunakan untuk keperluan minum sebanyak 4,30%, untuk masak dan cuci piring/gelas masing-masing 3,60%, untuk minum dan gosok gigi masing-masing 3,40%. Penggunaan air yang bersumber dari sumur pompa tangan, terbanyak dipakai untuk keperluan minum dan cuci piring/gelas masing-masing 3,40%, untuk masak,cuci pakaian dan gosok gigi masingmasing 3,30%. Air dari sumur gali tidak terlindungi paling banyak dipergunakan untuk minum 2,50%, untuk masak dan cuci piring/gelas masing-masing 2,30%, untuk cuci pakaian dan gosok gigi masing-masing 2,20%. Pemakaian air dari sungai terbanyak dipergunakan untuk keperluan cuci pakaian 4,30%, untuk cuci piring/gelas gosok gigi masing-masing 2,20%, untuk masak 2,10% dan untuk minum 1,90%. Penggunaan air bersumber dari air isi ulang terbanyak dipergunakan

33

LAPORAN EHRA – POKJA SANITASI KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2015

untuk keperluan minum 6,70%, untuk masak 0,80%, untukcuci piring/gelas, gosok gigi dan cuci pakaian masing-masing 0,60%. Penggunaan air bersumber dari air botol kemasan terbanyak dipergunakan untuk keperluan minum 2,50%, untuk masak, cuci piring/gelas, gosok gigi dan cuci pakaian masing-masing 0,20%. Air yang bersumber dari air hidran umum-PDAM dipergunakan untuk keperluan masak, cuci piring/gelas dan gosok gigi masing-masing 1,90%, untuk minum 1,80%, untuk cuci pakaian 1,20%. Pemakaian air dari sumber lainnya dipergunakan untuk keperluan masak,cuci piring/gelas dan gosok gigi masing-masing 2,10% sedangkan untuk minum sebanyak 2,00%. Penggunaan air yang bersumber dari waduk/danau untuk keperluan sehari-hari tidak ada (0,00%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Grafik 3.16.

Gambar 3.16.

Grafik Akses Terhadap Air Bersih

Bila dilihat dari kebutuhan untuk memenuhi air minum dan memasak saja, prosentase terbesar masih bersumber dari air ledeng PDAM yaitu untuk memasak 43,50% dan minum 40,50%. Kemudian dari Mata Air terlindungi untuk masak 13,80% dan minum 14,10%, dari Air Hujan untuk masak 12,20% dan untuk minum 11,80%, dari Air Kran

34

LAPORAN EHRA – POKJA SANITASI KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2015

Umum PDAM untuk masak 10,70% dan untuk minum 10,30%; dari Sumur gali terlindung untuk masak 10,00% dan untuk minum 9,90%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar Grafik 3.17.

Gambar 3.17.

Grafik Sumber Air Minum dan Memasak

Terkait dengan variabel kesulitan mendapatkan air untuk kebutuhan sehari-hari sebagian besar responden menyatakan tidak pernah yaitu sebesar 47,50%, yang mengalami kesulitan satu sampai beberapa hari sebanyak 25,50%, yang mengalami kesulitan beberapa jam saja sebanyak 15,30%, yang mengalami kesulitan lebih dari seminggu sebanyak 9,00%, yang mengalami kesulitan selama seminggu dan tidak tahu masing-masing 1,50% dan 1,20%. Kesulitan yang terbesar mendapatkan air adalah kurun waktu selama satu sampai beberapa hari sebanyak 25,50%, terjadi pada strata 2 sebanyak 28,80%, pada strata 3 sebanyak 24,30%, pada strata 1 sebanyak 21,90% dan terkecil pada strata 4 sebesar 2,20%. Kesulitan mendapatkan air selanjutnya adalah kurun waktu lebih dari seminggu sebanyak 9,00%, terjadi pada strata 2 sebanyak 10,10%, pada strata 3 sebanyak 10,50%, pada strata 1 sebanyak 4,70% dan terkecil pada strata 4 sebesar 3,20%.

35

LAPORAN EHRA – POKJA SANITASI KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2015

Selanjutnya mengenai kualitas air yang digunakan saat ini sebagian besar menyatakan puas sebanyak 81,70% dan terbesar pada strata 4 sebesar 87,10%, pada strata 2 sebesar 83,20%, pada strata 1 sebesar 80,50% dan pada strata 3 sebesar 80,40%. Untuk menjamin kualitas air secara teknis jarak sumber air ke tempat penampungan/pembuangan tinja lebih dari 10 meter. Dari hasil studi yang dilakukan terdapat sebanyak 16,50% yang berjarak lebih dari 10 meter, yang kurang dari 10 meter sebanyak 9,80% dan yang tidak tahu sebanyak 35,80%. Selanjutnya untuk memenuhi syarat hygienes, sebagian besar responden mengolah air sebelum digunakan yaitu sebesar 69,80% dan sisanya yang tidak mengolah sebanyak 30,20%. Adapun cara pengolahan air kebanyakan dengan cara direbus (97,10%), menggunakan filter 1,50%, ditambahkan kaporit 0,80%, lainnya dan tidak tahu masing-masing 0,30% dan 0,20%. Setelah air diolah kebanyakan responden menyatakan menyimpan dalam teko/ketel/ceret 44,10%, dalam panci terttutup 27,70%, dalam botol/termos 17,00%, dalam galon isi ulang 4,00%,dalam panci terbuka 2,90%. Yang tidak menyimpan sebanyak 1,80%, lainnya 1,4)% dan tidak tahu 1,10%.

Kemudian terkait dengan cara mengambil air dari tempat penyimpanan air dan penggunaan alat untuk mengambil air yang akan digunakan untuk keperluan minum, masak, cuci piring dan gelas serta gosok gigi, sebagian besar menggunakan gayung sebanyak 76,20%, dengan menggunakan gelas sebanyak 14,60%. Ada yang langsung dari dispenser sebanyak 4,40% dan lainnya 3,70% serta tidak tahu 1,10%.

Berdasarkan hasil studi EHRA bahwa kondisi sumber air yang dipergunakan sebagian besar atau sebesar 80,00% sumber air terlindungi, sehingga aman dari pencemaran dan hanya 20,00% yang tidak terlindungi sehingga beresiko akan terjadinya pencemaran. Terhadap penggunaan sumber air yang tidak terlindungi sebagian besar masih dalam kondisi aman yaitu sebesar 76,50% dan yang tidak aman sebesar 23,50%. Mengenai kelangkaan air sebagian besar atau sebanyak 62,80% tidak mengalami dan yang mengalami sebanyak 37,20%. Lebih jelasnya area beresiko air limbah domestik berdasarkan hasil Survey EHRA dapat dilihat pada Tabel 3.5.

Dokumen terkait