• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

D. Bahasa Jurnalistik

2. Pengelompokkan Unsur Serapan

Unsur serapan memiliki empat macam proses. Berikut ini pemaparannya.

a. Penyerapan dengan penyesuaian ejaan dan lafal. Misalnya, camera

(kamera) dan michrophone (mikrofon)

b. Penyerapan dengan penyesuaian ejaan tanpa penyesuaian lafal. Misalnya, design (desain) dan file (fail)

c. Penyerapan tanpa penyesuaian ejaan, tanpa dengan penyesuaian lafal. Misalnya, bias (bias) dan radar (radar)

d. Penyerapan tanpa penyesuaian ejaan dan lafal

1) Penyerapan istilah asing tanpa penyesuaian ejaan dan lafal dilakukan jika ejaan dan lafal istilah asing itu dicetak dengan huruf miring. Misalnya, dulsce utile

2) Penyerapan istilah tanpa penyesuaian ejaan dan lafal dilakukan jika istilah itu juga dipakai secara luas dalam kosakata umum, istilah itu juga tidak ditulis dengan huruf miring. Misalnya, golf dan internet.31

Referensi lain membagi pengelompokan proses penyerapan sebagai berikut.

a. Kata asing yang sudah diserap sepenuhnya ke dalam bahasa Indonesia. Misalnya, kab, sirsak, iklan, perlu, hadir, badan, dan waktu

b. Kata asing yang dipertahankan karena sifat keinternasionalannya, penulisan dan pengucapannya masih mengikuti cara asing. Misalnya,

shuttle cock dan knock out

c. Kata asing yang berfungsi untuk memperkaya peristilahan, ditulis sesuai dengan EYD. Misalnya computer (computer) dan kalkulasi (calculation).32

Selain itu, pendapat lain memaparkan mengenai pengelompokkan unsur serapan sebagai berikut.

a. Proses adopsi, yaitu kata asing diambil langsung menjadi bahasa Indonesia (contoh: bank, helm, unit dan radio)

31

Tim Penyusun, Pedoman EYD dan Dasar Umum Pembentukan Istilah, (Yogyakarta: Diva Press, 2011), h. 112-113.

32

Widjono Hs, Bahasa Indonesia: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi, (Jakarta: Grasindo, 2012), h. 68-69.

b. Proses adopsi, yaitu menyesuaikan bahasa asing ke dalam struktur bahasa Indonesia (contoh: sistem dan idealis)

c. Proses terjemahan, yaitu mencari padanan dalam bahasa Indonesia (contoh: segitiga-triangle dan terpadu-integrated.33

Berikut ini pemaparan lain mengenai pengelompokkan unsur serapan bahasa asing.

a. Mengambil kata yang sudah sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia. Misalnya, bank dan opname

b. Mengambil kata dengan menyesuaikan kata itu dengan ejaan bahasa Indonesia. Misalnya, standard-standar

c. Menerjemahkan dan memadankan istilah-istilah asing ke dalam bahasa Indonesia. Misalnya, starting point-titik tolak

d. Mengambil istilah yang tetap seperti aslinya karena sifat keuniversalannya. Misalnya, de facto.34

Berdasarkan taraf integrasinya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia dapat dibagi menjadi ada kelompok besar. Berikut ini kutipan yang dimaksud.

“Pertama, unsur asing yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti reshuffle, shuttle cock, dan de l’hommepar l’homme. Unsur-unsur itu dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi cara pengucapan dan penulisannya masih mengikuti cara asing.

Kedua, unsur asing yang penulisannya dan pengucapannya disesuaikan dengan bahasa Indonesia.”35

Jadi, berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa unsur serapan dibagi menjadi empat kelompok proses, yaitu sebagai berikut.

a. Adopsi, yaitu unsur bahasa asing yang diserap secara utuh baik makna, ejaan maupun lafalnya ke dalam bahasa Indonesia. Misalnya, helm, unit dan formal

33

Asih Anggarani dkk, Mengasah Keterampilan Menulis Ilmiah di Perguruan Tinggi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), h. 35.

34

E. Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Akademika Pressindo, 2009), Cet XI, h. 34-35.

35

Tim Penyusun, Pedoman Umum EYD dan Dasar Umum Pembentukan Istilah, (Yogyakarta: Diva Press, 2011), h. 89-90.

b. Adaptasi, yaitu unsur bahasa asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia dengan menyesuaikan ejaannya. Misalnya, intellectual -intelektual dan subject-subjek

c. Terjemahan, yaitu unsur serapan asing yang diterjemahkan dan memiliki padanan yang sesuai di dalam bahasa Indonesia.

Misalnya:

Air port Bandar udara

Join ventura usaha patungan36

d. Penyerapan (peminjaman) unsur bahasa asing secara utuh (makna, ejaan, lafal) dan unsur tersebut digunakan karena sifat keuniversalannya. Namun, unsur itu belum dimasukkan ke dalam kosakata bahasa Indonesia sehingga penulisannya harus dimiringkan Misalnya:

De facto Status quo Cum laude37

3. Pedoman Penggunaan Unsur Serapan

Sebagian orang di Indonesia mungkin mengetahui bahwa sesungguhnya bahasa Indonesia banyak sekali mengambil maupun menyerap bahasa asing untuk dijadikan daftar kosakata dalam bahasa Indonesia. Hal ini dikarenakan bahwa pada hakikatnya bahasa Indonesia itu berasal dari bahasa Melayu dan persentuhan budaya pada masa dahulu, saat lalu lintas perdagangan antar negara. Selain itu, bahasa Indonesia juga menyerap unsur dari pelbagai bahasa, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing, seperti Sansekerta, Arab, Portugis, Belanda, Cina dan Inggris.

36

Atikah Anindyarini dkk, Bahasa Indonesia untuk SMP/MTS Kelas IX, (Jakarta: Pusat Perbukuan, 2008), h. 51.

37

Hal mengenai kata asing dalam bahasa Indonesia pernah dibahas oleh para ahli bahasa. Berikut ini penjelasan mengenai hal yang dimaksud.

“Yang harus ditolak ialah kata asing yang masih saja dituliskan dan diucapkan seperti lafalnya dalam bahasa asing asalnya. Kalau kata-kata seperti itu digunakan dalam bahasa Indonesia, kalimat bentukan seperti itu dapat dikatakan sebagai kalimat bahasa Indonesia gado-gado. Kalau masih menuliskan kata berikut taxi, relax, team, management, toilet, trottoir, masih menggunakan kata asing dalam bahasa Indonesia. Tetapi bila kata-kata itu tuliskan atau ganti dengan padanannya dalam bahasa Indonesia, menghindari pemakaian kata asing di dalam bahasa yang gunakan. Kata-kata tersebut menjadi

taksi, tim, menajemen, toilet, trotoar, atau cari padanannya dalam bahasa Indonesia santai (untuk relax), pengelolaan (untuk

management), kaki lima (untuk trottoir).”38

Agar masyarakat Indonesia tidak kebingungan dalam menentukan suatu unsur serapan yang benar, salah satu jalannya adalah dengan melihat dalam kamus yang baik. Salah satu kamus yang terbaik dewasa ini adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Balai Pustaka.

Penulisan atau penggunaan huruf miring biasanya diterapkan pada unsur serapan asing yang belum disesuaikan penulisan ejaannya. Berikut ini peraturan dari penggunaan huruf miring.

a. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.

Misalnya:

Majalah Bahasa dan Kesustraan, buku Negarakertagama

karangan Prapanca, surat kabar Suara karya.

b. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata atau kelompok kata.

Misalnya:

huruf pertama kata abad ialah a

38

Dia bukan menipu, tetapi ditipu

Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital Buatlah kalimat dengan berlepas tangan.

c. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata atau kelompok kata.

Misalnya:

huruf pertama kata abad ialah a

Dia bukan menipu, tetapi ditipu

Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital Buatlah kalimat dengan berlepas tangan.

d. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya. Misalnya:

Nama ilmiah buah manggis ialah Carciniamangostana.

Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini.

Weltanschauung antara lain diterjemahkan menjadi 'pandangan dunia'.39

Selain yang dijelaskan sebelumnya, referensi lain menjelaskan tentang penulisan huruf miring yaitu sebagai berikut.

a. Untuk menuliskan semua nama media massa cetak maupun elektronik

Misalnya:

Siaran langsung itu diselenggarkan di RCTI

b. Untuk nama kapal dan pesawat Misalnya:

Garuda mulai menerbangi Australia c. Untuk menuliskan nama kantor berita

Misalnya:

Hal itu seperti ditulis kantor berita Antara

39

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan Edisi Kedua, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), Cet. XXVIII, h. 25-26.

d. Untuk menuliskan pertanyaan dalam tulisan yang berbentuk tanya jawab

Misalnya:

Sampai kapan Anda akan menyanyi?

e. Untuk menuliskan nama rubrik dan nama program acara di teve Misalnya:

Menghadapi Idul Adha, 16 Maret besok, AN-teve.40

Contoh lain mengenai penulisan huruf miring, antara lain:

1) Buku Jurnalistik, Majalah Mingguan Berbahasa Sunda Mangle, dan Surat Kabar Bandung Pos, menurut Dewan Juri Anugerah Kebudayaan jawa Barat 2006, termasuk ke dalam kategori buku teks, majalah mingguan berbahasa daerah, dan surat kabar lokal yang mampu menggunggah inspirasi serta membangkitkan total terhadap profesi.

2) Harijanto sebenarnya mencintai boat modeling sejak 1970-an. Namun kelangkaan tempat bermain membuatnya beralih ke ajang

motorsport dan aeromodelling. “Toh, kecintaan saya terhadap boat modeling tak pernah putus,” kata pengusaha mesin kemasan di Surabaya yang mengoleksi 18 kapal mini berbagai jenis itu (Majalah Berita Mingguan Gatra, Jakarta, 4 Maret 2006).

3) Beragam jenis batu menjadi olahan Irwan, anatara lain kecubung ungu (royal-purple amethyst), kalimaya putih dan hitam Banten, mutiara air laut, batu akik, hingga materi fosil dan amber yang baru ditemukan di Kalimantan. Adapula crysacola, batu berwarna

truqoisa atau biru kehijauan. Keindahan pada berbagai jenis batu ini terutama terdapat pada kuarsa dan akik yang merupakan subgrup batuan cryptocrystalline (diolah dari Majalah Berita Mingguan

Gatra, Jakarta, 4 Maret 2006).41

Dari penjelasan mengenai peraturan penggunaan huruf miring terdapat bagian yang memaparkan bahwa penulisan kosakata, unsur serapan asing yang tidak menyesuaikan ejaannya dengan bahasa Indonesia, maka penulisannya harus dimiringkan. Hal ini bertujuan untuk menandai perbedaan

40

Tri Adi Sarwoko, Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik Edisi kedua, (Yogyakarta: Andi Offset, 2007), h. 24-25.

41

AS Haris Sumadiria, Bahasa Jurnalistik: Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2010), h. 103-104.

dengan kosakata lainnya yang sudah termasuk ke dalam bahasa Indonesia maupun yang sudah disesuaikan ejaannya dengan bahasa Indonesia.

F. Pemakaian Tanda Baca

Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan ada banyak peraturan dalam penulisan ejaan, khususnya tanda baca. Namun, kesalahan yang biasanya sering terjadi pada media massa khususnya, tabloid remaja Gaul adalah penggunaan tanda hubung, dan penulisan pada unsur serapan bahasa asing. Dalam hal sub bab ini, yang dijelaskan adalah peraturan penggunaan tanda hubung. Maka, untuk lebih memahami peraturan dalam penggunaan tanda baca tersebut yang berdasarkan EYD (Ejaaan Yang Disempurnakan) adalah sebagai berikut.

1. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.

Misalnya:

Di samping cara-cara lama itu ada ju-

-ga cara yang baru.

2. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris.

Misalnya:

Kini ada cara yang baru untuk meng-

ukur panas.42

42

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan Edisi Kedua, (Jakarta: Balai pustaka, 2005), Cet. XXVIII h. 61-62.

Dalam pemenggalan yang terjadi dalam hal ini, prinsip yang digunakan tidak lepas dari prinsip gramatikal dan prinsip ortografis. Pemenggalannya adalah sebagai berikut.

a. Pemenggalan kata jadian (kata kompleks) dilakukan dengan berpegangan pada prinsip gramatikal

1) Awalan dan akhiran diperlakukan sebagai satuan terpisah, misalnya ber-a.sas dan me-ngu.kur.

2) Bentuk gabungan dipenggal lebih dahulu atas satuan-satuannya, misalnya ba.gai-ma.na dan pa.ra-me.dis.

b. Pemenggalan kata dasar, baik kata Indonesia maupun kata serapan, dilakukan dengan berpegang pada prinsip ortografis

1) Pemenggalan kata yang mengandung huruf-huruf vokal yang berurutan di tengahnya dilakukan di antara kedua vokal itu. Misalnya, bu.ah dan ma.in.

2) Bagian kata yang terdiri atas huruf vokal (termasuk akhiran–i). Misalnya, a.da, di.a dan me.lu.ka.i

3) Suku kata yang mengandung gugus vokal au, of, ae, ci, eu, dan

ui, baik dalam kata-kata Indonesia maupun kata-kata serapan, diperlakukan sebagai satu suku. Misalnya, au.la dan pa.lau. 4) Pemenggalan kata yang mengandung sebuah huruf konsonan

dilakukan sebelum huruf konsonan. Misalnya, ba.pak, ka.bar dan la.wan.

5) Pemenggalan kata yang mengandung dua huruf konsonan berurutan yang tidak mewakili satu fonem dilakukan di antara huruf konsonan itu. Misalnya, Ap.ril dan cap.lok.

6) Pemenggalan kata yang ditengahnya terdapat diagraf atau gabungan huruf konsonan yang mewakili fonem tunggal, dilakukan dengan tetap mempertahankan kesatuan diagraf itu. Misalnya, akh.lak, bang-sa, dan bu.nyi.

7) Pemenggalan kata yang mengandung tiga atau empat huruf konsonan berurutan di tengah dilakukan di antara huruf konsonan pertama dan huruf konsonan kedua. Misalnya, ben.tro dan bang.krut.

8) Pemenggalan kata yang mengandung bentuk trans.

a) jika trans diikuti bentuk bebas, pemenggalannya dilakukan dengan memisahkan trans sebagai bentuk utuh dan bagian lainnya dipenggal dari bentuk dasar. Misalnya, trans.mig.ra.si dan trans.fu.si.

b) jika trans diikuti oleh bentuk terikat, pemenggalan seluruh kata dilakukan dengan mengikat pola pemenggalan kata dasar. Misalnya, trans.sen.den dan trans.sit.

9) Pemenggalan kata yang mengandung bentuk eks-.

a) jika unsur ek- ada dalam kata yang mempunyai bentuk sepadan yang mengandung unusr –in atau –im,

penggalannya dilakukan antara eksdan unsur berikutnya. Misalnya, eks.tra dan eks.por.

b) bentuk lain yang mengandung unsur eks- dipenggal sebagai kata utuh. Pemenggalan eks dilakukan di antara

k dan s. misalnya, ek.ses dan ek.strem.

10) Pemenggalan kata yang terdiri atas lebih dari stau unsur dan salah satu unsur itu dapat bergantung dengan unsur lain, dilakukan di antara-unsurnya. Misalnya, en.do.skop, bi.o.grafi (bio-grafi) dan bi.o.skop (bio-skop).

11) Mengenai pemenggalan serapan asing, perhatikan aturan berikut:

a) pemenggalan unsur serapan asing yang berakhir –isme

setelah huruf vokal. Misalnya, egoisme (e.go.is.me) dan hinduisme (hin.du.is.me).

b) pemenggalan unsur serapan asing yang berakhir dengan –isme dan –isme itu didahului oleh sebuah huruf konsonan, dilakukan sebelum huruf konsonan itu. Misalnya, absolutisme (ab.so.lu.tis.me) dan humanisme (hu.ma.nis.me).

12) Pemenggalan unsur serapan asing yang berakhir dengan

anda. –asi, -ida, -ika, -ikel, dan –tas. Misalnya, a.yah.an.da dan klo.ri.da.

13)Pemenggalan unsur serapan asing yang berakhiran–ak, al, -ans, -at, -if, -is, -or, dan –ur. Misalnya, a.mo.ni.ak, pro.po.sal. dan am.bu.lans.

14)Pemenggalan unsur serapan asing yang berakhiran –i dan –iah. Misalnya, monarki, deputi dan badani.43

3. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.

Misalnya:

p-a-n-i-t-i-a

4. Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (i) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan, dan (ii) penghilangan bagian-bagian kelompok kata.

Misalnya:

Ber-evolusi, dua puluh lima ribu-an (20 x 5000)

5. Tanda hubung dipakai untuk merangkai (i) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, (ii) ke- dengan angka, (iii) angka

43

Tim Penyusun, Pedoman Umum EYD dan Dasar Umum Pembentukan Istilah, (Yogyakarta: Diva Press, 2011), h. 158-167.

dengan –an, (iv) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (v) nama jabatan rangkap.

Misalnya:

Se-Indonesia, se-Jawa Barat, hadiah ke-2, tahun 50-an, mem-PHK-kan, hari-H, sinar-X; Menteri-Sekretaris Negara.

6. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.

Misalnya:

di-smash, pen-tackle-an.44

Dokumen terkait