• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pedoman Pelaksanaan Program DEPTAN 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pedoman Pelaksanaan Program DEPTAN 2012"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

i | P a g e

KATA PENGANTAR

Tanaman pangan merupakan salah satu subsektor pertanian dan ekonomi yang sangat penting dan strategis, karena subsektor tanaman pangan merupakan salah satu subsektor bagi pemenuhan pangan bagi rakyat Indonesia, merupakan salah satu sumber pendapatan dan kesempatan kerja bagi rakyat Indonesia, dan sekaligus sebagai sumber pendapatan bagi bangsa Indonesia. Dibalik nilai (value) yang penting dan strategis tersebut, subsektor tanaman pangan juga merupakan salah satu pusat kemiskinan di Indonesia. Pengusahaan lahan yang sangat sempit dan ketidakberdayaan dalam menentukan harga menjadi faktor penyebab kemiskinan bagi pelaku usaha (petani) tanaman pangan. Sementara itu, disisi lain, pelaku usaha (petani) tanaman pangan dituntut untuk berpartisipasi dalam membangun kekuatan pangan nasional melalui peningkatan produktivitas maupun peningkatan indeks pertanaman. Tuntutan tersebut sering kali terbentur pada ketidakberdayaan petani dalam menerapkan (mengadopsi) teknologi karena keterbatasan modal usaha.

Menyadari begitu rumit permasalahan pencapaian sasaran pembangunan tanaman pangan maka upaya keterpaduan dan penyelarasan antar sektor/subsektor, baik di Pusat dan Daerah. Pada tahun 2012, untuk menetapkan pencapaian Empat Sukses Kementerian Pertanian sebagai sasaran strategis meliputi a) mewujudkan pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan, b) mewujudkan peningkatan diversifikasi pangan, c) mewujudkan peningkatan nilai tambah, daya saing, dan ekspor, serta d) mewujudkan peningkatan kesejahteraan petani. Orientasi peningkatan produksi dan peningkatan pendapatan dilakukan secara bersamaan untuk memberikan rasa keadilan bagi petani. Pemberdayaan petani dengan memberikan berbagai instrumen bantuan/subsidi maupun insentif lainnya menjadi prioritas pemerintah. Untuk itu, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan melakukan penguatan strategi sebagai respon terhadap perubahan lingkungan dan keterbatasan sumber daya yang ada.

(3)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

ii | P a g e

Dalam mengoptimalkan kinerja dan mendorong akuntabilitas kinerja Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Pangan Untuk Mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan, maka Direktorat Jenderal Tanaman Pangan menerbitkan pedoman pelaksanaan program, pedoman pelaksanaan kegiatan, dan pedoman pelaksanaan teknis, sebagai acuan atau dasar pelaksanaan program dan kegiatan. Pedoman pelaksanaan program ini merupakan acuan yang bersifat umum bagi penyusunan pedoman pelaksanaan kegiatan dan pedoman teknis.

Sebaik apapun pedoman pelaksanaan yang diterbitkan, namun jika tidak ditaati dan dilaksanakan dengan baik, maka dapat dipastikan bahwa hasil pencapaian program tidak tepat dari ukuran yang ditetapkan. Komitmen dan konsistensi menjadi dua pilar yang perlu ditumbuhkembangkan dalam mewujudkan proses pembangunan yang telah ditetapkan sehingga proses pembangunan tanaman pangan dapat terlaksana secara berkelanjutan (sustainable). Berbagai masukan menjadi sangat penting agar pedoman pelaksanaan program ini menjadi lebih baik.

Direktur Jenderal Tanaman Pangan,

(4)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

iii | P a g e

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iii

DAFTAR TABEL iv

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vii

I. PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Dasar Hukum 4

1.3. Tujuan 6

1.4. Sasaran 7

1.5. Istilah dan Pengertian 8

II. SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TANAMAN PANGAN TA. 2012

15

2.1. Sasaran 16

2.2. Strategi 17

2.3. Kebijakan 19

III. PROGRAM DAN KEGIATAN LINGKUP

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TA. 2012

23

3.1. Program 24

3.2. Penilaian Risiko Atas Keberhasilan Program 33

3.3. Kegiatan 34

IV. TATA HUBUNGAN KERJA DAN PENGORGANISASIAN PROGRAM LINGKUP DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TA. 2012

55

4.1. Tata Hubungan Kerja 55

4.2. Pengorganisasian 56

4.3. Pengelolaan Anggaran 63

4.4. Ketentuan Pidana, Sanksi Administratif, dan Ganti Rugi 69 V. PENGENDALIAN, PENGAWASAN, EVALUASI DAN PELAPORAN 71 5.1 Pengendalian Program, Kegiatan dan Anggaran 71 5.2 Pengawasan Program, Kegiatan dan Anggaran 72

5.3 Monitoring dan Evaluasi 73

5.4 Pelaporan 74

(5)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

iv | P a g e

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Komoditas Utama Tanaman Pangan Tahun 2012

16

Tabel 2 Program dan Kegiatan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA 2012

25

Tabel 3 Komponen Prioritas Pemberdayaan dan Penguatan Program/Kegiatan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA 2012

26

Tabel 4 Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Melalui SLPTT dan LokasiPengembangan Melalui APBN TA 2012

27

Tabel 5 Lokasi Anggaran dan Jenis Dana Per Provinsi Untuk Mendukung Program Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA. 2012

29

Tabel 6 Anggaran Menurut Jenis Belanja Per

Program/KegiatanDirektorat Jenderal Tanaman Pangan TA 2012

30

Tabel 7 Pengelolaan Belanja Bantuan Sosial lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA 2012

32

Tabel 8 Penilaian Risiko Atas Keberhasilan Program Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA 2012

34

Tabel 9 Rincian Biaya (Unit Cost) SLPTT Padi dan SLPTT Jagung TA. 2012

36

Tabel 10 Alokasi Kegiatan Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia TA 2012

38

Tabel 11 Penilaian Risiko Atas Keberhasilan Kegiatan Pengelolaan Produksi Tanaman Serealian Tahun 2012

39

Tabel 12 Rincian Biaya (Unit Cost) SLPTT dan Pengembangan Kedelai 40 Tabel 13 Alokasi Kegiatan Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang

dan Umbi TA 2012

41

Tabel 14 Risiko Atas Keberhasilan Kegiatan Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang dan Umbi TA 2012

42

Tabel 15 Alokasi Kegiatan Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan TA. 2012

45

Tabel 16 Penilaian Risiko Atas Keberhasilan Kegiatan Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan TA 2012

46

Tabel 17 Alokasi Kegiatan Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan TA 2012

47

Tabel 18 Penilaian Risiko Atas Keberhasilan Kegiatan Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan TA 2012

(6)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

v | P a g e

Tabel 19 Alokasi Kegiatan Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan dari Gangguan OPT dan DPI TA 2012

49

Tabel 20 Penilaian Risiko Kegiatan Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan dari Ganggguan OPT dan DPI TA 2012

50 Tabel 21 Alokasi Kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis

Lainnya pada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA 2012

52

Tabel 22 Penilaian Risiko Kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya pada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA 2012

53

Tabel 23 Jumlah Satuan Kerja Pelaksana Program dan Kegiatan Lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA 2012

59

Tabel 24 Jumlah dan Alokasi Anggaran Per Unit Kerja dan Satuan Kerja (Satker) DIPA TA 2012

(7)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

vi | P a g e

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1

Hubungan

Perencanaan

Kinerja

dan

Pedoman

Pelaksanaan

16

Gambar 2

Hubungan Strategi dan Empat Sukses Kementerian

Pertanian

18

Gambar 3

Catur Strategi Pencapaian Produksi Tanaman Pangan

26

Gambar 4

Butir-Butir

Penjelasan

Pedoman

Pelaksanaan

Program/Kegiatan

39

Gambar 5

Pengukuran

Efisiensi

dan

Efektivitas

Kinerja

Pembangunan Tanaman Pangan

(8)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

vii | P a g e

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Satuan Kerja di Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota TA. 2012

84

Lampiran 2 Agenda Perencanaan Nasional 107

Lampiran 3 Agenda Pertemuan Nasional Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA 2012

111

Lampiran 4 Tugas dan Fungsi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 112 Lampiran 5 Susunan Organisasi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 113 Lampiran 6 Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, dan

Produksi Padi Tahun 2012

114

Lampiran 7 Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Jagung Tahun 2012

115

Lampiran 8 Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Kedelai Tahun 2012

116

Lampiran 9 Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Kacang Tanah Tahun 2012

117

Lampiran 10 Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Kacang Hijau Tahun 2012

118

Lampiran 11 Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Ubi Kayu Tahun 2012

123

Lampiran 12 Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Ubi Jalar Tahun 2012

141

Lampiran 13 Alokasi Anggaran Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA. 2012

142

Lampiran 14 Indikator Kegiatan Utama Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA 2012

143

Lampiran 15 Daftar Komoditi Binaan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

144

Lampiran 16 Siklus Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 147 Lampiran 17 Acuan Bobot Penilaian Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah

148

Lampiran 18 Alur Sistem Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan 149

Lampiran 19 Jenis dan Waktu Penyampaian Laporan 150

Lampiran 20 Mekanisme Penyusunan RKA-KL Berdasarkan Pagu Anggaran Kementerian/Lembaga

151

(9)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

viii | P a g e

Anggaran K/L

Lampiran 22 Alur Dokumen dan Proses Revisi Anggaran yang Memerlukan Persetujuan Menteri keuangan

154

Lampiran 23 Alur Dokumen dan Proses Revisi Anggaran pada Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perbendaharaan/Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan

159

Lampiran 24 Alur Dokumen dan Proses Revisi Anggaran Pada Satuan Kerja oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran

161

Lampiran 25 Alur Perubahan Database Akibat Revisi Anggaran pada Direktorat Jenderal Anggaran

162

Lampiran 26 Alur Perubahan Database Akibat Revisi Anggaran pada Direktorat Jenderal Perbendaharaan

163

Lampiran 27 Alur Perubahan Database Akibat Revisi Anggaran pada Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran

(10)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

1 | P a g e

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan nasional merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka mewujudkan tujuan bernegara sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia berdasarkan Pancasila. Visi Indonesia sampai tahun 2025 adalah Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur dengan membagi kedalam 4 (empat) tahapan Pembangunan Jangka Menengah (RPJM).1) Visi Indonesia Tahun 2014 adalah Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan. Dalam konteks ini, arahan pokok dan strategis Presiden Republik Indonesia agar melakukan langkah-langkah terobosan (breakthrough), bukan langkah-langkah biasa (business as usual).

Untuk mendukung pencapaian visi Indonesia Tahun 2014 maka perlu dilakukan suatu proses perencanaan pembangunan nasional yang terarah, terfokus, seimbang, dan berkelanjutan. Proses perencanaan pembangunan nasional dilakukan dalam suatu sistem. Sistem perencanaan pembangunan nasional merupakan satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dapat dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah, yang berdasarkan demokrasi dengan prinsip-prinsip kebersamaan, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, serta kemandirian dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan Nasional.

Mengacu pada visi tersebut, tema Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2014 Percepatan dan Perluasan Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif, Berkelanjutan dan Berkeadilan bagi Peningkatan Kesejahteraan Rakyat.2) Pembangunan dimaksud dijalankan berlandaskan 4 jalur strategi pembangunan yaitu 1) mendorong pertumbuhan (pro-growth), 2) memperluas kesempatan kerja (pro-job), 3) menanggulangi kemiskinan (pro-poor), dan 4) mendorong pelestarian lingkungan yang ramah (pro-environment). Ketahanan pangan merupakan salah satu program pembangunan dengan status prioritas nasional. Sasaran yang perlu dicapai pada prioritas nasional dimaksud adalah:

a. Terpeliharanya dan meningkatnya pencapaian swasembada bahan pangan pokok

b. Terjaminnya penyaluran subsidi pangan bagi masyarakat miskin

1)

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)

2)

(11)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

2 | P a g e

c. Terjaganya stabilitas harga bahan pangan dalam negeri

d. Meningkatnya kualitas pola konsumsi pangan masyarakat dengan skor Pola Pangan Harapan (PPH) menjadi sekitar 89,8

e. Terlindunginya dan meningkatnya lahan pertanian pangan

f. Terbangunnya dan meningkatnya luas layanan infrastruktur sumber daya air dan irigasi

g. Meningkatnya PDB sektor pertanian, perikanan dan kehutanan dengan pertumbuhan 3,2 persen

h. Tercapainya indeks Nilai Tukar Petani (NTP) diatas 105 dan Nilai Tukar Nelayan (NTN) menjadi 110.

Selain dari sasaran prioritas nasional tersebut, diperlukan prakarsa-prakarsa baru. Prakarsa-prakarsa baru yang dimaksudkan sebagai pengungkit dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat meliputi:

- Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

- Percepatan Pembangunan Papua, Papua Barat dan Nusa Tenggara - Penguatan Penanggulangan Kemiskinan

- Peningkatan langkah-langkah dalam rakyat dalam rangka mencapai ketahanan pangan dimana surplus 10 juta ton beras per tahun.

Penuangan arah dan kebijakan pembangunan pertanian terutama berkaitan dengan tanaman pangan dikonsolidasikan dalam berbagai rancangan program. Pada tahun anggaran 2012, Kementerian Pertanian memiliki 12 (dua belas) program, yang dilaksanakan oleh 12 unit eselon I, dimana setiap unit eselon I melaksanakan 1 (satu) program. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan memiliki satu program yakni Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman Pangan untuk Mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan. Program ini difokuskan pada penguatan aspek ketersediaan pangan bersumber dari produksi dalam negeri, baik dalam kuantitas (jumlah) maupun kualitas (mutu).

(12)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

3 | P a g e

Subsektor tanaman pangan memiliki keragaman komoditas yang cukup banyak untuk dapat ditumbuhkembangkan. Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 511/Kpts/PD.310/9/2006 tentang Daftar Komoditi Binaan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Direktorat Jenderal Hortikultura, dan Direktorat Jenderal Perkebunan, dimana Direktorat Jenderal Tanaman Pangan memiliki 36 komoditi tanaman pangan sebagai tanggung jawab binaan.

Namun demikian, karena faktor keterbatasan yang ada, arah dan kebijakan Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman Pangan untuk Mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan diprioritaskan pada:

1) Komoditi utama dan unggulan nasional, yaitu padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, dan ubi jalar. Komoditi ini merupakan komoditi utama dan unggulan bagi kebutuhan pangan pokok nasional.

2) Komoditi alternatif/unggulan daerah (lokal) seperti talas, garut, gembili, sorgum, gandum dan lain-lain. Komoditi ini sebagai substitusi maupun komplemen dari komoditas utama dan unggulan nasional.

Pengembangan ketujuh komoditi tanaman pangan diimplementasikan dalam berbagai jenis kegiatan yang saling terkait dan saling mendukung. Dalam perkembangannya, sejak tahun 2011, komoditi yang menjadi skala prioritas difokuskan pada padi, jagung, dan kedelai. Saat ini, ketiga komoditi tersebut merupakan gambaran pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Dalam melaksanakan pengembangan komoditi tersebut, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan memantapkan berbagai peraturan perundang-undangan dan memberikan berbagai instrumen anggaran yang diperlukan melalui APBN, seperti dana dekonsentrasi, dana tugas pembantuan, dana alokasi khusus (DAK), dana subsidi, dan berbagai jenis lainnya.

(13)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

4 | P a g e Gambar 1. Hubungan Perencanaan Kinerja dan Pedoman Pelaksanaan

1.2. Dasar Hukum

Penyusunan Pedoman Pelaksanaan merupakan suatu tuntutan yang wajib harus dilakukan dalam membangun akuntabilitas kinerja. Pedoman yang disusun terdiri dari tiga (3) jenis yaitu 1) pedoman pelaksanaan program, 2) pedoman pelaksanaan kegiatan, dan 3) pedoman teknis. Penyusunan pedoman tersebut mengacu pada peraturan perundang-undangan sebagai berikut:

DOKUMEN PERENCANAAN PROGRAM, KEGIATAN DAN

ANGGARAN DITJEN TP (RENSTRA – RKT – PK –

DIPA/RKA-KL/POK) DOKUMEN PERENCANAAN PROGRAM, KEGIATAN DAN ANGGARAN KEMENTAN

(RENSTRA – RKT – PK) DOKUMEN PERENCANAAN

PEMBANGUNAN (RPJP – RPJM – RKP)

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PROGRAM, KEGIATAN DAN ANGGARAN

KEMENTAN

PEDOMAN PENGELOLAAN JENIS ALOKASI DANA (DANA DEKONSENTRASI, TUGAS PEMBANTUAN, DAK, DLL)

PEDOMAN PENGELOLAAN BANTUAN SOSIAL

PEDOMAN PENGELOLAAN ADMINISTRASI KEUANGAN

PEDOMAN PENGENDALIAN, EVALUASI DAN PELAPORAN KINERJA DAN

KEUANGAN

PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM DITJEN TANAMAN PANGAN

PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN MASING-MASING ESELON II

PEDOMAN TEKNIS TERUTAMA ATURAN TEKNIS PENGELOLAAN BANTUAN YANG

DIALOKASIKAN KEPADA PETANI/LEMBAGA/UNIT KERJA

(14)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

5 | P a g e  Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.

 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah junto Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004.

 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025.

 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2012.

 Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah.

 Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.

 Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga Pemerintah (RKA-KL).

 Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah.

 Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.

 Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan.

 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional.

 Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah serta Penerusan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri.

 Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.

 Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.

(15)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

6 | P a g e

Nomor 53 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

 Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014.

 Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah junto Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010.

 Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2011 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2012.

 Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Tahun Anggaran 2012.

 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 59/KMK.06/2005 tentang Sistem Akuntansi dan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat.

 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 248/PMK.07/2010 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan.

 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.02/2011 tentang Standar Biaya Tahun Anggaran 2012.

 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/PMK.02/2011 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA-KL) dan Penyusunan, Penelaahan, Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) TA 2012.

 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 101/PMK.02/2011 tentang Klasifikasi Anggaran.

 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 215/KMK.02/2011 Tentang Pagu Anggaran Kementerian Negara/Lembaga Tahun 2012.

 Peraturan Menteri Pertanian Nomor 95/Permentan/OT.140/12/2011 tentang Pelimpahan Kepada Gubernur Dalam Pengelolaan Kegiatan dan Tanggung Jawab Dana Dekonsentrasi Provinsi Tahun 2012.

 Peraturan Menteri Pertanian Nomor 97/Permentan/OT.140/12/2011 tentang Penugasan Kepada Bupati/Walikota Dalam Pengelolaan Kegiatan dan Tanggung Jawab Dana Tugas Pembantuan Kabupaten/Kota Tahun 2012.

1.3. Tujuan

Pedoman Pelaksanaan Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman Pangan untuk Mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan TA 2012 bertujuan untuk:

(16)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

7 | P a g e

Swasembada Berkelanjutan sesuai dengan kegiatan-kegiatan skala prioritas, tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan serta anggaran yang tersedia.

b. meningkatkan koordinasi dan keterpaduan pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran baik antar sektor/subsektor maupun antara pusat dan daerah.

c. meningkatkan transparansi, efisiensi dan efektivitas pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran melalui pemantapan pengendalian (monitoring) dan evaluasi serta pelaporan kinerja.

1.4. Sasaran

Sasaran penyusunan Pedoman Pelaksanaan Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman Pangan untuk Mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan TA 2012 adalah terlaksananya kegiatan-kegiatan secara efektif, efisien dan akuntabel sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku oleh penyelenggara pemerintahan yang melaksanakan program dimaksud dan penerima manfaat langsung.

Pedoman Pelaksanaan Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman Pangan untuk Mencapai Swasembada dan Swasembada BerkelanjutanTA 2012 disusun dengan sistematika sebagai berikut:

Bab I Menguraikan latar belakang, dasar hukum, tujuan, sasaran, istilah dan pengertian

Bab II Menguraikan sasaran, kebijakan, dan strategi pembangunan tanaman pangan

Bab III Menguraikan program dan kegiatan lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA 2012

Bab IV Menguraikan tata hubungan kerja dan pengorganisasian pelaksanaan program, kegiatan, dan anggaran lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA 2012

Bab V Menguraikan pengendalian, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA 2012

Bab VI Penutup

(17)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

8 | P a g e 1.5. Istilah dan Pengertian

Beberapa istilah dan pengertian pada Pedoman Pelaksanaan Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman Pangan untuk Mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan TA 2012 sebagai berikut:

1. Kebijakan adalah arah/tindakan yang diambil oleh Pemerintah Pusat/Daerah untuk mencapai sasaran dan tujuan.

2. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.

3. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional untuk periode 5 (lima tahunan), yaitu RPJMN I tahun 2005-2009, RPJMN II Tahun 2010-2014, RPJMN III Tahun 2015-2019, dan RPJMN IV Tahun 2020-2024.

4. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) merupakan penjabaran dari misi, visi, dan program Presiden yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Nasional, yang memuat strategi pembangunan nasional, kebijakan umum, program Kementerian/Lembaga dan lintas Kementerian/Lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

5. Rencana Strategis Kementerian Negara/Lembaga (Renstra-KL) adalah dokumen perencanaan yang bersifat indikatif yang memuat program-program pembangunan baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk kurun waktu 5 (lima) tahun.

(18)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

9 | P a g e

7. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh DPR yang masa berlakunya dari tanggal 1 Januari sampai 31 Desember tahun berjalan.

8. Penganggaran Terpadu adalah penyusunan rencana keuangan tahunan yang dilakukan secara terintegrasi untuk seluruh jenis belanja guna melaksanakan kegiatan pemerintahan yang didasarkan pada prinsip pencapaian efisiensi alokasi dana.

9. Program adalah bentuk instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa unit organisasi dalam satu atau beberapa instansi untuk mencapai sasaran dan tujuan kebijakan serta memperoleh alokasi anggaran.

10. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa Satuan Kerja sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program dan terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya baik yang berupa personil (sumberdaya manusia), barang, modal, termasuk peralatan dan teknologi, dana atau kombinasi dari beberapa atau kesemua jenis sumber daya tersebut sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk barang/jasa.

11. Sub Kegiatan adalah bagian dari kegiatan yang menunjang usaha pencapaian sasaran dan tujuan kegiatan tersebut.

12. Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA-KL) adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi program dan kegiatan suatu Kementerian Negara/Lembaga yang merupakan penjabaran dari rencana Kerja Pemerintah dan Rencana Kerja Strategis Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan dalam satu tahun anggaran serta anggaran yang diperlukan untuk melaksanakannya.

13. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang dibuat oleh Menteri/Pimpinan Lembaga atau Satuan Kerja yang disahkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan atau Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan dan berfungsi sebagai dokumen pelaksanaan pembiayaan kegiatan.

14. Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) adalah dokumen yang merupakan bagian tidak terpisah dari DIPA dan RKA-KL yang memuat kegiatan secara rinci serta harga satuannya dan dijadikan acuan dalam pelaksanaan kegiatan dalam kurun waktu satu tahun anggaran.

15. Kinerja adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program yang hendak atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas terukur.

(19)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

10 | P a g e

Indikator kinerja merupakan sesuatu yang dapat diukur sebagai dasar untuk menilai kinerja, baik dalam tahap perencanaan (ex-ante), tahap pelaksanaan (on-going), maupun tahap setelah kegiatan selesai (ex-post). Indikator kinerja juga digunakan untuk meyakinkan apakah kinerja organisasi menunjukkan kemajuan dalam rangka menuju tujuan/sasaran yang telah ditetapkan. Tanpa indikator kinerja, maka akan sulit menilai kinerja kebijaksanaan/program/kegiatan yang pada akhirnya bermuara pada kinerja organisasi.

17. Sasaran (target) adalah hasil yang diharapkan dari suatu program atas keluaran yang diharapkan dari suatu kegiatan.

18. Hasil (outcome) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran dari kegiatan-kegiatan dalam satu program.

19. Keluaran (output) adalah barang atau jasa yang dihasilkan oleh kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung percapaian sasaran dan tujuan program dan kebijakan.

20. Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari Pemerintah Pusat kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah.

21. Anggaran Dekonsentrasi adalah anggaran yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh Gubernur sebagai wakil Pemerintah yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi, tidak termasuk anggaran yang dialokasikan untuk instansi vertikal pusat di daerah. Pemberian anggaran dekonsentrasi tidak terlepas dari kewajibannya untuk melaporkan dan mempertanggung jawabkan pelaksanaannya kepada Menteri/Pimpinan lembaga terkait.

22. Tugas Pembantuan adalah penugasan dari pemerintah Pusat kepada Daerah dan/atau desa atau sebutan lain dengan kewajiban melaporkan dan mempertanggung jawabkan pelaksanaannya kepada yang menugaskan dalam hal ini Menteri/Pimpinan Lembaga terkait.

23. Anggaran Tugas Pembantuan adalah anggaran yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh daerah yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan Tugas Pembantuan.

24. Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran (PA/KPA) adalah pejabat pemegang kewenangan dalam penggunaan anggaran satuan kerja yang dialokasikan dalam APBN. Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran adalah Menteri/Pimpinan Lembaga atau kuasanya yang bertanggung jawab atas pengelolaan anggaran pada Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan.

(20)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

11 | P a g e

uang pendapatan negara/daerah dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD pada kantor/satuan kerja Kementerian Negara/Lembaga/ Pemerintah Daerah.

26. Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggung jawabkan uang untuk keperluan belanja negara/daerah dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD pada kantor/satuan kerja Kementerian Negara/Lembaga/ Pemerintah Daerah.

27. Pinjaman Luar Negeri (PLN) adalah sumber pembiayaan negara dalam bentuk devisa, barang, dan jasa yang diterima dari badan/lembaga negara asing, pemerintah negara asing, badan/lembaga keuangan internasional, atau pasar keuangan internasional yang harus dibayar kembali dengan persyaratan yang telah disepakati, termasuk penjaminan pembayaran yang dapat menimbulkan kewajiban pembayaran dikemudian hari.

28. Hibah Luar Negeri (HLN) adalah penerimaan negara yang diperoleh dari luar negeri baik dalam bentuk devisa atau devisa yang dirupiahkan maupun dalam bentuk barang dan/atau jasa termasuk tenaga ahli dan pelatihan yang dapat dinilai dengan uang yang tidak perlu dibayar kembali.

29. Kementerian Negara adalah organisasi dalam Pemerintahan RI yang dipimpin oleh Menteri untuk melaksanakan tugas pemerintahan dalam bidang tertentu. 30. Unit Organisasi adalah bagian dari suatu Kementerian Negara/Lembaga yang

bertanggung jawab terhadap pengkoordinasian dan/atau pelaksanaan suatu program.

31. Satuan Kerja (Satker) adalah bagian dari suatu unit organisasi pada Kementerian Negara/Lembaga yang melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari suatu program.

32. Satuan Kerja Pada Instansi Pemerintah adalah organisasi dalam pemerintah yang dibentuk untuk melaksanakan tugas tertentu dibidangnya masing-masing atau bertugas melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari satu program. 33. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) adalah organisasi/lembaga pada

pemerintah daerah yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan dekonsentrasi/ tugas pemerintahan di bidang tertentu di daerah provinsi, kabupaten, atau kota.

34. Kelompok Tani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas kebutuhan bersama yang mempunyai struktur organisasi dan mempunyai basis tujuan yang bersama.

(21)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

12 | P a g e

36. Lembaga Mandiri yang Mengakar di Masyarakat (LM3) adalah lembaga yang tumbuh dan berkembang secara mandiri di masyarakat, dengan kegiatan utama meningkatkan gerakan moral melalui kegiatan pendidikan, sosial dan keagamaan, serta peningkatan keterampilan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

37. Tenaga Harian Lepas (THL) adalah tenaga bantu tenaga penyuluh pertanian/pendamping revitalisasi perkebunan/pengendali organisme pengganggu tumbuhan/penanganan kesehatan hewan yang direkrut oleh Kementerian Pertanian mulai tahun 2007 untuk melaksanakan tugas dan fungsinya mendampingi kelompok tani/gapoktan dalam pengembangan usaha agribisnis, dengan ketentuan tidak menuntut untuk diangkat menjadi Pengawai Negeri Sipil (PNS).

38. Tenaga Harian Lepas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (THL POPT) adalah tenaga bantu POPT yang direkrut oleh Kementerian Pertanian selama kurun waktu tertentu sesuai dengan ketersediaan keuangan Negara untuk melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pembantu POPT di wilayah pengamatan yang belum memiliki jumlah POPT yang cukup, dengan ketentuan tidak mempunyai hak untuk diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil.

39. Pemberdayaan Masyarakat Pertanian adalah upaya-upaya yang dilakukan dalam rangka meningkatkan kemampuan masyarakat agribisnis sehingga secara mandiri mampu mengembangkan diri dan dalam melakukan usahanya secara berkelanjutan.

40. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) adalah seluruh penerimaan Pemerintah Pusat yang tidak berasal dari penerimaan perpajakan.

41. Pengendalian adalah serangkaian kegiatan manajemen yang dimaksudkan untuk menjamin agar suatu program/kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana yang ditetapkan

42. Pemantauan adalah kegiatan mengamati perkembangan pelaksanaan rencana pembangunan, mengindentifikasi serta mengantisipasi permasalahan yang timbul dan/atau akan timbul untuk dapat diambil tindakan sedini mungkin. Pemantauan dilaksanakan secara berkesinambungan dan bertujuan memberikan indikasi awal dari perkembangan atau kekurangan suatu program/kegiatan yang sedang berjalan.

(22)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

13 | P a g e

selektif. Pada dasarnya pemantauan dan evaluasi merupakan alat yang diperlukan untuk pelaporan dan pengendalian.

44. Pelaporan adalah bentuk penyampaian informasi mengenai hasil pelaksanaan program/kegiatan yang dituangkan ke dalam formulir yang telah ditentukan secara berkala dan sesuai dengan petunjuk pengisiannya.

45. Belanja Bantuan Sosial adalah transfer uang atau barang yang diberikan oleh pemerintah Pusat/Daerah kepada masyarakat guna melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial. Transfer uang/barang/jasa tersebut memiliki ketentuan berikut ini: (a) dapat langsung diberikan kepada anggota masyarakat dan/atas lembaga kemasyarakatan termasuk di dalamnya bantuan untuk lembaga non pemerintah bidang pendidikan dan keagamaan; (b) bersifat sementara atau berkelanjutan; (c) ditujukan untuk mendanai kegiatan rehabilitasi sosial, perlindungan sosial, jaminan sosial. Pembedayaan sosial, penanggulangan kemiskinan dan bencana; (d) untuk meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas, kelangsungan hidup, dan memulihkan fungsi sosial dalam rangka mencapai kemandirian sehingga terlepas dari resiko sosial; dan (e) diberikan dalam bentuk bantuan langsung, penyediaan aksesibilitas, dan/atau penguatan kelembagaan.

46. Belanja Modal merupakan pengeluaran anggaran yang digunakan dalam rangka memperoleh atau menambah asset tetap dan asset lainnya yang member manfaar lebih dari satu periode akuntansi serta melebihi batasan minimal kapitalisasi asset tetap atau asset lainnya yang ditetapkan pemerintan. 47. Belanja Barang adalah pengeluaran untuk menampung pembelian barang dan

jasa yang habis pakai untuk memproduksi barang dan jasa yang dipasarkan maupun yang tidak dipasarkan serta pengadaan barang yang dimaksudkan untuk diserahkan atau dijual kepada masyarakat dan belanja perjalanan. Belanja ini terdiri belanja barang dan jasa, belanja pemeliharaan dan belanja perjalanan.

48. Belanja Pegawai pada dasarnya mencakup seluruh imbalan yang diberikan kepada pegawai pemerintah dan anggota DPRD, seperti gaji, tunjangan, dan kompensasi sosial.

(23)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

14 | P a g e

BAB II

SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

PEMBANGUNAN TANAMAN PANGAN TA 2012

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan mempunyai Visi Tahun 2010-2014, yaitu ”Terwujudnya Produksi Tanaman Pangan Yang Cukup dan Berkelanjutan”. Dalam mewujudkan visi tersebut, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan memiliki misi sebagai berikut;

1. Mewujudkan birokrasi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan yang profesional dan berintegritas,

2. meningkatkan perluasan penerapan budidaya tanaman pangan yang tepat dan berkelanjutan,

3. mengembangkan sistem penyediaan benih yang efisien, efektif, dan berkelanjutan,

4. meningkatkan penanganan pascapanen tanaman pangan,

5. meningkatkan pengamanan produksi tanaman pangan berkelanjutan, dan 6. mendorong peran serta instansi dan stakeholder terkait serta masyarakat dalam

pembangunan tanaman pangan yang berkelanjutan.

Sebagai implementasi visi dan misi tersebut, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan menetapkan tujuan, sebagai berikut;

1. meningkatkan produktivitas melalui peningkatan luas areal penerapan budidaya tanaman pangan yang tepat dan berkelanjutan untuk peningkatan produksi dalam rangka mencapai ketahanan pangan;

2. menyelenggarakan sistem penyediaan benih tanaman pangan yang efisien dan berkelanjutan di lokasi penerapan budidaya tanaman pangan yang tepat, dan tersalurnya benih tanaman pangan bersubsidi;

3. meningkatkan penanganan pascapanen tanaman pangan di lokasi penerapan budidaya tanaman pangan yang tepat;

4. mengendalikan serangan OPT dan DPI di lokasi penerapan budidaya tanaman pangan yang tepat untuk meningkatkan kualitas hasil tanaman pangan;

5. menyelenggarakan pelayanan teknis dan administrasi secara profesional dan berintegritas dilingkungan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan;

6. menciptakan metoda pengujian mutu benih dan penerapan sistem mutu laboratorium pengujian benih tanaman pangan;

(24)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

15 | P a g e 2.1. Sasaran

Sasaran utama pembangunan tanaman pangan tahun 2010-2014 merupakan turunan dari sasaran utama pembangunan pertanian yaitu: a) mewujudkan pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan, b) mewujudkan peningkatan diversifikasi pangan, c) mewujudkan peningkatan nilai tambah, daya saing, dan ekspor, serta d) mewujudkan peningkatan kesejahteraan petani. Keempat sasaran ini disebut dengan Empat Sukses Kementerian Pertanian. Pencapaian keempat sasaran (target) utama diharapkan dapat memberikan dampak kinerja yang signifikan bagi pemenuhan kebutuhan nasional dan ketahanan pangan nasional, baik kebutuhan pangan, kebutuhan pakan, kebutuhan energi maupun kebutuhan bahan baku untuk industri lainnya. Selain itu, dampak kinerja pembangunan tanaman pangan juga diharapkan dapat mengurangi jumlah kemiskinan dan meningkatkan pendapatan negara.

Pencapaian Empat Sukses Kementerian Pertanian tersebut memerlukan keterpaduan pelaksanaan program baik lingkup Kementerian Pertanian maupun lintas Kementerian/Pemerintahan. Fungsi dari program pemerintah hanya berupa stimulan untuk menggerakkan kekuatan ekonomi tanaman pangan secara nasional. Dalam hal ini, pembangunan tanaman pangan dikelompokkan pada pengembangan komoditas utama dan komoditas alternatif. Namun demikian, penetapan sasaran produksi hanya dilakukan pada komoditi padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi jalar, dan ubi kayu. Sasaran produksi komoditas utama tanaman pangan tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini.

Tabel 1. Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Komoditas Utama Tanaman Pangan Tahun 2012

Komoditas Luas Tanam

(Ha)

Luas Panen (Ha)

Produktivitas (Ku/Ha)

Produksi (Ton)

Padi 14.026.771 13.556.865 53,13 72.026.235

Jagung 4.874.437 4.655.430 51,55 24.000.000

Kedelai 1.312.000 1.250.000 15,20 1.900.000

Kacang Tanah 825.000 785.700 14,00 1.100.000

Kacang Hijau 342.600 325.500 11,98 390.000

Ubi Kayu 1.381.600 1.315.800 190,00 25.000.000

Ubi Jalar 207.000 196.700 117,00 2.300.000

Sumber: Renstra Ditjen Tanaman Pangan Tahun 2010-2014

(25)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

16 | P a g e 2.2. Strategi

Pencapaian sasaran pembangunan tanaman pangan akan ditempuh melalui strategi Tujuh Gema Revitalisasi Pertanian yaitu: (1) Revitalisasi Lahan; (2) Revitalisasi Perbenihan dan Perbibitan; (3) Revitalisasi Infrastruktur dan Sarana; (4) Revitalisasi Sumber Daya Manusia; (5) Revitalisasi Pembiayaan Petani; (6) Revitalisasi Kelembagaan Petani; serta (7) Revitalisasi Teknologi dan Industri Hilir.

Gambar 2. Hubungan Strategi dan Empat Sukses Kementerian Pertanian

Ketujuh strategi pembangunan pertanian tersebut akan mempengaruhi tingkat keberhasilan yang dapat dicapai. Namun demikian, harus disadari bahwa ketujuh strategi tersebut melibatkan institusi pemerintah lainnya dan institusi non pemerintah. Untuk mewujudkan pencapaian Empat Sukses tersebut, orientasi peningkatan produksi menjadi alat (instrumen) utama yang diprioritaskan. Untuk itu, sebagai jaminan tambahan bagi petani atau pelaku usaha pertanian, pemerintah memberikan stimulan baik berupa bantuan, subsidi ataupun insentif lainnya. Pemberian ini sebagai bagian dari meringankan biaya usaha dan sekaligus meningkatkan pendapatan.

Secara harfiah, peningkatan produksi diharapkan dapat memacu peningkatan pendapatan. Berkaitan dengan peningkatan produksi, Direktorat

EMPAT

SUKSES

SWASEMBADA BERKELANJUTAN DAN

SWASEMBADA

DIVERSIFIKASI PANGAN

NILAI TAMBAH, DAYA SAING, DAN EKSPOR

PENINGKATAN KESEJAHTERAAN

PETANI

TUJUH GEMA

REVITALISASI PERTANIAN

LAHAN

PERBENIHAN/PERBIBITAN

INFRASTRUKTUR DAN SARANA

SUMBER DAYA MANUSIA

PEMBIAYAAN PERTANIAN

KELEMBAGAAN PERTANIAN

(26)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

17 | P a g e

Jenderal Tanaman Pangan menetapkan strategi pencapaian produksi tanaman pangan melalui empat strategi atau disebut dengan Catur Strategi Pencapaian Produksi Tanaman Pangan yaitu:

1. Peningkatan produktivitas

2. Perluasan areal dan optimasi lahan

3. Penurunan konsumsi beras dan pengembangan diversifikasi pangan 4. Peningkatan manajemen.

Catur strategi pencapaian produksi tanaman pangan ini merupakan penajaman sekaligus revisi atas catur strategi yang selama ini digunakan yaitu 1) peningkatan produktivitas, 2) perluasan areal tanam, 3) pengamanan produksi, dan 4) penguatan kelembagaan dan pembiayaan. Hal ini dilakukan sebagai proses penegasan dan respon atas perubahan lingkungan yang terjadi.

Proses penajaman dan revisi terhadap strategi pencapaian produksi tanaman pangan telah mempertimbangkan aspek keberlanjutan program pembangunan tanaman pangan dan aspek keterpaduan baik disisi hulu, on-farm, maupun hilir.

(27)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

18 | P a g e 2.3. Kebijakan

Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2012 merupakan penjabaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014 sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan sekaligus merupakan rangkaian lanjutan dari RKP tahun 2011.

Tema Rencana Kerja Pemerintah Kabinet Indonesia Bersatu tahun 2012 adalah Percepatan dan Perluasan Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif dan Berkeadilan bagi Peningkatan Kesejahteraan Rakyat. Tema ini merupakan landasan dalam menyusun rancangan program dan kegiatan untuk mencapai sasaran pembangunan, yang tertuang dalam dokumen Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2012. Pada prinsipnya, Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah wajib menerapkan prinsip-prinsip efisiensi, efektivitas, transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi.

Kementerian Pertanian menetapkan 23 (dua puluh tiga) arah kebijakan pembangunan pertanian tahun 2010-2014. Dari 23 arah kebijakan tersebut, 9 (sembilan) diantaranya terkait langsung dengan tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, yaitu: (1) melanjutkan dan memantapkan kegiatan tahun sebelumnya yang terbukti sangat baik kinerja dan hasilnya, antara lain: bantuan benih/bibit unggul, subsidi pupuk, alsintan, Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT), Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT); (2) melanjutkan dan memperkuat kegiatan yang berorientasi pemberdayaan masyarakat seperti Lembaga Mandiri yang Mengakar di Masyarakat (LM3), (3) pemantapan swasembada beras dan jagung melalui peningkatan produksi yang berkelanjutan, (4) pencapaian swasembada kedelai, (5) pembangunan sentra-sentra pupuk organik berbasis kelompok tani, (6) penguatan kelembagaan perbenihan dan perbibitan nasional,(7) peningkatan keseimbangan ekosistem dan pengendalian hama penyakit tumbuhan secara terpadu, (8) berperan aktif dalam melahirkan kebijakan makro yang berpihak kepada petani seperti perlindungan tarif dan non tarif perdagangan internasional, penetapan Harga Pembelian Pemerintah (HPP), dan Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk bersubsidi, serta (9) peningkatan dan penerapan manajemen pembangunan pertanian yang akuntabel dan good governance.3)

3)

(28)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

19 | P a g e

Secara operasional, kebijakan pembangunan tanaman pangan diprioritaskan pada 1) pencapaian swasembada berkelanjutan padi dan jagung, 3) pencapaian swasembada kedelai tahun 2014, 3) pengembangan komoditas spesifik lokasi di Kawasan Timur (Direktif Presiden), 4) penguatan pangan nasional berbasis Koridor MP3I, serta 5) pengembangan produksi di kawasan-kawasan khusus lainnya seperti kawasan perbatasan dan kawasan agropolitan.

Optimalisasi keberhasilan pencapaian sasaran pembangunan tanaman pangan perlu didukung oleh iklim berusahatani yang kondusif. Dalam hal ini, dukungan kebijakan yang berpengaruh terhadap iklim usaha atau pengembangan agribisnis tanaman pangan harus diperhatikan antara lain:

(1) Harga

Kegiatan usahatani dari suatu komoditas dapat berjalan apabila petani memperoleh insentif/keuntungan yang memadai. Karena itu, pemerintah perlu menjaga kestabilan harga dan pasar hasil tanaman pangan sepanjang tahun melalui penetapan harga pembelian oleh pemerintah, khususnya komoditas strategis seperti padi, jagung dan kedelai. Pengawasan pemerintah sangat diperlukan untuk menghindari ulah spekulasi pedagang yang dapat memainkan harga. Selain itu perlu mengupayakan tumbuh dan berkembangnya kemitraan antara petani dengan pedagang/industri olahan/pengusaha lainnya. Dalam pengendalian harga tersebut diperlukan koordinasi dengan instansi dan stakeholder terkait, baik pada tingkat propinsi dan kabupaten/kota maupun tingkat pusat.

(2) Bea Masuk

(29)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

20 | P a g e

Salah satu upaya untuk menghadapi persaingan tersebut di atas, pemerintah Indonesia melindungi petaninya melalui pemberlakuan bea masuk (tarif) impor. Pemberlakuan tarif impor tersebut masih dimungkinkan dalam kerangka kebijakan World Trade Organization (WTO). Untuk mengatasi penyelundupan produk-produk tanaman pangan dilakukan koordinasi dalam pengawasan pintu-pintu masuk penyelundupan barang-barang dari luar negeri.

(3) Karantina Tumbuhan

Indonesia sangat kaya akan berbagai jenis sumber daya alam hayati berupa aneka ragam jenis tumbuhan, hewan, ikan yang perlu dijaga dan dilindungi kelestariannya dari berbagai hama, penyakit dan organisme pengganggu. Oleh karena itu untuk mencegah masuknya organisme pengganggu tumbuhan, hama dan penyakit hewan/ikan melalui media pembawa (tumbuhan dan bagian-bagiannya, hewan, asal bahan hewan, hasil bahan asal hewan, ikan dan/atau benda lainnya) dari luar negeri atau dari area lain di dalam negeri, perlu pengawasan dan penjagaan ketat oleh petugas karantina.

Pada era perdagangan bebas ini, karantina merupakan suatu instrumen yang penting untuk memperlancar arus perdagangan, baik ekspor maupun impor. Dengan adanya peraturan karantina yang selaras dengan aturan sanitasi dan fitosanitari (sanitary and phytosanitary/SPS regulation) diharapkan dapat meningkatkan kualitas produk ekspor impor yang pada gilirannya juga dapat meningkatkan taraf hidup petani. Dengan demikian dapat dihindarkan terjadinya tuntutan terhadap produk Indonesia di luar negeri akibat buruknya mutu. Demikian juga derasnya arus masuk produk luar negeri yang tidak bermutu dapat dicegah melalui pengawasan karantina.

Untuk menjaga masuknya produk-produk pertanian tanaman (termasuk benih) yang tidak memenuhi persyaratan keamanan hama dan penyakit serta lingkungan, maka perlu pengawasan dan penjagaan ketat oleh petugas karantina. Penjagaan dari aspek hama dan penyakit serta lingkungan tersebut di atas meliputi keamanan jangka pendek sampai dampak dalam jangka waktu yang panjang. Oleh karena itu koordinasi dengan pihak karantina setempat perlu dilakukan dan lebih ditingkatkan.

(4) Pengendalian Alih Fungsi Lahan

(30)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

21 | P a g e

pangan yang mengancam daya dukung wilayah secara nasional dalam menjaga ketahanan pangan menuju kemandirian pangan nasional. Upaya pengendalian terhadap terjadinya alih fungsi lahan pertanian ke non-pertanian/non-tanaman pangan secara efektif dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (PLP2B) dan Peraturan Pemerintah pendukungnya.

(31)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

22 | P a g e

BAB III

PROGRAM DAN KEGIATAN

LINGKUP DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

TA 2012

Pelaksanaan program dan kegiatan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan memerlukan penjelasan beberapa hal penting sebagai simpul kritis pengendalian dalam mendorong pencapaian kinerja secara optimal. Penjelasan program dan kegiatan harus dapat menjelaskan nilai strategis dari komponen-komponen yang direncanakan. Beberapa aspek yang perlu diperjelas adalah 1) indikator kinerja hasil (outcome) dan keluaran (output), 2) komponen prioritas pemberdayaan, 3) lokasi anggaran (Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota) dan jenis dana (dana dekonsentrasi dan/atau dana tugas pembantuan), 4) jenis belanja, 5) pola pengelolaan bansos, 6) mekanisme pengadaan barang/jasa, 7) pengukuran indikator kinerja outcome maupun output, serta 8) penilaian resiko atas keberhasilan program/kegiatan.

Gambar 4. Butir-Butir Penjelasan Pedoman Pelaksanaan Program/Kegiatan

BUTIR-BUTIR

PENJELASAN

PEDOMAN

PELAKSANAAN

PROGRAM/KEGIATAN

KOMPONEN PRIORITAS PEMBERDAYAAN

JENIS BELANJA LOKASI ANGGARAN

DAN JENIS DANA INDIKATOR KINERJA OUTCOME DAN OUTPUT

POLA PENGELOLAAN BANSOS

MEKANISME PENGADAAN BARANG/JASA

PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA

(32)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

23 | P a g e 3.1 Program

Dalam mewujudkan sasaran pembangunan tanaman pangan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan menetapkan program tahun 2012 yaitu Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Pangan Untuk Mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan. Indikator keberhasilan kinerja Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Pangan Untuk mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan adalah perluasan penerapan budidaya tanaman pangan yang tepat yang didukung oleh sistem penanganan pascapanen dan penyediaan benih serta pengamanan produksi yang efisien untuk mewujudkan produksi tanaman pangan yang cukup dan berkelanjutan.

Untuk mewujudkan pencapaian kinerja program tersebut, maka perlu didukung pencapaian kinerja kegiatan dari masing-masing unit eselon II yaitu:

1. Direktorat Budidaya Serealia: Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia.

2. Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi: Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang dan Umbi.

3. Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan: Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan.

4. Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan: Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan.

5. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan: Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan dari Gangguan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan Dampak Perubahan Iklim (DPI).

6. Sekretariat Direktorat Jenderal Tanaman Pangan: Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya pada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.

7. Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BBPPMBTPH): Pengembangan Metode Pengujian Mutu Benih dan Penerapan Sistem Mutu Laboratorium Pengujian Benih.

8. Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT): Pengembangan Peramalan Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan.

(33)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

24 | P a g e

Tabel 2. Program dan Kegiatan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA 2012

Kode Program dan Kegiatan

018.03.06 Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman Pangan Untuk Mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan 1761 Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

1762 Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia

1763 Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan

1764 Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan dari Gangguan OPT dan DPI

1765 Penanganan Pasca Panen Tanaman Pangan

1766 Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya pada Ditjen Tanaman Pangan 1767 Pengembangan Metode Pengujian Mutu Benih dan Penerapan Sistem

Mutu Laboratorium Pengujian Benih

1768 Pengembangan Peramalan Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan

Untuk mewujudkan kinerja program Direktorat Jenderal Tanaman Pangan tahun 2012, komponen prioritas yang terus ditumbuhkembangkan adalah:

1) mengoptimalkan bantuan kepada petani, penangkar benih, pelaku usaha pascapanen, dan lembaga yang mengakar di masyarakat,

2) memperkuat brigade produksi (brigade proteksi) dan petugas di lapangan, 3) memperkuat fungsi unit pelaksana teknis daerah (BBI, BPSBTPH, dan BPTPH), 4) memperkuat cadangan bantuan saprodi dalam mengatasi dampak bencana

(34)
(35)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

26 | P a g e

Salah satu instrumen utama yang menjadi model (benchmark) pemberdayaan sebagai gambaran pokok atas keberhasilan program Direktorat Jenderal Tanaman Pangan adalah Sekolah Lapangan meliputi Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT), Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) dan Sekolah Lapangan Iklim (SLI). Ketiga sekolah lapangan ini akan didukung oleh berbagai kegiatan pendukung lain. Sekolah lapangan ini difokuskan pada komoditas padi, jagung dan kedelai. Untuk komoditas lain dilakukan melalui pola pengembangan dengan luasan tertentu (dem area). Untuk mendukung pencapaian sasaran produksi komoditas tanaman pangan, sasaran luas tanam SLPTT atau lokasi pengembangan (dem area) yang dibiayai melalui APBN TA 2012 terlihat pada tabel 4 dibawah ini.

Tabel 4. Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Melalui SLPTT dan Lokasi Pengembangan Melalui APBN TA 2012

Komoditas Luas Tanam

(Ha)

Luas Panen (Ha)

Produktivitas (Ku/Ha)

Produksi (Ton)

Padi Non Hibrida 2.700.000 2.565..000 64,00 16.416.000

Padi Hibrida 300.000 285.000 77,00 2.195.000

Padi Lahan Kering 500.000 475.000 37,50 1.781.250

Jagung 200.000 190.000 65,00 1.235.000

Kedelai 350.000 332.500 16,00 542.690

Kacang Tanah 150.000 142.500 17,51 268.010

Kacang Hijau 20.000 19.000 13,00 25.260

Ubi Kayu 6.560 6.230 250,00 164.680

Ubi Jalar 10.350 9.830 130,00 139.880

Alokasi anggaran untuk mendukung pencapaian program Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA 2012 terdiri dari:

1) Dana pusat sebesar Rp. 1.104.899.536.000,-. Alokasi dana pusat dikelola unit kerja Pusat yaitu 8 unit Eselon II lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan (anggaran BPMPT tergabung dalam anggaran Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan).

2) Dana dekonsentrasi sebesar Rp. 512.347.000.000,- Alokasi dana dekonsentrasi dikelola oleh unit kerja Dinas Provinsi yang menangani tanaman pangan dan UPTD Provinsi (BBI, BPSBTPH, dan BPTPH).

(36)
(37)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

(38)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

29 | P a g e

belanja bantuan sosial dikategorikan karena alasan pemberdayaan sosial dan penanganan bencana. Memperhatikan pengelolaan belanja bantuan sosial, maka penempatan alokasi DIPA disesuaikan dengan karakteristik jenis bantuan sosial yang diberikan. Pola pelaksanaan bantuan sosial dimaksud dilakukan melalui transfer uang dan/atau transfer barang. Hal ini sangat tergantung dengan ketepatan dan keefektifan dalam penyaluran dan pelaksanaan kegiatan. Hal ini dapat dilihat secara rinci pada tabel 7.

Mekanisme pengadaan barang/jasa melalui transfer barang seperti yang terlihat pada tabel 6 mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, dimana salah satu peraturan perundang-undangan yang mengatur pengadaan barang/jasa pemerintah dituangkan dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 termasuk perubahannya.4) Sedangkan pengadaan barang/jasa melalui transfer uang akan diatur secara rinci melalui pedoman teknis masing-masing. Namun demikian, persyaratan administrasi pengadaan barang/jasa melalui transfer uang adalah membuat kontrak berdasarkan Rencana Usaha Kegiatan (RUK) antara penerima dan unit kerja pengelola langsung. Apabila ada hal-hal yang berubah dari RUK awal maka dapat dilakukan penyesuaian kontrak dengan melampirkan Berita Acara dan memperoleh persetujuan unit kerja pengelola (satker yang menangani bantuan tersebut).

Untuk memastikan keberhasilan program Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, pengukuran kinerja dilakukan dengan mengukur indikator outcome dan indikator output. Secara umum, pengukuran indikator kinerja output dilakukan dengan membandingkan capaian fisik dan keuangan terhadap sasaran dan alokasi anggaran yang ditetapkan. Pemantauan hasil keseluruhan atas indikator output dan outcome dilakukan melalui pengumpulan informasi dari dinas kabupaten/kota. Namun demikian, evaluasi pengukuran indikator kinerja outcome yang dititikberatkan pada keberhasilan peningkatan produktivitas SLPTT. Metodologi pengukuran kinerja SLPTT dilakukan melalui ubinan (metodologi yang lebih akurat), sebagai berikut:

1. Ubinan SLPTT Padi 14.136 unit 371 Kab/Kota

2. Ubinan SLPTT Jagung Hibrida 1.919 unit 242 Kab/Kota

3. Ubinan SLPTT Kedelai 3.500 unit 175 Kab/Kota

4)

(39)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

30 | P a g e Tabel 7. Pengelolaan Belanja Bantuan Sosial lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA 2012

No. Jenis Output

Lokasi DIPA Komponen Belanja Bantuan Sosial Pola Pelaksanaan

Pusat Provinsi Kab/Kota Pemberdayaan Sosial

Perlindungan Sosial

Penanggulangan Bencana

Penanganan Kemiskinan

Transfer Uang

Transfer Barang

1. SLPTT Padi V V V

2. SLPTT Jagung V V V

3. Optimalisasi Pengembangan Areal

Jagung Hibrida V V V

4. SLPTT Kedelai V V V

5. Pengembangan Kedelai Model V V V

6. Pengembangan Ubi Kayu/Ubi

Jalar/Kacang Tanah V V V

7. BLBU PJK Wilayah Jawa V * V V *

8. BLBU PJK Wilayah Luar Jawa V V V

9. Pemberdayaan Penangkar PJK V V V

10. Bantuan Pasca Panen V V V

11. Sarana Pengendali OPT (BPTPH) V V V

12. Bantuan Bencana Alam V V V

13. Bantuan Modal untuk LM3 V V V

Keterangan:

(40)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

31 | P a g e 3.2. Penilaian Risiko atas Keberhasilan Program

Secara umum, penilaian risiko merupakan proses identifikasi dan sekaligus proses antisipasi atas faktor-faktor yang dapat menganggu keberhasilan pencapaian program. Penilaian risiko atas keberhasilan Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman Pangan untuk Mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan meliputi a) penilaian risiko pada saat perencanaan, b) penilaian risiko pada saat pelaksanaan rencana, serta c) penilaian risiko pada saat pengendalian, evaluasi, dan pelaporan. Secara umum, penilaian risiko yang perlu diperhatikan adalah:

1) penetapan model stimulan pembangunan,

2) ketepatan alokasi anggaran terhadap dukungan teknis yang dimiliki, 3) ketepatan penyelesaian dokumen kinerja (program dan anggaran),

4) ketepatan penyelesaian dokumen pedoman pelaksanaan dan/atau pedoman teknis terutama yang berkaitan dengan kriteria calon penerima calon lokasi (CPCL) dan pola pengelolaan,

5) ketepatan penyelesaian surat keputusan berkaitan dengan pengelolaan kesatkeran,

6) ketepatan pembentukan tim pembina, pengawalan, monitoring dan evaluasi, 7) ketepatan penyelesaian kegiatan sesuai dengan jadwal kerja yang sudah

ditetapkan,

8) kekonsistenan dalam mengendalikan, mengevaluasi, dan melaporkan pelaksanaan.

Penilaian risiko ini bersifat umum dan hanya berupa simpul-simpul utama. Titik risiko ini akan dirinci pada masing-masing pengelola kegiatan sesuai dengan karakteristik yang dimiliki.

(41)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

32 | P a g e

Tabel 8. Penilaian Risiko Atas Keberhasilan Program Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA 2012

No. Aspek Titik Risiko

I Penyusunan Rencana - Penetapan model stimulan pembangunan

- Ketepatan alokasi anggaran terhadap dukungan teknis yang dimiliki

- Ketepatan penyelesaian dokumen kinerja dan anggaran

II. Pelaksanaan Rencana - Ketepatan penyelesaian dokumen

pedoman pelaksanaan dan/atau pedoman teknis terutama yang berkaitan dengan kriteria calon penerima calon lokasi (CPCL) dan pola pengelolaan

- Ketepatan penyelesaian surat keputusan berkaitan dengan pengelola kesatkeran

- Ketepatan pembentukan tim pembina,

pengawalan, monitoring dan evaluasi

- Ketepatan penyelesaian kegiatan sesuai dengan jadwal kerja yang sudah ditetapkan

III. Pengendalian, Evaluasi dan Pelaporan Rencana

- Kekonsistenan dalam pengendalian - Kekonsistenan dalam mengevaluasi

- Kekonsistenan dalamn melaporkan

3.3. Kegiatan

Program Direktorat Jenderal Tanaman Pangan terdiri dari delapan (8) jenis kegiatan, dimana 1 unit kerja Eselon II memiliki 1 kegiatan. Pada tahun anggaran 2012, kinerja Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Pangan untuk Mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan didukung anggaran melalui APBN dengan fokus-fokus tertentu sebagai berikut:

3.3.1. Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia

(42)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

33 | P a g e

(non hibrida, hibrida dan lahan kering), dan jagung (hibrida). Penerapan teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) merupakan instrumen perangsang (stimulus) bagi daerah sekitarnya. Jenis SLPTT yang dikembangkan adalah 1) SLPTT Reguler dimana bantuan yang diberikan hanya berupa benih, kecuali 1 Ha Laboratorium Lapangan diberikan bantuan full paket, 2) SLPTT Spesifik Lokasi dimana bantuan yang diberikan berupa bantuan full paket (benih, pupuk, dan alsintan), 3) SLPTT Indeks Pertanaman dimana bantuan yang diberikan berupa bantuan full paket (benih, pupuk, dan alsintan).

Kriteria penerima SLPTT ini difokuskan kepada petani/kelompoktani yang memiliki produktivitas yang lebih rendah dari produktivitas kabupaten. Penerapan pola ini diharapkan terbina kawasan-kawasan andalan, yang berfungsi sebagai pusat belajar pengambilan keputusan para petani/kelompok tani, sekaligus sebagai tempat tukar menukar informasi dan pengalaman lapangan, pembinaan manajemen kelompok, serta sebagai percontohan bagi kawasan lainnya.

Dalam setiap 25 ha areal SLPTT padi non hibrida, 25 ha areal SLPTT padi non hibrida spesifik lokasi, 25 ha areal SLPTT padi non hibrida peningkatan IP, 10 ha areal SLPTT padi hibrida, 10 ha areal SLPTT padi hibrida spesifik lokasi, 25 ha areal SLPTT padi lahan kering, dan 15 ha areal SLPTT jagung hibrida. Masing-masing ditempatkan 1 unit laboratorium lapangan (LL) dengan luasan 1 Ha. Rincian bantuan biaya LL-SLPTT dan biaya yang diperlukan untuk SLPTT Padi Non Hibrida Spesifik Lokasi Peningkatan Produktivitas dan Peningkatan IP seperti tabel di bawah ini.

No. SLPTT Luasan/1 Unit SLPTT

(Ha) 1. Padi

- Sawah Non Hibrida 25

- Sawah Hibrida 10

- Lahan Kering 25

2. Jagung 15

(43)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Gambar

Gambar 1.  Hubungan Perencanaan Kinerja dan Pedoman Pelaksanaan
Gambar 3. Catur Strategi Pencapaian Produksi Tanaman Pangan
Tabel 3.  Komponen Prioritas Pemberdayaan dan Penguatan
Tabel 4. Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pengajuan besaran klaim atau tarif pelayanan kesehatan di Puskesmas/UPT Labkesda Kabupaten sesuai dengan capaian pelayanan yang telah dilakukan dengan mengacu pada Perda

1) Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, semua ketentuan yang berkaitan dengan sistem jaminan kesehatan di Kabupaten Barito Kuala masih tetap berlaku

(1) Sharing Topik TA : Di setiap awal semester, dosen Fakultas Informatika sekaligus sebagai calon dosen pembimbing akan mengumumkan tema riset yang dapat dijadikan topik

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,