• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Higene dan Sanitasi

LAPORAN EHRA – POKJA SANITASI KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2015

Tabel 3.5

Area Risiko Sumber Air Berdasarkan Hasil Studi EHRA

Strata Desa/Kelurahan Total

1 2 3 4 11 12

n % n % n % n % n %

Sumber air terlindungi

Tidak, sumber air

berisiko tercemar 38 29,7 81 19,5 110 19,2 20 21,5 250 20,0 Ya, sumber air

terlindungi 90 70,3 335 80,5 462 80,8 73 78,5 997 80,0 Penggunaan sumber air tidak terlindungi. Tidak Aman 39 30,5 102 24,5 132 23,1 9 9,7 293 23,5 Ya, Aman 89 69,5 314 75,5 440 76,9 84 90,3 954 76,5 Kelangkaan air Mengalami kelangkaan air 37 28,9 166 39,9 219 38,3 11 11,8 464 37,2 Tidak pernah mengalami 91 71,1 250 60,1 353 61,7 82 88,2 783 62,8

3.6. Perilaku Higene dan Sanitasi

Perilaku Higiene/Sehat merupakan sesuatu yang mudah untuk dilucapkan akan tetapi jarang dilakukan oleh masyarakat dikarenakan kesibukan masing – masing, sehingga kondisi sehat seakan – akan menjadi angan yang sangat sulit diwujudkan.

Perilaku Higiene/Sehat mempunyai beberapa variabel diantaranya sebagai berikut Apakah Ibu memakai sabun pada hari ini atau kemarin, Untuk apa saja sabun itu ibu gunakan, Dimana saja anggota keluarga biasanya mencuci tangan serta Kapan biasanya Ibu mencuci tangan dengan menggunakan sabun.

Untuk yang pertama terkait dengan pemakaian sabun pada hari ini atau kemarin sebagian besar (94,70%) memakai sabun dan hanya 5,30% dengan opsi jawaban tidak. Variabel ini mungkin terdengar sederhana bagi sebagian orang akan tetapi besar manfaatnya jika dilakukan rutin. Karena dengan memakai sabun sudah mengurangi infeksi kuman, bakteri bahkan jamur pada diri sendiri.

Kemudian untuk penggunaan sabun digunakan terbanyak untuk mandi sebanyak 93,60%, cuci pakaian sebanyak 79,40%, cuci peralatan 75,10%, untuk cuci tangan sendiri 72,70%, untuk memandikan anak 51,90%, untuk mencuci tangan anak 50,80%, untuk menceboki pantat anak 41,70% dan lainnya 4,20%. Penggunaan sabun pada aktivitas seperti mandi penting dilakukan karena setelah melakukan kegiatan sehingga menghasilkan keringat dan menyebabkan gerah yang menimbulkan kuman dan bakteri masuk ke dalam tubuh melalui keringat tersebut dan menyebabkan tubuh merasa tidak nyaman dapat ditekan.

Selanjutnya mengenai tempat anggota keluarga biasanya mencuci tangan, kebanyakan di tempat cuci piring sebanyak 68,80%, kemudian di dapur 58,80%, Kamar

37

LAPORAN EHRA – POKJA SANITASI KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2015

mandi 44,00%, dekat kamar mandi 14,80%, di Jamban 11,50%, dekat jamban 9,70% di Sumur 8,80% dan lainnya 2,90%. Perilaku mencuci tangan merupakan perilaku yang penting dilakukan dan dibiasakan apalagi sebelum dan sesudah makan. Karena sebagian besar kuman, bakteri serta penyakit masuk kedalam tubuh melalui tangan kemudian masuk ke tubuh bersama makanan yang dimakan.

Waktu untuk mencuci tangan dengan menggunakan sabun (CTPS) terbanyak pada saat setelah makan 68,60%, kemudian sebelum makan 66,50%, setelah Buang Air Besar 63,60%, setelah pegang hewan 46,10%, setelah menceboki anak 39,20%, sebelum menyiapkan makanan 33,20%, sebelum menyuapi anak 31,40%, sebelum sholat/sembahyang 20,50%, sebelum ke toilet 7,40% dan lainnya 2,20%.

Dari hasil pengamatan untuk pelaksanaan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) di lima waktu penting dari hasil studi didapatkan bahwa sebagian besar atau sebanyak 78,00% menyatakan tidak melakukan dan hanya 22,00% yang menyatakan melakukan CTPS. Untuk lebih jelasnya dat dilihat pada gambar Grafik 3.18.

Gambar 3.18.

Grafik CTPS di Lima waktu penting

Terhadap lima waktu melakukan cuci tangan pakai sabun paling banyak dilakukan sebelum makan (66,50%), setelah buang air besar sebanyak (63,60%), setelah menceboki bayi/anak (39,20%), sebelum menyiapkan makanan (33,20%) dan sebelum menyuapi anak (31,40%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar Grafik 3.19.

38

LAPORAN EHRA – POKJA SANITASI KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2015

Gambar 3.19.

Grafik Waktu melakukan CTPS

Untuk perilaku Buang Air Bebas Sembarangan (BABS) dari hasil pengamatan yang dilakukan didaptkan bahwa sebagian besar atau sebanyak 51,20% masih melakukan dan sisanya 48,80% tidak melakukan BABS. Yang masih melakukan BABS terbanyak pada strata 4 yaitu sebanyak 94,60%, strata 2 sebanyak 56,30%, strata 1 sebanyak 50,80% dan strata 3 sebanyak 40,00%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar Grafik 3.20.

39

LAPORAN EHRA – POKJA SANITASI KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2015

Gambar 3.20.

Grafik Persentase Penduduk yang Melakukan BABS

Identifikasi area beresiko ditentukan oleh beberapa variabel menyangkut perilaku CTPS di lima waktu penting, Kondisi Jamban (keberfungsian dan kebersihan) dan perilaku BABS. Berdasarkan hasil studi EHRA bahwa area beresiko perilaku Higiena dan Sanitasi di Kabupaten Karangasem terhadap variabel CTPS di lima waktu penting, seperti yang telah diuraikan diatas bahwa sebagian besar (96,70%) tidak melakukan dan yang melakukan hanya sebanyak 3,30%. Proporsi yang menyatakan ya (melakukan CTPS) pada masing-masing strata yaitu terbesar pada strata 4 sebanyak 97,80%, pada strata 3 sebanyak 78,10%, pada strata 2 sebesar 76,90% dan pada strata 1 sebanyak 69,50%. Terkait dengan kondisi jamban, dengan variabel kebersihan lantai dan dinding jamban bebas dari tinja cukup baik terlihat sebanyak 57,50% menyatakan ya bebas dan 42,50% tidak bebas dari tinja. Proporsi yang menyatakan ya (bebas) pada masing-masing strata yaitu pada strata 3 sebesar 60,80%, strata 2 sebesar 60,30%, strata 1 sebesar 48,40% dan strata 4 sebesar 44,10%. Untuk variabel apakah jamban bebas dari kecoa dan lalat, didapatkan bahwa 60,50% menyatakan ya dan 39,50% menyatakan tidak, dengan proporsi yang menyatakan ya pada masing-masing strata adalah pada strata 3 sebesar 66,30%, pada strata 2 sebesar 62,50%, strata 4 sebesar 45,20% dan strata 1 sebesar 43,80%. Selanjutnya mengenai penggelontoran pada kloset sebagian besar atau sebanyak 65,00% menyatakan berfungsi dan yang tidak berfungsi sebanyak 35,00% dengan proporsi yang

40

LAPORAN EHRA – POKJA SANITASI KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2015

berfungsi penggelontorannya pada masing-masing strata adalah pada strata 2 sebesar 71,90%, pada strata 3 sebesar 70,50%, strata 1 sebesar 57,80% dan strata 4 sebesar 19,40%. Kemudian untuk variabel aapakah terlihat ada sabun di dalam atau di dekat jamban, sebagian besar (58,40%) jamban sudah menyiapkam sabun dan sebanyak 41,60% tidak ada, dengan proporsi yang ada sabun pada masing-masing strata adalah pada strata 2 sebesar 69,20%, pada strata 3 sebesar 59,80%, strata 1 sebesar 55,50% dan strata 4 sebesar 15,10%. Kondisi wadah penyimpanan dan penanganan air didalam jamban sebagian besar (87,70%) tidak mengalami pencemaran dan hanya 12,30% yang tercemar, dengan proporsi yang tidak tercemar pada masing-masing strata adalah pada strata 1 sebesar 97,70%, pada strata 4 sebesar 96,80%, strata 3 sebesar 86,00% dan strata 2 sebesar 84,40%. Terhadap variabel perilaku Buang Air Bebas Sembarangan (BABS) dari hasil studi didaptkan bahwa sebagian besar atau sebanyak 51,20% masih melakukan dan sisanya 48,80% tidak melakukan BABS, dengan proporsi ya (masih melakukan BABS) pada masing-masing strata yaitu pada strata 4 yaitu sebanyak 94,60%, strata 2 sebanyak 56,30%, strata 1 sebanyak 50,80% dan strata 3 sebanyak 40,00%. Lebih jelasnya Area beresiko perilaku Higiene dan Sanitasi berdasarkan hasil Studi EHRA dapat dilihat pada Tabel 3.6.

Tabel 3.5

Area Berisiko Perilaku Higiene dan Sanitasi Berdasarkan Hasil Studi EHRA

Variabel Kategori

Strata Desa/Kelurahan Total

1 2 3 4 11 12 n % n % n % n % n % CTPS di lima waktu penting Tidak 89 69,5 320 76,9 447 78,1 91 97,8 973 78,0 Ya 39 30,5 96 23,1 125 21,9 2 2,2 274 22,0 Apakah lantai dan dinding

jamban bebas dari tinja?

Tidak 66 51,6 165 39,7 224 39,2 52 55,9 530 42,5 Ya 62 48,4 251 60,3 348 60,8 41 44,1 717 57,5 Apakah jamban bebas dari

kecoa dan lalat?

Tidak 72 56,3 156 37,5 193 33,7 51 54,8 493 39,5 Ya 56 43,8 260 62,5 379 66,3 42 45,2 754 60,5 Keberfungsian penggelontor. Tidak 54 42,2 117 28,1 169 29,5 75 80,6 436 35,0 Ya, berfungsi 74 57,8 299 71,9 403 70,5 18 19,4 811 65,0 Apakah terlihat ada sabun

di dalam atau di dekat jamban?

Tidak 57 44,5 128 30,8 230 40,2 79 84,9 519 41,6 Ya 71 55,5 288 69,2 342 59,8 14 15,1 728 58,4 Pencemaran pada wadah

penyimpanan dan penanganan air Ya, tercemar 3 2,3 65 15,6 80 14,0 3 3,2 153 12,3 Tidak tercemar 125 97,7 351 84,4 492 86,0 90 96,8 1094 87,7 Perilaku BABS Ya, BABS 65 50,8 234 56,3 229 40,0 88 94,6 638 51,2 Tidak 63 49,2 182 43,8 343 60,0 5 5,4 609 48,8

41

LAPORAN EHRA – POKJA SANITASI KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2015

Dokumen terkait