i
PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN, STRATEGI MENGAJAR DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL, DAN PENGELOLAAN KELAS TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI
SISWA
Studi Kasus: Siswa SMA Negeri 5 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2009/2010
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Disusun oleh :
FILIPUS CUKUP SANTOSO NIM: 051334010
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini untuk:
Yesus Kristus dan Bunda Maria
Kagem Pak Yadi kaliyan Bu Mamik
Saudaraku tersayang mas Agung dan mas Bagus
Seluruh Pahlawan yang gugur dalam perjuangan
v
MOTO
Aku bisa jika aku yakin aku bisa
Go To Where Your Hearts Brings
Talk Less Do More
Hidup adalah Pilihan, ambil pilihan dan
bertanggung jawablah atas pilihanmu
Bentangan layar-lah yang kita atur dan
bukannya arah angin yang menentukan arah
kita
viii
ABSTRAK
PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN, STRATEGI MENGAJAR DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL, DAN PENGELOLAAN KELAS TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI
SISWA
Studi Kasus: Siswa SMA Negeri 5 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2009/2010
Filipus Cukup Santoso Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2010
Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran, Strategi Mengajar dengan Pendekatan Kontekstual, dan Pengelolaan Kelas terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Siswa Studi Kasus pada Siswa Kelas XII SMA Negeri 5 Yogyakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus pada siswa SMA Negeri 5 Yogyakarta. Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan teknik purposive sampling. Subjek dari penelitian adalah Siswa Kelas XII IPS SMA N 5 Yogyakarta. Jumlah sampel penelitian adalah 94 siswa. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan wawancara. Teknik analisis yang digunakan adalah pengujian statistik non parametrik (Chi Square/Chi Kuadrat).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tidak ada pengaruh antara media pembelajaran dengan prestasi belajar ekonomi siswa (χ2hitung = 1.013 < χ2tabel = 3.84); (2) tidak ada pengaruh antara strategi mengajar dengan pendekatan kontekstual dengan prestasi belajar ekonomi siswa (χ2hitung = 0.239 < χ2tabel = 3.84); (3) tidak ada pengaruh antara pengelolaan kelas dengan prestasi belajar ekonomi siswa (χ2
ix
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF THE USE OF LEARNING MEDIA, LEARNING STRATEGY WITH CONTEXTUAL APPROACH, AND CLASS MANAGEMENT TOWARDS STUDENTS’ ECONOMY LEARNING
ACHIEVEMENT
A Case Study : The Twelfth Grade Students of Social Sciences in the Departement of 5 State Senior High School Yogyakarta
Filipus Cukup Santoso Sanata Dharma University
Yogyakarta 2010
This research aims to observe the influence of the use of learning media, learning strategy with contextual approach, and class management towards students’ economy learning achievement on the twelfth grade Students of Social Sciences in the Departement of 5 State Senior High School Yogyakarta.
This research is a case study research. The technique of gathering the sample was the technique of purposive sampling. The research subjects are the twelfth grade of students Social Sciences the Departement of 5 State Senior High School Yogyakarta. The samples are 94 students. The methods of data gathering are questionnaire and interview. The analysis technique is the assessment of non parametric statistical (Chi Square).
The research result indicates: (1) there isn’t any influence between the learning media and the students’ economy learning achievement ( X2count= 1. 013
< X2table = 3.84); (2) there isn’t any influence between the learning strategy with contextual approach and the students’ economy learning achievement ( X2count =
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih-Nya yang besar, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN, STRATEGI MENGAJAR DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL, DAN PENGELOLAAN KELAS TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI SISWA.”
Penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan skripsi ini tidaklah mungkin terlaksana dengan baik tanpa bantuan, kerjasama, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Romo Dr. Ir. Paulus Wiryono Priyotamtama, S.J. selaku Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian kepada penulis di Universitas Sanata Dharma. 2. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;
3. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;
4. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;
5. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini;
6. Ibu Cornelio Purwantini, S.Pd., M.SA. selaku Dosen Penguji yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini;
7. Bapak Sebastianus Widanarto Prijowuntato, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Penguji yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini; 8. Staf pengajar Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan
xi
9. Tenaga administrasi Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah membantu kelancaran proses belajar selama ini;
10. Bapak Drs. Munjid Nur Alamsyah selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 5 Yogyakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian;
11. Ibu Dra. Sumiartinah dan Ibu Dra Retno Sugiharti selaku guru pengampu bidang studi ekonomi SMA 5 Yogyakarta yang sudah berkenan memberikan waktu kepada penulis untuk melakukan penelitian;
12. Staf pengajar dan tenaga administrasi SMA Negeri 5 Yogyakarta yang telah membantu kelancaran pelaksanaan penelitian;
13. Salam dan ucapan banyak terimakasih kepada Bapak Matheus Sujadi dan Ibu Rosalia Mamik S atas segala doa, cinta, kasih sayang, kesabaran, nasehat dan segala bentuk dukungan pada penulis;
14. Saudara-saudaraku tersayang: mas Agung, mas bagus dan mba sari yang selalu memberiku kasih sayang, kesabaran, kepercayaan, nasihat, dan dukungan doa dan materi;
15. ’Dek Natalia Niken Krisnawati yang menjadi motivasiku, semangat dan salah satu tujuanku untuk menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas kasih sayang yang tulus, kesabaran, perhatian, segala bantuan, dan dukungan doanya (aku wis lulus nduk);
16. Keluarga Ibu Anastasia Painten sekeluarga yang telah memberikan dukungan doa selama menyusun skripsi;
17. Seluruh Keluargaku di kaliwungu Mbah Giman kakung dan Putri, Kel Mbah Gono, Mamah sekeluarga untuk semua nasehat dan dukungan kepada Penulis;
18. (Alm) Mbah Mardi Kakung, (Alm) Bude Suti, (Alm) Mbah Denok yang selalu mendoakan ku dari Surga:
xii
20. Adek-adek sepupuku apin ”hoho”, Vian, Qiuntan, Eta, Agri untuk segala dukungan dan penghiburannya...;
21. Teman-teman Staf PPKM 1 Rm Kun, Rm In, Bu dewi, Mb Tata, Agnes, Agung, Simbah, Dias, David, Tere, Mas Ab, Andri, Hedwig, Via, atas motivasi, nasihat, dan dukungan doanya (cepet Lulus Yo....) tetap rendah hati Luar Biasa;
22. Staf P4 Pak Sento, Bu Prapti, Mba Sari, Mba Yusta, Agus, Noel, Dito terima kasih untuk pengalaman yang tak terlupakan bersama kalian semua;
23. Sr Ana,Mba Reta, Indah, Mbak Kur, Pipi, Tithe, Candra, Leni, Asih, Agnez ”Cempe”, Bangkit, Iwak, Ertyn, Rini, Mas Eka, Mas Kris, Riri, Heni, Ima, Singgih, Feri, Wulan, Tri, Indah, Yuni, Tosu, Lisa ”Pakem”, Eka Fransiska, Katarina, Tya, Whilda, Mas Adi, Boim, Galuh, Coppy, Lusi, Andri, Vita, dan semua teman angkatan 2005 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih untuk kebersamaan selama kurang lebih empat tahun di kampus tercinta, Universitas Sanata Dharma. Hadiah terindah yang penulis terima saat berkenalan, berteman, bersahabat, berbagi, dan memperoleh kenangan indah bersama kalian;
24. Terimakasih untuk Keluarga Pak Purwanto sudah diijinkan menginap 4 tahun lebih di wuluh 14 kamar 1;
25. Temen-Temen Kos Wuluh 14 Mupet, Krisna, Doni, Yoga, Mas Cahyo terimakasih untuk dukunganannya serta pinjeman baju dan sepatunya ; 26. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dan mendukung penulis selama penyusunan skripsi.
xiii
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak yang berkepentingan.
Penulis,
xiv DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERSEMBAHAN ... iv
MOTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiv
DAFTAR TABEL ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ... xx
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan Masalah ... 5
C. Rumusan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 6
E. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8
A. Media Pembelajaran ... 8
B. Strategi Pembelajaran Dengan Pendekatan Kontekstual ... 15
C. Pengelolaan Kelas ... 29
D. Prestasi Belajar ... 37
E. Kerangka Berfikir ... 38
xv
2. Pengaruh Penggunaan Strategi Mengajar
dengan Pendekatan Kontekstual terhadap
Prestasi Belajar Ekonomi Siswa ... 39
3. Pengaruh Pengelolaan Kelas terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Siswa ... 40
F. Hipotesis Penelitian ... 41
BAB III METODE PENELITIAN ... 42
A. Jenis Penelitian ... 42
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 42
C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 42
D. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ... 43
1. Populasi ...43
2. Sampel ...43
3. Teknik Penarikan Sampel ...43
E. Variabel Penelitian dan Pengukuran ... 44
1. Variabel Penggunaan Media Pembelajaran terhadap Prestasi Belajar Siswa...44
2. Variabel Strategi Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual... 46
3. Variabel Pengelolaan Kelas ...48
4. Variabel Prestasi Belajar ...50
F. Teknik Pengumpulan Data ... 50
G. Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... 51
1. Pengujian Validitas ...51
2. Pengujian Reliabilitas ...54
H. Teknik Analisis Data ... 56
1.Pengujian Prasyarat Analisis ...56
a. Pengujian Normalitas ... 56
xvi
2. Pengujian Hipotesis ...57
a. Perumusan Hipotesis ... 57
b. Pengujian Hipotesis... 58
BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH ... 61
A. Tujuan Satuan Pendidikan SMA 5 Yogyakarta ... 61
B. Sistem Pendidikan SMA 5 Yogyakarta ... 63
C. Kurikulum Satuan Pendidikan SMA 5 Yogyakarta ... 65
D. Organisasi Sekolah ... 70
E. Sumber Daya Manusia ... 75
F. Data PPDB ... 77
G. Data Jumlah Siswa... 77
H. Data Hasil Ujian ... 77
I. Data Kenaikan Kelas ... 78
J. Susunan Organisasi Sekolah ... 78
K. Komite Sekolah ... 78
L. Kondisi Sekolah ... 80
M. Target Peningkatan Mutu ... 81
N. Fasilitas Pendidikan dan Latihan ... 83
O. Hubungan Sekolah dengan Instansi Lain ... 86
P. Usaha Peningkatan Kualitas Pendidikan Lulusan ... 87
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 90
A. Deskripsi Data ... 90
B. Analisis Data ... 94
1. Pengujian Prasyarat Analisis ... 94
a. Pengujian Normalitas ... 94
b. Pengujian Linieritas ... 95
2. Pengujian Hipotesis ... 97
a. Hipotesis 1 ... 97
b. Hipotesis 2 ... 100
xvii
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 105
1. Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Siswa ... 105
2. Pengaruh Penggunaan Strategi Mengajar dengan Pendekatan Kontekstual terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Siswa ... 107
3. Pengaruh Pengelolaan Kelas terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Siswa ... 111
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN ... 114
A. Kesimpulan ... 114
B. Keterbatasan ... 115
C. Saran ... 115
DAFTAR PUSTAKA ... 118
xviii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1. Operasionalisasi Variabel Pengaruh Penggunan Media
Pembelajaran ... 45
Tabel 3.2. Operasionalisasi Variabel Pengaruh Penggunaan Strategi Mengajar dengan Pendekatan Kontekstual ... 47
Tabel 3.3. Operasionalisasi Variabel Pengaruh Pengelolaan Kelas ... 49
Tabel 3.4. Skoring Berdasarkan Likert ... 50
Tabel 3.5. Rangkuman Uji Validitas Penggunaan Media Pembelajaran 52 Tabel 3.6. Rangkuman Uji Validitas Penggunaan Strategi Mengajar dengan Pendekatan Kontekstual ... 53
Tabel 3.7. Rangkuman Uji Validitas Penggunaan Pengelolaan Kelas ... 54
Tabel 3.8. Rangkuman Uji Reliabilitas Instrumen... 55
Tabel 3.9. Pedoman Intrepetasi Pengaruh Antar Variabel ... 60
Tabel 4.1. Kriteria Ketuntasan Minimal... 69
Tabel 5.1. Sebaran Responden Penelitian ... 90
Tabel 5.2. Deskripsi Variabel Media Pembelajaran ... 91
Tabel 5.3. Deskripsi Variabel Strategi Menngajar dengan Pendekatan Kontekstual ... 92
Tabel 5.4. Deskripsi Variabel Pengelolaan Kelas ... 92
Tabel 5.5. Variabel Prestasi Belajar ... 93
Tabel 5.6. Hasil Pengujian Normalitas ... 94
Tabel 5.7. Hasil Pengujian Linieritas ... 96
Tabel 5.8. Tabel Kontijensi untuk Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Siswa ... 98
xix
Tabel 5.10. Tabel Kontijensi Pengaruh Penggunaan Strategi Mengajar
dengan Pendekatan Kontekstual terhadap Prestasi Belajar
Ekonomi Siswa ... 100
Tabel 5.11. Tabel Kontijensi Pengaruh Penggunaan Strategi Mengajar
dengan Pendekatan Kontekstual terhadap Prestasi Belajar
Ekonomi Siswa setelah Penggabungan... 101
Tabel 5.12. Tabel Kontijensi Pengaruh Pengelolaan Kelas terhadap
Prestasi Belajar Ekonomi Siswa ... 103
Tabel 5.13. Tabel Kontijensi Pengaruh Pengelolaan Kelas terhadap
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian ... 123
Lampiran 2. Data Validitas dan Reliabilitas ... 130
Lampiran 3. Data Induk Penelitian ... 134
Lampiran 4. Analisis Data ... 137
Lampiran 5. Surat Izin Penelitian ... 155
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi
manusia, pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik dan buruknya
manusia menurut ukuran norma. Menyadari hal itu, maka pendidikan harus
ditangani serius tidak hanya oleh pemerintah tetapi juga oleh masyarakat.
Dengan pendidikan yang baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa
yang berkualitas dan mampu menyesuaikan dengan baik terhadap kondisi
yang ada pada saat ini. Pendidikan adalah sebuah usaha untuk menumbuh
kembangkan kemampuan atau potensi yang dimiliki manusia yang biasanya
dilakukan dengan jalan belajar.
Pendidikan lebih biasa dikenal masyarakat dengan pengajaran di
sekolah. Pengajaran di sekolah banyak mengalami perkembangan mulai dari
pengajaran tradisional yang memiliki pengajaran konservatif, dimana guru
merupakan pusat pembelajaran, sampai pembelajaran modern dimana siswa
yang harus mencari dan menemukan sendiri ilmu melalui pengalaman dan
interaksi antar individu (sesama siswa ataupun dengan guru). Dalam
pengajaran, pengunaan media belajar, metode mengajar, dan pengelolaan
kelas yang baik akan membantu siswa dalam mencapai prestasi belajar yang
Kondisi pengajaran secara makro di Indonesia dalam lingkup
internasional sangat memprihatinkan karena tingkat pemahaman siswa
mengenai pelajaran tersebut hanya sebatas materi (teori) semata (Depdiknas,
2008). Banyak siswa mampu menyajikan tingkat hapalan yang baik terhadap
materi ajar yang diterima, tetapi pada kenyataannya mereka tidak
memahaminya. Kemudian yang lebih memprihatinkan lagi adalah sebagian
besar siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari
dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dipergunakan. Dari dua
fenomena di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa memiliki kesulitan
untuk memahami konsep akademik yang konvensional (ceramah dan
pengajaran yang bersifat abstrak), sedangkan yang siswa butuhkan adalah
pengajaran yang menarik, konkrit, dan dapat menghubungkan antara dunia
siswa sekarang (di bangku sekolah) dengan dunia siswa yang akan datang
(dunia kerja).
Ketercapaian prestasi belajar banyak dipengaruhi oleh berbagai hal
antara lain penggunaan media pembelajaran, metode mengajar, ketersedian
sarana pendukung dalam belajar, lingkungan sekolah dan tempat tinggal,
serta pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru. Proses pembelajaran
merupakan proses komunikasi yang selalu melibatkan tiga komponen pokok
yaitu pengirim pesan (guru), penerima pesan (siswa), dan komponen pesan
itu sendiri yang biasanya berupa materi pelajaran. Pengunaan media belajar
akan sangat membantu siswa dalam memahami materi yang disampaikan
terhadap materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Penggunaan media
belajar akan sangat mendukung dalam pencapaian prestasi belajar siswa.
Penggunaan strategi mengajar juga akan berpengaruh terhadap minat
siswa dalam mengikuti pelajaran. Penggunaan strategi mengajar diharapkan
menjadikan siswa lebih aktif dan mau berinteraksi dengan siswa lain. Dari
beberapa metode mengajar, penulis lebih fokus untuk mendalami
penggunaan strategi pembelajaran kontekstual (CTL). Akhir-akhir ini,
pembelajaran kontekstual merupakan salah satu pendekatan yang banyak
dibicarakan orang. Berbeda dengan strategi-strategi lain, CTL merupakan
strategi yang melibatkan dan mendorong siswa untuk beraktivitas secara
penuh dalam proses pembelajaran. Melalui proses pembelajaran ini,
diharapkan perkembangan siswa terjadi secara utuh, tidak hanya aspek
kognitif saja yang berkembang tetapi juga aspek afektif dan psikomotorik.
Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa untuk
mencapai tujuan, maksudnya guru lebih banyak menggunakan strategi
daripada hanya memberi informasi. Pembelajaran menggunakan pendekatan
kontekstual diharapkan akan membantu siswa untuk mencapai prestasi
belajar secara optimal dan utuh.
Proses belajar mengajar yang dilaksanakan dapat mencapai tujuan
sesuai yang dikehendaki apabila kelas dapat diciptakan sebaik mungkin
sehingga menunjang proses belajar mengajar. Guru bertugas untuk
menciptakan suasana kelas yang interaktif sehingga interaksi positif akan
dengan baik. Oleh karena itu, sebaiknya guru memiliki kemampuan untuk
mengelola kelas dengan baik agar siswa dapat meraih prestasi belajar
dengan optimal.
Fakta yang ada menunjukkan bahwa banyak permasalahan yang
dihadapi siswa dalam proses belajar antara lain karena kurangnya minat
belajar anak terhadap materi yang disampaikan, siswa jenuh dengan cara
mengajar guru yang seakan tidak ada variasi, dan tidak digunakannya media
yang baik sehingga menghambat penyampaian materi belajar. Tidak
tersedianya fasilitas pendukung yang seharusnya mampu
mengkomunikasikan kegiatan belajar mengajar menjadi hambatan lain yang
akhirnya membuat siswa menjadi jenuh karena yang mereka hadapi setiap
hari hanya buku, papan tulis, dan guru. Hal ini pada akhirnya akan
berpengaruh pada prestasi belajar siswa.
Masalah lain yang sangat menghambat prestasi siswa adalah
kurangnya relasi yang baik antara guru dengan siswa maupun antar siswa itu
sendiri. Kadang guru juga perlu memperhatikan hal-hal kecil yang ada pada
diri siswa yang mungkin akan menggangu siswa selama menerima
pelajaran. Pengelolaan kelas menjadi sangat penting, dimana saat guru tidak
mampu mengelola kelas maka siswa akan mengalami rasa tidak nyaman
dalam belajar. Pengelolaan kelas dapat meliputi terjalinnya relasi dan
bagaiman menata ruangan agar menjadi lebih nyaman. Kasus yang masih
segar dalam ingatan adalah bagaimana guru bersikap sewenang-wenang
siswa didiknya, yang membuat siswa menjadi sangat depresi dan menjadi
malas dalam belajar.
Berdasarkan latar belakang masalah dan fakta yang ada dalam
masyarakat tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
“Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran, Strategi Mengajar
dengan Pendekatan Kontekstual, dan Pengelolaan Kelas terhadap
Prestasi Belajar Ekonomi Siswa.” Penelitian ini merupakan studi kasus
pada SMA Negeri 5 Yogyakarta.
B. Batasan Masalah
Ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu faktor
internal sekolah dan faktor eksternal sekolah. Dari dua faktor tersebut,
penelitian ini akan difokuskan pada faktor internal yang meliputi
penggunaan media belajar, penggunaan strategi mengajar dengan
pendekatan kontekstual, dan pengelolaan kelas untuk membantu
meningkatkan prestasi belajar ekonomi siswa.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh penggunaan media belajar terhadap prestasi
2. Apakah ada pengaruh penggunaan strategi mengajar dengan pendekatan
kontekstual terhadap prestasi belajar ekonomi siswa?
3. Apakah ada pengaruh pengelolan kelas terhadap prestasi belajar
ekonomi siswa?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk
menyediakan bukti-bukti tentang:
1. Pengaruh penggunaan media belajar terhadap prestasi belajar ekonomi
siswa.
2. Pengaruh penggunaan strategi mengajar dengan pendekatan kontekstual
terhadap prestasi belajar ekonomi siswa.
3. Pengaruh pengelolan kelas terhadap prestasi belajar ekonomi siswa.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja guru dalam
mengembangkan potensi belajar untuk meningkatkan prestasi belajar
siswa.
2. Bagi sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas sekolah
dalam pengajaran agar prestasi belajar siswa dapat tercapai secara
3. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi ilmiah sebagai hasil kajian
empiris tentang penggunaan media belajar, penggunaan strategi
mengajar dengan pendekatan kontekstual, dan pengelolaan kelas
terhadap prestasi belajar ekonomi siswa.
4. Bagi penulis
Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis dalam
menyelesaikan kuliah dan memperoleh pengalaman, wawasan, dan
8 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Media Belajar
Menurut Sudrajat (http//teknologipendidikan.wordpress.com//prinsip
pengembangan media pendidikan sebuah pengantar), media berasal dari
Bahasa Latin “medium” yang secara harafiah berarti perantara atau
pengantar, artinya adalah media merupakan perantara atau pengantar sumber
pesan dengan penerima pesan. Pendapat lain mengenai media diungkapkan
oleh Marshall Mc Luhan dalam Hamalik (2005:201) bahwa media adalah
suatu ekstitensi manusia yang memungkinkan mempengaruhi orang lain
yang tidak mengadakan kontak langsung dengan dia. Menurut Sudrajat
(http://teknologipendidikan.wordpress.com/2006/03/21/prinsippengembanga
n-media-pendidikan-sebuah-pengantar), media pembelajaran merupakan
teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan
pembelajaran. Dalam tulisan yang sama, National Education
mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi
dalam bentuk cetak maupun pandang dengar, termasuk teknologi perangkat
keras yang dapat dijadikan bahan untuk mempermudah proses belajar.
Sementara Hamalik (1994:12) mendefinisikan media belajar atau media
pendidikan sebagai alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka
lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antar guru dan siswa dalam
(1987:205) bahwa media belajar merupakan bagian dari pengajaran yang di
dalamnya terkandung dua unsur pengajaran yaitu pesan atau bahan
pengajaran yang disampaikan dan alat penampil materi atau perangkat keras
(hardware). Sementara Gerlach dan Ely (Sanjaya, 2006:161)
mengemukakan pendapat bahwa media pembelajaran meliputi orang, bahan,
peralatan, dan kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan
siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Menurut Sudrajat (http://Akmadsudrajat.wordpress.pengembangan.
media pembelajaran), media memiliki beberapa fungsi, diantaranya sebagai
berikut:
1. media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik.
2. media pembelajaran dapat melampaui batas ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas, alasanya adalah mungkin objek terlalu besar, objek terlalu kecil, ataupun objek tidak dapat dipindah. Maka, penggunaan media yang tepat diharapkan dapat menampilkan semua objek bisa di hadapan peserta didik.
3. media pembelajaran memungkinkan interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungan.
4. media pembelajaran menghasilkan keseragaman pengamatan.
5. media pembelajaran dapat menanamkan konsep dasar yang benar dan konkrit.
6. media pembelajaran membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar.
7. media pembelajaran membangkitkan keinginan dan minat baru.
Dari beberapa fungsi yang disebutkan di atas, secara umum media
mempunyai kegunaan:
1. memperjelas pesan agar tidak verbalistis;
2. mengatasi keterbatasan ruang dan waktu;
4. memungkinkan anak belajar mandiri;
5. memberi rangsangan secara sama dan mempersamakan dan
menimbulkan persepsi yang sama.
Hamalik (1994:16) mengemukakan pendapat yang hampir sama
tentang fungsi dari media belajar, yaitu sebagai berikut.
1. Media pembelajaran dapat melampui batas pengalaman pribadi siswa
2. Media pembelajaran dapat melampui batas-batas ruang kelas
3. Media pembelajaran dapat membuat siswa mengalami interaksi secara
langsung dengan lingkungan
4. Media pendidikan memberikan pengamatan yang sama dalam
pengamatan
5. Media memberikan konsep yang sebenarnya secara realistis dan teliti
6. Media pembelajaran membangklitkan keinginan dan minat siswa.
7. Media pembelajaran membangkitkan motivasi dan perangsang kegiatan
siswa
8. Media pembelajaran memberikan pengalaman yang langsung dan
menyeluruh
Pendapat lain tentang beberapa fungsi media diungkapkan oleh
Sanjaya (2006:168-169) yaitu sebagai berikut.
1. Media pembelajaran dapat menangkap suatu objek atau
peristiwa-peristiwa tertentu.
2. Media pembelajaran dapat memanipulasi keadaaan, peristiwa, dan objek
3. Media pembelajaran dapat menambah gairah dan motivasi belajar siswa.
Selain memiliki berbagai macam fungsi, media pembelajaran juga
mempunyai beragam jenis yang dapat dijadikan alternatif pilihan oleh guru
dalam proses belajar mengajar. Menurut Sanjaya (2006:170), media
pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi beberapa klasifikasi.
1. Media pembelajaran dilihat dari sifatnya
a. Media auditif yaitu media yang hanya dapat didengar saja atau
media yang hanya memilki unsur suara saja.
b. Media visual yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak
mengandung unsur suara.
c. Media audio visual yaitu media yang menggabungkan antar media
visual dan media audio.
2. Media dilihat dari kemampuan jangkauannya
a. Media yang memilki daya liput yang luas dan serentak seperti radio
dan televisi.
b. Media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruang dan
waktu.
3. Dilihat dari cara atau teknik pemakaiannya
a. Media yang diproyeksikan
Penggunaan media tidaklah asal pilih, pemilihan media harus
disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Di samping itu,
perlu diperhatikan pula kriteria lain yang sifatnya adalah melengkapi antara
lain seperti biaya, ketepatgunaan, keadaaan peserta didik, dan mutu teknis.
Menurut Hamalik (2005:202), ada 2 (dua) pendekatan yang dilakukan
untuk memilih media pembelajaran, yakni:
1. dengan cara memilih media yang telah disediakan di pasaran yang dapat langsung dibeli oleh guru dan langsung dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Pendekatan ini tentunya perlu banyak biaya untuk membelinya, lagi pula media itu belum tentu cocok dengan penyampaian bahan pelajaran dan cocok dengan kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa;
2. memilih berdasarkan kebutuhan nyata yang telah direncanakan
khususnya yang berkenaan dengan tujuan yang akan dicapai.
Sementara Sudirman (1987:211) mengungkapkan bahwa dalam
pemilihan media perlu diperhatikan 2 (dua) hal yaitu prinsip pemilihan
media dan faktor yang diperhatikan dalam pemilihan media. Prinsip
pemilihan media yakni:
1. Tujuan pemilihan.
Memilih media harus disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan
atau sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai oleh guru.
2. Karakteristik media pengajaran
Memahami karakteristik media menjadi hal yang penting, karena jika
guru menggunakan media tanpa mengetahui karakteristik media maka
guru akan mengalami kesulitan jika suatu saat media tersebut
mengalami kerusakan ataupun terdapat kendala. Media juga diharapkan
bisa berlangsung dengan menarik dan pada akhirnya bisa sesuai dengan
tujuan yang diharapkan guru.
3. Alternatif pilihan
Guru harus dapat mempertimbangkan penggunaan media jika ada
alternatif lain yang bisa digunakan.
Dalam buku yang sama, Sudirman (1987:213) menyebutkan berbagai
faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilian media. Faktor-faktor
tersebut antara lain: (a) objektivitas, objektivitas menunjuk pada unsur-unsur
yang digunakan oleh guru dalam memilih media artinya bahwa dalam
pemilihan media guru tidak boleh hanya memilih media berdasarkan
kesenangan pribadi; (b) program pengajaran, yang dimaksud program
pengajaran disini adalah media yang digunakan harus sesuai dengan
program pengajaran yang telah ditetapkan sebelumnya; (c) sasaran program,
yang dimaksud adalah siswa yang akan dihadapi, perlu diperhatikan juga
bahwa setiap jenjang pendidikan memiliki karakteristik yang berbeda; (d)
situasi dan kondisi, penggunaan media pembelajaran harus disesuaikan
dengan kondisi dan situasi yang ada. Situasi dan kondisi tersebut seperti
ruangan, ukuran kelas, kondisi siswa, motivasi, serta keinginan siswa dalam
mengikuti pembelajaran; (e) kualitas dan segi teknik, media yang digunakan
harus memenuhi syarat kualitas media dan standar keamanan yang berlaku;
dan (f) keefektifan dan efisiensi penggunaan, efektif disini adalah apakah
atau program yang ada. Sedangkan yang dimaksud efisien apakah
penggunaan media menyita banyak waktu, uang, dan tenaga.
Sanjaya (2006:171) mengungkapkan bahwa prinsip pokok dalam
penggunaan atau pemilihan media adalah bahwa penggunaan diarahkan
untuk mempermudah belajar siswa dalam memahami materi pelajaran.
Dengan demikian, penggunaan media harus dipandang dari sudut kebutuhan
siswa. Hal ini perlu ditekankan sebab seringkali media digunakan hanya
dilihat dari sudut pandang guru. Agar media pembelajaran benar-benar
digunakan untuk membelajarkan siswa, maka Sanjaya (2006:171)
mengungkapkan beberapa prinsip.
1. Media yang akan digunakan oleh guru harus sesuai dan diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Media tidak diperkenankan hanya untuk hiburan tapi dimaksudkan untuk mempermudah guru dalam menyampaikan materi sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
2. Media yang akan digunakan harus sesuai dengan materi pembelajaran. Setiap materi pelajaran memiliki kekhasnan dan kekomplekan. Media yang akan digunakan harus sesuai dengan kompleksitas materi pembelajaran.
3. Media pembelajaran harus sesuai dengan minat, kebutuhan, dan kondisi siswa. Siswa yang memiliki kemampuan mendengar yang baik akan lebih maksimal jika mengunakan media yang bersifat auditif.
4. Media yang digunakan harus memperhatikan efektivitas dan efisien. Media yang memerlukan peralatan yang mahal belum tentu efektif untuk mencapai tujuan tertentu dari pembelajaran.
5. Media yang digunakan harus sesuai dengan kemampuan guru dalam mengoperasikannya. Jangan sampai guru tidak mengerti bagaimana mengoperasikan media yang akan digunakan karena hal tersebut akan menggangu proses belajar mengajar.
Pendapat lain tentang prinsip penggunaan media diungkapkan oleh
Sudjarwo (1988:172). Ada delapan prinsip umum penggunaan media.
dikombinasikan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan optimal.
2. Tidak ada satupun media yang dapat sesuai dan cocok untuk segala macam kegiatan belajar. Oleh karena itu, guru harus selektif dalam pemilihan media sebelum media tersebut digunakan dalam kelas.
3. Media tertentu cenderung lebih cepat dan tepat untuk maksud dan tujuan tertentu dibanding dengan media yang lain.
4. Penggunaan berbagai jenis media secara berlebihan dan tidak
berdasarkan teori pemilihan media dalam tempo yang relatif kurang justru akan mengkaburkan isi pelajaran.
5. Sebelum media diterapkan dalam proses belajar mengajar maka si pendidik perlu melakukan persiapan yang cukup dan cermat.
6. Selama belajar dengan media sebaiknya siswa juga telah disiapkan sebelumnya dan siswa harus diperlakukan secara sebaik-baiknya sehingga dapat berperan sebagai peserta belajar yang aktif dan bertanggung jawab pada setiap kejadian selama proses belajar.
7. Media perlu diusahakan agar dapat menjadi bagian integral dari sistem pendidikan. Artinya bahwa media harus diperlakukan sebagai cara tepat dan proporsional, sehingga media tidak hanya sekedar alat bantu tapi sebagai salah satu mata rantai dalam pendidikan.
8. Jangan menggunakan media untuk sekedar pengisi waktu yang kosong dengan tujuan rekreasi, karena dengan demikian maka tanggapan siswa selanjutnya akan menganggap media hanya sekedar sebagai hiburan semata.
Akhirnya, karakteristik dan kemampuan masing-masing media perlu
diperhatikan oleh guru agar mereka dapat memilih media mana yang sesuai
dengan kondisi dan kebutuhan yang akan dicapai. Selain itu, media harus
dapat dirumuskan secara jelas, terarah, sistematis, dan terperinci. Dengan
demikian, diharapkan manfaat yang diterima oleh siswa akan lebih optimal
sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
B. Strategi Pembelajaran Dengan Pendekatan CTL (Kontekstual)
Dewasa ini ada kecenderungan untuk kembali pada pemikiran bahwa
anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah.
dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada
penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat jangka
pendek, akan tetapi pada jangka panjang anak akan mengalami persoalan
dalam memecahkan masalah.
Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu
guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata
dan mendorong membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki
dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat.
Dengan pembelajaran ini, diharapkan pembelajaran akan lebih bermakna
dan lebih optimal .
Sebelum membahas lebih dalam mengenai pendekatan kontekstual,
akan dibahas mengenai pengertian strategi pembelajaran. Beberapa pendapat
mengenai strategi pembelajaran yang dirangkum oleh Uno (2007:1) antara
lain:
1. Menurut Kozna, secara umum menjelaskan bahwa strategi
pembelajaran dapat diartikan setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu.
2. Menurut Gerlach dan Elly, strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan belajar tertentu.
3. Menurut Dick dan Carey, strategi pembelajaran terdiri dari keseluruhan komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang atau akan digunakan oleh guru.
4. Grooper mengatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan
Dari berbagai pendapat di atas, Uno menyimpulkan bahwa strategi
pembelajaran merupakan cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh
seorang pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran, sehingga
memudahkan peserta didik menerima dan memahami materi pembelajaran
yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasainya di akhir
kegiatan. Pendapat lain mengenai strategi belajar terutama strategi belajar
dalam kelas dikemukakan oleh Singer (2008:1613) “classroom learning that
aims at developing competence and is based on collaboration instead of
developing factualknowlegde focused on only validated examples and based
on competition in order to establish hierarchies among students.” Dengan
demikian strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai pembelajaran dalam
kelas yang bertujuan untuk peningkatan kompetensi dan didasarkan pada
perpaduan antara pengetahuan umum yang dikhususkan pada materi dan
berdasarkan pada kompetisi untuk membangun peringkat antar siswa.
Dari berbagai strategi yang ada, penulis akan lebih memfokuskan
pada startegi pembelajaran model kontekstual (CTL). Pendekatan
kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu siswa untuk
menemukan pengalaman dan ilmu sesuai dengan bidang ilmu yang
dipelajari. Ada berbagai pendapat dari para ahli mengenai arti dari
pendekatan kontekstual ini. Depdiknas dalam Pengembangan Model
Pembelajaran secara Efektif mengungkapkan bahwa pendekatan
kontekstual (Contextual Teaching And Learning) adalah konsep belajar yang
dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan mereka
sehari-hari dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif
yakni: konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar,
permodelan, dan penilaian autentik. Sementara pendapat yang lain
dingkapkan oleh Mulyasa (http://akhmad sudrajat.Wordpress.com/model
pembelajaran), bahwa pendekatan kontekstual merupakan konsep
pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi
pembelajaran dengan kehidupan dunia nyata sehingga peserta didik mampu
menerapkan kompetensi belajar dalam kehidupan sehari-hari. Sementara
Sanjaya (2006:253) mengungkapkan hal yang hampir sama dengan 2 (dua)
pendapat di atas tentang pendekatan kontekstual yaitu suatu strategi
pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara
penuh untuk menemukan sendiri materi yang dipelajari dan menghubungkan
dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk
menerapkan dalam kehidupan mereka. Peran guru sendiri adalah sebagai
fasilitator, seperti yang diungkapkan oleh Singer (2008:1643) “the teacher
as a facilitator of learning, a coach as well as a partner who helps the
student to understand and explain rather than a ‘knowledgeable authorithy ‘
who gives lectrures and imposes standard points view.” Dengan demikian
peran guru adalah sebagai fasilitator yang memfasilitasi pembelajaran,
memahami dan menjelaskan, bukan sebagai sumber pengetahuan yang
memberikan pengajaran dan menentukan sudut pandang.
Sehubungan dengan hal tersebut, terdapat lima karakteristik penting
mengenai pendekatan kontekstual.
1. Dalam CTL pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan
yang sudah ada (activity knowledge), artinya apa yang akan dipelajari
tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah ada.
2. Pembelajaran kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan
menambah pengetahuan yang baru. Pengetahuan yang baru ini
diperoleh dengan cara memepelajari keseluruhan kemudian
memperhatikan detailnya.
3. Pemahaman pengetahuan artinya pengetahuan yang diperoleh bukan
untuk dihafalkan tetapi utnuk dipahami dan diyakini.
4. Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut
5. Melakukan refleksi atas strataegi yang digunakan. Hal ini digunakan
untuk penyempurnaan strategi.
Sementara itu Mulyasa (http//akmadsudrajat.wordpress.
com/2008/0/12/model_pembelajaran) mengungkapkan pendapat yang
senada mengenai elemen yang harus diperhatikan dalam pemebelajaran
kontekstual. Elemen tersebut adalah:
1. pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan yang sudah dimilki
2. pembelajaran dimulai dari keseluruhan global menuju bagian-bagian
yang secara khusus;
3. pembelajaran harus ditekankan pada pemahaman dengan cara
menyusun konsep, melakukan sharing dan merevisi, serta
mengembangkan konsep;
4. pembelajaran ditekankan pada upaya mempraktikkan secara langsung
apa yang sudah dipelajari;
5. adanya refleksi terhadap strategi pembelajaran dan pengembangan
pengetahuan yang dipelajari.
Elemen lain yang perlu diperhatikan adalah peran guru dalam
pembelajaran kontekstual. Menurut Mulyasa (http://akhmad
sudrajat.Wordpress.com/2008/01/12/model pembelajaran
1. siswa dalam pembelajaran kontekstual dipandang sebagai individu yang berkembang. dengan demikian peran guru adalah pembimbing siswa agar mereka bisa belajar sesuai dengan tahap perkembangnya;
), peran guru
dalam pendekatan kontekstual ini adalah memberikan kemudahan bagi
siswa dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang
memadai dan mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang
memungkinkan peserta didik belajar. Selain itu, guru perlu memperhatikan
gaya belajar siswa agar nantinya penggunaan strategi bisa tepat sasaran.
Menurut Sanjaya (2006:261), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh
guru dalam pendekatan kontektual, antara lain;
3. belajar bagi siswa adalah proses mencari keterkaitan atau keterhubungan antara hal-hal yang baru dengan hal-hal yang penuh tantangan. dengan demikian peran guru adalah membantu agar siswa mampu menemukan keterkaitan pengalaman baru dengan pengalaman sebelumnya;
4. belajar bagi anak adalah proses penyempurnaan skema yang telah ada atau proses pembentukan skema baru. dengan demikian tugas guru adalah memfasilitasi agar anak mampu melakukan proses asimilasi dan akomodasi.
Dari berbagai asumsi dan latar belakang tentang CTL, Sanjaya
(2006:258) mengungkapkan bahwa ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan oleh guru tentang belajar dalam kontek CTL, yaitu:
a. belajar bukanlah menghafal akan tetapi proses rekontruksi pengetahuan sesuai dengan pengalaman yang sudah ada dalam diri siswa;
b. belajar bukan sekedar mengumpulkan fakta yang lepas-lepas;
c. belajar adalah proses pemecahan masalah, sebab dengan memecahkan masalah anak akan berkembang secara utuh yang bukan hanya berkembang secara intelektual akan tetapi melibatkankan emosi dan mental;
d. belajar adalah proses pengalaman sendiri yang berkembang secara bertahap dari yang sederhana menuju yang kompleks;
e. belajar pada hakikatnya adalah mennagkap pengetahuan dari kenyataan. oleh karena itu pengetahuan yang diperoleh adalah pengetahuan yang memiliki kamna untuk anak.
Sementara itu, Depdiknas (http//pakguruonline.pendidikan.net//
pendkonteks)
1. Proses belajar
mengemukakan pendekatan kontekstual mendasarkan diri
pada pemikiran tentang belajar.
a. Belajar tidak hanya sekedar menghafal, siswa harus mengkonstruksi
pengetahuan yang ada di benak mereka sendiri
b. Anak belajar dari mengalami
c. Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta yang
d. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah
2. Transfer belajar
a. Siswa belajar dari mengalami sendiri bukan dari pemberian orang
lain
b. Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang
terbatas
c. Penting bagi siswa untuk tahu manfaat belajar
3. Siswa sebagai pembelajar
a. Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam bidang
tertentu saja
b. Strategi itu penting. Anak akan mempelajari sesuatu yang baru
c. Peran guru adalah menghubungkan antara sesuatu yang baru dengan
pengetahuan yang sudah dimili oleh siswa
d. Tugas guru memfasilitasi agar informasi baru menjadi bermakna
dan memberi kesempatan kepada siswa untuk menerapkan ide
mereka dan menerapkan strategi mereka sendiri
4. Pentingnya lingkungan belajar
a. Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat
pada siswa
b. Pengajaran harus berpusat pada bagaimana cara siswa untuk
menggunakan pengetahuan mereka
d. Menumbuhkembangkan komunitas belajar dalam bentuk kerja
kelompok itu penting
Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan
penerapan dalam kehidupan sehari-hari. CTL sebagai suatu pendekatan
memiliki 7 (tujuh) asas. Asas–asas ini melandasi pelaksanaan proses
pembelajaran, 7 (tujuh) asas tersebut adalah sebagai berikut.
1. Kontruktivisme
Kontruktivisme menurut Sanjaya (2006:262) adalah proses membangun
atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa
berdasarkan pengalaman. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan
masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergelut
dengan ide-ide. Guru tidak akan memberikan semua pengetahuan
kepada siswa. Siswa harus mengkonstruksi sendiri pengetahuan di
benak mereka. Esensinya adalah ide bahwa siswa harus menemukan
dan mentransformasi suatu informasi ke situasi lain dan apabila
dikehendaki. Dalam pandangan kontruktivisme, strategi memperoleh
lebih diutamakan daripada seberapa banyak siswa dapat menampung
informasi. Depdiknas (http//pakguruonline.pendidikan.net//pend
konteks) mengemukakan peran guru dalam rangka melaksanakan tujuan
a. menjadikan pengetahuan menjadi pengetahuan yang bermakna dan
relevan bagi siswa;
b. memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan
menerapkan sendiri idenya sendiri dan;
c. menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam
belajar.
Pengetahuan tumbuh berkembang melalui pengalaman. Menurut Pieget
dalam Depdiknas (http//pakguruonline.pendidikan.net//pend konteks
2. Menemukan ( inquiry)
)
mengemukakan manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya
yang harus dikembangkan melalui dua cara yaitu asimilasi dan
akomodasi.
Inkuiri artinya proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan
penemuan melalui proses berpikir secara sistemaits. Secara umum
proses inkuiri dapat dilakukan dengan beberapa langkah, yaitu;
a. merumuskan masalah;
b. mengajukan hipotesis;
c. mengumpuklan data;
d. menguji hipotesis;
e. membuat kesimpulan.
Reiff Harwood dan Philipson (Singer:2008,1615) mengemukakan
“following elements/processes of inquiry is observing, defining of
the expectation, carrying out the study and community the results to the
scientific and to society.” Dengan demikian elemen atau proses dalam
inkuiri adalah pengamatan, perumusan masalah, perumusan pertanyaan,
penyelidikan hal yang ingin diketahui, menyebutkan tujuan,
melaksanakan penelitian, dan menggolongkan hasil ke arah
pengetahuan dan kemasyarakatan.
3. Bertanya (questioning)
Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan.
Bertanya dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu,
sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang
dalam berpikir. Dalam suatu pembelajaran yang produktif, bertanya
akan sangat berguna untuk:
a. menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan
materi pelajaran;
b. membangkitkan motivasi siswa untuk belajar;
c. merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu;
d. memfokuskan siswa pada sesuatu yang diinginkan;
e. membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu.
Dalam setiap tahapan dan proses pembelajaran, kegiatan bertanya selalu
digunakan. Oleh karena itu, kemampuan guru untuk mengembangkan
4. Masyarakat belajar (learning community)
Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil belajar diperoleh dari
kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing antar
teman ataupun antar kelompok. Dalam kelas CTL, guru disarankan
melaksanakan pembelajaran kelompok belajar. Siswa dibagi menjadi
kelompok yang anggotanya heterogen agar yang pintar bisa membantu
yang kurang pintar, agar mereka lebih bisa menangkap pelajaran yang
disampaikan oleh guru. Kegiatan belajar ini bisa terjadi secara optimal
apabila tidak ada pihak yang dominan dalam komunikasi, tidak ada
pihak yang merasa segan bertanya, dan tidak ada yang menganggap
salah satu adalah yang lebih tahu. Kalau setiap orang mau belajar dari
orang lain, maka setiap orang bisa menjadi sumber belajar dan ini
berarti setiap orang akan menjadi sangat kaya akan pengetahuan dan
pengalaman. Praktik dalam kelas dapat terwujud dalam pembentukan
kelompok kecil, kelompok besar, mendatangkan ahli ke dalam kelas,
bekerja dengan kelas sederajat, bekerja dengan kelompok kelas di
atasnya, dan bekerja dengan masyarakat.
5. Permodelan (modeling)
Yang dimaksud asas permodelan adalah proses pembelajaran dengan
memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh siswa.
Dalam pendekatan CTL, guru bukan satu-satunya model. Model dapat
dirancang dengan melibatkan siswa. Model juga bisa didatangkan dari
6. Refleksi ( reflection)
Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari
yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian
atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. Menurut Depdiknas,
refleksi merupakan respon terhadap kejadian-kejadian, aktivitas dan
pengetahuan yang baru. Pengetahuan yang bermakna berasal dari
proses. Pengetahuan dimiliki siswa melalui konteks pembelajaran yang
kemudian diperluas sedikit demi sedikit. Kunci dari semua adalah
bagaimana pengetahuan itu mengendap di benak siswa, mencatat apa
yang sudah dipelajari, dan bagaimana menemukan ide-ide baru. Pada
akhir pelajaran guru menyisakan waktu sejenak untuk refleksi,
realisasinya berupa:
a. pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperoleh hari itu;
b. catatan atau jurnal di buku siswa;
c. kesan atau saran siswa mengenai pembelajaran hari itu;
d. diskusi;
e. hasil karya.
7. Penilaian autentik (authentic assesment)
Assement adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Apabila data yang
diambil menunjukkan bahwa ternyata siswa mendapat kesulitan maka
guru bisa membantu siswa untuk mencari jalan keluar. Assement
harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat
melakukan proses pembelajaran. Kemudian belajar dinilai dari proses,
bukan dari hasil. Penilaian autentik menilai pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh siswa dan penilaian tersebut tidak hanya
dari guru saja melainkan bisa dari teman lain atau orang lain. Menurut
Depdiknas (http // pakguruonline. Pendidikan. Net // pendidikan
kontekstual
a. dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung ), disebutkan karakteristik assement, antara lain:
b. bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif
c. yang diukur adalah keterampilan dan performasi bukan mengingat
fakta
d. berkesinambungan
e. terintegrasi
f. dapat digunakan sebagai feed back
Hal-hal yang digunakan sebagai dasar menilai prestasi siswa, antara
lain:
a. proyek/ kegiatan dan laporan
b. pekerjaan rumah (PR)
c. kuis
d. karya tulis
e. penampilan siswa atau presentasi
f. demontrasi
h. jurnal
i. hasil tes tulis
j. karya lain
Jadi siswa dinilai kemampuannya dengan berbagai cara. Menurut
Bandono (http://bandono.web.id//menyusun_model_pembelajaran
contextual teaching and learning-ctl),
C. Pengelolaan Kelas
penekanan penialian autentik
adalah pada pembelajaran yang seharusnya membantu siswa agar
mampu mempelajari sesuatu, bukan pada diperolehnya informasi di
akhir periode. Kemajuan belajar dinilai tidak hanya hasil tetapi lebih
pada prosesnya dengan berbagai cara, menilai pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh oleh siswa.
Menurut Raka (Sudrajat:http//akmadsudrajat.wordpress.com),
pengelolaan kelas merupakan satu keterampilan yang harus dimiliki guru
dalam mengelola kelas. Pengelolaan kelas merupakan hal yang berbeda dari
pengelolaan pembelajaran. Pengelolaan pembelajaran lebih menekankan
pada kegiatan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan tindak lanjut.
Sedangkan pengelolaan kelas lebih berkaitan dengan upaya-upaya untuk
menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya
proses belajar mengajar yang di dalamnya mencakup pengaturan orang.
Nawawi (1982:116) berpendapat bahwa pengelolaan kelas adalah
berupa pemberian kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap personal
untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang kreatif dan terarah sehingga waktu
dan dana yang tersedia dapat dimanfaatkan secara efisien untuk melakukan
kegiatan-kegiatan yang berhungan dengan kurikulum dan perkembangan
murid. Sejalan dengan pengertian tersebut, Nawawi(1982:127) menjelaskan
pengertian kelas dari dua sudut pandang.
1. Kelas dalam arti sempit yakni ruangan yang dibatasi oleh 4 (empat)
dinding, tempat sejumlah murid berkumpul untuk mengikuti proses
mengajar.
2. Kelas dalam arti luas adalah suatu masyarakat kecil yang merupakan
bagian dari masyarakat sekolah sebagai satu kesatuan, diorganisir
menjadi satu unit kerja yang secara dinamis menyelengarakan kegiatan
belajar mengajar yang kreatif untuk mecapai satu tujuan.
Berbeda dengan Sudirman (1987:310) yang berbendapat bahwa pengelolaan
kelas adalah keterampilan bertindak seorang guru berdasarkan sifat-sifat
kelas dengan tujuan menciptakan situasi belajar mengajar yang baik. Oemar
Hamalik dalam Sudirman (1987:311) mengungkapkan bahwa pengelolaan
kelas adalah keterampilan bertindak seorang guru dan suatu alat untuk
mengembangkan kerja sama dan dinamika kelas yang stabil walaupun
banyak gangguan dan perubahan dalam lingkungan.
Menurut Sudirman (1987:311), pengelolaan kelas bertujuan untuk
menciptakan kondisi dalam kelompok kelas yang berupa lingkungan kelas
penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam
lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas. Menurut Raka
Joni (Sudrajat:http//akmad sudrajat.wordpress.com
1. Masalah individual
), terdapat dua masalah
dalam pengelolaan kelas.
a. Attention getting behaviors (pola perilaku mencari perhatian)
b. Power seeking behaviors (pola perilaku menunjukan kekuatan)
c. Revenge seeking behaviors (pola perilaku menunjukan balas
dendam)
d. Helplessness (peragaan ketidakmampuan)
2. Masalah kelompok
a. Kelas kurang kohesif karena alasan jenis kelamin, suku, tingkatan
sosial, ekonomi, dan lain-lain.
b. Penyimpangan dari norma-norma perilaku yang telah disepakati
sebelumnya.
c. Kelas mereaksi secara negatif terhadap salah seoarang anggotanya.
d. Membombong anggota kelas yang melanggar peraturan.
e. Kelompok cenderung mudah dialihkan dari tugas yang tengah
dibuat.
f. Semangat kerja rendah atau semacam aksi protes kepada guru
Banyak pendekatan yang bisa dilakukan untuk mengatasi beberapa
masalah di atas. Oleh karena permasalahan dan situasi kelas yang labil,
maka guru dituntut untuk menguasai berbagai pendekatan pengelolaan kelas
yang cocok untuk semua situasi. Setiap pendekatan pasti memiliki kelebihan
dan kekurangan, maka guru dapat mengkombinasikan beberapa pendekatan
yang mungkin cocok dan sesuai untuk mengatasi beberapa masalah
pengelolaan kelas yang ada. Pendekatan-pendekatan pengelolaan kelas
menurut Sudirman (1987:327) tersebut antara lain:
1. Pendekatan otoriter
Pendekatan otoriter melihat pengelolaan kelas semata-mata sebagai
upaya untuk menegakkan disiplin dan tata tertib. Pendekatan ini
menempatkan guru dalam peranan menciptakan dan memelihara situasi
kelas.
2. Pendekatan permisif
Pendekatan ini memusatkan pada usaha untuk memaksimalkan
kebebasan siswa. Semua siswa diberi kebebasan untuk melakukan apa
saja yang dikehendaki dalam lingkungan.
3. Pendekatan manajerial
Pendekatan ini dilihat dari sudut pandang manajemen yang berintikan
konsepsi-konsepsi tentang kepemimpinan. Pandangan ini dapat
dibedakan menjadi:
a. Kontrol otoriter: dalam menegakkan disiplin kelas, guru harus
b. Kebebasan liberal: menurut konsep ini siswa diberi kebebasan
sepenuhnya untuk melakukan kegiatan apa saja sesuai dengan
tingkat perkembangan.
c. Kebebasan terbimbing: konsep ini merupakan perpaduan antara
kontrol otoriter dan kebebasan liberal. Dalam kebebasan
terbimbing, siswa diberi kebebasan untuk melakukan aktivitas
namun terbimbing.
4. Pendekatan modifikasi tingkah laku
Pendekatan ini mengemukakan pendapat bahwa semua tingkah laku
yang baik atau yang kurang baik merupakan hasil proses belajar.
Pendapat lain mengenai pendekatan ini diungkapkan oleh Raka Joni
dalam Sudrajat (http//akhmadsudrajat.wordpress.com
5. Pendekatan iklim sosio emosional
) yang
mengungkapkan asumsi mendasar adalah perilaku baik dan buruk
individu merupakan hasil belajar. Upaya memodifikasi dengan cara
pemberian positive reinforcement (untuk membina perilaku positif) dan
negative reinforcement (untuk mengurangi perilaku negatif).
Pendekatan ini berlandaskan psikologis klinis yang memperkirakan
bahwa proses belajar mengajar yang efektif memprasyaratkan keadaan
sosio emosional yang baik, dalam arti terdapat hubungan antara guru
dan siswa yang baik. Dalam hal ini, Carl Rogers dalam Sudrajat (http//
akhmadsudrajat.wordpress.com) mengemukakan pentingnya sikap
manusia dan mengerti dari sudut pandang peserta didik. Sementara
Nawawi (1982:140) memberikan pendapat yang hampir senada tentang
asumsi iklim sosio emosional yaitu asumsi ini mengharuskan guru atau
wali kelas menyusun program kelas dan pelaksanaannya didasari
hubungan manusiawi yang diwarnai sikap saling menghargai dan saling
menghormati antar personal kelas.
6. Pendekatan proses kelompok
Pendekatan proses kelompok ini didasarkan pada psikologis klinis dan
dinamika kelompok. Asumsi dasarnya adalah pengalaman belajar
sekolah berlangsung dalam konteks kelompok dan sosial, dan tugas
guru adalah membina kelompok yang produktif dan efektif. Hal senada
diungkapkan oleh Raka Joni dalam Sudrajat (http//
akhmadsudrajat.wordpress.com
7. Pendekatan eklektif
), bahwa asumsi dasar pendekatan
proses kelompok adalah pengalaman belajar yang berlangsung dalam
konteks kelompok sosial, dan tugas guru adalah menciptakan,
membina, dan memelihara kelompok yang produktif dan kohesif.
Pendekatan ini menggunakan atau mengabungkan pendekatan yang ada
(pendekatan sosio emosional dan pendekatan proses kelompok) untuk
mengatasi permasalahan pengelolaan kelas. Nawawi (1982:142)
mengungkapkan bahwa pendekatan ini menekankan pada potensialitas
dan inisiatif wali/guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan yang
8. Pendekatan yang berorintasi pada siswa
Lewis (2004:60) mengungkapkan asumsi pendekatan ini adalah
kepercayaan bahwa anak-anak perlu mengatasi akibat dari sikapnya
sendiri daripada meminta orang dewasa untuk memberitahukan
bagaimana harus bersikap. Alasannya adalah bahwa orang termasuk
anak-anak mampu memutuskan apakah sikap mereka menimbulkan
masalah, apakah masalah sebenarnya, dan bagaimana memecahkannya.
9. Pendekatan yang berorintasi pada guru
Lewis (2004:80) mengungkapkan bahwa pendekatan ini mengubah
sikap siswa secara radikal, melakukan apa yang terbaik untuk siswa.
Siswa dianggap tidak mampu untuk menyadari apa yang terbaik bagi
mereka. Oleh karena itu, guru bertanggung jawab dan berkewajiban
untuk memutuskan apa yang terbaik bagi siswanya.
10. Pendekatan intruksional
Adalah pendekatan yang mendasarkan kepada pendirian bahwa
pengajaran yang dirancang dan dilaksanakan dengan cermat akan
mencegah timbulnya sebagian besar masalah manajerial kelas.
11. Pendekatan intimidasi
Pendekatan ini adalah pendekatan yang memandang manajemen kelas
Menurut Gilarso (1988:28), masalah pengelolaan kelas meliputi tiga
bidang yang disesuaikan dengan situasi yang dihadapi. Tiga bidang tersebut
antara lain: menciptakan kondisi belajar optimal, menanggapi mulainya
gangguan, dan mengembalikan kondisi belajar.
1. Menciptakan kondisi belajar yang optimal
Langkah penting yang perlu dilakukan guru adalah memberikan
pelajaran dengan baik dan lancar serta melibatkan siswa dalam kegiatan
belajar di kelas sehingga mencegah gangguan atau penyelewengan.
Tindakan yang dapat dilakukan adalah:
a) sikap tanggap;
b) membagi perhatian;
c) memusatkan perhatian kelompok;
d) memberikan petunjuk yang jelas.
2. Menanggapi mulainya gangguan
Meskipun guru mengajar dengan baik, melibatkan siswa, dan
menciptakan suasana belajar yang baik, namun terjadinya tingkah laku
siswa mengganggu dalam kelas tidak dapat dicegah. Tindakan yang
perlu dilakukan:
a) menegur siswa;
b) memberi tanggapan atau penguatan;
c) menjaga proses belajar mengajar;
d) menjaga laju kecepatan proses belajar mengajar;
f) keterampilan interaksi dan sikap guru.
3. Mengembalikan kondisi belajar yang optimal bila terjadi gangguan
Seringkali gangguan yang dilakuakn oleh siswa berlangsung terus
meskipun sudah ditanggapi oleh guru. Dalam situasi ini perlu
digunakan strategi untuk menghadapinya, antara lain:
a) modifikasi tingkah laku siswa;
b) menciptakan iklim sosio emosional;
c) pengelolaan proses kelompok;
d) kombinasi.
Kemampuan guru dalam memilih strategi yang tepat sangat
tergantung dari kemampuan untuk menganalisa masalah pengelolaan kelas
yang dihadapi dan tajamnya pengamatan tingkah laku siswa.
D. Prestasi Belajar
1. Prestasi belajar
Mulyono (1990:100) mengungkapkan definisi prestasi belajar sebagai
penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh
mata pelajarannya, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka
yang diberikan oleh guru. Winkel (1996:102) mengungkapkan bahwa
proses belajar yang dialami siswa menghasilkan perubahan dalam
pengetahuan/pemahaman. Adanya perubahan tampak dalam prestasi
belajar yang dihasilkan oleh siswa terhadap tugas-tugas yang diberikan
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Faktor yang mempengaruhi pretasi belajar terdiri dari faktor internal
dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri
individu, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar
individu. Menurut Mahmud (1990:84), ada 2 (dua) faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar adalah.
a. Faktor internal, antara lain: (1) Need for achivment; (2) takut gagal;
(3) takut sukses; (4) persepsi seseorang mengenai prestasi.
b. Faktor eksternal
Kemampuan dan usaha sangat berpengaruh pada prestasi belajar.
Faktor itu mungkin dapat disebakan oleh strategi yang digunakan
oleh guru dalam proses belajar mengajar, pengelolaan kelas, dan
media pembelajaran yang digunakan oleh guru.
E. Kerangka Berfikir
1. Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran terhadap Prestasi
Belajar Ekonomi Siswa
Prestasi belajar siswa diduga dipengaruhi oleh penggunaan
media belajar oleh guru. Media pembelajaran adalah sarana komunikasi
dalam bentuk cetak, pandang, dengar, maupun bentuk 3 (tiga) dimensi.
Media pembelajaran ini diharapkan memperjelas materi yang
disampaikan oleh guru dan secara tidak langsung memungkinkan
Prestasi belajar sendiri merupakan hasil dari keterampilan yang
dikembangkan oleh siswa dalam bentuk nilai ataupun catatan..
Penggunaan media ini secara umum digunakan untuk mempermudah
guru dalam penyampaian materi ajar dan mempermudah siswa dalam
belajar. Berdasarkan teori yang ada, alat bantu pengajaran dapat
membantu guru dalam mengkomunikasikan bahan ajar kepada siswa
dan diharapkan penggunaan media pembelajaran dapat membantu siswa
dalam meraih prestasi belajar secara optimal. Hasil penelitian Maryono
(2007:115) menunjukkan terdapat pengaruh antara positif dan
signifikan antara penggunaan media pembelajaran dan prestasi belajar
siswa.
2. Pengaruh Penggunaan Strategi Mengajar dengan Pendekatan
Kontekstual terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Siswa
Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi dengan kehidupan yang
sebenarnya. Dalam konteks ini, siswa perlu mengerti apa makna belajar
dan manfaatnya untuk mereka. Siswa harus bisa mengerti bahwa
pendidikan merupakan aset untuk menjalani kehidupan mereka
sehari-hari. Oleh karena itu, siswa diharapkan bisa menemukan sendiri dan
mengkonstruksi sendiri ilmu yang mereka dapatkan.
Peran guru dalam kelas kontekstual adalah membantu siswa
mencapai tujuan. Maksudnya adalah guru lebih banyak berurusan
dikembangkan dengan tujuan agar pembelajaran lebih produktif dan
bermakna. Dengan demikian penggunaan pendekatan kontekstual ini
diduga akan mempermudah siswa untuk mencapai prestasi belajar
mereka secara optimal.
3. Pengaruh Pengelolaan Kelas terhadap Prestasi Belajar Ekonomi
Siswa
Pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan kondisi
dalam kelompok kelas berupa lingkungan kelas yang baik, yang
memungkinkan siswa berbuat sesuai dengan kemampuannya. Prestasi
belajar merupakan hasil dari interaksi siswa dengan materi yang pada
akhirnya diharapkan dapat mengembangkan kemampuan dan
keterampilan siswa. Pengelolaan kelas merupakan upaya untuk
mendayagunakan potensi kelas yang ada. Oleh karena itu, kelas
mempunyai peranan dan fungsi tertentu dalam