• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Manajemen Pengembangan Kurikulum Mahasiswa

5. Pengelolaan Pengembangan Kurikulum

Jika dikaitkan dengan konteks pengembangan kurikulum, maka hal ini tidak dapat dipisahkan dari sentralisasi dan desentralisasi pendidikan. Pada era sentralisasi, kurikulum diberlakukan secara nasional.

Adapun dilihat dari segi pengelolaannya, pengembangan kurikulum dapat dibedakan antara yang bersifat antara lain :

a. Sentralisasi

Dalam sejarah perkurikuluman di Indonesia. Dunia pendidikan kita telah ”melahirkan“ beberapa kurikulum. Pada masa Orde Lama, di kenal kurikulum 1947, 1952 dan 1964. Selanjutnya pada masa Orde Baru terdapat kurikulum 1975. Kemudian disempurnakan menjadi Cara Belajar Mahasiswa Aktif (CBSA), lalu disempurnakan lagi menjadi kurikulum 1994.120

Pada awalnya sistem sentralisasi kurikulum dimaksudkan untuk membantu standardisasi mutu pendidikan secara nasional. Paling tidak akan ada semacam standar minimal bagi semua sekolah di Indonesia, apalagi sistem sentralisasi itu juga mencakup aspek evaluasinya, yang dulu kita kenal dengan sebutan evaluasi belajar tahap akhir nasional alias Ebtanas. Sistem sentralisasi juga dapat memacu sekolah-sekolah yang kurang bermutu untuk meningkatkan kualitas pembelajarannya, sedangkan bagi sekolah yang sudah baik dapat menambah sendiri dengan melakukan berbagai pengayaan sehingga jadi lebih bermutu. Namun,

120Hamid Hasan, Pendekatan Multikultural Untuk Penyempurnaan Kurikulum Nasional, (Makalah, Jakarta, 2001).

manakala dihadapkan pada situasi daerah di Indonesia yang memiliki jurang perbedaan yang begitu besar tadi, muncul keraguan dalam praktiknya.

Kurikulum sentralistik kerap memuat bermacam-macam mata pelajaran atau materi yang sesungguhnya tidak sesuai kebutuhan dan keadaan daerah sehingga hanya menyulitkan. Karena kebutuhan daerah berlainan, sebenarnya mereka harus diberi tempat untuk memilih dan mengembangkan isi kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dan kemajuan daerah bersangkutan.

Dalam kurikulum yang bersifat sentralisasi, dosen tidak mempunyai peranan dan evaluasi kurikulum yang bersifat makro, mereka lebih berperan dalam kurikulum mikro. Kurikulum makro disusun oleh tim khusus yang terdiri atas para ahli. Penyusunan kurikulum mikro dijabarkan dari kurikulum makro. Dosen menyusun kurikulum dalam bidangnya untuk jangka waktu satu tahun, satu semester, beberapa minggu, atau beberapa hari saja.

Kurikulum untuk satu tahun disebut prota, dan kurikulum untuk satu semester disebut dengan promes. Sedangkan kurikulum untuk beberapa minggu, beberapa hari disebut rencana pembelajaran. Program tahunan, program semester ataupun rencana pembelajaran memiliki komponen-komponen yang sama yaitu tujuan, bahan pelajaran, metode dan media pembelajaran dan evaluasi hanya keluasan dan kedalamannya berbeda-beda.

Tugas dosen adalah menyusun dan merumuskan tujuan yang tepat, memilih dan menyusun bahan kuliah yang sesuai dengan kebutuhan, minat, dan tahap perkembangan mahasiswa memilih metode dan media mengajar yang bervariasi serta menyusun metode dan alat yang tepat. Suatu kurikulum yang tersusun secara sistematis dan rinci akan sangat memudahkan dosen dalam implementasinya. Walaupun kurikulum sudah tersusun dengan terstruktur, tapi dosen masih mempunyai tugas untuk mengadakan penyempurnaan dan penyesuaian-penyesuaian.

b. Desentralisasi

Seiring dengan era reformasi pengembangan kurikulum merupakan tuntutan desentralisasi pendidikan sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintah daerah yang menegaskan adanya kewenangan daerah provinsi, kabupaten, dan kota untuk “mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.121

Pada era ini muncul Kurikulum 2004. Yang ini akrab disebut Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Dalam perkembanganya terjadi perubahan pada pola standar isi dan standar kompetensi. Inilah yang selanjutnya melahirkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Berdasarkan peraturan perundang-undangan di atas sudah diatur bahwa pelaksanaan pendidikan di luar kewenangan pemerintah pusat dan harus dilakukan di daerah.

Pengembangan kurikulum ini didasarkan atas karakteristik, kebutuhan, perkembangan daerah serta kemampuan lembaga pendidikan. Dengan demikian setiap kmpus memiliki kurikulum tersendiri yang berbeda dengan kampus lainnya. Dosen turut berpartisipasi, bukan hanya dalam penjabaran dalam program tahunan/semester/satuan mata kuliah, tetapi di dalam menyusun kurikulum yang menyeluruh untuk kampus. Di sini dosen juga bukan hanya berperan sebagai pengguna, tetapi perencana, pemikir, penyusunan, pengembang dan juga pelaksana dan evaluator kurikulum.122

Ditinjau dari aspek administrasinya, desentralilasi adalah bentuk organisasi yang menghubungkan otonomi organik dengan aspek kelembagaan tertentu bagi daerah tertentu. Berkaitan dengan makna desentralilasi tersebut, maka terdapat makna administrasi yang bersifat desentralisasi sebagai wujud pertanggungjawaban terhadap siapa yang mempunyai wewenang mengorganisasikan dalam mencapai kesesuaian komponen kelembagaan dengan cara menjaga keseimbangan dan keharmonisan yang dinamis.123

122Muhammad Ali, Pengembangan Kurikulum di Sekolah (Bandung: Sinar Baru, tth.), hl, 43.

Prinsip dasar desentralisasi adalah pendelegasian dari otoritas-otoritas dan fungsi-fungsinya terhadap semua level yang hierarkis tersebut. Dalam hubungannya dengan desentralisasi administratif, maka secara tradisional terdapat tiga bentuk, yakni by technical service; by territorial function; and by cooperation. Maksudnya bahwa desentralisasi administratif kurikulum mempunyai makna yang keterkaitan dengan teknik-tekni pelayanan, fungsi teritorial, dan adanya kerjasama.

Sebagaimana telah dikemukakan di muka bahwa desentralisasi juga dapat difahami secara sederhana, yakni ia memiliki persoalan administrasi dan kewenangan (mengenai kurikulum atau hal lainnya). Desentralisasi pengembangan kurikulum mempunyai makna bahwa pengembangan kurikulum mahasiswa yang dihubungkan dengan potensi, karakteristik dan kebutuhan pengembangan daerah dapat dimulai dari pemegang kewenangan dan pengajaran (pengembangan kurikulum) yang dimulai dari rektor bersama dengan dosen.

Kurikulum desentralisasi disusun oleh kampus tertentu dalam suatu wilayah atau daerah. Kurikulum ini diperuntukan bagi suatu lembaga pendidikan ataupun lingkungan wilayah tertentu. Pengembangan kurikulum semacam ini didasarkan oleh atas karakteristik, kebutuhan, perkembangan daerah serta kemampuan sekolah-sekolah tersebut. Dengan demikian, isi dari pada kurikulum

sangat beragam, tiap sekolah atau wilayah mempunyai kurikulum sendiri tetapi kurikulum ini cukup realistis.

Bentuk kurikulum ini mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya antara lain : pertama, kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat . Kedua, kurikulum sesuai dengan tingkat dan kemampuan kampus baik kemampuan profesional, finansial dan manajerial. Ketiga, disusun oleh dosen sendiri. Keempat, ada motivasi kepada kampus, untuk berinovasi dengan kurikulum. Dengan demikian akan terjadi semacam kompetisi dalam pengembangan kurikulum.124

Beberapa kelemahan kurikulum ini adalah: 1) tidak adanya keseragaman untuk situasi yang membutuhkan keseragaman demi persatuan dan kesatuan nasional, 2) tidak adanya standar penilaian yang sama sehingga sukar membandingkan proses dan hasilnya dengan kampus lainnya. 3) adanya kesulitan bila terjadi perpindahan mahasiswa ke kampus lain. 4) sukar untuk mengadakan pegelolaan dan penilaian secara nasional. 5) belum semua kampus daerah mempunyai kesiapan untuk menyusun dan mengembangkan kurikulum sendiri.125

c. Sentral- Desentral

Untuk mengatasi kelemahan kedua bentuk kurikulum tersebut, bentuk campuran antara keduanya dapat digunakan yaitu bentuk

124124Muhammad Ali, Pengembangan Kurikulum di Sekolah (Bandung: Sinar Baru, tth.), hl, 43.

desentral. Dalam kurikulum yang dikelola menggunakan cara sentralisasi-desentralisasi mempunyai batas-batas tertentu juga.

Peranan dosen dalam pengembangan kurikulum lebih besar dibandingkan dengan yang dikelola secara sentralisasi. Dosen turut berpartisipasi, bukan hanya dalam penjabaraban kurikulum induk ke dalam program tahunan, semester atau rencana pembelajaran, tetapi juga di dalam menyusun kurikulum yang menyeluruh untuk sekolahnya. Dosen turut memberi andil dalm merumuskan dalam setiap komponen dan unsur dari kurikulum.