• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pertamanan Kota

2.1.2. Pengelompokan Pertamanan

Menurut Nurisjah (2001) taman dapat dikelompokkan berdasarkan sifat kepemilikannya yaitu:

(a) Taman publik (umum) yaitu taman yang bisa digunakan oleh umum, contohnya taman ketetanggaan, taman lingkungan, taman kota, taman regional, resort, airport, jalur hijau dan pemakaman.

(b) Taman semi publik yaitu taman milik pribadi yang dapat digunakan oleh umum atau dapat digunakan secara bersama-sama, contohnya taman hotel, taman rumah sakit, taman sekolah, taman industri, dll.

(c) Taman pribadi yaitu taman milik pribadi yang tidak dapat digunakan oleh umum, contohnya taman rumah, taman villa, dll

Menurut Nasrullah (2008) taman dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (a) Taman regional (regional park) adalah taman yang melayani luasan setingkat

kota dan pengunjung dari kota sekitar, digunakan terutama untuk rekreasi, tempat olah raga dan tempat pelaksanaan event sosial budaya dan ekonomi berskala besar dengan pengunjung yang banyak seperti pelaksanaan festival, karnaval, dan ekspo.

(b) Taman kota (city park) adalah kategori taman yang melayani luasan setingkat kecamatan yang bersangkutan, dan warga dari bagian lainnya. Taman ini menjadi tempat rekreasi, tempat olah raga, tempat melaksanakan event

sosial budaya berskala kota seperti festifal tanaman/bunga.

(c) Taman lingkungan (community park) adalah taman yang melayani luasan setingkat satu kelurahan, digunakan warga dari sejumlah RW yang terdapat dalam keseluruhan tersebut. Taman ini menjadi tempat rekreasi, olah raga dan sewaktu-waktu menjadi tempat pelaksanaan even sosial budaya yang berskala lebih besar seperti kegiatan memeriahkan peringatan hari kemerdekaan.

(d) Taman ketetanggaan (neighborhood park) adalah kategori taman yang melayani luasan setingkat satu RT, secara khusus digunakan oleh penghuni terdekat. Taman ini menjadi tempat bermain anak, tempat istirahat, tempat olah raga, tempat warga RW berinteraksi sehari-hari, dan menjadi tempat pelaksanaan event-event sosial budaya.

(e) Taman khusus, taman yang di kategorikan taman khusus yaitu taman lalu lintas, taman air, taman kantong, arboretum, dan lain sebagainya.

Kegiatan yang dilakukan pemakai taman yaitu (a) taman untuk rekreasi aktif yaitu pertamanan yang dilengkapi dengan sarana kegiatan, kesegaran jasmani seperti olah raga; (b) taman untuk rekreasi pasif yaitu taman yang bertujuan untuk kesegaran rohani atau mental misalnya taman-taman hanya untuk duduk-duduk; dan (c) taman untuk rekreasi aktif dan pasif yaitu biasa dilakukan pada taman kota yang luas.

Menurut Nurisjah (2001) beberapa faktor yang akan mempengaruhi seseorang dalam menggunakan ruang, termasuk dalam taman kota ini yaitu: (a) Sifat atau perilaku seseorang apakah dia ingin melakukan kegiatan itu sendiri

atau bersama dengan orang lain.

(b) Penataan yang terkait dengan kegiatan yang ingin dilakukan. (c) Keterkaitan yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungan. (d) Pertimbangan keamanan, kenyamanan, dan estetika.

(e) Kepemilikan simbolis. (f) Kebijakan pengguna. (g) Pertimbangan biaya.

Menurut Laurie (1986) membagi taman kota berdasarkan luas dan jarak jangkauan yang dapat dicapai dari daerah pemukiman sebagai berikut:

(a) Small park :taman ini mempunyai luas ± 2 ha dan dapat dicapai dari daerah

pemukiman dengan berjalan kaki.

(b) Inrermediate park :taman ini mempunyai luas ± 2 ha dan terletak 1.5 km dari daerah pemukiman

(c) Large purk :taman ini mempunyai luas minimal 60 ha dan terletak 8 km dari

daerah pemukiman.

Berdasarkan tata letaknya dalam kota, taman kota ini dikategorikan antara lain taman pertokoan, taman untuk kegiatan industri, taman lingkungan, taman pemukiman, dan taman-taman rekreasi umum (Eckbo, 1964).

Elemen-elemen taman terdiri dari :

a. Material landscape atau vegetasi, yang termasuk dalam elemen landscape

antara lain :

1) Pohon : tanaman kayu keras dan tumbuh tegak, berukuran besar dengan percabangan yang kokoh. Yang termasuk dalam jenis pohon ini adalah asam kranji, lamtorogung, akasia, dan lainnya.

2) Perdu : tenis tanaman seperti pohon terapi berukuran kecil, batang cukup berkayu tetapi kurang tegak dan kurang kokoh. Yang termasuk dalam jenis perdu adalah bougenvillle, kol banda, kembang sepatu, dan lainnya. 3) Semak : tanaman yang agak kecil dan rendah, tumbuhnya melebar atau

merambat. Yang termasuk dalam jenis semak adalah teh-tehan dan lainnya.

4) Tanaman penutup tanah : tanaman yang lebih tinggi rumputnya, berdaun dan berbunga indah. Yang termasuk dalam jenis ini adalah krokot, nanas hias, dan lainnya.

5) Rumput : jenis tanaman pengalas, merupakan tanaman yang persisi berada diatas tanah. Yang termasuk dalam jenis ini adalah rumput jepang, rumput gajah, dan lainnya.

b. Material pendukung atau elemen keras, yang termasuk dalam material pendukung adalah :

1) Kolam : kolam dibuat dalam rangka menunjang fungsi gedung atau merupakan bagian taman yang memiliki estetika sendiri. Kolam sering dipadukan dengan batuan tebing dengan permainan air yang menambah kesan dinamis. Kolam akan tampil hidup bila ada permainan air didalamnya. Taman dengan kolam akan mampu meningkatan kelembaban lingkungan sehingga dapat berfungsi sebagai penyejuk lingkungan.

2) Tebing buatan : tebing buatan atau artificial banyak diminati oleh penggemar taman. Tebing ini dibuat untuk memberikan kesan alami, menyatu dengan alam, tebing dibuat dengan maksud untuk menyembunyikan tembok pembatas dinding yang licin massif, agar tidak menyilaukan pada saat matahari bersinar sepanjang siang. Penambah air kolam terjun pada tebing buatan akan menambah suasana sejuk dan nyaman.

3) Batuan : batuan tidak baik bila diletakkan di tengah taman, sebaiknya diletakkan agak menepi atau pada salah satu sudut taman. Sebagian batu yang terpendam di dalam tanah akan memberi kesan alami dan terlihat menyatu dengan taman akan terlihat lebih indah bila ada penambahan koloni taman pada sela-sela batuan.

4) Gazebo adalah bangunan peneduh atau rumah kecil di taman yang berfungsi sebagai tempat beristirahat menikmati taman. Sedangkan

bangku taman adalah bangku panjang yang disatukan dengan tempat duduknya dan ditempatkan di gazebo atau tempat-tempat teduh untuk beristirahat sambil menikmati taman. Bahan pembuatan gazebo atau bangku taman tidak perlu berkesan mewah tetapi lebih ditekankan pada nilai keindahan, kenyamanan dalam suasana santai, akrab, dan tidak resmi. Gazebo atau bangku taman bisa terbuat dari kayu, bambu, besi atau bahan lain yang lebih kuat dan tahan terhadap kondisi taman. Atapnya dapat bermacam-macam, mulai dari genting, ijuk, alang-alang, dan bahan lain yang berkesan tahan sederhana.

5) Jalan setapak (stepping stone) : jalan setapak atau steppig stone dibuat agar dalam pemeliharaan taman tidak merusak rumput dan tanaman, selain itu jalan setapak berfungsi sebagai unsur variasi elemen penunjang taman.

6) Perkerasan : perkerasan pada taman dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai macam bahan, seperti tegel, paving, aspal, batu bata, dan bahan lainnya. Tujuan perkerasan adalah untuk para pejalan kaki (pedestrian) atau sebagai pembatas.

7) Lampu taman : lampu taman merupakan elemen utama sebuah taman dan dipergunakan untuk menunjang suasana dimalam hari. Lampu berfungsi sebagai penerang taman dan sebagai nilai eksentrik pada taman.

2.2. Pengembangan Perencanaan Berbasis Komunitas 2.2.1. Perencanaan

Menurut Porteus (1977) perencanaan (planning) pada dasarnya berusaha mempromosikan hubungan yang lebih baik antara kebutuhan-kebutuhan perilaku manusia dengan elemen-elemen lingkungan dimana dia tinggal. Pada Gambar 3 menjelaskan bagaimana interaksi antara lingkungan (environment), perilaku (behavior) dan perencanaan (planning).

Gambar 3 Interaksi Lingkungan, Perilaku, dan Perencanaan

Perencanaan merupakan suatu bentuk alat yang sistematis yang diarahkan untuk mendapatkan tujuan dan maksud tertentu melalui pengaturan, pengarahan atau pengendalian terhadap proses pengembangan dan pembangunan. Perencanaan berorientasi kepada kepentingan masa depan terutama untuk mendapatkan suatu bentuk social good dan umumnya dikategorikan sebagai pengelolaan (Nurisjah, 2000). Perencanaan bukanlah sekedar persiapan akan tetapi merupakan proses kegiatan yang secara terus-menerus mewarnai dan mengikuti kegiatan sampai pada pencapaian tujuan.

Menurut Knudson (1980) mengemukakan perencanaan adalah mengumpulkan dan menginterpretasikan data, memproyeksikannya ke masa depan, mengidentifikasi masalah, dan memberi pendekatan yang beralasan untuk memecahkan masalah-masalah tersebut. Perencanaan merupakan proses yang rasional untuk mencapai tujuan dan sasaran dimasa mendatang berdasarkan kemampuan sumberdaya alam yang ada serta pemanfaatannya secara efektif dan efisien (Sujarto, 1985).

Menurut Nurisjah dan Pramukanto (1995) menyatakan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merencanakan kawasan yang tersedia, antara lain: (1) potensi dan kendala sumberdaya yang tersedia; (2) potensi pengunjung; (3) kebijakan peraturan yang terkait; (4) dampak dari perencanaan dan pelaksanaan; (5) pantauan perencanaan dasar dari berhasilnya rencana dapat dicapai bila perencana tahu dan mengerti akan alam. Pengguna atau pemakai taman adalah masyarakat yang ada di sekitar lokasi keberadaan taman tersebut. Pola interaksi sosial masyarakat perkotaan dalam observasi, seseorang dapat mengidentifikasi dan mengkarakteristikan pola dari kondisi-kondisi perilaku, sehingga dapat diketahui bahwa suatu lokasi dimana perilaku-perilaku sosial tersebut terjadi berulang-ulang, akan memiliki keterkaitan dengan kondisi/kedudukan spasial.

Analisis perilaku seperti ini akan secara langsung berkaitan dengan analisis fisik lokasi (Lynch, 1991).

Dalam proses perencanaan suatu pertamanan disuatu wilayah hal yang penting adalah upaya membangun partisipasi masyarakat untuk proses mobilisasi pemahaman, pengetahuan, argumen dan ide menuju terbangunnya sebuah kesepakatan tentang taman. Didalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 (direvisi menjadi Undang-Undang 32 Tahun 2005 tentang Otonomi Daerah, memberikan wewenang yang lebih besar kepada daerah untuk menentukan kebijakan termasuk dalam pengaturan RTRW. Pada Perda Nomor 4 Tahun 2002 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Pontianak Tahun 2002-2012, memuat rumusan kebijakan dan strategi pelaksanaan pemanfaatan ruang wilayah yang disusun dan ditetapkan untuk menyiapkan perwujudan ruang bagian-bagian kota yang dapat dilakukan masyarakat, pemerintah dan swasta (Perda Kota Pontianak, 2002).

Masyarakat merupakan pengguna dari fasilitas tersebut dimana setiap masyarakat memiliki keinginan yang berbeda-beda dalam hal mengartikan taman dan menginginkan taman seperti apa yang baik dan yang mereka sukai. Keinginan itu sendiri merupakan suatu pandangan, pengamatan, pengertian, penilaian serta interpretasi individu manusia secara berulang-ulang terhadap suatu objek yang diinformasikan kepada dirinya dan lingkungan tempat ia berada. Menurut Porteus (1977) persepsi masyarakat dipengaruhi oleh faktor internal yaitu nilai-nilai dalam diri setiap individu dipadukan dengan hal-hal yang ditangkap panca indra, sedangkan faktor eksternalnya yang mempengaruhi persepsi yaitu: (a) umur dan jenis kelamin; (b) latar belakang pendidikan; (c) pekerjaan; (d) asal dan status; (e) tempat tinggal; (f) status ekonomi; (g) waktu luang; (h) fisik dan intelektual.

Faktor internal ini akan dikombinasikan dengan faktor eksternal yaitu keadaan lingkungan fisik dan sosial kemudian menjadi respon dalam tindakan. Pola perilaku dapat terdiri atas beberapa perilaku secara bersama yaitu: perilaku emosional, perilaku untuk menyelesaikan masalah, aktivitas motorik, interaksi interpersonal, dan manipulasi objek. Interaksi sosial lebih mudah terjadi bilamana kebutuhan-kebutuhan sosial masyarakat dapat diimbangi dengan privasi setiap individu. Ruang-ruang yang tidak menunjukkan dengan jelas batas-batas antara publik dan privat cenderung mengurangi interaksi. Ruang pribadi merupakan

persyaratan dari sebagian besar interaksi sosial, karena ruang pribadi akan menciptakan kondisi yang menyediakan lebih banyak pilihan (Lang, 1987).

Lingkungan binaan pada setiap skala adalah merupakan lingkungan budaya, yang mencerminkan organisasi sosial yang telah menciptakannya. Seperti halnya persepsi yang menyatakan terjadinya perubahan-perubahan fungsi sosial, demikian pula halnya dengan bentuk-bentuk lingkungan fisik. Lingkungan binaan mencerminkan konsep-konsep normatif mengenai pola-pola perilaku masa lalu dan masa kini. Dengan demikian terdapat suatu hubungan timbal balik dimana pola-pola organisasi sosial ikut membentuk pola-pola lingkungan binaan dan kemudian organisasi sosial yang mengalami perubahan harus kembali beradaptasi dengan lingkungan binaan. Dalam usaha mereka untuk beradaptasi, mereka mengubah lagi lingkungan binaan tersebut. Mereka sering tidak sepenuhnya sadar, karena kurangnya pengetahuan tentang diri mereka sendiri dan pengetahuan terhadap hubungan antara lingkungan binaan dengan pola kebiasaan mereka. (Lang, 1987)

Kenyataan-kenyataan sosial merupakan faktor yang sangat penting dalam perencanaan perkotaan dan elemen-elemen lingkungan fisik perkotaan, industri, perdagangan, jalur komunikasi, dan lalulintas, harus bersikap tunduk kepada kebutuhan-kebutuhan sosial manusia yang ada di dalamnya. Di kawasan pusat kota, pada umumnya tingkat heterogenitas masyarakat cukup tinggi dan ini membentuk suatu pola interaksi sosial yang memiliki karakteristik berbeda dengan kawasan lainnya. Berbagai studi telah menunjukkan bahwa interaksi sosial antara orang-orang dengan latar belakang yang banyak berbeda, baik itu latar belakang pendidikan, suku, budaya, dan sebagainya, akan membawa mereka pada perubahan-perubahan sikap yang positif dan lebih baik dibanding sebelumnya. Selain tingkat heterogenitas yang tinggi, kontak-kontak sosial yang terjadi di kawasan pusat kota ini sangat beragam jenisnya, karena pusat kota merupakan bagian wilayah kota yang sangat dinamis dalam pertumbuhan dan perkembangannya serta disini terkonsentrasi berbagai jenis kegiatan. Taman sebagai salah satu elemen fisik kota juga dituntut untuk mampu menunjang kegiatan interaksi sosial yang heterogen dan dinamis tersebut.

Dokumen terkait