• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Peran Pemimpin Pesantren dalam Manajemen Pengembangan kurikulum Mahasiswa Mahasiswa

2. Peran Pemimimpin Pesantren Dalam Pengembangan Kurikulum

Peran pemimimpin pesantren dalam pengembangan kurikulum di diperankan oleh kiai atau seseorang yang menjadi pengasuh di pesantren tersebut.

Kiai adalah pemimpin non formal sekaligus pemimpin spritual, dan posisinya sangat dekat dengan kelompok-kelompok masyarakat lapisan bawah di desa-desa. Sebagai pemimpin masyarakat, kiai memiliki komunitas dan massa yang diikat oleh hubungan paternalistik. Kiai menguasai sektor kehidupan pesantren lebih-lebih pada sektor pendidikan.

Segala bentuk kebijakan pendidikan, baik menyangkut format kelembagaan berikut jenjangnya, kurikulum, metode pengajaran, dan pendidikan yang diterapkan, penerimaan santri baru, hingga sistem pendidikan yang adalah wewenang atau otoritas mutlak kiai.

198 Handayaningrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi Dan Manajemen, (Jakarta: CV. Haji Masagung, 1998), hlm.143.

Dalam konsep kepemimpinan klasik, yang terpilih sebagai pemimpin ialah orang yang memiliki segala kelebihan dari orang-orang lain. Ia ada karena memiliki talenta kepemimpinan. Kecakapannya dalam memberi keputusan dan keberaniannya menanggung konsekwensi merupakan sebuah kelebihan yang mungkin tidak dimiliki oleh orang lain. Selain itu, kecakapannya dalam mengatur kelompok serta anak buahnya serta membentuk tim yang kompak adalah salah satu unsur mutlak yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Jadi persamaannya antara pemimpin dahulu dan sekarang ini ialah mereka bersama-sama memenuhi kebutuhan kelompok. Jika kebutuhan kelompok itu tidak terpenuhi, maka ia dianggap bukan dari kelompok itu lagi.199

Pengasuh pesantren merupakan motor penggerak, penentu arah kebijakan pesantren, yang akan menentukan bagaimana tujuan-tujuan pesantren dan pendidikan pada umumnya direalisasikan. Sehubungan dengan kepemimpinan pesantren, seorang pengasuh dituntut untuk senantiasa meningkatkan efektifitas kinerja.

Selain peran pemimpin di atas dalam lembaga pendidikan di bawah ini peran pengasuh dalam pengembangan kurikulum pesantren di antaranya : a. Mengorganisir Pengembangan Kurikulum

Pengorganisasian bukan hanya mengidentifikasikan jabatan dan menentukan hubungan, akan tetapi yang paling penting adalah

199 M. Ngalim Purwanto dan Sutadji Djojopranoto, Administrasi Pendidikan (Jakarta: Mutiara,1984), hlm.38.

mempertimbangkan orang-orang dengan memperhatikan kebutuhannya agar berfungsi dengan baik.

Fatah, mengklasifikasi tahapan-tahapan dalam proses pengorganisasian menjadi lima tahapan sebagai berikut : (1). Menetukan tugas-tugas apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi. (2) Membagi semua beban kerja menjadi kegiatan-kegiatan yang dapat dilaksanakan oleh perorangan atau berkelompok dengan mendasarkan pada kualifikasi tertentu (3). Menggabungkan pekerjaan para anggota dengan cara yang rasional, efisien (4). Menetapkan mekanisme kerja untuk mengkoordinasikan pekerjaan dalam satu kesatuan yang harmonis (5) Melakukan monitoring dan mengambil langkah-langkah penyesuaian untuk mempertahankan dan meningkatkan efektifitas.200

Berdasarkan pada pemikiran di atas, dapat dikatakan bahwa keefektifan dalam pengorganisasian dapat menggambarkan ketepatan pembagian tugas, hak, tanggung jawab, hubungan kerja bagian-bagian organisasi, dan menetukan personal untuk melaksanakan tugasnya. Jadi pengorganisasian adalah proses menentukan hubungan yang esensial di antara orang-orang, tuga-tugas, dan aktivitas-aktivitas dengan cara mengintegrasikan dan mengkoordinir semua sumber organisasi ke arah pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.

Dalam kegiatan pengorganisasian, menurut Sutopo, ada beberapa kegiatan yang dilakukan, yaitu ; (1) mengidentifikasi pekerjaan yang akan

dilakukan; (2) membagi pekerjaan dalam tugas-tugas tertentu, (3) mengelompokan tugas dalam jabatan, (4) menentukan jabatan yang dperlukan, (5) menentukan tugas/pekerjaan yang harus dilaksanakan, (6) mengatur personil, fasilitator- fasilaitator dan sumber-sumber lain.201

Pembagian tugas dan wewenang adalah prinsip pengorganisasian dalam Islam. Wewenang bermakna kekuasaan untuk mengambil keputusan atau kebijakan yang bersifat mengikat dan harus dijalankan oleh bawahan dan mentaatinya.202

Wewenang akan semakin besar jika kedudukan seorang dalam organisasi semakin tinggi. Ketinggian kedudukan dan kebesaran wewenang pada diri seseorang hendaklah disertai keinginan yang kuat untuk menjalankannya berdasarkan ketentuan, hal ini kemudian disebut dengan amanah.203 Pemimpin yang menjalankan kewenangannya dengan penuh amanah adalah prinsip kepemimpinan dalam organisasi Islam.

Setinggi apapun kedudukan dan sebesar apapun wewenang yang ada di tangan seorang pemimpin tetap saja terdapat keterbatasan, sehingga Islam sangat mengenal adanya pendelegasian wewenang sebagai langkah antisipatif terhadap keterbatasan pemimpin itu sendiri. Walaupun banyak pemimpin sekarang yang masih berlaku seperti single fighter (pemain tunggal) ia lupa bahwa ada saatnya seorang pemimpin kurang kesempatan, jatuh sakit dan sebagainya.

201 Sutopo, Administrasi Manajemen Organisasi (Jakarta : LAN RI, 1998), hlm.16.

202Ahmad Ibrahim Abu Sinn, Manajemen Syari‟ah Sebuah Kajian Historis Dan Kontemporer (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2006), hlm.94.

Pendelegasian wewenang yang dilakukan oleh pengasuh pesantren dimaksudkan agar setiap bagian dapat menjalankan segala aktivitas manajerial dan pada saatnya dapat dituntut tanggungjawab terhadap tugas yang didelegasikan kepadanya. Dalam hal ini perlu diperhatikan adanya keseimbangan antara kewenangan dan tanggungjawab. Keseimbangan ini akan mewujudkan mekanisme kerja yang sehat dan dapat memotivasi bawahan untuk lebih percaya diri, bekerja lebih baik dan kreatif serta penuh tanggungjawab.

Berangkat dari pemikiran di atas dapat diformulasikan bahwa pengorganisasian pengembangan kurikulum adalah suatu upaya menetapkan kerjasama di antara personil dalam sebuah kelompok yang diberi tugas, wewenang, tanggung jawab, serta hubungan masing dalam perencanaan, pengarahan, dan pengendalian pengembangan kurikulum.

Ada empat aspek yang menandai pengorganisasian pengembangan kurikulum, yaitu; (1) pembagian tugas dan tanggung jawab, (2) pendelegasian wewenang, (3) banyaknya posisi yang tersedia, dan (4) pengelompokan bidang pekerjaan. Kepemimpinan adalah proses mengarahkan dan mempengaruhi yang berhubungan dengan tugas anggota kelompok. Tugas mengarahkan dan mempengaruhi adalah tugas seorang pemimpin.204 Misalnya, pengasuh pesantren memegang peran strategis dalam mengarahkan guru /ustadz dalam pelaksanaan kurikulum di pesantren yang dipimpinnya. Contoh konkrit, ketika kelompok kerja kurikulum akan

memulai pekerjaan menyusun kurikulum, terlebih dahulu pengasuh senantiasa mengawali dengan memberikan pengarahan, kemudian kelompok kerja kurikulum melaksanakan tugasnya. Jika ditinjau dari sisi manajemen dan bila dikaitkan dengan fungsi pengarahan, maka peran seorang pemimpin di lembaga pendidikan akan sangat menentukan.

b. Pengawasan Pengembangan kurikulum

Dalam pandangan Islam pengawasan (control) dimaksudkan untuk meluruskan yang tidak lurus, mengoreksi yang salah, dan membenarkan yang hak.205

Pengawasan merupakan fungsi derivasi yang bertujuan untuk memastikan bahwa aktivitas manajemen berjalan sesuai dengan tujuan yang direncanakan dengan performa sebaik mungkin. Begitu juga dalam menyingkap kesalahan dan penyelewengan yang disertai dengan pemberian tindakan korektif.206

Fungsi utama pengawasan yang dilakukan oleh pengasuh pesantren bertujuan untuk memastikan bahwa setiap pegawai yang memiliki tanggungjawab bisa melaksanakannya dengan sebaik mungkin. Kinerjanya dikontrol sesuai prosedur yang berlaku sehingga dapat disingkap kesalahan dan penyimpangan yang terjadi.

Setidaknya ada dua bentuk pengawasan yang sangat mendasar yang dikenal dalam manajemen Islam, pertama, pengawasan internal. Pengawasan yang berasal dari dalam diri sendiri yang bersumber dari tauhid

205 Abdul Mannan, Membangun Islam Kaffah (Madinah Pustaka, 2000), hlm.152.

dan keimanan kepada Allah. Seseorang yang yakin bahwa Allah mengawasi setiap manusia, maka ia akan bertindak sangat hati-hati baik ketika sendiri, berdua maupun di tengah banyak orang, ini adalah kontrol yang paling efektif yang berasal dari diri sendiri.

Pengawasan internal yang melekat dalam diri setiap muslim akan menjauhkannya dari segala bentuk penyimpangan dan menuntunnya untuk konsisten kepada hukum Allah dalam setiap aktivitasnya, akan tetapi mereka hanyalah manusia biasa yang sangat mungkin melakukan penyimpangan dan kecenderungan kepada tuntutan hawa nafsu.

Sistem pengawasan yang baik tidak terlepas dari pemberian reward (imbalan) and punishment (hukuman).207 Jika seorang karyawan melakukan pekerjaan dengan baik, maka karyawan tersebut sebaiknya diberi reward. Bentuk reward tidak mesti berupa materi, dapat pula berupa pujian, penghargaan bahkan promosi jabatan, beasiswa dan lain-lain. Sedangkan seorang karyawan yang melakukan kesalahan dalam pekerjaannya bahkan hingga merugikan perusahaan sebaiknya diberi punishment.

c. Mengendalikan Pengembangan kurikulum

Pengendalian lebih luas daripada pengawasan, pengendalian menuntut turun tangan, sementara pengawas sebatas memberi saran, sedangkan tindak lanjutnya dilakukan oleh pengendali, karenaya pengendalian lebih luas daripada pengawasan.208

207Didin Hafifuddin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syari.ah dalam Praktek , hlm.158.

208 H.Usman, Manajemen:Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan (Jakarta : Bumi Akasara, 2006), hlm.2.

Pendapat lain menyatakan, bahwa pengendalian merupakan proses dasar yang secara esensial tetap diperlukan, proses dasar terdiri dari tiga tahap yaitu: (1) menetapkan standar pelaksanaan, (2) pengukuran pelaksanaan pekerjaan dibandingkan standar, (3) menentukan kesenjangan antara pelaksanaan dengan standar dan rencana.209

Fungsi pengendalian dalam suatu organisasi adalah melakukan koreksi, Nana menyatakan bahwa ada tiga fungsi pengendalian yang dapat diterapkan pemimpin, yaitu (1) pengendalian umpan maju (feed forward), (2) pengendalian konkuren (concurent controls) yaitu memusatkan kegiatan pengendalian pada apa yang sedang berjalan atau proses kegiatan, (3) pengendalian umpan balik (feedback controls), yaitu pengukuran dan perbaikan dilakukan setelah kegiatan dilakukan.210

Memahami pemikiran di atas, dapat disimpulkan bahwa pengendalian adalah kegiatan terencana, untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian pengendalian terkait dengan perencanaan, pengorganisasian dan pengarahan yang dilakukan oleh pengasuh pesantren.

209 Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Persada), hlm.101.

210Nana Syaodih Sukmadinata, dkk, Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah, Konsep, Prinsip dan Instrumen (Bandung : PT. Refika Adsitama, 2006), hlm.46-47.