• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang dan Umb

Dalam dokumen Pedoman Pelaksanaan Program DEPTAN 2012 (Halaman 45-54)

BUTIR-BUTIR PENJELASAN

UNIT KERJA PROVINSI (DANA DEKONSENTRASI)

3.3.2. Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang dan Umb

Kegiatan Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang dan Umbi merupakan kegiatan Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi. Indikator output kinerja kegiatan Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang dan Umbi adalah tercapainya luas areal penerapan budidaya tanaman aneka kacang dan umbi yang tepat dan berkelanjutan. Dalam mewujudkan peningkatan produksi dan produktivitas kedelai, maka dilakukan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) serta pengembangan kedelai model.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

37 | P a g e

Dalam 10 ha areal SLPTT kedelai ditempatkan 1 unit laboratorium lapangan (LL) dengan luasan 1 Ha. Sedangkan pada pengembangan kedelai model dengan luasan 1 Ha. Laboratorium Lapangan memperoleh bantuan Benih dan Pupuk (NPK, Urea dan Organik) serta melakukan pertemuan petani pelaksana SL. Selain itu pada areal SL-PTT dialokasikan anggaran untuk ubinan setiap luasan 100 ha mendapat 1 (satu) unit sampling ubinan. Sementara itu areal SL Non Laboratorium Lapangan hanya mendapat bantuan benih VUB. Untuk menjamin keberhasilan penerapan di lapangan perlu dilakukan pengawalan dan pendampingan secara intensif oleh Penyuluh Pertanian, Peneliti, POPT, PBT dan Mantri Tani.

Tabel 12. Rincian Biaya (Unit Cost) SLPTT dan Pengembangan Kedelai

No. Uraian Volume Harga/Satuan Jumlah

(Rp) (Rp)

A. SLPTT Kedelai 3.930.000

- Urea 100Kg 1.600 160.000

- NPK 100Kg 2.300 230.000

- Kapur Pertanian 500Kg 1.000 500.000

- Pupuk Hayati 1Paket 250.000 250.000

- Pupuk Organik 500Kg 500 250.000

- Pestisida/Herbisida 2Ltr 250.000 500.000

- Papan nama 1Paket 150.000 150.000

- Pendampingan Penyuluh 1Paket 500.000 500.000

- Pertemuan Kelompok Tani 1Klp 1.390.000 1.390.000

B. Pengembangan Kedelai 3.280.000 - Urea 100Kg 1.600 160.000 - NPK 100Kg 2.300 230.000 - Kapur Pertanian 500Kg 1.000 500.000 - Pupuk Hayati (RYZOBIUM) 1Paket 250.000 250.000 - Pupuk Organik 1.000Kg 500 500.000 - Pestisida 2Ltr 250.000 500.000 - Herbisida 5Ltr 80.000 400.000

- Pendampingan Penyuluh 1Paket 200.000 200.000

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

38 | P a g e

Sasaran tanam yang akan dicapai dari kegiatan SL-PTT kedelai TA 2012 seluas 350.000 Ha, pengembangan kedelai model seluas 2.094 Ha, pengembangan kacang tanah seluas 100 ha, pengembangan ubi kayu seluas 300 ha, dan pengembangan ubi jalar seluas 850 ha. Untuk memastikan kinerja kegiatan SL-PTT Kedelai maka akan dilakukan uji ubinan secara baik dan tepat seluas 3.500 Ha. Alokasi Kegiatan Pengelolaan Produksi Aneka Kacang dan Umbi sebagaimana tabel berikut.

Tabel 13. Alokasi Kegiatan Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang dan Umbi TA 2012

No. Kegiatan Sasaran Lokasi

1. SL-PTT Kedelai 350.000 Ha 28 Provinsi; 175 Kab/Kota

2. Pengembangan Kedelai (Model) 2.094 Ha 11 Provinsi; 29 Kab/Kota 3. Pengembangan Kacang Tanah 100 Ha 1 Provinsi; 2 Kab/Kota

4. Pengembangan Ubi Kayu 300 Ha 1 Provinsi; 4 Kab/Kota

5. Pengembangan Ubi Jalar 850 Ha 2 Provinsi; 9 Kab/Kota 6. Koordinasi Non Kedelai 54 Paket 24 Provinsi

7. Pembinaan, Pengawalan, Monitoring, dan Evaluasi

209 Satker Pusat, 28 Provinsi;

180 Kab/Kota 8. Ubinan SL-PTT Kedelai 3.500 Ha 28 Provinsi; 175 Kab/Kota Sumber: RKA-KL Ditjen Tanaman Pangan TA. 2012

Dalam upaya pengelolaan produksi tanaman aneka kacang dan umbi titik risiko kegiatan adalah: (1) ketepatan terhadap penetapan dan penerapan komponen teknologi SL-PTT, seperti pengolahan tanah, pemilihan benih, pengaturan tanam, pengairan, pemupukan, pengendalian OPT hingga panen; (2) ketepatan pengalokasian anggaran dengan realiasi tanam; (3) ketepatan penyelesaian dokumen kinerja dan anggaran, (4) ketepatan penyelesaian dokumen pedoman pelaksanaan dan/atau pedoman teknis berkaitan dengan kriteria calon penerima calon lokasi (CPCL); (5) ketepatan penyelesaian surat keputusan berkaitan dengan pengelola kesatkeran; (6) ketepatan pembentukan tim pembina, pengawalan, monitoring dan evaluasi; (7) ketepatan jadwal waktu proses penentuan penerima bantuan, penyediaan dan penyaluran bantuan, serta (8) kekonsistenan dalam mengendalikan, mengevaluasi, dan melaporkan pelaksanaan kegiatan.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

39 | P a g e

Tabel 14. Penilaian Risiko Atas Keberhasilan Kegiatan Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang dan Umbi TA 2012

No. Uraian Titik Risiko

I SL-PTT Kedelai - Ketepatan penyelesaian dokumen pelaksanaan, pedoman teknis, dan

petunjuk teknis

- Ketepatan penetapan calon penerima calon lokasi (CPCL)

- Ketepatan Surat Keputusan Dirjen Tanaman Pangan - Ketepatan waktu ketersediaan benih

- Ketepatan kualitas benih termasuk varietas yang diminta

- Gangguan OPT dan DPI

- Ketersediaan lahan (kompetisi antar komoditas tanaman, misal antara padi – jagung)

- Ketersediaan akses informasi

- Ketersediaan pasar / kemitraan

II. Pengembangan Kedelai - Ketepatan penyelesaian dokumen pedoman pelaksanaan, pedoman

teknis, dan petunjuk teknis terutama yang berkaitan dengan kriteria calon penerima calon lokasi (CPCL) dan pola pengelolaan

- Ketepatan penyelesaian surat keputusan berkaitan dengan pengelola kesatkeran

- Ketersediaan benih tepat waktu

- Ketepatan kualitas benih termasuk varietas yang diminta

- Gangguan OPT dan DPI

- Ketersediaan lahan (kompetisi antar komoditas tanaman, misal antara padi – jagung)

- Ketersediaan akses informasi dan modal

- Ketersediaan pasar / kemitraan

III Pengembangan Kacang

Tanah

- Ketepatan penyelesaian dokumen pedoman pelaksanaan, pedoman

teknis, dan petunjuk teknis terutama yang berkaitan dengan kriteria calon penerima calon lokasi (CPCL) dan pola pengelolaan

- Ketepatan penyelesaian surat keputusan berkaitan dengan pengelola kesatkeran

- Ketersediaan benih tepat waktu

- Ketepatan kualitas benih termasuk varietas yang diminta

- Gangguan OPT dan DPI

- Ketersediaan lahan (kompetisi antar komoditas tanaman, misal antara padi – jagung)

- Ketersediaan akses informasi dan modal

- Ketersediaan pasar / kemitraan

IV Pengembangan Ubi Kayu

dan Ubi Jalar

- Ketepatan penyelesaian dokumen pedoman pelaksanaan, pedoman

teknis, dan petunjuk teknis terutama yang berkaitan dengan kriteria calon penerima calon lokasi (CPCL) dan pola pengelolaan

- Ketepatan penyelesaian surat keputusan berkaitan dengan pengelola kesatkeran

- Ketersediaan benih tepat waktu

- Ketepatan kualitas benih termasuk varietas yang diminta

- Gangguan OPT dan DPI

- Ketersediaan lahan (kompetisi antar komoditas tanaman, misal antara padi – jagung)

- Ketersediaan akses informasi dan modal

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

40 | P a g e 3.3.3. Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan

Kegiatan Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan merupakan kegiatan Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan. Indikator output kinerja Kegiatan Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan adalah (1) lembaga perbenihan tanaman pangan yang dibina di lokasi penerapan budidaya tanaman pangan yang tepat, (2) tersalurkannya bantuan langsung benih unggul (BLBU) untuk kawasan SL-PTT dan non SL-PTT, (3) tersedia dan tersalurkannya Cadangan Benih Nasional (CBN) untuk penanganan bencana alam dan pengembangan komoditas, serta (4) pengawalan dan monitoring BLBU.

Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman pangan yaitu melalui penggunaan benih varietas unggul bermutu bagi petani, mempermudah akses petani terhadap benih varietas unggul bermutu, serta penggunaan sarana produksi yang dilakukan melalui kegiatan: operasional operasional UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPTD BPSBTPH); operasional Balai Benih Induk (BBI); pemberdayaan penangkar; pembangunan dan optimalisasi UPB; pembinaan, pengawalan, dan monitoring evaluasi pembangunan penangkaran benih;pemberian Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU); pembinaan, pengawalan, monitoring evaluasi BLBU, subsidi, dan Cadangan Benih Nasional (CBN); serta pemberian insentif petugas pengawas benih tanaman (PBT).

Pada TA 2012, bantuan langsung benih unggul dialokasikan pada DIPA Kementerian Pertanian dengan rincian sebagai berikut: bantuan benih padi non hibrida, padi lahan kering, padi hibrida, jagung hibrida, dan kedelai diperuntukkan bagi kegiatan SLPTT dan non SLPTT. Selain itu, dialokasikan untuk mendukung pengembangan kacang tanah, ubi kayu dan ubi jalar (Direktif Presiden).

Sasaran pengembangan perbenihan tahun 2012 adalah tercapainya penggunaan benih bermutu varietas unggul dan bersertifikat sebagai berikut:

a. Padi 67,00 persen, b. Jagung 72,31 persen, c. Kedelai 67,90 persen,

Selain itu, pengembangan perbenihan diharapkan dapat memperbaiki sistem produksi benih aneka kacang dan umbi (kacang tanah, kacang hijau, ubikayu, dan ubijalar).

Penguatan kelembagaan perbenihan baik tingkat pusat, provinsi maupun kabupaten dimaksudkan untuk memperlancar penyediaan benih varietas unggul bermutu komoditas tanaman pangan. Langkah-langkah yang dilakukan antara lain berupa: (1) pelaksanaan penyaluran BLBU padi, jagung, dan kedelai sebanyak 101,50 ribu ton benih

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

41 | P a g e

untuk luas tanam 4,05 juta Ha; (2) pelaksanaan operasional di 32 Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPTDBPSBTPH) di provinsi;(3) pelaksanaan operasional 31 Balai Besar Induk (BBI) di provinsi;(4) pelaksanaan pemberdayaan penangkar padi seluas 10.000 Ha, penangkar jagung seluas 700 ha, dan penangkar kedelai seluas 2.500 ha; (5) pelaksanaan pembangunan 4 (empat) UPB dan optimalisasi 8 (delapan) UPB di provinsi; (6) pelaksanaan deregulasi perbenihan; (7) pembinaan, monitoring evaluasi pembangunan penangkaran benih di 27 provinsi dan 230 kabupaten/kota; (8) pembinaan, pengawalan, monitoring evaluasi BLBU, subsidi, dan CBN di 32 provinsi dan 373 kabupaten/kota; serta (9) dibayarnya insentif 817 orang Petugas Pengawas Benih Tanaman (PBT) di 31 provinsi. Hal ini merupakan keluaran dari kegiatan Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan.

Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) diberikan dalam rangka mendukung peningkatan produksi dan produktivitas terutama di lokasi SL-PTT, meringankan beban petani serta meningkatkan kesadaran penggunaan benih varietas unggul bermutu, sehingga dapat meningkatkan produksi melalui peningkatan produktivitas. Rencana alokasi BLBU tahun anggaran 2012 difokuskan pada lokasi-lokasi yang melaksanakan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT). Komoditas yang difasilitasi adalah padi, jagung, dan kedelai. Pengalokasian pengelolaan sistem penyediaan benih tanaman pangan TA 2012 dapat di lihat pada tabel di bawah ini.

Selain bantuan langsung benih unggul, pemerintah terus mengupayakan pemberian subsidi harga benih dan cadangan benih nasional. Subsidi harga benih dimaksudkan untuk menjaga stabilitas harga benih di pasar bebas, meringankan beban petani serta meningkatkan ketersediaan benih dan penggunaan benih varietas unggul bermutu bagi kelompok tani/petani. Cadangan Benih Nasional (CBN) dimaksudkan sebagai upaya pemulihan dari pertanaman kelompok tani/petani yang terkena bencana alam (banjir, kekeringan, dsb) serta eksplosi serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT).

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

42 | P a g e

Tabel 15. Alokasi Kegiatan Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan TA. 2012

No. Kegiatan Sasaran Lokasi

1. BLBU Pusat

- Padi Non Hibrida 67.500 ton

2.700.000 ha

- Padi Hibrida 4.500 ton

300.000 ha

- Padi Lahan Kering 12.500 ton

500.000 ha

- Jagung Hibrida 3.000 ton

200.000 ha

- Kedelai 14.000 ton

350.000 ha

2. Operasional UPTD BPSBTPH 32 Balai 32 Provinsi

3. Insentif Petugas Pengawas Benih Tanaman (PBT)

817 Orang 31 Provinsi

4. Sarana BPSBTPH 32 Balai 32 Provinsi

5. Operasional Balai Benih 31 Balai 31 Provinsi

6. Pemberdayaan Penangkar: - Padi 200 Unit 10.000 Ha 23 Provinsi; 165 Kab/Kota - Jagung 14 Unit 700 Ha 5 Provinsi; 14 Kab/Kota - Kedelai 100 Unit 2.500 Ha 13 Provinsi; 100 Kab/Kota

7. Pembangunan UPB 4 Unit 4 Provinsi

8. Operasional UPB 8 Unit 8 Provinsi

9. Deregulasi Perbenihan 1 Paket Pusat

10. Pembinaan, Monev Pembangunan Penangkaran Benih

257 Paket 27 Provinsi;

230Kab/Kota 11. Pembinaan, Pengawalan, Monev BLBU,

Subsidi, CBN

257 Paket Pusat; 32 Provinsi; 373 Kab/Kota

Sumber: RKA-KL Ditjen Tanaman Pangan TA. 2012

Secara umum semua kegiatan memiliki risiko jika tidak dilaksanakan sesuai aturan dan petunjuk yang ditetapkan. Resiko kegagalan pencapaian keluaran (output) dan hasil (outcome) terjadi jika pelaksanaan tidak dilaksanakan tepat waktu, jumlah atau kualitas yang tidak sesuai speck. Oleh karena itu, agar kegiatan yang dihasilkan dapat berdaya guna dan berhasil guna serta tidak menimbulkan kerugian negara maka sangat diharapkan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rambu-rambu yang sudah ditetapkan.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

43 | P a g e

Jika dievaluasi faktor risiko seluruh kegiatan perbenihan, maka yang paling tinggi faktor risikonya adalah BLBU dan pemberdayaan penangkar. Bantuan Langsung Benih Unggul dan Pemberdayaan Penangkar berkaitan dengan waktu/musim tanam. BLBU juga sangat berkaitan dengan kualitas benih yang disalurkan.

Tabel 16. Penilaian Risiko Atas Keberhasilan Kegiatan Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan TA 2012

No. Uraian Titik Risiko

I BLBU mendukung SL-PTT padi,

jagung dan kedelai

- Ketepatan penyelesaian administrasi kegiatan

- Ketepatan alokasi anggaran terhadap dukungan teknis yang

dimiliki

- Koordinasi yang baik antara Pusat dan daerah

- Ketepatan penyelesaian dokumen pedoman pelaksanaan

dan/atau pedoman teknis terutama yang berkaitan dengan kriteria calon penerima calon lokasi (CPCL) dan pola pengelolaan

- Ketepatan penyelesaian dokumen kinerja dan anggaran

- Ketersediaan benih

II. Pengawasan dan Sertifikasi Benih

Tanaman Pangan

- Ketepatan penyelesaian administrasi kegiatan

- Ketepatan alokasi anggaran terhadap dukungan teknis yang

dimiliki

- Ketepatan penyelesaian kegiatan sesuai dengan jadwal kerja yang sudah ditetapkan

- Kekonsistenan dalam mengendalikan, mengevaluasi, dan

melaporkan pelaksanaan kegiatan

III. Insentif Pengawas Benih Tanaman

Pangan

- Ketepatan pembayaran insentif

IV. Perbanyakan Benih Sumber - Ketepatan waktu perbanyakan benih

V. Pemberdayaan Penangkar - Ketepatan penyelesaian administrasi kegiatan

- Ketepatan alokasi anggaran terhadap dukungan teknis yang

dimiliki

- Koordinasi yang baik antara Pusat dan daerah

- Ketepatan penyelesaian dokumen pedoman pelaksanaan

dan/atau pedoman teknis terutama yang berkaitan dengan kriteria calon penerima calon lokasi (CPCL) dan pola pengelolaan

- Ketepatan penyelesaian dokumen kinerja dan anggaran

- Ketersediaan benih

VI. Pembinaan, pendampingan,

pengawalan

- Ketepatan waktu dalam pembinaan, pendampingan dan

pengawalan

VII. Pembangunan Unit Prosesing Benih

(UPB)

- Ketepatan speck

- Ketepatan waktu pelaksanaan kerja pembangunan UPB

VIII. Optimalisasi Balai Benih Palawija - Ketepatan speck

- Ketepatan waktu pelaksanaan kerja pembangunan UPB

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

44 | P a g e 3.3.4. Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan

Kegiatan Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan merupakan kegiatan Direktorat Budidaya Pascapanen. Indikator kinerja kegiatan Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan adalah (1) jumlah kelompok tani yang menerapkan teknologi pascapanen tanaman pangan sesuai GHP (Good Handling Prossesing) dan standar mutu, dan (2) jumlah kelompok tani yang mendapatkan bantuan sarana pasca panen tanaman pangan. Untuk mendukung pencapaian output diperlukan berbagai proses yang saling terkait. Alokasi kegiatan penanganan pascapanen tanaman pangan TA 2012 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 17. Alokasi Kegiatan Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan TA 2012

No. Uraian Sasaran Lokasi

1. Bimbingan teknis penanganan pascapanen tanaman pangan

236 Satker Pusat; 31 Provinsi; 204 Kab/kota 2. Apresiasi penanganan pascapanen

tanaman pangan

220 Satker Pusat; 16 Provinsi; 204 Kab/Kota

3. Survei susut hasil padi 13 Satker Pusat; 12 Provinsi

4. Bantuan sosial:

- Padi 13 Satker 183 Kab/kota

- Vertical Dryer 11 Satker 11 kab/Kota

- Jagung 11 Satker 11 Kab/Kota

- Kedelai 20 Satker 20 Kab/Kota

- Ubi kayu 4 Satker 4 Kab/Kota

- Ubi jalar 9 satker 9 Kab/kota

5. Dukungan manajemen lainnya 1 Satker Pusat

Sumber: RKA-KL Ditjen Tanaman Pangan TA. 2012

Dalam upaya penanganan pascapanen tanaman pangan titik risiko kegiatan adalah: (1) ketepatan terhadap pelaksanaan bimbingan teknis penanganan pascapanen tanaman pangan; (2) ketepatan waktu pelaksanaan apresiasi penanganan pascapanen tanaman pangan; (3) ketepatan waktu dan pelaksanaan survei susut hasil padi, (4) ketepatan sasaran pemberian bantuan sosial sarana pascapanen; (5) ketepatan penyelesaian dokumen pedoman pelaksanaan dan/atau pedoman teknis; (6) ketepatan jadwal waktu proses penentuan penerima bantuan, penyediaan dan penyaluran bantuan, serta (7) kekonsistenan dalam mengendalikan, mengevaluasi, dan melaporkan pelaksanaan kegiatan.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

45 | P a g e

Tabel 18. Penilaian Risiko Atas Keberhasilan Kegiatan Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan TA 2012

No. Uraian Titik Risiko

1. Bimbingan teknis penanganan

Dalam dokumen Pedoman Pelaksanaan Program DEPTAN 2012 (Halaman 45-54)

Dokumen terkait