• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

5. Pengelolaan Sampah

Pengelolaan sampah meliputi pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan. Selain itu penimbunan dan insinerasi menjadi cara menangani sampah.

a. Pengumpulan Sampah

Proses pengumpulan sampah harusnya dilakukan dengan cara memilah sampah berdasarkan jenisnya. Pengumpulan sampah yang tidak sesuai dengan tempatnya merupakan salah satu masalah dari pencemaran lingkungan. Menurut Adrian R. Nugraha, pengumpulan sampah ialah pengumpulan sampah dari bak-bak sampah yang ada di rumah-rumah, kantor, pasar dan sebagainya.9 Pengumpulan sampah yang ditentukan pada suatu lokasi akan mempermudah proses pengelolaan sampah berikutnya.

8

Wisnu Arya Wardhana,Dampak Pensemaran Lingkungan(Yogyakarta : ANDI, 2004), h. 137.

9

b. Pengangkutan

Pengangkutan sampah sebaiknya dilakukan oleh tenaga ahli dibawah pengawasan dinas kebersihan. Pengangkutan dalam skala rumah tangga biasanya menggunakan gerobak untuk dikumpulkan di tempat pembuangan sementara. Dalam skala yang lebih besar maka menggunakan truk atau kontainer dalam proses pengangkutan ke tempat pembuangan akhir. Sebaiknya pengangkutan sampah menggunakan kendaraan tertutup guna meminimalisir pencemaran udara. Saat ini Indonesia masih menggunakan truk terbuka saat mengangkut sampah sehingga menimbulkan bau tidak sedap saat melewati jalan.

c. Pembuangan

Sampah yang telah terkumpul harus diangkut ke tempat pembuangan sampah. Menurut Adrian R. Nugraha“maksud tempat buangan sampah adalah tempat pembuangan sampah terakhir setelah dikumpulkannnya dari tempat-tempat pengumpulan”.10 Tempat pembuangan sampah seharusnya dekat dengan sumber sampah agar proses pengelolaannya lebih cepat dan meminimalisisr biaya pengangkutan. Namun yang terjadi pada kota-kota besar sampah dipusatkan pada satu lokasi pembuangan akhir sehingga biaya pengangkutan cukup tinggi dan mencemari udara saat sampah diangkut ke tempat pembuangan. Lokasi tempat pembuangan akhir yang jauh menyebabkan banyak orang yang membakar sampah yang dapat mencemari udara.

d. Penimbunan

Terdapat beberapa cara dalam penimbunan sampah diantaranya adalahopen dumping, dumping at seadansanitary landfill.

1) Open Dumping

Open dumping atau penimbunan terbuka yaitu dengan cara membuang dan menumpuk sampah ditempat terbuka. 10

Penimbunan terbuka merupakan cara yang sederhana dalam penangan sampah, namun terdapat keuntungan dan kerugiannya. Menurut Yul Harry Bahar, keuntungannya adalah biaya penangan relatif murah, dapat menampung berbagai jenis sampah, memanfaatkan lahan yang tidak digunakan, dalam waktu lama dapat menyuburkan lahan tersebut. Sedangkan kerugiannya adalah mudahnya berkembang hama tikus insekta, mikroorganisma, pencemaran air dan penurunan nilai estetika lingkungan.11

Penimbunan sampah dengan terbuka sering sekali dijumpai di Indonesia pada wilayah pemukiman. Padahal penimbunan terbuka ini sebaiknya ditempatkan jauh dari pemukiman agar tidak menimbulkan berbagai macam penyakit dan pencemaran lingkungan.

2) Dumping at Sea

Dumping at sea adalah penimbunan yang di lakukan di pantai. Penimbunan di pantai ini dilakukan dengan cara membuat tanggul-tanggul pemisah untuk menghalangi sampah agar tidak terbawa ombak. Setelah dibuat tanggul maka sampah ditimbun dan jika sudah penuh maka diratakan dengan pasir. Lama kelamaan tempat ini akan menjadi subur dan dapat ditanami pepohonan dan bisa dijadikan pemukiman. Namun cara penimbunan ini memiliki keuntungan dan kerugian.

Yul Harry Bahar dalam bukunya mengatakan bahwa, keuntungannya adalah dapat menimbun berbagai jenis sampah dalam jumlah yang banyak dan lama kelamaan akan menjadi lahan yang subur. Sedangkan, kerugiannya adalah biaya pembuatan tanggul dan pengangkutannya cukup besar, dapat mencemari air laut, flora dan fauna di dalam laut.12

Oleh karena ini cara menimbun sampah di pantai ini harus benar-benar direncanakan secara matang dari berbagai aspek agar dapat meminimalisir dampak buruknya.

11

Bahar,op. cit.,h.16. 12

3) Sanitary Landfill

Sanitary Landfill adalah menimbun sampah di dalam tanah. Menurut Soekmana Soma, “secara definisi sanitary landfill adalah suatu kegiatan membuang sampah setiap hari ke suatu tempat kemudian dilakukan penutupan pada akhir pembuangan.”13Menimbun sampah di dalam tanah yaitu dengan cara menggali tanah dengan kedalaman tertentu lalu sampah dimasukkan kedalam lubang dan setelah sampah penuh lalu dipadatkan dan di timbun lagi dengan tanah lalu dipadatkan. Penimbunan jenis ini tentunya memiliki keuntungan diantaranya menimbun berbagai jenis sampah dengan jumlah yang besar, modalnya relatif kecil, dan lahan akan menjadi lebih subur dan kerugiannya dapat mencemari air tanah. Sebaiknya lahan yang digunakan adalah lahan yang kurang subur sehingga setelah adanyanya penimbunan di dalam tanah, sehingga lahan tersebut dapat lebih produktif lagi.

Pengelolaan sampah/limbah padat berdasarkan tingkat pendapatannya dapat dilihat pada tabel 2.1

Tabel 2.1

Perbandingan Penimbunan/Pembuangan Limbah Padat berdasarkan Tingkat Pendapatan Negara14

(diadaptasi dari What a Waste 1999) Penimbunan / pembuangan

Pendapatan Rendah Teknologi yang rendah biasanya membuang limbah secara terbuka. Tingkat polusi yang tinggi dekat dengan akuifer, badan air, pemukiman. Sering menerima limbah medis. Limbah biasanya dibakar. Dampak kesehatan yang signifikan terhadap penduduk setempat dan pekerja.

13

Soekmana Soma, Pengantar Ilmu Teknik Lingkungan Seri : Pengelolaan Sampah Lingkungan(Bogor : IPB Press, 2010), h. 18.

14

Daniel Hoornweg and Perinaz Bhada-Tata, “Global Waste Management Practices”, (Washington, DC 20433 USA : Urban Development Series, 2012), h. 4.

Pendapatan Menengah

Beberapa pengontrolan dan penimbunan dalam tanah dengan kontrol lingkungan. Pembuangan sampah terbuka masih umum.

Pendapatan Tinggi Penimbunan dalam tanah dengan kombinasi saluran, deteksi kebocoran, sistem pengumpulan lindi, pengumpulan gas dan sistem pengolahan. Sering bermasalah untuk membuka tempat pembuangan sampah yang baru karena kekhawatiran dari warga. Penggunaan penutupan lahan penimbunan semakin penting, misalnya lapangan golf dan taman. Sumber :Urban Development Series–Knowledge Papers

Pengelolaan sampah memang berbeda-beda pada tiap negara tergantung tingkat pendapatannya. Pada negara yang pendapatannya rendah masih bersifat sederhana tanpa lebih lanjut memikirkan dampaknya. Sedangkan, di negara yang pendapatannya tinggi sistem pengelolaan sampahnya lebih modern dan memenuhi standar keamanan dan kesehatan. e. Insinerasi

Insinerasi adalah pembakaran sampah disuatu tempat tertutup dengan menggunakan alat yang memiliki temperatur tinggi. Soekmana Soma mengatakan, “pada dasarnya, insinerasi merupakan perubahan bahan-bahan sampah padat menjadi panas, emisi gas dan residu berupa abu.”15Insinerasi merupakan salah satu cara dalam pengelolaan sampah yang sangat efisien. Insinerasi dapat menurunkan volumenya 80-90%, menurunkan beratnya 98-99%. Dengan cara ini maka jumlah sampah berkurang dan dapat mengatasi permasalahan sampah.

15

Indonesia dengan jumlah penduduknya yang sangat banyak seharusnya dapat menerapkan sistem pengelolaan sampah melalui insinerasi. Menurut Isti Surjandari “cara ini mampu mengurangi timbunan sampah di TPA Bantar Gebang sebesar 62,6%. Metode ini dapat dilakukan hanya untuk sampah yang dapat dibakar habis. Harus diusahakan jauh dari pemukiman untuk menghindari pencemaran (asap dan bau) dan kebakaran”.16 Namun, membakar sampah dengan insinerator memiliki berbagai keuntungan dan kerugian.

Menurut Soekmana Soma, panas yang dihasilkan dari proses pembakaran sampah tersebut dapat dijadikan sumber listrik (waste to energy). Masalah yang ditimbulkan dari proses pembakaran ini adalah gas yang ditimbulkan, seperti dioxin, furan, logam berat, CO, HCI, NO, dan SO2. Jika emisi gas-gas tersebut yang dikeluarkan melalui cerobong tidak disaring terlebih dahulu, maka akan meimbulkan pencemaran udara.17

Adapun perbandingan mengenai insinerasi yang dilakukan di berbagai negara berdasarkan tingkat pendapatannya. Untuk lebih jelasnya mengenai insinerasi berdasarkan pendapatan negara maka dapat dilihat pada tabel 2.2

Tabel 2.2

Perbandingan Insinerasi Limbah Padat berdasarkan Tingkat Pendapatan Negara18

(diadaptasi dari What a Waste 1999) Insinerasi

Pendapatan Rendah Tidak umum, dan umumnya tidak berhasil karena modal yang tinggi, teknis, dan biaya operasi dan kadar air yang tinggi dalam limbah.

Pendapatan Menengah Beberapa insinerator digunakan, namun mengalami hambatan keuangan dan operasional. Peralatan pengendalian

16

Isti Surjandari, Akhmad Hidayatno dan Ade Supriatna,” Model Dinamis Pengelolaan Sampah untuk Mengurangi Beban Penumpukan”, Jurnal Teknik Industri, Vol. 11, 2009, h. 140.

17

Soma,op. cit.,h. 24. 18

pencemaran udara tidak maju. Sedikit atau tidak ada pemantauan jumlah emisi. Pemerintah menggolongkan insinerasi sebagai pilihan pembuangan limbah tetapi terhalangi oleh biaya. Pendapatan Tinggi Lazim di daerah dengan harga tanah

yang tinggi dan rendahnya ketersediaan lahan (misalnya, pulau). Sebagian insinerator memiliki beberapa bentuk pengawasan lingkungan dan beberapa jenis sistem pemulihan energi. Pemerintah mengatur dan memonitor emisi. Sekitar tiga (atau lebih) kali lipat dari biaya penimbunan per ton.

Sumber :Urban Development Series–Knowledge Papers

Negara dengan pendapatan tinggi akan lebih mudah dalam mengaplikasikan insinerasi dalam pengelolaan sampah yang dihasilkannya. Karena pengelolaan dengan cara insinerasi membutuhkan biaya yang tinggi dengan pengawasan yang baik.

Dokumen terkait