• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

C. Pengelolaan Kelas

penekanan penialian autentik adalah pada pembelajaran yang seharusnya membantu siswa agar mampu mempelajari sesuatu, bukan pada diperolehnya informasi di akhir periode. Kemajuan belajar dinilai tidak hanya hasil tetapi lebih pada prosesnya dengan berbagai cara, menilai pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh oleh siswa.

Menurut Raka (Sudrajat:http//akmadsudrajat.wordpress.com), pengelolaan kelas merupakan satu keterampilan yang harus dimiliki guru dalam mengelola kelas. Pengelolaan kelas merupakan hal yang berbeda dari pengelolaan pembelajaran. Pengelolaan pembelajaran lebih menekankan pada kegiatan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan tindak lanjut. Sedangkan pengelolaan kelas lebih berkaitan dengan upaya-upaya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar yang di dalamnya mencakup pengaturan orang. Nawawi (1982:116) berpendapat bahwa pengelolaan kelas adalah kemampuan guru atau wali kelas dalam mendayagunakan potensi kelas

berupa pemberian kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap personal untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang kreatif dan terarah sehingga waktu dan dana yang tersedia dapat dimanfaatkan secara efisien untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang berhungan dengan kurikulum dan perkembangan murid. Sejalan dengan pengertian tersebut, Nawawi(1982:127) menjelaskan pengertian kelas dari dua sudut pandang.

1. Kelas dalam arti sempit yakni ruangan yang dibatasi oleh 4 (empat) dinding, tempat sejumlah murid berkumpul untuk mengikuti proses mengajar.

2. Kelas dalam arti luas adalah suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat sekolah sebagai satu kesatuan, diorganisir menjadi satu unit kerja yang secara dinamis menyelengarakan kegiatan belajar mengajar yang kreatif untuk mecapai satu tujuan.

Berbeda dengan Sudirman (1987:310) yang berbendapat bahwa pengelolaan kelas adalah keterampilan bertindak seorang guru berdasarkan sifat-sifat kelas dengan tujuan menciptakan situasi belajar mengajar yang baik. Oemar Hamalik dalam Sudirman (1987:311) mengungkapkan bahwa pengelolaan kelas adalah keterampilan bertindak seorang guru dan suatu alat untuk mengembangkan kerja sama dan dinamika kelas yang stabil walaupun banyak gangguan dan perubahan dalam lingkungan.

Menurut Sudirman (1987:311), pengelolaan kelas bertujuan untuk menciptakan kondisi dalam kelompok kelas yang berupa lingkungan kelas yang baik. Sedangkan tujuan umum dari pengelolaan kelas adalah

penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas. Menurut Raka Joni (Sudrajat:http//akmad sudrajat.wordpress.com

1. Masalah individual

), terdapat dua masalah dalam pengelolaan kelas.

a. Attention getting behaviors (pola perilaku mencari perhatian) b. Power seeking behaviors (pola perilaku menunjukan kekuatan)

c. Revenge seeking behaviors (pola perilaku menunjukan balas

dendam)

d. Helplessness (peragaan ketidakmampuan) 2. Masalah kelompok

a. Kelas kurang kohesif karena alasan jenis kelamin, suku, tingkatan sosial, ekonomi, dan lain-lain.

b. Penyimpangan dari norma-norma perilaku yang telah disepakati sebelumnya.

c. Kelas mereaksi secara negatif terhadap salah seoarang anggotanya. d. Membombong anggota kelas yang melanggar peraturan.

e. Kelompok cenderung mudah dialihkan dari tugas yang tengah dibuat.

f. Semangat kerja rendah atau semacam aksi protes kepada guru terhadap tugas-tugas yang diberikan.

Banyak pendekatan yang bisa dilakukan untuk mengatasi beberapa masalah di atas. Oleh karena permasalahan dan situasi kelas yang labil, maka guru dituntut untuk menguasai berbagai pendekatan pengelolaan kelas yang cocok untuk semua situasi. Setiap pendekatan pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, maka guru dapat mengkombinasikan beberapa pendekatan yang mungkin cocok dan sesuai untuk mengatasi beberapa masalah pengelolaan kelas yang ada. Pendekatan-pendekatan pengelolaan kelas menurut Sudirman (1987:327) tersebut antara lain:

1. Pendekatan otoriter

Pendekatan otoriter melihat pengelolaan kelas semata-mata sebagai upaya untuk menegakkan disiplin dan tata tertib. Pendekatan ini menempatkan guru dalam peranan menciptakan dan memelihara situasi kelas.

2. Pendekatan permisif

Pendekatan ini memusatkan pada usaha untuk memaksimalkan kebebasan siswa. Semua siswa diberi kebebasan untuk melakukan apa saja yang dikehendaki dalam lingkungan.

3. Pendekatan manajerial

Pendekatan ini dilihat dari sudut pandang manajemen yang berintikan konsepsi-konsepsi tentang kepemimpinan. Pandangan ini dapat dibedakan menjadi:

a. Kontrol otoriter: dalam menegakkan disiplin kelas, guru harus bersikap keras kalau perlu dengan hukuman-hukuman yang berat.

b. Kebebasan liberal: menurut konsep ini siswa diberi kebebasan sepenuhnya untuk melakukan kegiatan apa saja sesuai dengan tingkat perkembangan.

c. Kebebasan terbimbing: konsep ini merupakan perpaduan antara kontrol otoriter dan kebebasan liberal. Dalam kebebasan terbimbing, siswa diberi kebebasan untuk melakukan aktivitas namun terbimbing.

4. Pendekatan modifikasi tingkah laku

Pendekatan ini mengemukakan pendapat bahwa semua tingkah laku yang baik atau yang kurang baik merupakan hasil proses belajar. Pendapat lain mengenai pendekatan ini diungkapkan oleh Raka Joni dalam Sudrajat (http//akhmadsudrajat.wordpress.com

5. Pendekatan iklim sosio emosional

) yang mengungkapkan asumsi mendasar adalah perilaku baik dan buruk individu merupakan hasil belajar. Upaya memodifikasi dengan cara pemberian positive reinforcement (untuk membina perilaku positif) dan

negative reinforcement (untuk mengurangi perilaku negatif).

Pendekatan ini berlandaskan psikologis klinis yang memperkirakan bahwa proses belajar mengajar yang efektif memprasyaratkan keadaan sosio emosional yang baik, dalam arti terdapat hubungan antara guru dan siswa yang baik. Dalam hal ini, Carl Rogers dalam Sudrajat (http// akhmadsudrajat.wordpress.com) mengemukakan pentingnya sikap tulus dari guru, menerima dan menghargai peserta didik sebagai

manusia dan mengerti dari sudut pandang peserta didik. Sementara Nawawi (1982:140) memberikan pendapat yang hampir senada tentang asumsi iklim sosio emosional yaitu asumsi ini mengharuskan guru atau wali kelas menyusun program kelas dan pelaksanaannya didasari hubungan manusiawi yang diwarnai sikap saling menghargai dan saling menghormati antar personal kelas.

6. Pendekatan proses kelompok

Pendekatan proses kelompok ini didasarkan pada psikologis klinis dan dinamika kelompok. Asumsi dasarnya adalah pengalaman belajar sekolah berlangsung dalam konteks kelompok dan sosial, dan tugas guru adalah membina kelompok yang produktif dan efektif. Hal senada

diungkapkan oleh Raka Joni dalam Sudrajat (http//

akhmadsudrajat.wordpress.com

7. Pendekatan eklektif

), bahwa asumsi dasar pendekatan proses kelompok adalah pengalaman belajar yang berlangsung dalam konteks kelompok sosial, dan tugas guru adalah menciptakan, membina, dan memelihara kelompok yang produktif dan kohesif.

Pendekatan ini menggunakan atau mengabungkan pendekatan yang ada (pendekatan sosio emosional dan pendekatan proses kelompok) untuk mengatasi permasalahan pengelolaan kelas. Nawawi (1982:142) mengungkapkan bahwa pendekatan ini menekankan pada potensialitas dan inisiatif wali/guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan yang ada berdasarkan situasi yang ada.

8. Pendekatan yang berorintasi pada siswa

Lewis (2004:60) mengungkapkan asumsi pendekatan ini adalah kepercayaan bahwa anak-anak perlu mengatasi akibat dari sikapnya sendiri daripada meminta orang dewasa untuk memberitahukan bagaimana harus bersikap. Alasannya adalah bahwa orang termasuk anak-anak mampu memutuskan apakah sikap mereka menimbulkan masalah, apakah masalah sebenarnya, dan bagaimana memecahkannya. 9. Pendekatan yang berorintasi pada guru

Lewis (2004:80) mengungkapkan bahwa pendekatan ini mengubah sikap siswa secara radikal, melakukan apa yang terbaik untuk siswa. Siswa dianggap tidak mampu untuk menyadari apa yang terbaik bagi mereka. Oleh karena itu, guru bertanggung jawab dan berkewajiban untuk memutuskan apa yang terbaik bagi siswanya.

10. Pendekatan intruksional

Adalah pendekatan yang mendasarkan kepada pendirian bahwa pengajaran yang dirancang dan dilaksanakan dengan cermat akan mencegah timbulnya sebagian besar masalah manajerial kelas.

11. Pendekatan intimidasi

Pendekatan ini adalah pendekatan yang memandang manajemen kelas sebagai proses pengendalian perilaku pesrta didik.

Menurut Gilarso (1988:28), masalah pengelolaan kelas meliputi tiga bidang yang disesuaikan dengan situasi yang dihadapi. Tiga bidang tersebut antara lain: menciptakan kondisi belajar optimal, menanggapi mulainya gangguan, dan mengembalikan kondisi belajar.

1. Menciptakan kondisi belajar yang optimal

Langkah penting yang perlu dilakukan guru adalah memberikan pelajaran dengan baik dan lancar serta melibatkan siswa dalam kegiatan belajar di kelas sehingga mencegah gangguan atau penyelewengan. Tindakan yang dapat dilakukan adalah:

a) sikap tanggap; b) membagi perhatian;

c) memusatkan perhatian kelompok; d) memberikan petunjuk yang jelas. 2. Menanggapi mulainya gangguan

Meskipun guru mengajar dengan baik, melibatkan siswa, dan menciptakan suasana belajar yang baik, namun terjadinya tingkah laku siswa mengganggu dalam kelas tidak dapat dicegah. Tindakan yang perlu dilakukan:

a) menegur siswa;

b) memberi tanggapan atau penguatan; c) menjaga proses belajar mengajar;

d) menjaga laju kecepatan proses belajar mengajar; e) menghindari kesalahan-kesalahan orang lain;

f) keterampilan interaksi dan sikap guru.

3. Mengembalikan kondisi belajar yang optimal bila terjadi gangguan Seringkali gangguan yang dilakuakn oleh siswa berlangsung terus meskipun sudah ditanggapi oleh guru. Dalam situasi ini perlu digunakan strategi untuk menghadapinya, antara lain:

a) modifikasi tingkah laku siswa; b) menciptakan iklim sosio emosional; c) pengelolaan proses kelompok; d) kombinasi.

Kemampuan guru dalam memilih strategi yang tepat sangat tergantung dari kemampuan untuk menganalisa masalah pengelolaan kelas yang dihadapi dan tajamnya pengamatan tingkah laku siswa.

D. Prestasi Belajar

Dokumen terkait