• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1Pengertian Risiko

13. Total asset (aset total)

Total Aset adalah nilai total dari keseluruhan aset yang dimiiki suatu bank yang tercermin dalam neraca keuangan. Isi neraca secara garis besar adalah sebagai berikut:

i). Aset lancar : uang tunai dan saldo rekening giro di bank serta kekayaan-kekayaan lain yang dapat diharapkan bisa dicairkan menjadi uang tunai atau rekening giro bank, atau dijual maupun dipakai habis dalam operasi perusahaan, dalam jangka pendek (satu tahun atau satu siklus operasi normal perusahaan

ii). Investasi jangka panjang (long term investment) : Terdiri dari aset berjangka panjang (tidak untuk dicairkan dalam waktu satu tahun atau kurang) yang diinvestasikan bukan untuk menunjang kegiatan operasi pokok perusahaan.

iii). Aset tetap (fixed asset) : Aset berwujud yang digunakan untuk operasi normal perushaan, mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun atau satu siklus operasi normal dan tidak dimaksudkan untuk dijual sebagai barang dagangan.

iv).Aset Tak Berwujud (intangible asset) : Terdiri hak-hak istimewa atau posisi yang menguntungkan perusahaan dalam memperoleh pendapatan, Misalnya: hak paten, hak cipta, franchise, dan merek dagang.

v). Aset lain-lain (other asset) : Untuk menampung aset yang tidak bisa digolongkan sebagai aset lancar, investasi jangka panjang, aset tetap dan aset tetap tak berwujud.

2.5.6 Pengukuran Resiko Likuiditas

Björn Imbierowicz dan Christian Rauch (2013) dalam penelitiannya yang berjudul TheRelatinship Between Liquidity Risk and Credit Risk in Banks

mengatakan bahwa untuk mengukur risiko likuditas bank harus diproksi dengan indikator-indikator yang telah disebutkan di atas. Variabel-variabel tersebut dioperasikan dengan persamaan matematis untuk mendapatkan nilainya. Setelah nilai penghitungan diperoleh, maka dapat diketahui sifat dari risiko likuiditas itu sendiri. Hasil penghitungan dengan nilai lebih besar dari nol (nrl>0) mengindikasikan bahwa bank tersebut tidak mampu memikul/mengatasi kepanikan bank (bank run) yang terjadi secara tiba-tiba, cet.par.

Hasil/nilai dari perhitungan risiko likuiditas dapat bernilai positif dan negatif. Nilai yang negatif mengindikasikan bahwa bank tersebut memiliki aset jangka pendek lebih banyak daripada kewajibannya. Semakin kecil rasionya, maka semakin kecil juga potensi akan terjadinya risiko likuiditas. Sebaliknya, nilai yang positif mengindikasikan bahwa bank tersebut memiliki aset jangka pendek yang lebih sedikit dibanding kewajibannya. Implikasi dari perhitungan ini adalah risiko likuiditas yang tinggi menyebabkan kepanikan (bank run) pada pihak bank yang menimbulkan risiko likuiditas. Dimana definisi bank run ini sendiri adalah serangkaian penarikan tunai tak terduga disebabkan oleh penurunan kepercayaan deposan secara mendadak atau ketakutan bahwa bank akan kolaps, yaitu banyak deposan melakukan penarikan tunai hampir bersamaan. Karena cadangan kas bank di kas hanya sebagian kecil dari depositonya, sejumlah besar

penarikan dalam waktu singkat dapat menguras kas yang tersedia dan memaksa bank untuk menutup dan mungkin keluar dari kegiatan bisnis.Adapun nilai risiko likuiditas dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

[(Giro + Cadangank Kas + Surat Berharga yang Dimiliki dan Diperdagangkan + Sertifikat Deposito+Pinjaman Komitmen yang Belum Digunakan) – (Kas+ Reverse Repo+ Giro pada BI+ Surat Berharga yang Diterbitkan+Surat Berharga yang Tersedia untuk Dijual) ± Penempatan

Antar-bank ± Akseptasi Antar-Antar-bank ± Posisi Derivatif] / Aset Total

Tabel 2.2

Proksi Variabel Risiko Kredit dan Risiko Likuiditas

No Kategori Variabel Penghitungan Keterangan

1 Risiko Kredit Risiko Kredit (RK) Kredit Bermasalah – Kredityang Diselamatkan PPAP Kredit

Nilai lebih besar dari satu (>1) mengindikasikan bahwa bahwa bank mengalami kerugian yang tidak diharapkan (unexpected loss)

2 Risiko Likuidita s Risiko Likuiditas (RL)

[(Giro + Cadangan Kas + Surat Berharga yang Dimiliki dan Diperdagangkan +

Sertifikat Deposito+Pinjaman Komitmen yang Belum Digunakan) – (Kas+ Reverse Repo+ Giro pada BI+ Surat Berharga yang

Diterbitkan+Surat Berharga yang Tersedia untuk Dijual) ± Penempatan Antar-bank ± Akseptasi Antar-bank ± Posisi Derivatif] / Aset Total

Nilai lebih besar dari nol(> 0) mengindikasikan bahwa bank tidak mampu untuk memikul

/mengatasi gejala kepanikan bank (bank run)

Sumber: Björn Imbierowicz dan Christian Rauch (2013)

2.6 Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian yang membahas tentang hubungan antara risiko kredit dan risiko likuiditas telah banyak mengalami perkembangan. Akan tetapi penelitian yang membahas tentang hubungan timbal balik (kausalitas) antara risiko kredit dan risiko likuiditas masih terbatas. Penelitian sebelumnya masih terfokus menganalisa hubungan kausalitas antara risiko kredit dan risiko likuiditas pada sektor perusahaan manufaktur sebagai objek kajian penelitian.

Bercermin dari hal ini penulis tertarik untuk menganalisis hubungan kausalitas antara risiko kredit dan risiko likuiditas pada sektor perbankan yang difokuskan pada Bank BUMN di Indonesia. Dengan hasil ini, penulis dan pembaca juga tidak hanya mengetahui hanya sebatas hubungan tetapi lebih ke arah hubungan timbal balik. Berikut ini merupakan penelitian-penelitian terdahulu mengenai interelasi antara risiko kredit dan risiko likuiditas.

Loriana Pelizzon et.al dalam jurnal penelitian mereka yang berjudul

Sovereign Credit Risk, Liquidity, and ECB Intervention”. Mereka menduga

bahwa ada hubungan dinamis antara risiko kredit dan risiko likuiditas dalam pasar. Hasilnya mengatakan bahwa perubahan dalam risiko kredit mempunyai dampak yang signifikan terhadap perubahan likuiditas dan dalam jangka panjang perubahan dalam risiko kredit akan menimbulkan dampak jangka panjang pula dalam risiko likuiditas dan begitu juga sebaliknya. Metode yang digunakan adalah analisis regresi deskriptif proxi variabel likuiditas dan risiko kredit dengan jenis data runtun waktu.

Seandy Nandadipa dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh CAR, NPL, Inflasi, Pertumbuhan DPK, dan Exchange Rate terhadap LDR (Studi Kasus pada Bank Umum di Indonesia Periode 2004-2008)” mengungkapkan bahwa risiko kredit (NPL) berpengaruh negatif signifikan terhadap risiko likuiditas (LDR). Metode yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan variabel Dummy.

Björn Imbierowicz dan Christian Rauch (2013) meneliti hubungan antara risiko kredit dan risiko likuiditas dengan studi kasus bank-bank komersial di

Amerika Serikat pada tahun 1998-2010. Hasilnya adalah ada interdepedensi antara risiko kredit dan risiko likuiditas. Metode yang digunakan adalah statistik deskriptif dan mengolah data berdasarkan proxy variables.

2.7 Kerangka Teoritis

Pada bagian ini dijelaskan dan digambarkankerangka pemikiran penelitian.Kerangka pemikiran dalam penelitian inimenunjukkan hubungan saling mempengaruhi (kausalitas) antara risiko kredit dan risiko likuiditas.

Kausalitas

Gambar 2.1

Model Kerangka Penelitian

2.8 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah dalam penelitian, yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Hipotesis adalah sebuah taksiran atau referensi yang dirumuskan serta diterima untuk sementara yang dapat menerangkan fakta-fakta yang diamati ataupun kondis-kondisi yang diamati, dan digunakan sebagai petunjuk untuk langkah-langkah penelitian selanjutnya.

Berdasarkan perumusan masalah dari beberapa hasil kajian yang telah dilakukan dalam penelitian-penelitian terdahulu, maka hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Terdapat hubungan jangka panjang antara risiko kredit dan risiko likuiditas pada Bank BUMN.

RISIKOK

Dokumen terkait