• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1Pengertian Risiko

2.5 Risiko Likuiditas

2.5.3 Pengelolaan Risiko Likuiditas

Likuiditas diperlukan bank untuk memberikan kompensasi fluktuasi neraca yang terduga dan tak terduga serta menyediakan dana untuk pertumbuhan. Likuiditas menggambarkan kemempuan bank untuk mengakomodasi penarikan deposit dan kewajiban lain secara efisien dan untuk menutup peningkatan dana dalam pinjaman serta portofolio investasi . Sebuah bank yang memiliki potensi likuiditas yang memadai ketika ia dapat memperoleh dana yang diperlukan dengan meningkatkan kewajiban atau menjual aset dengan biaya yang masuk akal (Henni van Greuning, 2009:163)

Dalam pembukaan naskah perundingan pada Juni 2008, Basel Commiteee on Bank Supervision menyatakan hal-hal berikut ini :

1. Likuiditas adalah kemampuan bank untuk mendanai peningkatan aset dan memenuhi kewajiban yang muncul, tanpa mengakibatkan kerugian besar.

2. Peranan dasar bank dalam perubahan waktu jatuh tempo dari deposito jangka pendek ke jangka panjang membuat bank rentan terhadap risiko likuiditas, baik yang bersifat institusi spesifik maupun yang mempengaruhi pasar secara keseluruhan.

3. Setiap transaksi atau komitmen keuangan secara virtual memiliki implikasi terhadap likuiditas bank

4. Pengelolaan risiko likuiditas yang efektif dapat memastikan kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban arus kas yang tidak pasti karena kewajiban tersebut dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa eksternal dan perilaku lainnya.

5. Pengelolaan risiko likuiditas merupakan hal yang paling penting karena keraguan atas likuiditas di satu institusi dapat memberikan dampak terhadap seluruh sistem.

6. Perkembangan pasar keuangan pada decade sebelumnya telah meningkatkan kompleksitas risiko likuiditas dan pengelolaannya.

Kerangka pengelolaan risiko likuiditas memiliki tiga aspek yaitu ; (1) pengukuran dan pengelolaan persyaratan dana bersih (2) akses pasar, dan (3) rencana tak terduga. Meramalkan peristiwa yang mungkin akan terjadi di masa mendatang merupakan bagian yang penting dari pengelolaan likuiditas dan manajemen risikonya. Analisis persyaratan dana bersih melibatkan konstruksi jenjang dan perhitungan dana yang lebih kumulatif atau defisit dana pada waktu tertentu. Bank harus mengestimasi arus kas yang diharapkan secara berkala bukan hanya terfokus pada periode kontraktual selama kas masuk atau keluar. Misalnya,

kas keluar dapat diurutkan berdasarkan jatuh tempo kewajiban, berdasarkan tanggal paling awal ketika pemilik kewajiban dapat melakukan pembayaran lebih awal, atau berdasarkan tanggal paling awal ketik kemungkinan dapat ditarik.

Suatu kondisi apakah suatu bank cukup lancar atau tidak tergantung pada perilaku aru kas dalam kondisi yang berbeda-beda. Oleh karena itu, pengelolaan risiko likuiditas melibatkan beragam skenario. Skenario manajemen yang berkesinambungan ditetapkan sebagai tolak ukur untuk neraca yang berkaitan arus kas selama aliran kegiatan bisnis bank tersebut masih normal. Skenario kedua berkaitan dengan likuiditas bank dalam situasi krisis ketika bagian signifikan dari kewajibannya tidak dapat diperbarui kembali atau diganti. Skenario ini berkaitan dengan banyaknya peraturan likuiditas yang ada.

Skenario ketiga merujuk pada krisis pasar umum, dimana likuiditas terpengaruh pada seluruh sistem perbankan. Pengelolaan likuiditas dalam scenario ini diprediksi pada kualitas kredit, dengan perbedaan signifikan dalam akses dana antarbank. Dari sudut pandang pengelolaan likuiditas, asumsi implisit yang muncul adalah bank sentral akan memastikan akses terhadap dana tersebut dalam beberapa bentuk.

Kewajiban dan sumber dana yang terdiversifikasi biasanya mengidentifikasikan bahwa suatu bank memiliki pengelolaan likuiditas yang berkembang dengan baik. Kemampuan untuk mengkonversikan aset ke dalam bentuk tunai dan akses terhadap sumber-sumber dana lainnya dalam situasi kekurangan likuiditas juga sangat penting. Tingkat diversifikasi dapat dinilai berdasarkan jenis instrumen, jenis penyedia dana, dan letak geografis.

Namun dalam praktiknya, mendapatkan dana ketika benar-benar dibutuhkan sangatlah sulit. Situasi yang tidak biasa juga dapat memberikan dampak terhadap risiko likuiditas, termasuk pergolakan politik internal dan eksternal yang dapat menyebabkan penarikan secara besar-besaran, efek musiman, aktivitas pasar, dan siklus ekonomi. Manajemen harus mengevaluasi kemungkinan efek tren dan peristiwa pada persyaratan pendanaan. Semua bank dipengaruhi oleh perubahan ekonomi, namun pengelolaan likuiditas yang baik dapat meredam perubahan negatif dan menekan perubahan-perubahan yang positif.

Suatu bank biasanya mengharapkan untuk memperoleh likuiditas dari sisi neraca dan mempertahankan keberadaan yang aktif dalam pasar antarbank. Bank memandang pasar ini sebagai sumber akuisisi dana jangka pendek berdasarkaan persaingan suku bunga, dan dapat membantu bank memenui kebutuhn likuiditasnya. Secara konseptual, ketersediaan aset dan pilihan kewajiban harus menghasilkan biaya yang lebih rendah untuk memelihara likuiditas.

Perbedaan utama antara likuiditas dalam bank besar dan bank kecil adalah: selain menentukan aset-aset neraca dengan sengaja, bank yang lebih besar lebih mampu mengontrol tingkat dan komposisi kewajibannya. Oleh karena itu bank besar lebih memiliki banyak pilihan dalam menghasilkan dana yang diperlukan. Akses terhadap pasar uang juga memengaruhi jaminan harta lancar yang akan diperlukan jika bank hanya tergantung manajemen aset dalam memperoleh dana.

Dengan demikian, pengendalian likuiditas bank diarahkan agar bank dapat menghindari atau setidaknya memperkecil kemungkinan terjadinya risiko likuiditas dimana bank tidak memiliki dana yang cukup. Akibatnya, terjadilah

efek negatif apabila bank sering kali mengalami kesulitan likuiditas seperti itu. Apabila bank dalam periode yang pendek sering kali tercatat sebagai

net-borrower diPasar Uang Antarbank (PUAB) atau sering kali mengalami kalah

kliring dan bahkan Bank Sentral bisa menghentikan keikutsertaannya dalam kliring, maka bank-bank lain yang menjadi net leader akan selalu menawarkan tingkat suku bunga pinjaman yang relatif lebih tinggi dari rata-rata tingkat suku bunga PUAB. Selanjutnya, jika hal itu diketahui oleh pihak lain di luar perbankan, maka hal itu dapat memicu terjadinya rush berupa penarikan dana dalam jumlah yang besar yang dapat menyebabkan bank semakin mengalami kesulitan likuiditas dan rentabilitas yang parah.Risiko likuiditas sebagaimana digambarkan di atas dapat terjadi pula jika bank mengalami ketimpangan (mismatch) dimana sumber-sumber pendanaan bank yang berjangka pendek telah ditempatkan pada investasi dana yang jangka panjang.

Dokumen terkait