• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.2. Sektor-Sektor Ekonomi Kabupaten Bekasi

4.3.2. Pengeluaran Pemerintah Daerah Kabupaten Bekasi

Tabel 13. Pengeluaran Daerah Serta Persentasenya Terhadap PDRB Kabupaten Bekasi Tahun 2004 (Rupiah)

No. Jenis Pengeluaran Jumlah

Persentase Terhadap Pengeluaran Daerah Persentase Terhadap PDRB Aparatur Daerah 204.816.097.285 31,73 0,50 Belanja Administrasi Umum 99.973.929.248 15,49 0,24 Belanja Operasional dan

Pemeliharaan 43.039.429.614 6,67 0,10 1

Belanja Modal 61.802.738.423 9,58 0,15 Pelayanan Publik 440.604.169.933 68,27 1,07 Belanja Administrasi Umum 197.469.113.557 30,60 0,48 Belanja Operasional dan

Pemeliharaan 49.620.716.160 7,69 0,12 Belanja Modal 133.058.050.239 20,62 0,32

Belanja Bagi hasil dan

Bantuan Keuangan 54.365.587.767 8,42 0,13 2

Belanja Tidak Terduga 3.090.702.210 0,48 0,01 Belanja Daerah 645.420.267.218 100,00

PDRB Berlaku 41.010.188.760.000 1,57 Sumber: Pemerintah Daerah Kabupaten Bekasi, 2004

Total belanja daerah yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bekasi tahun 2004 sebesar Rp. 645.420.267.218. Belanja daerah dengan jumlah terbesar dialokasikan untuk pelayanan publik, yaitu sebesar Rp. 440.604.169.933

atau sebesar 1,07 persen dari PDRB yang berlaku. Pengeluaran terbesar untuk pelayanan publik, paling besar digunakan untuk belanja modal, yaitu sebesar Rp. 133.058.050.239 dan yang paling sedikit dialokasikan pada belanja tidak terduga, yaitu sebesar Rp. 3.090.702.210. Sedangkan pengeluaran daerah yang dikeluarkan untuk belanja aparatur daerah sebesar Rp. 204.816.097.285 atau sebesar 0,50 persen terhadap PDRB yang berlaku (Tabel 13).

Kabupaten Bekasi dan Provinsi Jawa Barat Sebelum dan Sesudah Krisis Ekonomi

Sebelum krisis ekonomi tahun 1992-1997, laju pertumbuhan kesempatan kerja di Kabupaten Bekasi sebesar -43,79 persen (Tabel 12). Nilai ini menunjukkan terjadinya penurunan kesempatan kerja di Kabupaten Bekasi dari tahun 1992 sampai tahun 1997 pada era pra krisis ekonomi. Pertumbuhan kesempatan kerja sebelum krisis ekonomi pada semua sektor perekonomian mengalami penurunan, hal ini terlihat dari nilai perubahan kesempatan kerja dari tahun 1992 sampai 1997 pada semua sektor perekonomian memiliki nilai yang negatif.

Tabel 14. Kesempatan Kerja Kabupaten Bekasi Sebelum Krisis Ekonomi Tahun 1992 – 1997 (Jiwa) Kabupaten Bekasi Kesempatan Kerja No Lapangan Kerja 1992 1997 Perubahan Persen 1 Pertanian 107.749 50.009 -57.740 -53,59 2 Pertambangan dan Penggalian 12.596 3.019 -9.577 -76,03 3 Industri Pengolahan 153.710 100.655 -53.055 -34,52 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 7.816 4.889 -2.927 -37,45 5 Bangunan 33.905 20.156 -13.749 -40,55 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 169.454 96.798 -72.656 -42,88 7 Pengangkutan 64.555 49.324 -15.231 -23,59 8 Bank dan Lembaga Keuangan

Lainnya 20.522 7.300 -13.222 -64,43 9 Jasa-jasa 149.636 72.446 -77.190 -51,59 10 lainnya 1.574 960 -614 -39,01 11 TOTAL 721.517 405.556 -315.961 -43,79 Sumber : BPS, Susenas, 1992-1997 (Data Diolah)

Tabel 14 memperlihatkan bahwa sektor perdagangan, hotel dan restoran memberikan kontribusi paling besar pada kesempatan kerja di Kabupaten Bekasi tahun 1992, yaitu sebesar 169.454 jiwa. Hal ini disebabkan karena sektor perdagangan, hotel dan restoran, terutama perdagangan merupakan sektor perekonomian yang mengalami perkembangan pesat dan mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang banyak. Sektor perekonomian tersebut merupakan sektor vital yang mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat dengan menjembatani antara pihak produsen dengan pihak masyarakat sebagai konsumen.

Sektor lainnya seperti sektor informal memiliki kontribusi yang paling kecil terhadap kesempatan kerja di Kabupaten Bekasi tahun 1992. Kontribusi sektor lainnya ini adalah sebesar 1.574 jiwa (Tabel 14). Hal ini disebabkan karena pada tahun 1992 sektor informal belum mengalami perkembangan yang pesat, sehingga tidak mampu memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap kesempatan kerja di Kabupaten Bekasi pada tahun 1992.

Lapangan kerja yang mampu memberikan kontribusi paling besar terhadap kesempatan kerja di Kabupaten Bekasi tahun 1997 adalah sektor industri pengolahan. Pada tahun 1997, sektor industri pengolahan yang mendominasi kegiatan perekonomian di Kabupaten Bekasi dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi, kegiatan sektor ini pun mengalami pertumbuhan kesempatan kerja, sehingga mampu memberikan kontribusi kesempatan kerja sebesar 100.655 jiwa, dan mampu mengurangi angka pengangguran di Kabupaten Bekasi (Tabel 14). Hal ini disebabkan karena, seiring dengan perkembangannya, Kabupaten Bekasi menjadi salah satu pusat industri di Provinsi Jawa Barat. Industri pengolahan di

Kabupaten Bekasi mengalami perkembangan yang pesat, setelah diberlakukannya zona kawasan industri di Kabupaten Bekasi.

Sektor lapangan kerja lainnya seperti sektor informal, memiliki kontribusi kesempatan kerja paling kecil pada tahun 1997 di Kabupaten Bekasi. Sektor lainnya ini hanya mampu memberikan kesempatan kerja di Kabupaten Bekasi sebesar 960 jiwa. Hal ini disebabkan karena sektor informal ini semakin terdesak oleh sektor-sektor utama di Kabupaten Bekasi terutama sektor industri pengolahan yang semakin berkembang pesat di Kabupaten Bekasi.

Pertumbuhan kesempatan kerja di Kabupaten Bekasi pada semua sektor era sebelum krisis ekonomi tahun 1992-1997 mengalami penurunan (Tabel 14). Sektor perekonomian di Kabupaten Bekasi yang mengalami pertumbuhan kesempatan kerja paling besar atau mengalami penurunan kesempatan kerja paling kecil adalah sektor lainnya, seperti sektor informal, yaitu memiliki pertumbuhan kesempatan kerja sebesar -614 jiwa. Hal ini disebabkan karena, faktor kebutuhan, sehingga para penduduk yang tadinya menganggur bersedia mengisi kegiatannya untuk bekerja di sektor informal, seperti pedagang kaki lima di Kabupaten Bekasi merupakan sektor yang memberikan kontribusi kesempatan kerja yang kecil, sehingga dalam pertumbuhannya sektor ini juga mengalami penurunan kesempatan kerja yang paling kecil.

Sektor jasa-jasa di Kabupaten Bekasi era sebelum krisis ekonomi dari tahun 1992 sampai tahun 1997 memiliki pertumbuhan kesempatan kerja paling kecil atau mengalami penurunan kesempatan kerja paling besar. Sektor jasa-jasa

memiliki pertumbuhan kesempatan kerja sebesar -77.190 jiwa. Hal ini disebabkan karena sektor jasa-jasa ini terdesak oleh sektor industri.

Sektor perekonomian era sebelum krisis ekonomi di Kabupaten Bekasi yang mengalami laju pertumbuhan kesempatan kerja paling besar atau mengalami penurunan laju pertumbuhan paling kecil adalah sektor pengangkutan, yakni memiliki nilai laju pertumbuhan kesempatan kerja sebesar -23,59 persen (Tabel 14). Hal ini disebabkan karena sektor pengangkutan merupakan sektor vital penunjang sektor perekonomian lain, menyangkut mobilitas barang maupun manusia di Kabupaten Bekasi, sehingga penurunan laju pertumbuhan pada sektor ini paling kecil dibandingkan dengan sektor-sektor ekonomi yang lainnya di Kabupaten Bekasi, karena sektor ini merupakan sektor yang vital yang tidak bisa diabaikan.

Pada sebelum krisis ekonomi tahun 1992 sampai 1997, laju pertumbuhan kesempatan kerja paling kecil atau penurunan laju pertumbuhan kesempatan kerja paling besar terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian, yaitu sebesar 76,03 persen (Tabel 14). Hal ini disebabkan karena, sektor ini sangat bergantung pada investor dari luar negeri, sedangkan kondisi perekonomian di Indonesia cenderung semakin menurun, sehingga investor tidak berani menanamkan investasi di Indonesia yang juga berimbas ke Kabupaten Bekasi. Berkurangnya investasi dari luar negeri menyebabkan sektor pertambangan dan penggalian mengalami penurunan.

Berbeda dengan era sesudah krisis ekonomi tahun 1999-2004, laju pertumbuhan kesempatan kerja di Kabupaten Bekasi meningkat sebesar 69,21

persen (Tabel 15). Laju pertumbuhan kesempatan kerja yang meningkat ditandai dengan sebagian besar lapangan usaha tersebut bernilai positif, kecuali untuk sektor pertanian dan sektor listrik, gas dan air bersih. Rendahnya laju pertumbuhan pada kedua sektor tersebut karena kurangnya teknologi canggih dalam upaya pengembangkan kedua sektor tersebut.

Tabel 15. Kesempatan Kerja Kabupaten Bekasi Sesudah Krisis Ekonomi Tahun 1999 – 2004 (Jiwa)

Kesempatan Kerja No Lapangan Kerja

1999 2004 Perubahan Persen 1 Pertanian 116.451 80.532 -35.919 -30,84 2 Pertambangan dan penggalian 700 2.192 1.492 213,14 3 Industri Pengolahan 81.038 210.940 129.902 160,30 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 2.224 548 -1.676 -75,36 5 Bangunan / Konstruksi 5.024 12.000 6.976 138,85 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 106.404 180.192 73.788 69,35 7 Pengangkutan 52.214 116.896 64.682 123,88 8 Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 823 13.904 13.081 1589,43

9 Jasa-jasa 46.902 79.560 32.658 69,63

10 Lainnya - - - -

11 Total 411.780 696.764 284.984 69,21 Sumber : BPS, Susenas, 1999-2004 (Data Diolah)

Pada tahun 1999, sektor pertanian memiliki kontribusi paling besar terhadap kesempatan kerja dibandingkan dengan sektor-sektor perekonomian lain di Kabupaten Bekasi (Tabel 15). Walaupun laju pertumbuhannya rendah, sektor pertanian mampu memberikan kontribusi terhadap kesempatan kerja sebesar 116.451 jiwa, hal ini disebabkan karena lahan pertanian di Kabupaten Bekasi masih luas dan masih dianggap sebagai lumbung pangan bagi Jawa Barat.

Sektor perekonomian yang memiliki kontribusi paling kecil terhadap kesempatan kerja pada tahun 1999 adalah sektor pertambangan dan penggalian, yang hanya mampu memberikan kontribusi sebesar 700 jiwa (Tabel 15). Hal ini disebabkan karena di Kabupaten Bekasi jarang ditemukan adanya potensi mineral yang terkandung di bawah permukaan tanah wilayah Kabupaten Bekasi, pada sektor pertambangan dan penggalian di Kabupaten Bekasi belum mampu memberikan kontribusi lebih besar terhadap kesempatan kerja.

Pada tahun 2004, sektor perekonomian di Kabupaten Bekasi yang mampu memberikan kontribusi paling besar terhadap kesempatan kerja di Kabupaten Bekasi adalah sektor industri pengolahan, yaitu mampu memberikan kontribusi sebesar 210.940 jiwa (Tabel 15). Hal ini disebabkan oleh berkembangnya Kabupaten Bekasi menjadi kawasan industri, ditunjang dengan diberlakukannya zona kawasan industri di Kabupaten Bekasi.

Sektor perekonomian yang memberikan kontribusi paling kecil terhadap kesempatan kerja pada tahun 2004 adalah sektor listrik, gas dan air bersih, yaitu sebesar 548 jiwa. Hal ini disebabkan karena pada sektor tersebut dilakukan efisiensi, yang dilakukan dengan mengoptimalkan jumlah tenaga kerja.

Pertumbuhan kesempatan kerja dari tahun 1999 sampai tahun 2004 di Kabupaten Bekasi, paling besar terjadi pada sektor Industri pengolahan, yaitu sebesar 129.902 jiwa (Tabel 15). Peningkatan paling besar ini disebabkan karena industri pengolahan merupakan sektor yang mampu menyerap banyak tenaga kerja, dan didukung pula sektor tersebut di Kabupaten Bekasi pasca krisis ekonomi mengalami pertumbuhan yang pesat. Sebagian besar sektor

perekonomian di Kabupaten Bekasi mengalami peningkatan pertumbuhan kesempatan kerja, kecuali sektor pertanian dan sektor listrik, gas dan air bersih.

Pertumbuhan kesempatan kerja pada sektor pertanian dari tahun 1999 sampai tahun 2004 di Kabupaten Bekasi mengalami penurunan paling besar, yaitu sebesar -35.919 jiwa. Hal ini disebabkan karena telah terjadinya transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri, banyak lahan-lahan pertanian yang berubah menjadi kawasan industri, ditambah lagi perekonomian yang mulai stabil mampu menarik para investor pada sektor industri pengolahan di Kabupaten Bekasi.

Laju pertumbuhan kesempatan kerja paling besar dari tahun 1999 sampai tahun 2004 terjadi pada sektor bank dan lembaga keuangan lain, dengan laju pertumbuhan kesempatan kerja sebesar 1589,43 persen. Hal ini disebabkan karena perekonomian yang berangsur-angsur pulih menyebabkan pertumbuhan kesempatan kerja yang meningkat di tiap sektor perekonomian, sehingga peran bank dan lembaga keuangan lain juga semakin meningkat, mengingat peran bank dan lembaga keuangan adalah penyokong bagi sektor-sektor perekonomian yang lain dalam menyerap tenaga kerja. Dengan peran yang semakin meningkat menyebabkan sektor ini tumbuh dengan pesat, sehingga permintaan tenaga kerja di sektor ini meningkat.

Laju pertumbuhan kesempatan kerja di setiap sektor ekonomi di Kabupaten Bekasi era pasca krisis ekonomi mengalami peningkatan, kecuali pada sektor pertanian dan sektor listrik, gas dan air bersih, kedua sektor ekonomi tersebut mengalami laju pertumbuhan kesempatan kerja yang negatif pada tahun

1999 sampai tahun 2004. Laju pertumbuhan paling rendah terjadi pada sektor listrik, gas dan air bersih, yaitu sebesar -75,36 (Tabel 15). Hal ini disebabkan karena terjadinya pengurangan tenaga kerja tiap tahunnya untuk peningkatan efisiensi dan penghematan biaya tenaga kerja.

Tabel 16. Kesempatan Kerja Provinsi Jawa Barat Sebelum Krisis Ekonomi Tahun 1992 – 1997 (Jiwa)

Provinsi Jawa Barat Kesempatan Kerja

No Lapangan Kerja

1992 1997

Perubahan Persen

1 Pertanian 4.712.690 4.724.853 12.163 0,26 2 Pertambangan dan Penggalian 128.757 115.228 -13.529 -10,51 3 Industri Pengolahan 2.328.175 2.519.702 191.527 8,23 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 78.902 75.740 -3.162 -4,01 5 Bangunan 596.870 925.730 328.860 55,10 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 2.599.620 3.345.334 745.714 28,69 7 Pengangkutan 765.657 1.008.081 242.424 31,66 8

Bank dan Lembaga Keuangan

Lainnya 132.621 155.013 22.392 16,88 9 Jasa-jasa 2.181.820 2.078.298 -103.522 -4,74

10 lainnya 158.106 20.445 -137.661 -87,07 11 TOTAL 13.683.218 14.968.424 1.285.206 9,39 Sumber : BPS, Susenas, 1992-1997 (Data Diolah)

Tabel 16 menjelaskan bahwa sektor pertanian pada tahun 1992 memiliki kontribusi paling besar pada kesempatan kerja di Provinsi Jawa Barat. Sektor pertanian mampu memberikan kontribusi sebesar 4.712.690 jiwa. Hal ini disebabkan karena, banyaknya kabupaten-kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang memiliki potensi besar di sektor pertanian dan menjadikan sektor pertanian tersebut menjadi sektor unggulan. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat strategis, dan berperan penting dalam penyediaan bahan baku bagi keperluan industri pengolahan, sehingga berkembangnya sektor pertanian akan meningkatkan kontribusi terhadap kesempatan kerja dalam jumlah yang besar.

Sektor listrik, gas dan air bersih pada tahun 1992 memberikan kontribusi paling kecil terhadap kesempatan kerja di Provinsi Jawa Barat, yaitu sebesar 78.902 jiwa. Hal ini disebabkan karena, sektor listrik, gas dan air bersih merupakan sektor perekonomian yang tidak membutuhkan tenaga kerja dalam jumlah besar, sehingga sektor ini juga memberikan kesempatan kerja yang kecil.

Sektor pertanian pada tahun 1997 masih menjadi sektor perekonomian yang memberikan kontribusi paling besar terhadap kesempatan kerja di Provinsi Jawa Barat (Tabel 16). Kontribusi sektor pertanian pada tahun 1997 adalah sebesar 4.724.853 jiwa. Hal ini disebabkan karena sektor pertanian di Provinsi Jawa Barat pada tahun 1997 masih mampu bertahan ditengah-tengah pesatnya perkembangan sektor industri, sehingga masih mampu memberikan kontribusi yang besar terhadap kesempatan kerja. Sedangkan sektor lainnya seperti sektor informal di Provinsi Jawa Barat pada tahun 1997 memberikan kontribusi kesempatan kerja paling kecil, yaitu sebesar 20.445 jiwa. Hal ini disebabkan karena sektor ini terdesak oleh sembilan sektor utama, sehingga kurang mampu berkembang.

Sektor perdagangan, hotel dan restoran di Provinsi Jawa Barat era sebelum krisis ekonomi tahun 1992 sampai tahun 1997, memiliki pertumbuhan kesempatan kerja paling tinggi, yaitu sebesar 745.714 jiwa. Hal ini disebabkan karena sektor perdagangan, hotel dan restoran di Provinsi Jawa Barat mengalami perkembangan yang pesat, terutama pada perdagangan. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan penduduk yang pesat, mengakibatkan peran sektor perdagangan, hotel dan restoran semakin dibutuhkan. Sedangkan sektor lainnya di Provinsi

Jawa Barat era sebelum krisis ekonomi tahun 1992 sampai tahun 1997, memiliki pertumbuhan kesempatan kerja paling kecil, yaitu sebesar -137.661 jiwa.

Laju pertumbuhan kesempatan kerja di Provinsi Jawa Barat mengalami peningkatan sebesar 9,39 persen. Sebagian besar sektor-sektor perekonomian di Provinsi Jawa Barat era pra krisis ekonomi tahun 1992-1997 mengalami peningkatan laju pertumbuhan kesempatan kerja, kecuali sektor pertambangan dan penggalian, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor jasa-jasa, dan sektor lainnya.

Laju pertumbuhan kesempatan kerja paling besar terjadi pada sektor bangunan / konstruksi, yaitu sebesar 55,10 persen (Tabel 16). Hal ini disebabkan karena dalam perkembangannya, dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tempat tinggal meningkat, serta terjadinya peningkatan infrastruktur di Provinsi Jawa Barat, mengakibatkan peran sektor bangunan / konstruksi semakin meningkat. Sedangkan sektor lainnya memiliki laju pertumbuhan kesempatan kerja paling kecil yaitu sebesar -87,07 persen. Hal ini disebabkan karena sektor lainnya semakin terdesak oleh sembilan sektor utama.

Pada tingkat provinsi, secara keseluruhan pada era sesudah krisis ekonomi tahun 1999 sampai tahun 2004, Provinsi Jawa Barat memiliki nilai laju pertumbuhan kesempatan kerja yang negatif, yaitu sebesar -11,08 persen (Tabel 17). Hal ini disebabkan Provinsi Jawa Barat belum mampu sepenuhnya bangkit dari keterpurukan ekonomi, mengingat potensi dan kemampuan dari masing-masing kabupaten berbeda, sedangkan perekonomian Provinsi Jawa Barat sangat bergantung pada kontribusi kabupaten-kabupaten ataupun kota-kota yang ada di Provinsi Jawa Barat.

Tabel 17. Kesempatan Kerja Provinsi Jawa Barat Sesudah Krisis Ekonomi Tahun 1999 – 2004 (Jiwa) Kesempatan Kerja No Lapangan Kerja 1999 2004 Perubahan Persen 1 Pertanian 5.203.953 4.353.604 -850.349 -16,34 2 Pertambangan dan penggalian 108.448 64.068 -44.380 -40,92

3 Industri Pengolahan 2.711.995 2.569.523 -142.472 -5,25 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 50.045 39.839 -10.206 -20,39 5 Bangunan / Konstruksi 752.861 849.855 96.994 12,88 6

Perdagangan, Hotel dan

Restoran 3.923.742 3.331.241 -592.501 -15,10

7 Pengangkutan 1.100.474 1.284.381 183.907 16,71 8

Bank dan Lembaga Keuangan

Lainnya 204.596 271.575 66.979 32,74 9 Jasa-jasa 2.344.531 1.831.527 -513.004 -21,88 10 Lainnya 17.182 2.698 -14.484 -84,30 11 Total 16.417.827 14.598.311 -1.819.516 -11,08 Sumber : BPS, Susenas, 1999-2004 (Data Diolah)

Pada tahun 1999 sektor pertanian memiliki kontribusi paling besar dalam penyerapan tenaga kerja, yaitu sebesar 5.203.953 jiwa (Tabel 17). Hal ini disebabkan karena sektor pertanian di Provinsi Jawa Barat masih sebagai sektor unggulan, masih banyak wilayah-wilayah kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang memiliki potensi pertanian yang sangat besar dan belum terjadinya transformasi besar-besaran dari sektor pertanian ke sektor industri. Sehingga sektor pertanian masih merupakan sektor unggulan di Provinsi Jawa Barat.

Sektor perekonomian lainnya di Provinsi Jawa Barat, pada tahun 1999 memiliki kontribusi terhadap kesempatan kerja paling kecil, yaitu sebesar 17.182 jiwa. Hal ini disebabkan karena konsentrasi tenaga kerja di Provinsi Jawa Barat masih berada pada sektor utama.

Pada tahun 2004, sektor pertanian masih merupakan sektor yang memberikan kesempatan kerja paling banyak, yaitu sebesar 4.353.604 jiwa. Hal

ini memperlihatkan sektor pertanian memang memiliki potensi yang besar di Provinsi Jawa Barat di tengah-tengah maraknya transformasi pertanian di Indonesia, terutama di wilayah-wilayah yang menjadikan sektor pertanian sebagai sektor unggulan. Sedangkan sektor lain di luar sembilan sektor utama juga masih tetap sebagai sektor yang memiliki kontribusi terhadap kesempatan kerja paling kecil di tahun 2004, yaitu sebesar 2.698 jiwa.

Sebagian besar sektor-sektor perekonomian di Provinsi Jawa Barat sesudah krisis ekonomi dari tahun 1999 sampai tahun 2004 mengalami pertumbuhan kesempatan kerja yang menurun, kecuali sektor bangunan / konstruksi, sektor pengangkutan dan sektor bank dan lembaga keuangan lain. Sektor yang mengalami pertumbuhan kesempatan kerja paling besar adalah sektor pengangkutan, yaitu sebesar 183.907 jiwa (Tabel 17). Hal ini disebabkan karena pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat, menjadikan sektor pengangkutan semakin penting di Provinsi Jawa Barat.

Sedangkan sektor yang mengalami pertumbuhan kesempatan kerja paling kecil sesudah krisis ekonomi adalah sektor pertanian, yaitu sebesar -850.349 jiwa (Tabel 17). Hal ini disebabkan karena sektor ini merupakan sektor yang membutuhkan banyak tenaga kerja, sedangkan sektor pertanian saat ini mulai terdesak oleh sektor-sektor lain karena adanya transformasi ekonomi, sehingga pertumbuhan kesempatan kerja pada sektor pertanian juga mengalami penurunan yang besar.

Sektor perekonomian di Provinsi Jawa Barat era sesudah krisis ekonomi yang mengalami laju pertumbuhan paling cepat dari tahun 1999 sampai tahun

2004, adalah sektor bank dan lembaga keuangan lainnya, yaitu sebesar 32,74 persen. Hal ini disebabkan karena perkembangan sektor ini sangat baik dan merupakan penyokong terhadap pertumbuhan sektor-sektor lain di Provinsi Jawa Barat. Sedangkan sektor yang memiliki laju pertumbuhan paling kecil sesudah krisis ekonomi adalah sektor lainnya selain sembilan sektor utama di Provinsi Jawa Barat, yaitu sebesar -84,30 persen (Tabel 17).

5. 2. Rasio Kesempatan Kerja di Kabupaten Bekasi dan Kesempatan Kerja di Provinsi Jawa Barat Sebelum dan Sesudah Krisis Ekonomi

Kesempatan kerja pada sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Bekasi sebelum krisis ekonomi tahun 1992-1997 memiliki pertumbuhan yang negatif, sedangkan kesempatan kerja di Provinsi Jawa Barat era pra krisis ekonomi memiliki pertumbuhan yang positif. Jika nilai kesempatan kerja Kabupaten Bekasi dan kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat tiap sektor perekonomian diperbandingkan antara dua titik waktu, yaitu tahun 1992 sebagai tahun dasar analisis dan tahun 1997 sebagai tahun akhir analisis, maka tiap-tiap sektor akan memiliki rasio yang berbeda-beda. Rasio kesempatan kerja Kabupaten Bekasi dan kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat diekspresikan dalam bentuk nilai Ra, Ri, dan ri.

Nilai Ra diperoleh dari selisih antara total kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat tahun 1997 dengan total kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat tahun 1992 dibagi total kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat pada tahun 1992. Karena merupakan pembagian total kesempatan kerja, maka nilai Ra tiap sektor perekonomian untuk setiap daerah di Provinsi Jawa Barat memiliki besaran yang

sama, yaitu sebesar 0,09 (Tabel 18). Hal ini mengidentifikasikan bahwa sebelum terjadi krisis ekonomi pertumbuhan kesempatan kerja terjadi peningkatan sebesar 0,09 di tingkat provinsi. Ini berarti bahwa setiap sektor-sektor lapangan usaha mengalami pertumbuhan yang cepat dalam menciptakan kesempatan kerja.

Tabel 18. Rasio Kesempatan Kerja Kabupaten Bekasi dan Provinsi Jawa Barat Sebelum Krisis Ekonomi Tahun 1992-1997

No Lapangan Kerja Ra Ri ri

1 Pertanian 0,09 0,00 -0,54 2 Pertambangan dan Penggalian 0,09 -0,11 -0,76 3 Industri Pengolahan 0,09 0,08 -0,35 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,09 -0,04 -0,37 5 Bangunan/konstruksi 0,09 0,55 -0,41 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 0,09 0,29 -0,43 7 Pengangkutan 0,09 0,32 -0,24 8 Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 0,09 0,17 -0,64 9 Jasa-jasa 0,09 -0,05 -0,52 10 lainnya 0,09 -0,87 -0,39

11 TOTAL 0,09 0,09 -0,44

Sumber : BPS, Susenas, 1992-1997 (Data Diolah)

Nilai Ri di sebagian besar lapangan usaha di kabupaten / kota yang ada di Provinsi Jawa Barat era pra krisis ekonomi bernilai positif. Ini berarti bahwa setiap sektor sektor-sektor perekonomian mengalami pertumbuhan positif dalam menciptakan kesempatan kerja di tingkat provinsi. Nilai Ri terbesar terdapat pada sektor usaha bangunan yaitu sebesar 0,55. Hal ini disebabkan peran sektor bangunan / konstruksi semakin meningkat, seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan perkembangan infrastruktur kabupaten / kota di Provinsi Jawa Barat. Sedangkan nilai Ri yang terkecil diperoleh sektor usaha lainnya yaitu sebesar -0,87 (Tabel 18).

Kontribusi semua sektor perekonomian di Kabupaten Bekasi era pra krisis ekonomi mengalami penurunan dalam penyerapan tenaga kerja, sehingga nilai ri

yang diperoleh bernilai negatif. Nilai ri terbesar dimiliki oleh sektor pengangkutan yaitu sebesar -0,24. Hal ini dikarenakan tingkat pertumbuhan kesempatan kerja sektor usaha ini paling besar dibandingkan dengan sektor perekonomian lainnya serta didukung peningkatan jumlah penduduk. Sedangkan nilai ri terkecil dimiliki oleh sektor pertambangan dan penggalian, yakni sebesar -0,76 (Tabel 18), hal ini dikarenakan sektor ini belum mampu berkembang dengan baik karena sangat bergantung pada investor luar negeri, sedangkan iklim investasi semakin lesu.

Kesempatan kerja pada sektor-sektor lapangan kerja di Kabupaten Bekasi sesudah krisis ekonomi tahun 1999-2004 memiliki pertumbuhan kesempatan kerja yang positif, sedangkan kesempatan kerja di Provinsi Jawa Barat memiliki pertumbuhan yang negatif. Jika nilai kesempatan kerja Kabupaten Bekasi dan kesempatan kerja provinsi Jawa Barat tiap sektor lapangan usaha diperbandingkan antara dua titik waktu, yaitu tahun 1999 sebagai tahun dasar analisis dan tahun 2004 sebagai tahun akhir analisis, maka tiap-tiap sektor akan memiliki rasio yang berbeda-beda.

Tabel 19. Rasio Kesempatan Kerja Kabupaten Bekasi dan Provinsi Jawa Barat Sesudah Krisis Ekonomi Tahun 1999-2004

No Lapangan Kerja Ra Ri ri

1 Pertanian -0,11 -0,16 -0,31

2 Pertambangan dan Penggalian -0,11 -0,41 2,13 3 Industri Pengolahan -0,11 -0,05 1,60 4 Listrik, Gas dan Air Bersih -0,11 -0,20 -0,75 5 Bangunan/konstruksi -0,11 0,13 1,39 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran -0,11 -0,15 0,69 7 Pengangkutan -0,11 0,17 1,24 8 Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya -0,11 0,33 15,89 9 Jasa-jasa -0,11 -0,22 0,70

10 lainnya -0,11 -0,84 -

TOTAL -0,11 -0,11 0,69

Tabel 19 memperlihatkan rasio kesempatan kerja Kabupaten Bekasi dan Propinsi Jawa Barat era pasca krisis ekonomi, yang diekspresikan dalam bentuk Ra, Ri, dan ri. Nilai Ra tiap sektor usaha untuk setiap daerah di Provinsi Jawa

Dokumen terkait