• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 6.1 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN KABUPATEN NGAWI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 6.1 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN KABUPATEN NGAWI"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

BUPATI NGAWI

PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 6.1 TAHUN 2012

TENTANG

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN

PROGRAM JAMINAN KESEHATAN KABUPATEN NGAWI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

(2)

Menimbang : a. bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak dan meningkatkan taraf hidup menuju terwujudnya masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur;

b. bahwa untuk meningkatkan derajat kesehatan khususnya masyarakat miskin serta untuk menjamin kepastian kepedulian Pemerintah Daerah dalam menangani kesehatan masyarakat miskin di daerah, perlu adanya Pedoman Teknis Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Kabupaten Ngawi (JAMKESKAB) demi tercapainya pelaksanaan yang efektif dan efisien;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, maka perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Pedoman Teknis Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Kabupaten Ngawi.

(3)

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 19, Tambahan Berita Negara Republik Indonesia Nomor 9);

2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4206);

4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

(4)

5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

7. Undang – Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456);

(5)

8. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038);

9. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 10. Undang – Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072); 11. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

(6)

12. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4578);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman

Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4890);

(7)

16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011;

17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2009 tentang Tata Naskah Dinas di Lingkungan Pemerintah Daerah;

18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah;

19. Peraturan Daerah Kabupaten Ngawi Nomor 11 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan dan Retribusi Pelayanan Pada Puskesmas dan Unit Pelaksana Teknis Laboratorium Kesehatan (Lembaran Daerah Kabupaten Ngawi Tahun 2010 Nomor 11); 20. Peraturan Daerah Kabupaten Ngawi Nomor 12 Tahun 2010

tentang Retribusi Pelayanan Pada Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soeroto (Lembaran Daerah Kabupaten Ngawi Tahun 2010 Nomor 12);

(8)

21. Peraturan Bupati Ngawi Nomor 209 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dan Lingkungan Pemerintah Kabupaten Ngawi (Berita Daerah Kabupaten Ngawi Tahun 2010 Nomor 209);

22. Peraturan Bupati Ngawi Nomor 125 Tahun 2011 tentang Tata Naskah Dinas di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Ngawi (Berita Daerah Kabupaten Ngawi Tahun 2011 Nomor 125).

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN KABUPATEN NGAWI

(9)

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Ngawi.

2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Ngawi. 3. Bupati adalah Bupati Ngawi.

4. Pejabat adalah pegawai yang diberi wewenang tertentu di bidang pelayanan kesehatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

5. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri di bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau ketrampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan.

(10)

6. Peserta Jaminan Kesehatan Kabupaten (JAMKESKAB) Ngawi adalah masyarakat miskin non kuota yang mendapatkan jaminan kesehatan masyarakat yaitu masyarakat miskin peserta Jamkesmasda (Keputusan Bupati Ngawi Nomor 188/61.2/404.012/2011), peserta Jamkesmaskab (Keputusan Bupati Ngawi Nomor 188/113/404.012/2011), dan masyarakat miskin/tidak mampu lainnya dengan rekomendasi dari Bupati atau Pejabat Eselon II (dua) yang ditunjuk.

7. Peserta Jaminan Persalinan (Jampersal) adalah seluruh sasaran yang belum memiliki jaminan untuk pelayanan persalinan

8. Kartu Jaminan Kesehatan Daerah adalah identitas yang diberikan kepada setiap peserta Jaminan Kesehatan Masyarakat Daerah sebagai bukti sah untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan.

9. Surat Pernyataan Miskin adalah surat pernyataan yang diberikan kepada masyarakat miskin atas rekomendasi Bupati atau Pejabat Eselon II yang ditunjuk atas dasar SPM/ SKTM dari Desa dan Kecamatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai ketentuan.

(11)

10. Sarana Kesehatan/ Pemberi Pelayanan Kesehatan, selanjutnya disingkat PPK adalah institusi pelayanan kesehatan pemerintah yang memberikan pelayanan kesehatan kepada peserta Jamkeskab sesuai dengan kriteria dan persyaratan yang telah ditetapkan.

11. Pemberi Pelayanan Kesehatan I, yang selanjutnya disebut PPK I, adalah Pemberi Pelayanan Kesehatan Tingkat Dasar yaitu Puskesmas dan jaringannya serta Laboratorium Kesehatan Daerah.

12. Pemberi Pelayanan Kesehatan II, yang selanjutnya disebut PPK II, adalah Pemberi Pelayanan Kesehatan Lanjutan/Pelayanan Spesialistik yaitu RSUD Dr.Soeroto Kabupaten Ngawi.

13. Rumah Sakit adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan lanjutan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan atas rujukan puskesmas dan gawat darurat.

14. Pusat Kesehatan Masyarakat, yang selanjutnya disingkat Puskesmas, adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan yang bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan dalam suatu wilayah kerja sebagai pemberi pelayanan kesehatan dasar.

(12)

15. Puskesmas rawat inap adalah Puskesmas yang diberi tambahan fasilitas ruangan untuk menolong penderita gawat darurat, baik berupa tindakan operasi terbatas maupun perawatan sementara di ruang rawat inap.

16. Gawat Darurat Medis adalah suatu keadaan bagi pasien yang membutuhkan pelayanan kesehatan tingkat lanjut yang harus diberikan secepatnya untuk mengurangi resiko kematian atau kecacatan.

17. Klaim adalah suatu cara pembayaran kepada Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) berdasarkan pelayanan yang telah diberikan kepada peserta yang dibayarkan setelah melaksanakan pelayanan.

18. Pengorganisasian Jamkeskab adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Ngawi yang diberi kewenangan untuk mengkoordinasi dan menyelenggarakan Program Jaminan Kesehatan Kabupaten Ngawi (JAMKESKAB) meliputi Tim Koordinasi dan Tim Pengelola.

19. Pelayanan Obstetri Neonatal Essensial Dasar, yang selanjutnya disingkat PONED adalah pelayanan kesehatan kedaruratan dasar bagi ibu dan bayi baru lahir yang dilakukan di Puskesmas rawat inap.

(13)

20. Puskesmas pembantu adalah unit pelayanan kesehatan yang sederhana dan berfungsi menunjang dan membantu melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan Puskesmas.

21. Puskesmas keliling adalah pelayanan kesehatan keliling yang dilengkapi dengan kendaraan roda empat, peralatan kesehatan, peralatan komunikasi serta jumlah tenaga yang berasal dari Puskesmas.

22. Upaya kesehatan bersumber daya masyarakat adalah kegiatan wujud nyata dari peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan, berupa Posyandu, Pos Obat Desa, Pos Upaya Kesehatan Kerja dan sebagainya.

23. Rawat jalan tingkat pertama adalah pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat umum yang dilaksanakan oleh Puskesmas dan jaringannya untuk keperluan observasi, perawatan, diagnosis, pengobatan dan /atau pelayanan lainnya.

24. Rawat inap tingkat pertama adalah pelayanan kesehatan yang bersifat umum yang dilaksanakan oleh Puskesmas rawat inap untuk keperluan observasi, perawatan, diagnosis, pengobatan dan pelayanan lainnya dimana peserta dirawat inap paling sedikit satu hari.

(14)

25. Hari rawat adalah lamanya peserta dirawat yang jumlahnya dihitung berdasarkan selisih antara tanggal masuk rawat dan tanggal keluar/ meninggal dunia dan apabila tanggal masuk dan tanggal keluar/ meninggal dunia sama maka dihitung 1 (satu) hari.

26. Bayi yang terlahir dari pasangan peserta Jamkesmas langsung menjadi peserta Jamkesmas, tetapi jika bayi yang terlahir dari salah satu pasangan peserta Jamkesmas maka bayi tersebut dapat menjadi peserta Jamkeskab atas rekomendasi Bupati atau Pejabat Eselon II yang ditunjuk.

BAB II RUANG LINGKUP

Pasal 2

Peraturan Bupati ini disusun sebagai pedoman teknis bagi semua pihak yang terkait dengan Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Kabupaten Ngawi (JAMKESKAB).

(15)

BAB III PELAKSANAAN

Pasal 3

(1) Pedoman Teknis Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Kabupaten (JAMKESKAB) sebagaimana tercantum dalam Lampiran merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan Peraturan Bupati ini.

(2) Pedoman teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: BAB I : PENDAHULUAN

BAB II : TATA LAKSANA KEPESERTAAN

BAB III : TATA LAKSANA PELAYANAN KESEHATAN BAB IV : TATA LAKSANA PENDANAAN

BAB V : PENGORGANISASIAN BAB VI : PENUTUP

(16)

BAB IV

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 4

Peraturan Bupati ini berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Ngawi

Ditetapkan di Ngawi

pada tanggal 17 Januari 2012

BUPATI NGAWI,

ttd

(17)

Diundangkan di Ngawi

pada tanggal 17 Januari 2012

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN NGAWI,

ttd

MAS AGOES NIRBITO MOENASI WASONO

(18)

Lampiran : PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR : 6.1 TAHUN 2012 TANGGAL : 17 Januari 2012

PETUNJUK TEKNIS

PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN KABUPATEN NGAWI

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam upaya untuk menyejahterakan masyarakat melalui penanggulangan kemiskinan dalam bidang kesehatan Pemerintah telah melaksanakan beberapa program kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan akses dan pemerataan pelayanan kesehatan. Pada Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dalam

(19)

Pasal 20 menyebutkan bahwa pemerintah bertanggungjawab atas pelaksanaan Jaminan Kesehatan Masyarakat melalui Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang dalam penyelenggaraannya diatur didalam Undang – Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS (Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial) yaitu BPJS Kesehatan yang menyelenggarakan program jaminan kesehatan bagi Upaya Kesehatan Perorangan (UKP).

Sistem Jaminan Kesehatan Nasional yang merupakan bagian dari SJSN mengamanatkan bahwa pemerintah bertanggungjawab mengatur agar terpenuhinya hak hidup sehat bagi penduduknya termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) telah menjamin pembiayaan kesehatan pesertanya (masyarakat miskin kuota) melalui APBN, bila masih ada masyarakat miskin yang tidak mendapat Jamkesmas (masyarakat miskin diluar kuota) maka pembiayaan kesehatannya menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah setempat.

(20)

Mulai tahun 2011 Kementerian Kesehatan R.I. telah memperluas kepesertaan Jamkesmas bagi ibu hamil yang belum memiliki jaminan persalinan untuk mendapatkan Jaminan Persalinan (Jampersal), program ini dimaksudkan untuk menghilangkan hambatan finansial bagi ibu hamil sehingga diharapkan dapat mempercepat penurunan AKI (Angka Kematian Ibu) dan AKB (Angka Kematian Bayi) agar dapat tercapai tujuan MDG’s (Millenium Development Goals) pada tahun 2015.

Dalam rangka peningkatan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan kesehatan maka Pemerintah Kabupaten Ngawi melaksanakan Program Unggulan (Icon) Pembangunan Kesehatan yang programnya telah dicanangkan oleh Gubernur Jawa Timur pada tahun 2010 yaitu meliputi Program Jamkesda, Perluasan fungsi Pondok Bersalin Desa (Polindes) menjadi Pondok Kesehatan Desa (Ponkesdes) dan Peningkatan Puskesmas dan Puskesmas Pembantu melayani rawat inap dan kegawatdaruratan yang diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Timur.

(21)

Di Kabupaten Ngawi pelaksanaan program unggulan Jaminan Kesehatan Daerah tersebut dilakukan dengan mekanisme sharing dana pembiayaan pelayanan kesehatan masyarakat miskin non kuota oleh Pemerintah Propinsi Jawa Timur dan Pemerintah Kabupaten Ngawi. Program Jamkesda ini telah dilakukan di Kabupaten Ngawi sejak tahun 2010 yang dalam pelaksanaannya selalu diawali dengan adanya Perjanjian Kerjasama Antara Gubernur Jawa Timur dan Bupati Ngawi tentang Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) pada setiap tahunnya.

Dana sharing dari Pemerintah Kabupaten Ngawi dikelola oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi pada Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat

Daerah (DPA-SKPD) Tahun Anggaran 2012, Nomor 1.02.01.24.11.5.2 tanggal 11 Januari 2012. Kegiatan Jaminan Pemeliharaan Penduduk Masyarakat Miskin

dan dana sharing dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur dikelola oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.

(22)

Pelayanan kesehatan yang dijamin untuk masyarakat miskin non kuota meliputi pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas dan jaringannya serta pelayanan kesehatan lanjutan di RSUD Dr. Soeroto Kabupaten Ngawi baik rawat jalan maupun rawat inap di kelas III, yang pelayanannya dilakukan secara terstruktur dan berjenjang.

Pedoman Teknis Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Kabupaten Ngawi ini dipakai sebagai acuan bagi semua pihak yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan Program Jamkeskab, dengan harapan agar dapat dilaksanakan sebaik-baiknya sehingga dana sharing yang tersedia dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien.

B. LANDASAN HUKUM

1. Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

2. Undang – Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;

(23)

4. Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan; 5. Undang – Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;

6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kota/Kota;

7. Permenkes Nomor 159 B/MENKES/PER/II/1988 tentang Rumah Sakit;

8. Kepmenkes Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas; 9. Kepmenkes Nomor 922/MENKES/SK/X/2008 tentang Pedoman Teknis Pembagian

Urusan Pemerintah Daerah Bidang Kesehatan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kota/Kota;

10. Kepmenkes Nomor 1455/MENKES/SK/X/2010 tentang Formularium Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas);

11. Permenkes Nomor 903/MENKES/PER/V/2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Tahun 2011;

(24)

12. Permenkes Nomor 2556/MENKES/PER/XII/2011 tentang Penunjuk Teknis Bantuan Operasional Kesehatan;

13. Permenkes Nomor 2562/MENKES/PER/XII/2011 tentang Penunjuk Teknis Jaminan Persalinan;

14. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pelayanan Publik di Propinsi Jawa Timur;

15. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2008 tentang Sistem Jaminan Kesehatan Daerah;

16. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2008 tentang Sistem Jaminan Kesehatan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 55 tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 4 tahun 2009;

(25)

17. Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur Nomor 188/3441/101.5/2011 Tentang Pedoman Teknis Pelaksanaan Program

Jaminan Kesehatan Daerah Propinsi Jawa Timur Tahun 2011.

18. Perjanjian Kerjasama Gubernur Jawa Timur dengan Bupati Ngawi Nomor 120.1/64/012/2012 dan Nomor 440/01/PK/404.012/2012 Tentang

Pembiayaan Program Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda).

C. TUJUAN :

a. Umum : Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin non kuota agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

b. Khusus : 1. Meningkatkan cakupan masyarakat miskin non kuota untuk mendapatkan pelayanan kesehatan baik di Puskesmas, UPT Labkesda Kabupaten dan RSUD Dr. Soeroto Kabupaten Ngawi.

(26)

2. Memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar yang dilaksanakan secara mudah, ramah dan profesional, sehingga terkendali mutu dan biayanya.

3. Pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel serta dilakukan dengan menggunakan sistem nirlaba.

D. SASARAN :

Sasaran/kepesertaan Program Jamkeskab Ngawi yang dijamin oleh Pemerintah Kabupaten Ngawi adalah masyarakat miskin non kuota di Kabupaten Ngawi sejumlah 71.199 jiwa yang terdiri dari :

1. Masyarakat miskin yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati Ngawi Nomor 188/61.2/404.012/2011 Tentang Penetapan Jumlah Masyarakat Miskin

(27)

2. Masyarakat miskin yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati Ngawi Nomor 188/113/404.012/2011 Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat Kabupaten

sejumlah 20.000 jiwa.

3. Masyarakat miskin atau tidak mampu lainnya yang tidak termasuk dalam nomor 1 dan 2 dengan rekomendasi Bupati Ngawi atau Pejabat Eselon II yang ditunjuk, yaitu Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja Dan Transmigrasi selaku Wakil Ketua Kelompok Program Bantuan Sosial Terpadu Berbasis Masyarakat seperti yang tercantum dalam Keputusan Bupati Ngawi Nomor 188/181/404.012/2010 Tentang Pembentukan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan.

(28)

BAB II

TATA LAKSANA KEPESERTAAN

A. KETENTUAN UMUM

1. Peserta Jamkeskab Ngawi adalah masyarakat miskin yang ditetapkan oleh Bupati

Ngawi sebagai peserta Jamkesmasda (sesuai Keputusan Bupati Ngawi Nomor 188/61.2/404.012/2011) dan Jamkesmaskab (sesuai Keputusan Bupati Ngawi

Nomor 188/113/404.012/2011), dan Masyarakat Miskin/ tidak mampu lainnya dengan rekomendasi dari Bupati atau Pejabat Eselon II (dua) yang ditunjuk yaitu Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja Dan Transmigrasi selaku selaku Wakil Ketua Kelompok Program Bantuan Sosial Terpadu Berbasis Masyarakat seperti yang tercantum dalam Keputusan Bupati Ngawi Nomor 188/181/404.012/2010 Tentang Pembentukan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan.

(29)

2. Masyarakat miskin non kuota Jamkesmasda yang telah ditetapkan dalam Keputusan Bupati telah diberikan Kartu Peserta Jamkesda yang diterbitkan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur.

3. Masyarakat miskin non kuota Jamkesmaskab yang telah ditetapkan dalam Keputusan Bupati bisa dilihat pada data base Kepesertaan Jamkesmaskab.

B. ADMINISTRASI KEPESERTAAN Administrasi kepesertaan meliputi :

1. KTP/Surat Keterangan Kependudukan bagi masyarakat setempat dan Kartu Susunan Keluarga (KSK) Kabupaten untuk masyarakat miskin non kuota.

2. Kartu Jamkesda Provinsi Jawa Timur yang diterbitkan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur.

(30)

4. Surat Rekomendasi dari Bupati atau Pejabat Eselon II yang ditunjuk yaitu Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja Dan Transmigrasi dalam bentuk SPM (Surat Pernyataan Miskin).

5. SPM berlaku selama 3 bulan sejak ditetapkan atau sejak pasien menjalani rawat inap di rumah sakit.

6. Bayi dan anak yang lahir dari peserta Jamkeskab yang memiliki kartu Jamkesda/ peserta Jamkesmaskab dapat mengakses pelayanan kesehatan dengan menunjukkan akte kelahiran/surat kenal lahir/surat keterangan lahir/pernyataan lahir dari tenaga kesehatan, kartu Jamkesda/foto copy lampiran Keputusan Bupati Ngawi yang terdapat nama orang tua dan KTP/Kartu Susunan Keluarga (KSK) orangtuanya.

7. Khusus penderita Kusta dan mantan penderita Kusta yang tidak memiliki Kartu Jamkesmas atau kartu Jamkesda kepesertaannya ditetapkan dengan surat keterangan dari Kepala Puskesmas/Direktur Rumah Sakit Kabupaten/Direktur Rumah Sakit Kusta milik Pemerintah Provinsi Jawa Timur.

(31)

BAB III

TATA LAKSANA PELAYANAN KESEHATAN

A. KETENTUAN UMUM

1. Pelayanan kesehatan dasar adalah pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di Puskesmas dan UPT. Laboratorium Kesehatan Daerah Kabupaten. Pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas adalah pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di Puskesmas dan Jaringannya (Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, Polindes, Poskesdes serta Ponkesdes).

2. Pelayanan kesehatan rujukan adalah pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di Rumah Sakit Pemerintah Kabupaten (RSUD Dr. Soeroto Kabupaten Ngawi).

3. Mendahulukan pemberian pelayanan kesehatan pada pasien yang datang, kelengkapan administrasi pasien rawat inap dapat dipenuhi dalam waktu maksimal 2 x 24 jam hari kerja.

(32)

4. Pemberian pelayanan kesehatan berorientasi kepuasan pelanggan yang dilaksanakan dengan mudah, ramah dan profesional.

5. Setiap peserta memperoleh pelayanan kesehatan tingkat pertama di Puskesmas, UPT Labkesda dan tingkat lanjutan di RS Kabupaten. Pelayanan kesehatan rujukan menerapkan pelayanan terstruktur dan berjenjang berdasarkan indikasi medis dan kemampuan sumber daya kesehatan.

6. Pada keadaan gawat darurat (emergency) seluruh Pemberian Pelayanan Kesehatan (PPK) wajib memberikan pelayanan kepada peserta Jamkeskab secara langsung. 7. Pelayanan obat di Puskesmas dan di Rumah Sakit dengan ketentuan sbb :

a. Pelayanan obat di Puskesmas mengacu pada Formularium Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas).

b. Rumah Sakit bertanggungjawab menyediakan semua obat dan bahan habis pakai yang diperlukan, obat yang digunakan adalah obat generik.

(33)

c. Penggunaan obat diluar obat generik dalam rangka pengobatan yang komprehensif atau penyelamatan jiwa (life saving) maka Rumah Sakit bisa memenuhi obat tersebut setelah ada persetujuan dari Direktur Rumah Sakit Kabupaten/Kepala Bidang Pelayanan Rumah Sakit Kabupaten.

d. Pemberian obat untuk pasien rawat inap menerapkan prinsip one day dose dispending. Jika diperlukan pada saat pasien pulang dapat diberikan obat selama 3 (tiga) hari, untuk kasus jiwa dapat diberikan lebih dari 3 (tiga) hari dengan kebutuhan medis maksimal 1 (satu) bulan.

8. Pelayanan Kesehatan RJTL (Rawat Jalan Tingkat Lanjutan) dan RITL (Rawat Inap Tingkat Lanjutan) di kelas III Rumah Sakit Kabupaten mencakup tindakan medik, pelayanan obat, penunjang diagnostik, pelayanan darah serta pelayanan lainnya dilakukan secara terpadu.

(34)

9. Untuk pemeriksaan atau pelayanan kesehatan menggunakan alat canggih (CT-Scan, MRI, USG, dll) dokter yang menangani harus mencantumkan nama lengkap, kejelasan indikasi dan menandatangani lembar pemeriksaan/pelayanan yang disetujui terlebih dahulu oleh komite medik atau dokter supervisor.

B. PROSEDUR PELAYANAN KESEHATAN

Prosedur untuk memperoleh pelayanan kesehatan bagi peserta Jamkeskab sebagai berikut:

1. Peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan dasar dapat berkunjung ke Puskesmas dan UPT Labkesda Kabupaten.

2. Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas peserta Jamkeskab menunjukkan kartu Jamkesda/Foto Copy lampiran Keputusan Bupati yang terdapat nama peserta Jamkesmaskab dan dilengkapi dengan KTP atau KSK.

(35)

3. Pelayanan kesehatan di Puskesmas meliputi rawat jalan, rawat inap, obat-obatan, rujukan, pelayanan penunjang dan pelayanan di UPT Labkesda Kabupaten.

4. Pelayanan kesehatan rawat inap di Rumah Sakit bagi masyarakat miskin non kuota diberlakukan hanya di kelas III.

5. Rujukan pasien dilakukan secara berjenjang dari Puskesmas ke Rumah Sakit Kabupaten Ngawi. Sedangkan rujukan ke RS Provinsi dapat dilakukan karena alasan indikasi medis, ketersediaan alat kesehatan dan tenaga ahli di RS Kabupaten, hal tersebut tak berlaku (kecuali) kasus gawat darurat dan kasus jiwa.

6. Persyaratan pelayanan kesehatan rujukan disertai surat rujukan dari Puskesmas (bila dirujuk ke Rumah Sakit Kabupaten), surat rujukan dari Rumah Sakit Kabupaten (bila dirujuk ke Rumah Sakit Provinsi), kartu Jamkesda/SPM/Ketentuan Khusus, KTP atau KSK kecuali pada kasus emergency/gawat darurat.

7. Pelayanan kesehatan rujukan sebagaimana dimaksud di atas meliputi : a. pelayanan RJTL dan RITL kelas III di RS Kabupaten;

(36)

b. pelayanan obat – obatan dan alat kesehatan/bahan habis pakai; c. pelayanan rujukan spesialis, specimen dan penunjang diagnostik;

d. pelayanan transportasi rujukan dari Puskesmas ke RS Kabupaten sesuai ketentuan yang berlaku di Kabupaten;

e. Pelayanan transportasi rujukan di Rumah Sakit diberikan kepada masyarakat miskin peserta Jamkesmas dan Jamkeskab yang meliputi transportasi rujukan dari Rumah Sakit Kabupaten ke Rumah Sakit Provinsi, transportasi pemulangan pasien yang meninggal dunia dan kasus jiwa/pasien terlantar sesuai peraturan yang berlaku.

C. MANFAAT PELAYANAN KESEHATAN

Pada dasarnya manfaat yang disediakan untuk masyarakat bersifat komprehensif sesuai indikasi medis kecuali beberapa hal yang dibatasi dan tidak dijamin dengan ruang lingkup wilayah pelayanan meliputi wilayah Kabupaten Ngawi.

(37)

Pelayanan kesehatan komprehensif tersebut sesuai Peraturan Daerah yang berlaku yaitu :

1. Pelayanan Kesehatan di Puskesmas dan UPT Labkesda Kabupaten sesuai Perda Kabupaten Ngawi Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Dan Retribusi Pelayanan Kesehatan Pada Puskesmas dan Unit Pelaksana Teknis Laboratorium Kesehatan Daerah Kabupaten Ngawi.

2. Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit sesuai Perda Kabupaten Ngawi Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan Pada Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soeroto.

3. Pelayanan yang dibatasi (Limitation) :

a. kacamata diberikan pada kasus gangguan refraksi dengan koreksi minimal +1 – 1, atau lebih sama dengan - + 0,05 cylindris karena kelainan cylindris (astigmat sudah mengganggu penglihatan), dengan nilai maksimal Rp150.000 (seratus lima puluh ribu rupiah) berdasarkan resep dokter;

(38)

b. alat bantu dengar diberi penggantian sesuai resep dari dokter THT, pemilihan alat bantu dengar berdasarkan harga yang paling efisien sesuai kebutuhan medis pasien dan ketersediaan alat tersebut di daerah;

c. alat bantu gerak (tongkat penyangga, kursi roda dan korset) diberikan berdasarkan resep dokter dan di setujui Komite Medik atau pejabat yang ditunjuk dengan mempertimbangkan alat tersebut memang dibutuhkan untuk mengembalikan fungsi social peserta tersebut. Pemilihan alat bantu gerak didasarkan pada harga dan ketersediaan alat yang paling efisien didaerah tersebut;

d. penetapan standar Alat Medis Habis Pakai tertentu (AMHP) mengacu pada standar yang ditetapkan Dirjen Bina Yanmedik, Selama belum ada penetapan standar yang dimaksud, maka perlu dilakukan kerjasama antara RS dan distributor setempat untuk menjamin kepastian penyediaan dan harga AMHP yang paling efisien sesuai kebutuhan medis pasien;

(39)

e. pelayanan penunjang diagnostic canggih. Pelayanan ini diberikan hanya pada kasus – kasus life saving dan kebutuhan penegakan diagnose yang sangat diperlukan melalui pengkajian dan pengendalian oleh komite medik.

4. Pelayanan yang tidak dijamin (Exclusion) :

a. pelayanan yang tidak sesuai prosedur dan ketentuan; b. bahan, alat dan tindakan yang bertujuan untuk kosmetika; c. general check up;

d. prosthesis gigi tiruan;

e. pengobatan alternative (antara lain : akupuntur, pengobatan tradisional) dan pengobatan lain yang belum terbukti secara ilmiah;

f. rangkaian pemeriksaan, pengobatan dan tindakan dalam upaya mendapatkan keturunan, termasuk bayi tabung dan pengobatan impotensi;

g. pelayanan kesehatan pada tanggap darurat bencana alam; h. pelayanan kesehatan yang diberikan pada kegiatan bakti social.

(40)

5. Pelayanan yang dapat diklaimkan diluar Perda Retribusi Pelayanan Pada Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soeroto dengan rekomendasi komite medik antara lain : a. Alat Medis Habis Pakai (AMHP) yaitu :

 IOL;

 J Stent (Urologi);  Stent Artileri (Jantung);  VP Shunt (Neurologi);  Mini Plate (Gigi);

 Implant Spine & Non Spine (Orthopedi);  Prothesa (Kusta);

 Alat Kelasi (Thalasemi);

 Kateter Double Lumen (Hemodialisa);  Implant (Rekontruksi Kosmetik);

(41)

 Stent (Bedah, THT, Kebidanan).

b. Pelayanan penunjang diagnostic canggih diberikan hanya pada kasus – kasus live saving dan kebutuhan penegakan diagnose yang sangat diperlukan melalui pengkajian dan pengendalian oleh komite medik.

c. Pelayanan kesehatan untuk kasus khusus yang memerlukan tindakan khusus dan berbiaya sangat besar harus atas seizin Bupati melalui pembahasan Tim Pengelola Jamkeskab dan Tim Medis Rumah Sakit.

(42)

BAB IV

TATALAKSANA PENDANAAN

A. KETENTUAN UMUM

1. Pendanaan bersumber dari dana Pemerintah Kabupaten Ngawi.

2. Pembayaran klaim biaya pelayanan kesehatan pasien yang dirawat di Puskemas/ UPT Laboratorium Kesehatan Daerah Kabupaten/Rumah Sakit Kabupaten Ngawi dilakukan oleh Tim Pengelola Jamkeskab setelah diverifikasi oleh Tim Verifikasi. 3. Tim Verifikasi adalah petugas non pegawai yang ditunjuk oleh Kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten Ngawi sebagai tenaga verifikasi pelayanan kesehatan di Puskesmas, UPT. Labkesda Kabupaten dan Rumah Sakit Dr. Soeroto Kabupaten Ngawi.

(43)

5. Pembiayaan pelayanan kesehatan yang didanai oleh program Jamkeskab tidak boleh diklaimkan dengan dana sumber lain.

6. Pelayanan kesehatan peserta Jamkeskab yang dirujuk ke Rumah Sakit di luar Kabupaten Ngawi maka biaya pelayanan kesehatan tidak ditanggung oleh Pemerintah Kabupaten kecuali ada Perjanjian Kerja Sama.

7. Biaya pelayanan kesehatan peserta Jamkeskab di Puskesmas dan UPT Labkesda Kabupaten dibayar sesuai Perda Kabupaten Ngawi Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Dan Retribusi Pelayanan Kesehatan Pada Puskesmas dan Unit Pelaksana Teknis Laboratorium Kesehatan Daerah Kabupaten Ngawi dan biaya pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Kabupaten dibayar sesuai Perda Kabupaten Ngawi Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan Pada Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soeroto.

8. Sistem pembayaran klaim pelayanan kesehatan menggunakan mekanisme pencairan Anggaran Kabupaten.

(44)

9. Klaim pelayanan kesehatan yang dilakukan setelah batas akhir pencairan tahun anggaran 2011 akan dibayarkan pada tahun anggaran 2012.

B. SUMBER DAN ALOKASI DANA

Sumber dana Program Jamkeskab berasal dari DPA SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi pada Kegiatan Jaminan Pemeliharaan Penduduk Masyarakat Miskin dan digunakan untuk membiayai pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin non kuota di Puskesmas, UPT Labkesda Kabupaten dan Rumah Sakit Kabupaten (untuk rawat inap hanya yang dirawat di kelas III).

Dana Jamkeskab juga digunakan untuk menunjang dan melengkapi pembiayaan pelayanan bagi Maskin kuota ( peserta Jamkesmas ) yang tidak diatur dalam Pedoman Pelaksanaan Jamkesmas di Kabupaten, antara lain biaya transport rujukan dan pemulangan pasien jiwa dan kusta.

(45)

C. PENYALURAN DANA

Dana untuk pelayanan kesehatan masyarakat miskin non kuota di Puskesmas, UPT Labkesda Kabupaten serta Rumah Sakit Kabupaten disalurkan oleh Pemerintah Kabupaten Ngawi ke Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi (Tim Pengelola Jamkeskab) melalui mekanisme pencairan Anggaran Kabupaten.

.

D. MEKANISME KLAIM

1. Pengajuan besaran klaim atau tarif pelayanan kesehatan di Puskesmas/UPT Labkesda Kabupaten sesuai dengan capaian pelayanan yang telah dilakukan dengan mengacu pada Perda Kabupaten Ngawi Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Dan Retribusi Pelayanan Kesehatan Pada Puskesmas dan Unit Pelaksana Teknis Laboratorium Kesehatan Daerah Kabupaten Ngawi serta ketentuan lain yang berlaku, sedangkan besaran klaim/tarif pelayanan kesehatan untuk Rumah Sakit Kabupaten mengacu pada Perda Kabupaten Ngawi Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Retribusi

(46)

Pelayanan Kesehatan Pada Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soeroto dan ketentuan lain yang berlaku.

2. Pembayaran ke Puskesmas/UPT Labkesda Kabupaten dilakukan oleh Tim Pengelola Jamkeskab, yang sebelumnya klaim telah dipertanggungjawabkan oleh Puskesmas/ UPT Labkesda dan diverifikasi oleh Tim Verifikasi di Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi serta diketahui/disetujui pembayarannya oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi.

3. Pembayaran klaim Rumah Sakit Kabupaten dilakukan oleh Tim Pengelola Jamkeskab, yang sebelumnya klaim telah dipertanggungjawabkan dan terlebih dahulu dilakukan verifikasi oleh Tim Verifikasi Jamkeskab di Rumah Sakit Kabupaten Ngawi serta diketahui/disetujui besaran klaimnya oleh Direktur Rumah Sakit Kabupaten Ngawi (RSUD Dr. Soeroto).

(47)

E. MEKANISME PENCAIRAN DANA

1. Mekanisme pencairan/pengambilan dana Jamkeskab Puskesmas, UPT Labkesda Kabupaten dan Rumah Sakit Kabupaten mengikuti prosedur sebagai berikut :

a. puskesmas, UPT Labkesda Kabupaten dan Rumah Sakit Kabupaten mengajukan klaim ke Dinas Kesehatan disertai dengan bukti-bukti yang telah ditentukan meliputi kwitansi, Rincian Pelayanan, Kartu Jamkesda/Lampiran Keputusan Bupati Penetapan Peserta Jamkesmaskab yang ada nama pasien/SPM (atas rekomendasi Bupati atau Pejabat Eselon II yang ditunjuk yaitu Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja Dan Transmigrasi selaku selaku Wakil Ketua Kelompok Program Bantuan Sosial Terpadu Berbasis Masyarakat seperti yang tercantum dalam Keputusan Bupati Ngawi Nomor 188/181/404.012/2010 Tentang Pembentukan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan), KTP dan KK yang telah diverifikasi kelengkapan berkasnya oleh Tim Verifikasi.

(48)

b. berdasarkan pengajuan klaim yang telah divalidasi dan disetujui jumlah klaimnya oleh Tim Verifikasi tersebut maka Tim Pengelola Jamkeskab mengajukan klaim sesuai mekanisme pencairan anggaran Kabupaten yang berlaku.

F. BESARAN TARIF PELAYANAN

1. Biaya pelayanan kesehatan peserta Jamkeskab di Puskesmas, UPT Labkesda Kabupaten dibayar sesuai Perda Kabupaten Ngawi Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Dan Retribusi Pelayanan Kesehatan Pada Puskesmas dan Unit Pelaksana Teknis Laboratorium Kesehatan Daerah Kabupaten Ngawi dan ketentuan lain yang berlaku;

2. Biaya pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Kabupaten dibayar sesuai Perda Kabupaten Ngawi Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan Pada Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soeroto dan ketentuan lain yang berlaku.

(49)

G. PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN DANA

1. Alokasi dana Jamkeskab digunakan untuk pembayaran klaim fasilitas kesehatan atas pelayanan kesehatan yang telah diberikan kepada peserta Program Jamkeskab.

2. Dana pembayaran klaim atas pelayanan Jamkeskab dari Tim Pengelola Kabupaten yang diterima oleh Puskesmas, UPT Labkesda Kabupaten dan Rumah Sakit Kabupaten sebagai ganti atas pelayanan yang telah diberikan kepada peserta Jamkesda/Jamkesmaskab/SPM (atas rekomendasi Bupati atau Pejabat Eselon II yang ditunjuk, yaitu Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja Dan Transmigrasi selaku Wakil Ketua Kelompok Program Bantuan Sosial Terpadu Berbasis Masyarakat seperti yang tercantum dalam Keputusan Bupati Ngawi Nomor 188/181/404.012/2010 Tentang Pembentukan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan), ditetapkan sebagai berikut:

(50)

a. Pendapatan yang diterima Puskesmas yang berasal dari unit Pelayanan Puskesmas dan jaringannya, UPT Labkesda Kabupaten dan Rumah Sakit Kabupaten harus dilaporkan kepada Kantor Kas Daerah untuk dicatat dan dana tersebut dapat digunakan secara langsung untuk pembayaran jasa pelayanan dan jasa sarana kesehatan;

b. Jasa pelayanan dan jasa sarana kesehatan yang merupakan pendapatan Puskesmas, UPT Labkesda Kabupaten dan Rumah Sakit Kabupaten sebagaimana dimaksud dalam huruf a diatas, digunakan sesuai dengan aturan pemanfaatan dana yang berlaku di Perda Kabupaten Ngawi Nomor 11 tahun 2010 tentang Penyelenggaraan dan Retribusi Pelayanan Kesehatan pada Puskesmas dan Unit Pelaksana Teknis Laboratorium Kesehatan Daerah Kabupaten Ngawi dan Perda Kabupaten Ngawi Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan Pada Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soeroto.

(51)

H. PELAPORAN KLAIM

1. Puskesmas/UPT Labkesda Kabupaten dan Rumah Sakit Kabupaten mengirimkan laporan realisasi klaim bulanan kepada Tim Pengelola Jamkeskab Kabupaten Ngawi setiap minggu pertama bulan berikutnya.

2. Tim pengelola Jamkeskab Kabupaten Ngawi melakukan rekapitulasi laporan realisasi klaim dan mengirimkan laporan tersebut ke Tim Pengelola Jamkesda Propinsi Jawa Timur setiap bulan.

3. Tim Pengelola Jamkeskab Kabupaten Ngawi mengirimkan umpan balik pelaporan ke Puskesmas/UPT Labkesda Kabupaten dan RS Kabupaten setiap tribulan.

4. Tim Pengelola Jamkesda Provinsi Jawa Timur mengirimkan umpan balik pelaporan ke RS Provinsi/BP4 /BKMM dan Tim Pengelola Jamkeskab Kabupaten setiap tribulan.

(52)

5. Seluruh berkas dokumen klaim (dari sharing dana Program Jamkeskab Kabupaten) dan lampirannya disimpan di Bendahara Pengeluaran Dinas Kesehatan Kabupaten, Tim Pengelola Jamkeskab Kabupaten dan masing – masing pemberi pelayanan kesehatan (Puskesmas/UPT Labkesda Kabupaten/Rumah Sakit Kabupaten) untuk kesiapan di audit kemudian oleh Inspektorat Kabupaten Ngawi dan Inspektorat Provinsi Jawa Timur.

(53)

BAB V

PENGORGANISASIAN

Pengorganisasian dalam penyelenggaraan Jamkeskab terdiri dari Tim Koordinasi dan Tim Pengelola Jamkeskab di Kabupaten, pelaksana verifikasi (Tim Verifikasi/ Verifikator Independen) Jamkeskab, Dinas Kesehatan Kabupaten dan RSUD Dr. Soeroto Kabupaten Ngawi.

Tim Koordinasi bersifat lintas sektor sedangkan Tim Pengelola Jamkeskab bersifat internal lintas program yang terbagi menjadi Tim Pengelola Bidang Pelayanan yaitu Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit Kabupaten, serta Tim Pengelola Bidang Kepesertaan. Tim Koordinasi Jamkeskab melaksanakan koordinasi penyelenggaraan Jamkeskab yang melibatkan lintas sektor dan stakeholder terkait dalam berbagai kegiatan seperti koordinasi, sinkronisasi, pembinaan, pengendalian dan lain – lain.

(54)

Tim Pengelola Jamkeskab melaksanakan pengelolaan jaminan kesehatan bagi masyarakat di Kabupaten Ngawi meliputi kegiatan manajemen kepesertaan, pelayanan, keuangan, perencanaan dan SDM, informasi, hukum dan organisasi serta telaah hasil verifikasi.

Tim Koordinasi dan Tim Pengelola Jamkeskab dapat menyatu (sama) dengan Jamkesmas dan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK).

A. TIM KOORDINASI JAMKESKAB

Tim Koordinasi Jamkeskab Ngawi terdiri dari : Pelindung : Bupati

Ketua : Wakil Bupati

Wakil Ketua : Sekretaris Daerah Kabupaten Ngawi Sekretaris I : Kepala Bappeda Kabupaten Ngawi

(55)

Anggota - anggota :

1. Ketua Komisi II DPRD Kabupaten Ngawi. 2. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi .

3. Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA). 4. Asisten II Perekonomian dan Pembangunan.

5. Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Dan Pemerintahan Desa Kabupaten Ngawi.

6. Direktur RSUD Dr. Soeroto Kabupaten Ngawi.

7. Kepala Bagian Administrasi Kesejahteraan Rakyat Setda Kab. Ngawi. 8. Kepala Bagian Hukum Setda Kabupaten Ngawi.

(56)

B. TIM PENGELOLA JAMKESKAB

Tim Pengelola Jamkeskab terdiri dari :

1. Tim Pengelola Jamkeskab Bidang Pelayanan di Dinas Kesehatan terdiri dari : Penanggung Jawab : Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten

Ketua : Kepala Bidang Kesehatan Keluarga

Sekretaris : Kepala Bidang Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat Anggota – anggota : 1. Kepala Seksi Promosi Kesehatan

2. Kepala Sub Bagian Perencanaan

3. Kasi Anggaran Dinas Daerah Pada DPPKA 4. Verifikator Independen

2. Tim Pengelola Jamkeskab Bidang Pelayanan di Rumah Sakit terdiri dari : Penanggung Jawab : Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten

(57)

Sekretaris : Kepala Bagian Tata Usaha Rumah Sakit Anggota – anggota : 1. Kepala Bidang Pelayanan

2. Kepala Bidang Penunjang 3. Kepala Bidang Keuangan 4. Verifikator Independen

3. Tim Pengelola Jamkeskab Bidang Kepesertaan terdiri dari : Penanggung Jawab : Kepala Bappeda Kabupaten Ngawi

Ketua : Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten Ngawi

Sekretaris : Kepala Bidang Rehabilitasi Dan Pelayanan Sosial pada Dinas Sosial, Tenaga Kerja Dan Transmigrasi

Anggota – anggota : 1. Kepala Bagian Administrasi Kesejahteraan Rakyat Setda Kabupaten Ngawi

(58)

2. Kepala Bidang Penelitian dan Pengembangan Bappeda Kabupaten Ngawi

3. Kepala Bidang Pemerintahan Dan Kemasyarakatan Bappeda Kabupaten Ngawi

4. Kepala Bidang Usaha Ekonomi Masyarakat Badan Pemberdayaan Masyarakat Dan Pemerintahan Desa

5. Kepala Sub Bidang Kesejahteraan Rakyat Bappeda Kabupaten Ngawi

C. MONITORING DAN EVALUASI

Monitoring/pemantauan dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang kesesuaian antara perencanaan dengan pelaksanaan Program Jamkeskab, sedangkan evaluasi dilakukan untuk mengetahui masalah – masalah di lapangan, mencari solusi dan

(59)

masukan untuk perbaikan tahun berikutnya. Rapat Koordinasi Program Jamkeskab sebagai upaya monitoring/ pemantauan dilakukan setiap 3 (tiga) bulan sekali.

Untuk mendukung monitoring dan evaluasi diperlukan pencatatan dan pelaporan pelaksanaan Program Jamkeskab secara rutin. Laporan Program Jamkeskab dibuat oleh Puskesmas, UPT Labkesda Kabupaten dan Rumah Sakit Kabupaten yang kemudian direkapitulasi di Dinas Kesehatan Kabupaten untuk selanjutnya disampaikan ke Dinas Kesehatan Provinsi setiap tribulan. Dinas Kesehatan Kabupaten mengirim umpan balik laporan Program Jamkeskab setiap triwulan dan Dinas Kesehatan Provinsi akan mengirim umpan balik laporan Program Jamkeskab Kabupaten melalui Dinas Kesehatan Kabupaten setiap triwulan.

(60)

BAB VI P E N U T U P

Kebijakan Jaminan Kesehatan Kabupaten (Jamkeskab) ini dimaksudkan untuk menjamin pelayanan kesehatan masyarakat miskin yang tidak masuk dalam kepesertaan Jamkesmas ( masyarakat miskin kuota ) dan kepesertaan khusus.

Pengelolaan Jamkeskab dikelola sendiri oleh Pemerintah Kabupaten namun pelayanan kesehatan yang diberikan bersifat komprehensif, berkesinambungan dengan sistem rujukan terstruktur dan berjenjang pada fasilitas pelayanan kesehatan yang telah melakukan perjanjian kerjasama (PPK Jamkeskab). Pengelolaan Jamkeskab dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi untuk pelaksanaan pelayanan kesehatan yang diberikan di Puskesmas, UPT Laboratorium Kesehatan Daerah Kabupaten dan Rumah Sakit Kabupaten Ngawi.

(61)

Buku Pedoman Teknis Pelaksanaan Jamkeskab ini sebagai acuan dalam penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan Kabupaten (Jamkeskab) Ngawi Tahun 2012.

Apabila di kemudian hari diperlukan perubahan pada Pedoman Teknis ini, akan dilakukan penyempurnaan pada penyusunan Pedoman Teknis selanjutnya.

BUPATI NGAWI,

ttd

Referensi

Dokumen terkait

perawatan untuk kulit bermasalah NouriFusion ® MultiVitamin pembersih losion (Untuk kulit normal cenderung kering) NouriFusion ® Penyegar Nourifusion Multivitamin (Untuk

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa gender tidak memoderasi pengaruh pendapatan terhadap pengelolaan keuangan pribadi Antara laki – laki dan perempuan tidak

Pada pengujian dimana aktivasi dilakukan pada fasilitas Rabbit system-2 (RS2) dengan pengulangan sebanyak tujuh kali, menunjukkan bahwa hasil analisis untuk unsur Sc memberikan

4.19 Menyusun (P4) teks interaksi transaksional lisan dan tulis yang melibatkan tindakan memberi dan meminta informasi terkait keadaan/tindakan/kegiatan/ kejadian

Pelanggaran HAM menurut Pasal (1) angka 6 UU HAM adalah “ setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak sengaja,

Segenap Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis sehingga dapat dijadikan bekal dalam

Bentuk ini dikatakan bentuk asli karena belum mengalami perubahan apa-apa. Bentuknya masih bentuk semula belum ada mendapat penambahan dari bentuk aslinya.. Bentuk APM

Nitrogen adalah unsur yang unik dalam golongannya, karena dapat membentuk senyawa dalam semua bilangan oksidasi dari tiga sampai lima.. Senyawa nitrogen dapat mengalami reaksi