• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelompokan Rasio Keuangan

BAB II URAIAN TEORITIS

D. Rasio Keuangan dan Pengelompokannya

2. Pengelompokan Rasio Keuangan

Rasio likuiditas adalah rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek. Perusahaan yang mampu membayar kewajiban jangka pendeknya tepat waktu berarti bahwa perusahaan tersebut mempunyai alat pembayaran berupa aktiva lancar yang lebih besar daripada hutang lancar. Rasio likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Rasio Lancar (Current Ratio)

Rasio lancar, yaitu kemampuan aktiva lancar perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar yang dimiliki. Likuiditas jangka

pendek ini penting karena masalah arus kas jangka pendek bisa mengakibatkan perusahaan bangkrut. Current ratio yang baik adalah antar 100% sampai dengan 200%. Diatas 200% berarti banyak aktiva yang menganggur. Rumusnya sebagai berikut: Lancar Kewajiban Lancar Aktiva CR= (Darsono dan Ashari,2005:52)

Semakin tinggi rasio lancar seharusnya semakin besar kemampuan perusahaan untuk mambayar kewajiban jangka pendek. Tetapi rasio lancar yang terlalu tinggi juga menunjukkan manajemen yang buruk atas sumber likuiditas. Kelebihan dalam akiva lancar seharusnya digunakan untuk membayar dividen, membayar hutang jangka panjang, atau untuk investasi yang bisa menghasilkan tingkat kembalian lebih. Dalam melihat rasio lancar, analisis juga harus memperhatikan kondisi dan lingkungan perusahaan seperti rencana manajemen, sektor industri, dan kondisi ekonomi makro secara umum.

2) Quick Test Ratio

Quick Test Ratio, yaitu kemampuan aktiva lancar minus persediaan untuk membayar kewajiban lancar. Rasio ini memberikan indikator yang lebih baik dalam melihat likuiditas perusahaan dibandingkan dengan rasio lancar, karena penghilangan unsur persediaan memerlukan jangka waktu yang agak lama untuk dikonversi menjadi kas, Pembayaran dimuka kadang-kadang juga tidak bisa dikonversi menjadi kas. Rumusnya sebagai berikut:

Persediaan

-lancar Aktiva QTR=

Dalam menganalisis rasio cepat, faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah sektor usaha dan lingkungan industri dari perusahaan.

3) Net Working Capital (Rasio Modal Kerja Bersih)

Rasio modal kerja bersih digunakan untuk mengetahui rasio modal bersih terhadap kewajiban lancar. Rumusnya sebagai berikut:

Lancar Kewajiban Lancar Kewajiban Lancar Aktiva NWC=

(Darsono dan Ashari,2005:53)

4) Cash Ratio

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan membayar hutang lancarnya dengan kas atau yang setara kas. Penggunaan cash ratio juga mengasumsikan piutang sebagai komponen yang kurang liquid. Ukuran ini umumnya dipergunakan dalam kondisi perekonomian yang sulit, karena perusahaan akan mengalami kesulitan mengumpulkan piutang dalam kondisi resesi. Karena itu yang dianggap mampu melunasi kewajiban jangka pendek hanyalah kas dan surat-surat berharga. Dalam situasi seperti inilah, cash ratio dianggap lebih mampu menunjukkan kondisi likuiditas perusahaan secara lebih aktual. Cash ratio yang dianggap ideal bagi perusahaan adalah sekitar 5%-10%.

Lancar Hutang Efek Kas Ratio Cash = + (Sawir,2005:10)

b. Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas adalah rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jika perusahaan tersebut dilikuidasi. Rasio ini disebut juga rasio leverage, yaitu menilai batasan perusahaan dalam meminjam uang. Rasio solvabilitas yang baik adalah maksimal 100%. Artinya perusahaan banyak mengandalkan modal dari dalam bukan hutang.

Rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat solvabilitas perusahaan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1) Debt to Assets Ratio

Debt to assets ratio, yaitu total kewajiban terhadap asset. Rasio ini menekankan pentingnya pendanaan hutang dengan jalan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh hutang. Rasio ini menyediakan informasi tentang kemampuan perusahaan dalam mengadaptasi kondisi pengurangan aktiva akibat kerugian tanpa mengurangi pembayaran bunga pada kreditor. Nilai rasio yang tinggi menunjukkan peningkatan dari resiko pada keditor berupa ketidakmampuan perusahaan dalam membayar senua kewajibannya. Dari pihak pemegang saham, rasio yang tinggi akhirnya akan mengurangi pembayaran bunga yang tinggi yang pada akhirnya akan mengurangi pembayaran dividen. Rumusnya sebagai berikut:

Aktiva Total

Kewajiban Total

DAR= (Darsono dan Ashari,2005:54)

Untuk menilai rasio ini faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah stabilitas laba perusahaan. Pada perusahaan yang memiliki catatan laba yang stabil,

peningkatan dalam hutang lebih bisa ditolerensi daripada perusahaan yang memiliki catatan laba yang tidak stabil.

2) Debt to Equity Ratio

Rasio ini menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio, semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Dari perspektif kemampuan membayar kewajiban jangka panjang, semakin rendah rasio akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjang. Rumusnya sebagai berikut: ekuitas Total Kewajiban Total DER= (Darsono dan Ashari,2005:55)

3) Long Term Debt to Equity Ratio

Rasio ini merupakan perbandingan antara total hutang jangka panjang dengan jumlah modal sendiri. Hutang jangka panjang didefenisikan sebagai hutang yang masa jatuh tempo pembayarannya diatas 1 tahun, umumnya 5 tahun atau lebih. Semakin tinggi angka rasio ini, semakin besar pula resiko yang dihadapi oleh para kreditur jangka panjang.

Sendiri Modal Panjang Jangka Hutang LTDER= (Harahap,2006:135)

c. Rasio Profitabilitas

Profitabilitas (kemampulabaan) merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan manajemen. Rasio profitabilitas akan memberikan gambaran tentang efektivitas manajemen perusahaan dan tingkat efektivitas pengelolaan perusahaan. Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Gross Profit Margin

Rasio gross profit margin atau margin keuntungan kotor dicari dengan penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan dibagi penjualan bersih. Rasio ini berguna untuk mengetahui keuntungan kotor perusahaan dari setiap barang yang dijual. Jadi, dengan mengetahui rasio ini, kita bisa tahu bahwa setiap satu barang yang terjual, perusahaan memperoleh keuntungan kotor sebesar x rupiah. Kelemahan dari rasio ini adalah hanya menyediakan keuntungan kotor dari penjualan yang dilakukan tanpa memasukkan struktur biaya yang ada pada perusahaan. Rumusnya sebagai berikut:

Bersih Penjualan

Kotor Laba GPM=

(Darsono dan Ashari,2005:56)

Penentuan margin keuntungan kotor oleh perusahaan akan mempertimbangkan aspek struktur pasar, jenis barang, dan sruktur margin keuntungan kotor akan semakin rendah dibandingkan dengan pasar yang bersifat monopolistis.

2) Net Profit Margin

Rasio ini tidak menggambarkan besarnya persentase keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan untuk setiap penjualan karena adanya unsur pendapatan dan biaya non operasional. Kelemahan dari rasio ini adlaah memasukkan posa tau item yang tidak berhubungan langsung dengan aktivitas penjualan seperti biaya bunga untuk pendanaan dan biaya pajak penghasilan. Rumusnya sebagai berikut :

Bersih Penjualan

Bersih Laba

NPM= (Darsono dan Ashari,2005:56)

3) Return On Assets (ROA)

Return on assets menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari setiap satu rupiah aset yang digunakan. Dengan mengetahui rsaio ini, kita bisa menilai apakah perusahaan ini efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan. Rasio ini juga memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaaan karena menunjukkan efektivitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan. Akiva Total Bersih Laba ROA= (Darsono dan Ashari,2005:57)

4) Return On Equity (ROE)

Return on equity adalah laba bersih dibagi rata-rata ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui besarnya kembalian yang diberikan oleh perusahaan untuk setiap rupiah modal dari pemilik. Rumusnya sebagai berikut:

Ekuitas Rata -Rata Bersih Laba ROE= (Darsono dan Ashari,2005:57)

Rasio ini menunjukan kesuksesan manajemen dalam memaksimalkan tingkat pengembalian pada pemegang saham. Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik karena memberikan tingkat kembalian yang lebih besar pada pemegang saham.

d. Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan semua sumber daya yang ada pada pengendaliannya. Rasio ini digunakan dengan membandingkan penjualan dengan berbagai investasi dalm aktiva sehingga kita dapat mengetahui seberapa lancar jalannya kegiatan operasional perusahaan sehari-hari.

1) Receivable Turnover

Receivable turnover adalah penjualan bersih dibagi rata-rata piutang dagang. Rasio ini menggambarkan kualitas piutang perusahaan dan kesuksesan perusahaan dalam penagihan piutang yang dimiliki. Akan tetapi, rasio yang terlalu tinggi juga bisa mengakibatkan pelanggan lari karena kebijakan kredit yang terlalu ketat. Rasio ini bisa juga dijadikan dasar untuk pemberian kebijakan kredit yang dapat meningkatkan jumlah penjualan dengan memperhitungkan kerugian piutang yang tidak tertagih. Rumusnya sebagai berikut:

Dagang Piutang Rata Rata Bersih Penjualan RT − =

2) Rata-rata Penerimaan Piutang

Rata-rata penerimaan piutang adalah jumlah hari dalam setahun (365) dibagi receiable turnover. Dengan melihat rasio ini, kita bisa melihat dalam jangka waktu berapa hari piutang akan bisa diubah menjadi kas atau ditagih. Rumusnya sebagai berikut:

Turnover Receivable

365 RPP=

(Darsono dan Ashari,2005:59)

Rasio penerimaan piutang yang terlalu panjang akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan karena banyaknya aktiva yang menganggur. Aspek lain yang harus dipertimbangkan untuk mengurangi penerimaan piutang adalah penurunan penjualan dan kerugian dari piutang tidak tertagih.

3) Total Assets Turnover

Total assets turnover adalah penjualan dibagi rata-rata total aktiva. Kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan penjualan digambarkan dalam rasio ini. Dengan melihat rasio ini, kita bisa mengetahui efektivitas penggunaan aktiva dalam menghasilkan penjualan. Rumusnya sebagai berikut:

Aktiva Total Rata Rata Bersih Penjualan TAT − =

Dokumen terkait