• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pergeseran Bersih dan Profil Pertumbuhan Lapangan Kerja Kabupaten Bekasi Sebelum dan Sesudah Krisis Ekonomi

Nilai pergeseran bersih (PB) diperoleh dari penjumlahan antara PP dan PPW pada setiap lapangan kerja. Apabila hasil penjumlahan tersebut bernilai positif maka lapangan kerja tersebut di Kabupaten Bekasi termasuk ke dalam kelompok lapangan kerja yang progresif (maju).

Tabel 26. Pergeseran Bersih Lapangan Kerja di Kabupaten Bekasi Sebelum Krisis Ekonomi Tahun 1992-1997

PBij

No Lapangan Kerja (Jiwa) Persen

1 Pertanian -67.860 -62,98

2 Pertambangan dan Penggalian -10.711 -85,03 3 Industri Pengolahan -66.889 -43,52 4 Listrik, Gas dan Air Bersih -3.630 -46,45

5 Bangunan -16.800 -49,55

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran -87.907 -51,88 7 Pengangkutan -21.041 -32,59

8 Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya -15.069 -73,43

9 Jasa-jasa -90.657 -60,59

10 Lainnya -756 -48,01

11 TOTAL -381321 -52,85

Berdasarkan Tabel 24, Kabupaten Bekasi sebelum krisis ekonomi tahun 1992-1997 semua lapangan kerja memiliki nilai pergeseran bersih (PB) yang negatif yaitu sebesar -52,85 persen. Nilai PB yang negatif tersebut mengidentifikasikan bahwa pertumbuhan kesempatan kerja pada wilayah Kabupaten Bekasi sebelum krisis ekonomi termasuk lamban.

Sedangkan Pasca Krisis ekonomi tahun 1999-2004, sebagian besar lapangan kerja yang ada di Kabupaten Bekasi memiliki nilai pergeseran bersih (PB) yang positif (Tabel 27). Hal ini berarti bahwa pertumbuhan lapangan kerja yang ada di Kabupaten Bekasi termasuk dalam kelompok pertumbuhan kesempatan kerja progresif (maju).

Tabel 27. Pergeseran Bersih Lapangan Kerja Kabupaten Bekasi Sesudah Krisis Ekonomi Tahun 1999-2004

PBij No Lapangan Kerja

(Jiwa) Persen

1 Pertanian -23.013 -19,76

2 Pertambangan dan Penggalian 1.570 224,23 3 Industri Pengolahan 138.883 171,38 4 Listrik, Gas dan Air Bersih -1.430 -64,28 5 Bangunan/konstruksi 7.533 149,94 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 85.580 80,43

7 Pengangkutan 70.469 134,96

8 Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 13.172 1600,51

9 Jasa-jasa 37.856 80,71

10 Lainnya - -

TOTAL 330.620 80,29

Sumber : BPS, Susenas, 1999-2004 (Data Diolah)

Lapangan kerja yang tergolong kelompok lapangan kerja yang progresif berdasarkan Tabel 27 adalah sektor pertambangan dan penggalian , sektor industri pengolahan, sektor bangunan / konstruksi, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor pengangkutan, sektor bank dan lembaga keuangan lainnya, dan sektor jasa-jasa. Sedangkan nilai PB yang negatif mengidentifikasikan bahwa

pertumbuhan lapangan kerja tersebut pada wilayah Kabupaten Bekasi termasuk lamban. Adapun lapangan kerja yang memiliki pertumbuhan kesempatan kerja yang lamban tersebut adalah sektor pertanian dan sektor listrik, gas,dan air bersih.

Sumber : BPS, Susenas, 1992-1997 (Data Diolah)

Gambar 6. Profil Pertumbuhan Lapangan Kerja di Kabupaten Bekasi Sebelum Krisis Ekonomi Tahun 1992-1997

Kabupaten Bekasi sebelum krisis ekonomi tahun 1992-1997, untuk kuadran I tidak ada lapangan kerja yang menempati (Gambar 6), karena tidak ada yang memiliki nilai PP dan nilai PPW yang positif. Hal ini berarti bahwa di Kabupaten Bekasi sebelum krisis ekonomi tidak terdapat lapangan kerja yang memiliki laju pertumbuhan kesempatan kerja yang cepat dan juga tidak dapat bersaing baik dalam menyerap tenaga kerja, bila dibandingkan dengan rata-rata

IV I

III II

ProfilPertumbuhanLapangan Kerja

-140000 -120000 -100000 -80000 -60000 -40000 -20000 0 20000 -40000 -20000 0 20000 40000 PPW PP Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih

Bangunan

Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Jasa-jasa

kabupaten lainnya di Provinsi Jawa Barat. Hal ini terjadi karena pada saat itu kesempatan kerja pada setiap lapangan kerja dalam keadaan stabil, dalam artian semua lapangan pekerjaan tersebut tidak menunjukkan adananya peningkatan dalam penyerapan tenaga kerja.

Berdasarkan Gambar 6, terdapat empat lapangan kerja yang menempati kuadran II. Hal ini ditandai dengan nilai PP yang positif dan nilai PPW yang negatif pada lapangan kerja tersebut. Empat lapangan kerja tersebut adalah sektor bangunan yang memiliki nilai PP sebesar 15.629 jiwa (46,10 persen) dan nilai PPW sebesar -32.430 jiwa (-95,65 persen), sektor perdagangan, hotel, dan restoran memiliki nilai PP sebesar 33.358 jiwa (19,69 persen) dan nilai PPW sebesar -121.265 jiwa (-71,56 persen), sektor pengangkutan memiliki nilai PP sebesar 14.630 jiwa (22,66 persen ) dan nilai PPW sebesar -35.671 jiwa (55,26 persen), dan sektor bank dan lembaga keuangan lainnya memiliki nilai PP sebesar 1.618 jiwa (7,88 persen) dan nilai PPW sebesar -16.687 jiwa (-81,31 persen).

Banyak lapangan kerja yang menempati kuadran III, yang ditandai dengan nilai PP dan nilai PPW yang negatif. Sektor lapangan pekerjaan tersebut adalah sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas, dan air bersih, serta sektor jasa-jasa. Hal ini berarti bahwa sektor-sektor usaha tersebut memiliki laju pertumbuhan kesempatan kerja yang lamban, dan juga tidak mampu berdaya saing baik dalam menyerap tenaga kerja, bila dibandingkan dengan rata-rata kabupaten / kota lainnya di Provinsi Jawa Barat.

Kuadran IV di Kabupaten Bekasi era pra krisis ekonomi tahun 1992-1997, hanya ditempati oleh sektor lainnya. Hal ini ditandai dengan nilai PP yang negatif, tetapi nilai PPW positif, yang berarti bahwa sektor lainnya memiliki laju pertumbuhan kesempatan kerja yang lambat, namun mampu berdaya saing baik dengan rata-rata kabupaten / kota lain di Propinsi Jawa Barat dalam menyerap tenaga kerja.

Gambar 6, memperlihatkan Garis diagonal 45º yang membagi kuadran II dan kuadran IV menjadi dua bagian. Tiap lapangan kerja yang berada di atas garis diagonal 45º tersebut, maka tergolong lapangan kerja yang progresif di Kabupaten Bekasi era pra terjadinya krisis ekonomi tahun 1992-1999, namun tidak ada lapangan kerja yang tergolong ke dalam lapangan kerja yang progresif. Sedangkan lapangan kerja yang berada di bawah garis diagonal 45º maka tergolong lapangan kerja yang lambat. Semua lapangan kerja yang terdapat di Kabupaten Bekasi pada masa itu tergolong pada lapangan kerja yang lambat. Lapangan kerja tersebut adalah semua sektor lapangan pekerjaan, yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor bangunan / konstruksi, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor pengangkutan, sektor bank dan lembaga keuangan lainnya, sektor jasa-jasa, dan sektor lainnya..

Berbeda dengan era sesudah krisis ekonomi tahun 1999-2004, Kabupaten Bekasi memiliki pertumbuhan kesempatan kerja yang cepat dan mampu bersaing dalam menyerap tenaga kerja bila dibandingkan dengan rata-rata kabupaten / kota lain di Provinsi Jawa Barat (kuadran I) (Gambar 7), karena memiliki lapangan

kerja yang nilai PP dan PPW positif. Hal ini terjadi karena era sesudah krisis ekonomi sebagian dari lapangan kerja ada yang mulai melakukan perubahan atau mulai beranjak dari keterpurukan yang diakibatkan oleh krisis tersebut, sehingga ada sebagian sektor-sektor ekonomi yang mengalami pertumbuhan kesempatan kerja yang cepat dan mampu berdaya saing baik bila dibandingkan dengan sektor / wilayah lainnya.

Kuadran I ditempati oleh sektor industri pengolahan yang memiliki nilai PP sebesar 4.724 jiwa (5,83 persen) dan PPW sebesar sebesar 134.159 jiwa (165,55 persen), sektor bangunan memiliki nilai PP sebesar 1.204 jiwa (23,97 persen) dan nilai PPW sebesar 6.329 jiwa (125,97 persen), sektor pengangkutan memiliki nilai PP sebesar 14.512 jiwa (27,79 persen) dan nilai PPW sebesar 55.956 jiwa (107,17 persen) dan sektor bank dan lembaga keuangan lainnya memiliki nilai PP sebesar 361 jiwa (43,82 persen) dan nilai PPW sebesar 12.812 jiwa (1556,69 persen).

Lapangan kerja di Kabupaten Bekasi tidak memiliki laju pertumbuhan kesempatan kerja yang cepat, dan tidak memiliki daya saing terhadap kesempatan kerja yang baik bila dibandingan dengan rata-rata kabupaten / kota lain di Provinsi Jawa Barat. Hal ini ditandai dengan tidak adanya nilai PP yang positif dan nilai PPW yang negatif. Sehingga di Kabupaten Bekasi pasca terjadinya krisis ekonomi tahun 1999-2004 tidak ada lapangan usaha yang menempati kuadran II. (Gambar 7). Hal ini disebabkan karena semua lapangan kerja merasakan dampak dari krisis ekonomi tersebut, sehingga tidak terjadi pertumbuhan, bahkan ada sebagian lapangan kerja yang mengalami penurunan pertumbuhan kesempatan kerja.

Sumber : BPS, Susenas, 1999-2004 (Data Diolah)

Gambar 7. Profil Pertumbuhan Lapangan Kerja di Kabupaten Bekasi Pasca Krisis Ekonomi Tahun 1999-2004

Kuadran III bila dilihat dari gambar 7, ditempati oleh sektor pertanian dan sektor listrik, gas dan air bersih. Hal ini berarti bahwa sektor tersebut memiliki laju pertumbuhan kesempatan kerja yang lambat dan tidak mampu bersaing dalam menyerap tenaga kerja, bila dibandingkan dengan rata-rata kabupaten / kota lain di Propinsi Jawa Barat, ini ditandai dengan nilai PP dan nilai PPW yang negatif. Sektor pertanian memiliki nilai PP sebesar -6.123 jiwa (-5,26 persen) dan nilai PPW sebesar -16.890 jiwa (14,50 persen), dan sektor listrik, gas, dan air bersih

IV I

III II

Profil Pertumbuhan Lapangan Kerja

-40000 -20000 0 20000 40000 60000 80000 100000 120000 140000 160000 -10000 -5000 0 5000 10000 15000 20000 PPW PP Pertanian

Pertambangan dan Penggalian

Industri Pengolahan

Listrik, Gas dan Air Bersih

Bangunan

Perdagangan, Hotel dan Restoran

Pengangkutan

Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya

memiliki nilai PP sebesar 207 jiwa (-9,31 persen) dan nilai PPW sebesar -1.222 jiwa (-54,97 persen).

Kuadran IV di Kabupaten Bekasi pasca krisis ekonomi tahun 1999-2004 ditempati oleh sektor pertambangan dan penggalian dan sektor jasa-jasa. Hal ini berarti bahwa sektor pertambangan dan penggalian dan sektor jasa-jasa di Kabupaten Bekasi memiliki laju pertumbuhan kesempatan kerja yang lambat, tetapi mampu berdaya saing baik dalam menyrap tenaga kerja, apabila diperbandingkan dengan rata-rata kabupaten / kota lainnya di Provinsi Jawa Barat. Kuadran IV ditandai dengan nilai PP yang negatif dan nilai PPW yang positif (Gambar 7).

Gambar 7, memperlihatkan Garis diagonal 45º yang membagi kuadran II dan kuadran IV menjadi dua bagian. Tiap lapangan kerja yang berada di atas garis diagonal 45º tersebut, maka tergolong lapangan kerja yang progresif di Kabupaten Bekasi pasca terjadinya krisis ekonomi tahun 1999-2004. Lapangan kerja tersebut adalah sektor industri pengolahan, sektor bangunan / konstruksi, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor pengangkutan, sektor bank dan lembaga keuangan lainnya, dan sektor jasa-jasa. Sedangkan lapangan kerja yang berada di bawah garis diagonal 45º maka tergolong lapangan kerja yang lambat. Diantara lapangan kerja tersebut adalah sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, dan sektor listrik, gas, dan air bersih.

Berdasarkan hasil analisis shift share, maka dapat diambil beberapa kesimpulan yang berkaitan dengan penelitian mengenai kesempatan kerja pada sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Bekasi era sebelum dan sesudah krisis ekonomi yaitu sebagai berikut :

1. Era sebelum krisis ekonomi laju pertumbuhan kesempatan kerja di Kabupaten Bekasi mengalami penurunan sebesar 43,79 persen. Sebaliknya terjadi peningkatan laju pertumbuhan kesempatan kerja era sesudah krisis ekonomi sebesar 69,21 persen, hal ini memperlihatkan bahwa Kabupaten Bekasi mampu keluar dari keterpurukan akibat krisis ekonomi. Sedangkan di Provinsi Jawa Barat era sebelum krisis ekonomi memiliki laju pertumbuhan yang meningkat sebesar 9,39 persen, dan era sesudah krisis ekonomi terjadi penurunan laju pertumbuhan kesempatan kerja sebesar 11,08 persen, hal ini memperlihatkan secara umum daerah-daerah di Provinsi Jawa Barat era sesudah krisis ekonomi belum mampu memanfaatkan potensi yang ada guna menanggulangi dampak krisis ekonomi.

2. Era sebelum krisis ekonomi memiliki nilai PRij yang positif, berarti bahwa pertumbuhan kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat telah mempengaruhi peningkatan kesempatan kerja di Kabupaten Bekasi sebesar 65.360 jiwa atau 3,39 persen. Sedangkan sesudah krisis ekonomi memiliki nilai PRij yang negatif, yang berarti bahwa bila ditinjau secara keseluruhan,

pertumbuhan kesempatan kerja di Provinsi Jawa Barat telah mempengaruhi penurunan kesempatan kerja di Kabupaten Bekasi sebesar 45.636 jiwa atau -11,08 persen. Komponen pertumbuhan proporsional bila dilihat secara keseluruhan era sebelum krisis ekonomi mengakibatkan peningkatan kesempatan kerja di Kabupaten Bekasi sebesar 28.650 jiwa atau 3,97 persen, namun mengalami penurunan pertumbuhan kesempatan kerja menjadi 4.922 jiwa atau 1,20 persen era sesudah krisis ekonomi. Secara umum lapangan kerja di Kabupaten Bekasi era sebelum krisis ekonomi tidak mampu bersaing baik dalam menyerap tenaga kerja, bila dibandingkan dengan rata-rata wilayah lain di Provinsi Jawa Barat. Hal ini diperlihatkan dari nilai PPWij yang negatif, yaitu sebesar -40.971 jiwa atau -56,82 persen. Sedangkan era sesudah krisis ekonomi sebagian besar lapangan kerja mampu bersaing baik dalam menyerap tenaga kerja, bila dibandingkan dengan rata-rata daerah-daerah lain di Provinsi Jawa Barat, hal ini diperlihatkan dengan nilai PPWij yang positif yaitu sebesar 325.697 jiwa atau 79,09 persen.

6. 2. Saran

1. Pemerintah daerah Kabupaten Bekasi diharapkan dapat terus mendorong perkembangan sektor industri pengolahan, sektor bangunan, sektor pengangkutan, dan sektor bank dan lembaga keuangan lainnya, yang mampu memberikan kontribusi yang besar terhadap penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Bekasi, dengan mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang bisa menciptakan peningkatan investasi yang baik dan

iklim usaha yang kondusif supaya kesempatan kerja semakin luas, diantaranya dengan memberikan kemudahan dalam perizinan usaha dan perbaikan infrastruktur.

2. Era sesudah krisis ekonomi terjadi penurunan pertumbuhan kesempatan kerja di Kabupaten Bekasi, oleh karena itu pemerintah diharapkan menetapkan Peraturan Daerah (Perda) yang dapat meningkatkan pertumbuhan lapangan pekerjaan seperti, sektor pertambangan dan penggalian, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor jasa-jasa, dan sektor informal agar mampu berkembang dengan baik, sehingga mempengaruhi sektor pertanian, dan sektor listrik, gas, dan air bersih yang kurang berkembang di Kabupaten Bekasi agar penyerapan tenaga kerja dapat merata di seluruh lapangan pekerjaan yang ada di Kabupaten Bekasi, seperti peraturan mengenai perlindungan dan pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), peraturan mengenai Upah Minimum Kabupaten (UMK), dan peraturan mengenai penghapusan sistem kontrak terhadap tenaga kerja.

Dokumen terkait