• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR DETERMINAN KINERJA PETUGAS GIZI DALAM PENANGANAN GIZI BURUK DI PUSKESMAS WILAYAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR DETERMINAN KINERJA PETUGAS GIZI DALAM PENANGANAN GIZI BURUK DI PUSKESMAS WILAYAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR DETERMINAN KINERJA PETUGAS GIZI DALAM

PENANGANAN GIZI BURUK DI PUSKESMAS WILAYAH

KABUPATEN LOMBOK TIMUR

1Wahyu Cahyono, 1Rahmani, 1Staf Pengajar STIKES Mataram

ABSTRAK

Kasus gizi buruk di Kabupaten Lombok Timur semakin meningkat dari tahun 2010 3,32% dan tahun 2012 berjumlah 3,71%. Menunjukkan penanganan gizi buruk di Kabupaten Lombok Timur masih belum maksimal, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor determinan yang berhubungan dengan kinerja petugas gizi dalam penanganan gizi buruk di Puskesmas Kabupaten Lombok Timur.

Penelitian ini merupakan studi kuantitatif dengan jenis Observasional Analitik dengan desain Crossectional. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner terstruktur. Populasi semua petugas gizi di Puskesmas kabupaten Lombok Timur. Jumlah sampel 50 petugas gizi yang diambil secara Proporsional dan Random Sampling. Analisis Univariat dilakukan dengan distribusi frekuensi, analisis Bivariat dilakukan dengan uji Chi-square dan Fisher Extret dan analisis Multivariat dengan Regresi Logistic berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan umur <40 tahun (78%), jenis kelamin pria (58%), pendidikan DIV/S1 (74%) dan masa kerja > 5 tahun (62%). Tingkat pengetahuan responden yang kurang baik (64%), petugas gizi yang mempunyai motivasi tinggi (72%), persepsi beban kerja berat (52%), sikap petugas gizi terhadap penganan gizi buruk yang baik (68%), sarana dan prasarana cukup (82%), petugas gizi dengan persepsi supervisi baik (62%) dan petugas gizi yang mendapatkan imbalan kurang dalam penanganan gizi buruk (40%). Berdasar uji Chi-square ada hubungan antara pengetahuan, sarana dan prasarana dan supervisi dengan kinerja petugas gizi dengan nilai (p=<0,05). Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa pengetahuan p= 0,004 dengan Exp B=0,041, dan sarana prasarana p=0,022 dengan Exp B=0,036, merupakan variabel yang berpengaruh terhadap kinerja petugas gizi dalam penanganan gizi buruk.

Disarankan adanya pemberian rekomendasi melanjutkan pendidikan untuk petugas gizi di Puskesmas guna meningkatkan pendidikan dan pengetahuan petugas gizi. Menyediakan srana dan prasarana yang mendukung kegiatan penanganan gizi buruk di kabupaten Lombok Timur.

Kata kuci : Kinerja Petugas Gizi, Gizi Buruk, Pengetahuan, Sarana dan Prasarana.

PENDAHULUAN

Status gizi buruk pada balita merupakan penyebab kegagalan pertumbuhan fisik, mental maupun kemampuan berpikir yang pada akhirya akan menurunkan produktivitas kerja.

Balita gizi biruk dapat mengalami penurunan kecerdasan, keadaan ini menunjukkan bahwa pada hakekatnya gizi buruk atau kurang akan berdampak terhadap menurunnya kualitas sumberdaya manusia, selain itu menurunya dayatahan

(2)

tubuh, meningkatnya angka pengangguran, hal ini merupakan dampak dari gizi yang kurang baik.1

Kabupaten Lombok Timur adalah salah satu kabupaten penyumbang gizi buruk dari beberapa kabupaten di Provinsi NTB, dengan persentase sebagai berikut : Balita gizi buruk tiga tahun terakhir, berdasarkan BB/U balita gizi buruk tahun 2010 (3,32%), tahun 2011 (2,82%), dan tahun 2012 sebanyak (3,71%). Status gizi dilihat dari BB/TB, balita kurus tahun 2010 (4,79%), tahun 2011 (3,48%) dan tahun 2012 sebanyak (6,59%). Sedangkan dilihat dari jumlah balita yang menderita gizi buruk yakni : Tahun 2010 jumlah balita gizi buruk sebanyak (285 balita), tahun 2011 sebanyak (229 balita), dan pada tahun 2012 sebanyak (200 balita) yang tersebar di 29 Puskesmas di Kabupaten Lombok Timur.3

Cakupan kegiatan perbaikan gizi Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2012 : Persentase balita gizi buruk yang mendapatkan perawatan cakupanya 95% masih kurang dari target 100%, persentase bayi usia 0-6 bulan yang mendapatkan ASI Eklusif cakupanya 64,2% masih kurang dari target 80%, cakupan rumah tangga yang mengkomsumsi garam beryodium 74,42% masih jauh dari target 90%, persentase balita 6-59 bulan yang mendapatkan vitain A cakupanya 94,5% melebihi target 85%, persentase ibu hamil

yang mendapatkan Fe 90 tablet cakupanya 96,8% melebihi target 85%, persentase balita ditimbang berat badanya cakupanya 69,5% masih jauh dari target 85% dan persentase cakupan pemberian MP-ASI pada balita gizi buruk, gakin 87% masih belum mencapai target 100%.5 Hal ini menunjukkan kinerja petugas gizi masih kurang baik.

Petugas gizi di Puskesmas merupakan salah satu tenaga lapangan yang langsung menghadapi masyarakat, termasuk dalam penanganan balita gizi buruk diwilayah kerjanya. Tugas pokok tenaga pelaksana gizi meliputi: penentuan prioritas masalah, merencanakan, melaksanakan dan melaporkan kegiatan-kegiatan dalam menanggulangi masalah gizi. Penelitian ini akan membahas faktor yang berhubungan dengan kinerja petugas gizi di Puskesmas dalam penanggulangan balita gizi buruk di wilayah Puskesmas dengan mengacu pada buku pedoman kerja petugas gizi di Puskesmas.

METODE PENELITIAN

Peneltian ini adalah studi kuantitatif dengan jenis observasional analitik dan disain Crossectional. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan wawancara dengan kuesioner terstruktur dan observasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petugas gizi di

(3)

Puskesmas Kabupaten Lombok Timur sejumlah 98. Tehnik pengambilan sampel secara acak dari tiap Puskesmas. Jumlah subyek 50 petugas gizi. Analisis data menggunakan uji chi-square dan regresi logistik ganda.6

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian diketahui rata-rata umur responden 29 tahun dengan Std. Deviation 7,442 tahun, Jenis kelamin responden sebagian besar pria (58%), tingkat pendidikan responden DIV/S1 sebesar 74%. Masa kerja responden lebih banyak dengan masa kerjanya >5 tahun (62%).

Tabel 1. Karakteristik Responden No Karakteristik responden Frekuensi Persentase ( % ) 1 Umur Mean 31,96 - Median 29,00 - SD 7,442 - Min 23 - Max 52 - Dewasa awal 39 78 Dewasa akhir 11 22 2 Jenis kelamin Peria 29 58 Wanita 21 42 3 Tingkat pendidikan D3 13 26 D4/S1 37 74 4 Masa kerja <5 tahun 19 38 >5 tahun 31 62

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan responden lebih banyak memiliki pengetahuan yang kurang baik dimana terdapat 64%, dan yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 36%.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya suatu tindakan seseorang. Pengetahuan yang diperoleh seseorang akan menimbulkan pengertian dan pemahaman terhadap pengetahuan tersebut. Dengan memahami sesuatu hal yang dipelajari, seseorang akan dapat mengadakan penilaian. Penilaian ini dapat positif atau negatif. Penilaian yang positif akan menimbulkan sikap positif, yang akhirnya akan berpengaruh pada perilaku positif terhadap sesuatu yang dipelajari tersebut.8

Motivasi responden yang motivasi kurang baik sebesar 28% dan yang memiliki motivasi baik sebesar 28%. Motivasi merupakan suatu sikap fositif terhadap stuasi kerjanya yang akan menunjukkan motivasi kerja yang tinggi dan sebaliknya jika responden bersikap negatif terhadap setuasi kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja yang rendah. Motivasi kerja adalah suatu yang menimbulkan semangat kerja.9

Persepsi responden terhadap beban kerja, yang memiliki persepsi ringan terhadap beban kerja sebesar 24%, dan yang memiliki persepsi berat terhadap beban kerja sebesar 52%. Apabila para pekerja merasa beban kerja yang harus ditanggung terasa semakin berat, itu berarti pekerjaan yang ditugaskan kepada mereka tidak sesuai dengan kemampuan

(4)

untuk menyelesaikan tugas tersebut. Manusia hanya memiliki kapasitas energi yang terbatas apabila dalam waktu yang bersamaan harus mengerjakan beberapa tugas akan terjadi kompetensi prioritas antar tugas-tugas tersebut.9

Responden dengan sikap kurang baik sebesar 32%, dan yang memiliki sikap baik sebesar 68%. Sikap merupakan kesiap siagaan mental seseorang yang dipelajari, diorganisir dan mempunyai pengaruh terhadap atas cara tanggap terhadap obyek.10

Responden yang di tempat kerjanya terdapat sarana dan prasarana,kurang sebesar 18%, dan responden yang di tempat kerjanya memiliki sarana dan prasarana yang cukup 82%. Sarana adalah prasarana yang dapat membantu manusia dalam melakukan pekerjaan dengan lebih berkeahlian, efisien atau efektif jika seorang manusia mengendalikannya.11

Responden yang mempersepsikan supervisi kurang baik sebesar 38%, dan responden yang mempersepsikan supervisi baik sebesar 62%. Supervisi merupakan pengawasan secara langsung dan berkala terhadap oleh atasan terhadap karyawan dan memberikan bantuan ketika menemukan masalah yang bersifat langsung guna untuk mengatasinya.12

Responden yang mendapat insentif yang kurang sebesar 40%), dan responden

yang mendapat insentif yang cukup 60%. Sistem ibalan yang baik adalah sistem yang mampu menjamin kepuasan para karyawan.

1. Analisis Hubungan Variabel Bebas dengan Variabel Terikat

Tabel 2 Hasil Analisis Chi-square Hubungan Variabel Dengan Kinerja Petugas Gizi Penanganan Gizi Buruk Di Puskesmas.

Variabel Bebas P Keterangan

Umur 0,084 > 0,05 Tidak berhubungan

Jenis kelamin 0845 > 0,05 Tidak berhubungan Pendidikan 0,051≤ 0,05 Tidak berhubungan Masa kerja 0> 447>0,05 Tidak Berhubungan Pengetahuan 0,000 < 0,05 Berhubungan Motivasi 0,723 > 0,05 Tidak berhubungan Persepsi

terhadap beban kerja

0,591 > 0,05 Tidak berhubungan

Sikap 0,318 > 0,05 Tidak berhubungan

Sarana 0,004 < 0,05 Berhubungan Supervisi 0,013 < 0,05 Berhubungan Insentif 0,203 > 0,05 Tidak berhubungan

Terdapat hubungan antara variabel yang terdiri dari, pengetahuan, sarana dan prasaran dan persepsi supervisi selanjutnya dilakukan analisis multivariat sendiri-sendiri dan secara bersama-sama untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel bebas dengan variabel terikat.

2. Analisis Pengaruh

Tabel 4 Hasil Analisis Multivariat Dengan Uji Regresi Logistik Dengan Metoden

Enter Variabel Bebas Dengan Variabel Terikat

(5)

Variabel yang berpengaruh terhadap kinerja petugas gizi dalam penanganan gizi buruk yaitu :

1. pengetahuan

pengetahuan dalam penelitian ini yang berpengaruh terhadap kinerja petugas gizi dalam penanganan gizi buruk didapatkan hasil uji regresi logistik variabel pengetahuan (p value = 0,004), kekuatan hubungan dapat dilihat dari nilai Exp B = 0,41 yang artinya petugas gizi yang mempunyai pengetahuan baik kemungkinan dalam penanganan gizi buruk lebih baik 0,041 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang pengetahuan kurang baik untuk.

2. Sarana dan Prasarana

Selain variabel pengetahuan yang berpengaruh terhadap kinerja petugas gizi dalam penanganan gizi

buruk variabel sarana dan prasarana juga berpengaruh terhadap kinerja petugas gizi. Didapatkan hasil dari uji regresi logistik variabel psarana dan prasarana (p value = 0,022), kekuatan hubungan dapat dilihat dari nilai Exp B= 0,36 yang artinya petugas gizi yang mempunyai sarna dan prasarana yang cukup kemungkinan dalam penanganan gizi buruk lebh baik 0,36 kali lebih besar dibandingkan dengan petugas gizi yang sarana dan prasarana kurang.

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada 50 responden tentang faktor determinan kinerja petugas gizi dalam penanganan gizi buruk diwilayah Puskesmas Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2013 didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Tidak ada hubungan yang signifikan antara umur, jenis kelamin, pendidikan masa kerja, motivasi, sikap, persepsi beban kerja, dan insentif dengan kinerja petugas gizi dalam penanganan gizi buruk di wilayah Puskesmas Kabupaten Lombok Timur dengan nilai P= > 0,05.

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp( B) 95,0% C.I.for EXP(B) Lowe r Uppe r Step 1a Penege tahuan respon den(1) -3.202 1.106 8.378 1 .004 .041 .005 .356 saranad anprasa rana(1) -3.313 1.451 5.213 1 .022 .036 .002 .626 Consta nt 2.930 1.054 7.728 1 .005 18.72 9 a. Variable(s) entered on step 1:

(6)

2. ada hubungan yang signifikan pengetahuan, sarana dan prasaran, persepsi supervisi dengan kinarja petugas gizi dalam penanganan gizi buruk diwilayah Puskesmas Kabupaten Lombok Timur dengan nilai P=> 0,05.

3. Dari analisis multivariat yang memiliki kekuatan pengaruh yang paling kuat yaitu dengan nilai (Exp B) dari yang terbesar sampai yang terkecil yaitu pengetahuan =0.41, dan sarana dan prasarana =0,36.

B. Saran

Untuk meningkatkan kinerja petugas gizi dalam penannganan gizi buruk di Puskesmas kabupaten Lombok Timur sesuai dengan yang diharapkan, disarakan :

1. Bagi Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur

a. Kepala Dinas Kesehatan diharapkan mengadakan

pelatihan, seminar

terkaitpenanganan gizi buruk guna untuk menambahkan pengetahuan, keterampilan petugas gizi dalam penanganan gizi buruk.k.

b. Melakukan supervisi untuk sarana dan prasarana yang

mendukung kegiatan

penanganan gizi buruk.

c. Memberikan penghargaan kepada petugas gizi yang berperestasi atau dengan kinerja yang baik.

2. Bagi Puskesmas

a. Melakukan kerja sama dengan lintas sektor terkait untuk

mendukung kegiatan

penanganan gizi buruk

b. Kepala puskesmas melakukan supervisi dalam penanganan gizi buruk dan pengecekan ketersediaan sarana dan prasarana

c. Mengajukan petugas gizi untuk mendapatkan biaya siswa atau memberikan kemudahan dan mempasilitasi petugas gizi untuk menempuh pendidikan jenjang yang lebih tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. Strategik Akslarasi Pencapaian Target MDGS 2015. Jakarta, 2008.

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi tahun 2006-2010. Badan Pembangunan Nasional. Jakarta, 2007. Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur. Laporan Tahunan Program Gizi Seksi Gizi. Selong, 2010-2012.

(7)

Dinas Kesehatan Provinsi NTB. Laporan Hasil Pemantauan Status Gizi. Mataram, 2012.

Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur. Profil Kesehatan Lombok Timur.

Selong, 2012.

Notoatmodjo, S. Metode Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Cetakan Kedua. PT Rineka Cipta. Jakarta, 2002

Mengku negara, Anwar Prabu. Evaluasi Kinerja SDM, Refika Aditama, Bandung 2006

Winkel, W.S. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, Jakarta : Gramedia, 1986.

Moh, As’ad. Psikologi Industry, Liberty. Yogyakarta 2004.

Gibson, J. Organisasi Prilaku, Struktur dan Proses Jilid II Edisi 8. Bina Rupa Aksara. Jakarta, 1997.

Sota, Pengembangan Sumberdaya Manusia, Airlangga Universitas Press Surabaya. 2003

Azwar. A. Pengantar Administrasi Kesehatan. Binapura Aksara. Jakarta, 1996.

Gambar

Tabel 1. Karakteristik Responden
Tabel  2  Hasil  Analisis  Chi- Chi-square  Hubungan  Variabel  Dengan  Kinerja  Petugas  Gizi  Penanganan  Gizi  Buruk Di Puskesmas

Referensi

Dokumen terkait

Pemahaman tentang konsumen dan proses konsumsi akan menghasilkan sejumlah manfaat di antaranya adalah kemampuan untuk membantu para manajer mengambil keputusan, memberikan

Hari ini saya magang diajarkan oleh DJ Suryadin Laoddang. Pelatihan Karyawan, Pelatihan SDM Perusahaan, Pelatihan

berbicara untuk menyampaikan maklumat tentang sesuatu perkara daripada pelbagai sumber dengan tepat menggunakan ayat yang mengandungi frasa yang sesuai secara bertatasusila;

[r]

Determinasi kuat dari log PCO2 dan pH terhadap indeks kejenuhan kalsit terjadi karena pada periode musim penghujan terjadi proses percampuran dengan air hujan, kemudian pada

Nilai fitness adalah nilai yang menyatakan baik tidaknya suatu solusi (individu). Nilai fitness ini yang dijadikan acuan dalam mencapai nilai optimal dalam Algoritma

Populasi pada penelitian ini berjumlah 20 siswa, sampel pada pada penelitian ini berjumlah 20 siswa, teknik pengambilan sampel menggunakan sampling jenuh,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa posisi dan peran para pemangku kepentigan yaitu Instasi pemerintah, Swasta dan Masyrakat yang di kategorikan sebagai kelompok