OLEH MILA KARMILA
H14102082
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
(dibimbing oleh FIFI DIANA THAMRIN).
Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998, menimbulkan dampak yang sangat luas bagi perekonomian Indonesia. Menurunnya nilai tukar rupiah, melemahnya investasi dan terjadinya inflasi yang tidak terkendali menimbulkan kelesuan usaha pada setiap sektor perekonomian yang juga menyebabkan menurunnya kesempatan kerja di setiap sektor perekonomian tersebut. Bahkan dibeberapa sektor perekonomian terjadi pengurangan tenaga kerja secara besar-besaran sehingga pengangguran semakin meningkat. Dampak krisis ekonomi ini merata dirasakan oleh seluruh wilayah di Indonesia, temasuk Provinsi Jawa Barat dan Kabupaten Bekasi.
Tujuan yang ingin dicapai adalah pertama, Menganalisis laju pertumbuhan kesempatan kerja pada sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Bekasi jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan kesempatan kerja di Provinsi Jawa Barat era sebelum dan sesudah terjadinya krisis ekonomi. Kedua, Menganalisis ketiga komponen pertumbuhan wilayah yaitu Pertumbuhan Regional (PR), Pertumbuhan Proporsional (PP), dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW) kesempatan kerja pada sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Bekasi era sebelum dan sesudah krisis ekonomi.
Data yang digunakan adalah data sekunder berupa data kesempatan kerja Kabupaten Bekasi dan kesempatan kerja Propinsi Jawa Barat yang dicerminkan dari data jumlah tenaga kerja yang bekerja menurut lapangan usaha, tahun 1992-1997 untuk data sebelum krisis dan tahun 1999-2004 untuk data setelah krisis. Data diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bekasi, Badan Pusat Statistik Nasional, Dinas Ketenagakerjaan Pemerintah Daerah Kabupaten Bekasi dan data-data pendukung yang diperoleh dari instansi-instansi terkait, seperti perpustakaan-perpustakaan di IPB maupun di luar lingkungan IPB. Alat analisis yang digunakan untuk mengidentifikasikan pertumbuhan sektor ekonomi pada suatu wilayah tertentu adalah analisis Shift Share dengan menggunakan software Microsoft Excel.
krisis ekonomi. Secara umum lapangan kerja di Kabupaten Bekasi era sebelum krisis ekonomi tidak mampu bersaing baik dalam menyerap tenaga kerja, bila dibandingkan dengan rata-rata wilayah lain di Provinsi Jawa Barat. Hal ini diperlihatkan dari nilai PPWij yang negatif, yaitu sebesar -40.971 jiwa atau -56,82 persen. Sedangkan era sesudah krisis ekonomi sebaliknya, hal ini diperlihatkan dengan nilai PPWij yang positif yaitu sebesar 325.697 jiwa atau 79,09 persen.
Oleh : MILA KARMILA
H14102082
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang disusun oleh Nama Mahasiswa : Mila Karmila
Nomor Registrasi Pokok : H14102082 Program Studi : Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi : Analisis Kesempatan Kerja pada Sektor-Sektor Perekonomian di Kabupaten Bekasi Sebelum dan Sesudah Krisis Ekonomi
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Fifi Diana Thamrin, SP, M.Si
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi
Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS NIP. 131 846 872
BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI PENELITIAN ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, September 2006
Mila Karmila
anak keempat dari enam bersaudara, dari pasangan Bapak Idi dan Ibu Nanang. Penulis menamatkan Sekolah Dasar pada SDN 2 Tanjung Mulya Ciamis, kemudian melanjutkan ke SLTPN 1 Panumbangan Ciamis dan lulus pada Tahun 1999. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMUN 2 Cikarang Utara dan lulus pada Tahun 2002.
Tahun 2002, penulis melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi, yaitu di Institut Pertanian Bogor, melalui program Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di beberapa organisasi, seperti Forum Mahasiswa Islam Fakultas Ekonomi dan Manajemen (Formasi) dan Persatuan Mahasiswa Galuh Ciamis (PMGC).
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi adalah “Analisis Kesempatan Kerja pada Sektor-Sektor Perekonomian di Kabupaten Bekasi Sebelum dan Sesudah Krisis Ekonomi”. Pada masa krisis ekonomi negara kita mengalami keterpurukan di berbagai bidang kehidupan khususnya di bidang ekonomi, sehingga berpengaruh terhadap kesempatan kerja pada sektor-sektor perekonomian. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk meneliti seberapa besar laju pertumbuhan kesempatan kerja sebelum dan setelah terjadinya krisis, khususnya di daerah Kabupaten Bekasi. Diharapkan dengan adanya penelitian ini pemerintah Kabupaten Bekasi bisa memperluas kesempatan kerja, khususnya di daerah Kabupaten Bekasi. Di samping hal tersebut, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini terselesaikan atas bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan rasa tulus dan hormat, penulis menghaturkan terima kasih kepada :
1. Fifi Diana Thamrin, SP. M.Si sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan dorongan baik teknis, maupun teoritis dalam prosos pembuatan skripsi ini, sehingga dapat diselesaikan dengan baik. 2. Ir. Wiwiek Rindayanti, M.Si sebagai dosen penguji yang telah memberikan
masukan kepada penulis.
3. Widyastutik, SE. M. Si sebagai Komisi Pendidikan yang telah memberikan masukan kepada penulis.
memberikan semangat dan kasih sayangnya kepada penulis.
7. Teguh Suyanto, S.Pi. yang selalu setia memberikan semangat, dukungan, kesabaran dan kasih sayangnya kepada penulis.
8. Sayyidah Majaningtyas, selaku pembahas dan sahabat penulis yang telah memberikan semangat dan masukan kepada penulis.
9.
teman-teman seperjuangan : Nani, SE, Esti, SE, Erni, SE, dan Nitta W, dan seluruh IE 39 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas kebersamaannya ketika kuliah di IPB.10. Sahabat dan teman-temanku, serta AZ-Zahra Crew, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah mengisi hari-hari penulis semakin berkesan selama kuliah di IPB.
11. Peserta seminar dan IE 40, yang telah bersedia hadir dalam seminar penulis dan memberikan masukan yang membantu dalam peyelesaian skripsi ini.
Bogor, September 2006
Mila Karmila
i
2.1.4. Fungsi Permintaan Akan Tenaga Kerja ... 16
2.2. Hasil Penelitian Terdahulu... 21
2.3. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 22
2.3.1 Teknik Analisis Shift Share ... 22
2.3.2. Kelebihan Analisis Shift Share... 25
2.3.3. Kelemahan Analisis Shift Share... 26
2.3.4. Analisis Kesempatan Kerja ... 28
2.3.5. Rasio Kesempatan Kerja di Kabupaten dan Kesempatan Kerja di Propinsi Pada Sektor-Sektor Perekonomian (Nilai ri, Ra dan Ri) ... 28
2.3.7. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah ... 29
2.3.8. Profil Pertumbuhan Sektor-Sektor Perekonomian ... 30
2.3.9. Kerangka Pemikiran Konseptual... 32
III. METODE PENELITIAN ... 36
3.1. Tempat Penelitian ... 36
ii
3.3. Metode Analisis ... 37
3.3.1. Analisis Kesempatan Kerja Kabupaten Bekasi dan Kesempatan Kerja Propinsi Jawa Barat ... 37
3.3.2. Rasio Kesempatan Kerja Kabupaten dan Kesempatan Kerja Propinsi (Nilai ri, Ri dan Ra) ... 39
3.3.3. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah ... 40
3.3.4. Analisis Profil Pertumbuhan Kesempatan Kerja Sektor Perekonomian ... 44
IV. GAMBARAN UMUM ... 47
4.1. Perkembangan Penduduk dan Tenaga Kerja... 47
4.2. Sektor-Sektor Ekonomi Kabupaten Bekasi... 49
4.3.1. Sektor Pertanian ... 49
4.3.7. Pengangkutan dan Komunikasi... 52
4.3.8. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya ... 53
4.3.9. Jasa-Jasa ... 53
4.3. Penerimaan dan Pengeluaran Daerah Kabupaten Bekasi... 53
4.3.1. Penerimaan Daerah Kabupaten Bekasi ... 53
4.3.2. Pengeluaran Pemerintah Daerah Kabupaten Bekasi ... 54
V. HASIL DAN PEMBAHASAN... 56
5.1. Analisis Kesempatan Kerja Pada Sektor-Sektor Perekonomian di Kabupaten Bekasi dan Propinsi Jawa Barat Sebelum dan Sesudah Krisis Ekonomi ... 56
5.2. Rasio Kesempatan Kerja di Kabupaten Bekasi dan Kesem- patan Kerja di Propinsi Jawa Barat Sebelum dan Sesudah Krisis Ekonomi ... 68
iii
5.4. Pergeseran Bersih Profil Pertumbuhan Kesempatan Kerja
Kabupaten Bekasi Sebelum dan Sesudah Krisis Ekonomi ... 80
VI. KESIMPULAN DAN SARAN... 88
6.1. Kesimpulan ... 88
6.2. Saran ... 89
DAFTAR PUSTAKA ... 91
iv
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman 1. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Selama
Seminggu yang Lalu Menurut Lapangan Pekerjaan Utama di Indonesia Tahun 1996-2004 (Jiwa)... 2 2. Jumlah Tenaga Kerja yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di
Provinsi Jawa Barat Tahun 1999-2004 (Jiwa) ... 4 3. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan
1993 di Provinsi Jawa Barat Tahun 1993-2003 (Juta Rupiah) ... 5 4. Jumlah Tenaga Kerja Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di
Kabupaten Bekasi Tahun 1992-1997 (Jiwa) ... 6 5. PDRB Kabupaten Bekasi atas Dasar Harga Konstan 1993, Tahun
1993-1998 (Juta Rupiah)... 7 6. PDRB Kabupaten Bekasi atas Dasar Harga Konstan 1993
Menurut Lapangan Usaha Tahun 1999-2004 (Juta Rupiah) ... 9 7. Banyaknya Penduduk Menurut Kelompok Umur Tahun 2004
(Jiwa)... 46 8. Jumlah PendudukMenurut Kecamatan dan Jenis Kelamin
Tahun 2004 (Jiwa) ... 47 9. Banyaknya Pencari Kerja yang Terdaftar Tahun 2000-2004
(Jiwa)... 48 10. Jumlah Tenaga kerja Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten
Bekasi Tahun 2004 (Jiwa)... 48 11. Perusahaan Besar dan Sedang Menurut Kelompok Industri
Tahun 2004 ... 51 12. Penerimaan Daerah dan Pajak Serta Persentasenya Terhadap
PDRB Tahun 2004 (Rupiah)... 54 13. Pengeluaran Daerah serta Persentasenya terhadap PDRB
Kabupaten Bekasi Tahun 2004 (Rupiah) ... 54 14. Kesempatan Kerja Kabupaten Bekasi Sebelum Krisis Ekonomi Tahun 1992- 1997 (Jiwa) ... 56 15. Kesempatan Kerja Kabupaten Bekasi Sesudah Krisis Ekonomi
v
16. Kesempatan Kerja Provinsi Jawa Barat Sebelum Krisis Ekonomi Tahun 1992-1997 (Jiwa) ... 63 17. Kesempatan Kerja Provinsi Jawa Barat Sesudah Krisis Ekonomi
Tahun 1999 – 2004 (Jiwa)... 66 18. Rasio Kesempatan Kerja Kabupaten Bekasi dan Provinsi Jawa Barat Sebelum Krisis Ekonomi Tahun 1992-1997 ... 69 19. Rasio Kesempatan Kerja Kabupaten Bekasi dan Provinsi Jawa Barat Sesudah Krisis Ekonomi Tahun 1999-2004 ... 70
20. Komponen Pertumbuhan Regional di Kabupaten Bekasi Sebelum Krisis Ekonomi Tahun 1992-1997 ... 72 21. Komponen Pertumbuhan Nasional Kabupaten Bekasi Sesudah
Krisis Ekonomi Tahun 1999-2004 ... 74 22. Komponen Pertumbuhan Proporsional di Kabupaten Bekasi
Sebelum Krisis Ekonomi Tahun 1992-1997 ... 75 23. Komponen Pertumbuhan Proporsional di Kabupaten Bekasi
Sesudah Krisis Ekonomi Tahun 1999-2004... 77 24. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah di Kabupaten Bekasi
Sebelum Krisis Ekonomi Tahun 1992-1997 ... 78 25. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah di Kabupaten Bekasi
Sesudah Krisis Ekonomi Tahun 1999-2004... 79 26. Pergeseran Bersih Sektor Perekonomian di Kabupaten Bekasi
Sebelum Krisis Ekonomi Tahun 1992-1997 ... 80 27. Pergeseran Bersih Kabupaten Bekasi Sesudah Krisis Ekonomi
vi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman 1. Kurva Permintaan Tenaga Kerja Jangka Pendek dan Jangka Panjang 19 2. Terbentunya Permintaan dan Penawaran Pasar Tenaga Kerja dengan
Penentuan Tingkat Upah Pasar ... 20
3. Model Analisis Shift Share... 24
4. Profil Pertumbuhan Sektor-Sektor Perekonomian ... 30
5. Kerangka Pemikiran Konseptual ... 35
6. Profil Pertumbuhan Lapangan usaha di Kabupaten Bekasi Sebelum Krisis Ekonomi Tahun 1992-1997 ... 82
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Jumlah Tenaga Kerja Yang Bekerja Menurut Lapangan
Usaha di Kabupaten Bekasi Tahun 1992-1997... 95 2. Jumlah Tenaga Kerja Yang Bekerja Menurut Lapangan
Usaha di Kabupaten Bekasi Tahun 1999-2004... 96 3. Jumlah Tenaga Kerja Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Provinsi Jawa Barat Tahun 1992-1997 ... 97
4. Jumlah Tenaga Kerja Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha
di Provinsi Jawa Barat Tahun 1999-2004 ... 98 5. Kesempatan Kerja Kabupaten Bekasi Sesudah Krisis Ekonomi
Tahun 1999-2004 ... 99 6. Kesempatan Kerja Propinsi Jawa Barat Sesudah Krisis Ekonomi
Tahun 1999-2004 ... 100 7. Rasio Kesempatan Kerja Kabupaten Bekasi dan Provinsi
Jawa Barat Sesudah Krisis Ekonomi Tahun 1999-1997 ... 101 8. Analisis Shift Share Berdasarkan Komponen Pertumbuhan
Wilayah di Kabupaten Bekasi Sesudah Krisis Ekonomi Tahun
Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada Tahun 1998, menimbulkan
dampak yang sangat luas bagi perekonomian Indonesia. Menurunnya nilai tukar
rupiah, melemahnya investasi dan terjadinya inflasi yang tidak terkendali
menimbulkan kelesuan usaha pada setiap sektor perekonomian yang juga dapat
menyebabkan menurunnya kesempatan kerja di setiap sektor perekonomian
tersebut.
Krisis ekonomi ini mengakibatkan aktivitas dari setiap sektor
perekonomian menjadi terhambat, sehingga tidak bisa menjalankan aktivitasnya
dengan normal. Hal ini berdampak buruk terhadap perkembangan sektor-sektor
perekonomian tersebut. Oleh karena itu, banyak sektor-sektor perekonomian yang
mengurangi pemakaian jumlah tenaga kerja, bahkan dibeberapa sektor
perekonomian terjadi pengurangan tenaga kerja secara besar-besaran sehingga
pengangguran semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 memperlihatkan bahwa pada Tahun 1998, yaitu pada saat krisis
ekonomi melanda negara kita, walaupun dilihat secara keseluruhan penyerapan
tenaga kerja nasional mengalami peningkatan, namun bila dilihat dari penyerapan
tenaga kerja pada setiap sektor ekonomi mengalami penurunan, kecuali untuk
sektor pertanian dan sektor pengangkutan. Penurunan ini disebabkan karena
terjadinya krisis ekonomi sangat mempengaruhi aktivitas sektor-sektor
perekonomian, terutama sektor-sektor yang dalam proses produksinya
suku bunga, sehingga juga berdampak pada penyerapan tenaga kerja. Sektor
pertanian dan sektor pengangkutan tidak terlalu terpengaruh oleh terjadinya krisis
ekonomi, karena sektor ini tidak terlalu rentan terhadap perubahan nilai tukar dan
suku bunga, sehingga masih mampu memberikan kontribusi terhadap kesempatan
kerja.
Tabel 1. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Selama Seminggu Yang Lalu Menurut Lapangan Pekerjaan Utama di Indonesia Tahun 1996-2004 (Jiwa) Sumber : BPS (Perluasan Sakernas), 1996-2004
* Pendataan pada tahun 2001 kedua lapangan usaha ini digabungkan sebagai lapangan usaha lain-lain yang nilainya sebesar 1.091.120 jiwa.
Keterangan : 1. Pertanian 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 2. Pertambangan dan Penggalian 7. Pengangkutan
3. Industri Pengolahan 8. Bank dan Lembaga Keuangan lain 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 9. Jasa-jasa
5. Bangunan/Konstruksi
Tahun 1999 sampai Tahun 2004, seluruh sektor perekonomian mengalami
pertumbuhan kesempatan kerja yang semakin meningkat. Menurut Prasentiantono
(2000), beberapa indikator yang menampakkan gejala membaik (Mei 1999),
setidaknya ada lima indikator utama yang tampil impresif :
1. Kurs rupiah cenderung stabil, dan bahkan menguat sampai level Rp 8000-an
2. Laju inflasi dapat ditekan rendah. Pada bulan Maret sampai April 1999
bahkan terjadi deflasi (inflasi negatif), yaitu minus 0,18 persen dan minus
0,68 persen.
3. Pasar modal juga membaik, yang ditunjukkan dengan kenaikan indeks harga
saham gabungan (IHSG) hingga mencapai 560. Angka ini termasuk tinggi
untuk ukuran masa krisis. Sebagai perbandingan, rekor indeks terendah
adalah 265 (1998) dan rekor tertinggi adalah 720 (sebelum krisis, 1997)
4. Suku bunga dapat diturunkan secara bertahap. Pada pekan pertama Mei 1999
BI sudah berani menetapkan suku bunga simpanan maksimal 34 persen
dapat dijamin oleh pemerintah.
5. Harga minyak di pasar dunia terus meningkat. Pada bulan Mei 1999, harga
minyak naik hingga menembus US $ 18 per barrel.
Hal tersebut menunjukkan bahwa tahun 1999 di Indonesia sudah
mengalami masa pemulihan dari keterpurukan ekonomi yang diakibatkan krisis
ekonomi, sehingga sudah bisa dikatakan Indonesia sudah keluar dari krisis
ekonomi. Tanda-tanda pemulihan ekonomi mulai tampak, setelah Pemilu 7 Juni
1999 dilaksanakan secara relatif sukses, kurs rupiah cenderung menguat dan stabil
pada level Rp 6.700,- per dollar. Indeks harga saham naik sampai level 712.
Selain itu harga-harga juga mengalami deflasi selama 6 bulan berturut-turut.
Dampak krisis ekonomi ini merata dirasakan oleh seluruh wilayah di
Indonesia. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu wilayah yang merasakan
dampak dari krisis ekonomi yang melanda nasional. Sebagai akibat dari krisis
pasang surut, tetapi lebih banyak mengalami surutnya. Surutnya penyerapan
tenaga kerja pada setiap sektor perekonomian menimbulkan permasalahan yang
rumit dan kompleks, terutama permasalahan sosial dan ekonomi. Menurut Tobing
(1993) rendahnya kesempatan kerja menimbulkan berbagai masalah sosial
ekonomi baru, diantaranya:
1. Rendahnya kualitas pendidikan dan kesehatan;
2. Rendahnya kemampuan daya beli (purchasing power);
3. Meningkatnya jumlah pengangguran;
4. Meningkatnya arus migrasi (desa-kota); dan
5. Ketimpangan pertumbuhan ekonomi antar wilayah.
Pasang surut penyerapan tenaga kerja di Provinsi Jawa Barat dapat diketahui
melalui jumlah tenaga kerja yang bekerja, seperti yang terlihat dalam Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah Tenaga Kerja Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Provinsi Jawa Barat Tahun 1999-2004 (Jiwa)
Tahun Lapangan
Usaha 1999 2000 2001 2002 2003 2004 1 5.203.953 4.865.547 5.128.660 4.599.956 5.158.605 4.353.604 2 108.448 95.996 59.580 69.055 113.718 64.068 3 2.711.995 2.835.160 2.486.944 3.259.447 2.361.807 2.569.523 4 50.045 51.432 31.033 37.163 51.056 39.839 5 752.861 788.171 791.532 797.391 723.327 849.855 6 3.923.742 4.091.388 3.347.170 3.326.923 3.339.491 3.331.241 7 1.100.474 1.282.488 1.002.234 1.104.835 1.067.487 1.284.381 8 204.596 107.413 226.934 229.929 197.584 271.575 9 2.344.531 2.272.831 1.575.280 1.798.358 769.571 1.831527 10 17.182 - 1.180 10.743 12.601 2.698 Total 16.417.827 16.390.426 14.650.547 15.233.800 13.795.247 14.598.311 Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), 1999-2004
Keterangan : 1. Pertanian 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 2. Pertambangan dan Penggalian 7. Pengangkutan
3. Industri Pengolahan 8. Bank dan Lembaga Keuangan lain 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 9. Jasa-jasa
Tabel 2 memperlihatkan bahwa sektor pertanian mengalami pasang surut
dalam memberikan kontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja, tetapi selalu
memberikan kontribusi terbesar setiap tahunnya dalam menciptakan kesempatan
kerja di Provinsi Jawa Barat. Sektor lainnya merupakan sektor yang memberikan
kontribusi paling kecil setiap tahunnya terhadap penyerapan tenaga kerja di
Provinsi Jawa Barat, bahkan untuk tahun 2000 sektor lainnya ini tidak
memberikan kontribusinya terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Jawa
Barat tersebut.
Tabel 3. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 1993 di Provinsi Jawa Barat Tahun 1993-2003 (Juta Rupiah)
Tahun PDRB Sumber : BPS Jawa Barat, 1993-2003
Dampak ekonomi rendahnya penyerapan tenaga kerja akhirnya dapat
semakin mempengaruhi jumlah tenaga kerja yang ada. Rendahnya daya beli akan
berdampak pada turunnya permintaan barang dan jasa serta akan mengurangi
aktivitas sektor-sektor perekonomian di Provinsi Jawa Barat. Turunnya aktivitas
sektor-sektor perekonomian tersebut salah satunya akan berdampak pada
pengurangan jumlah tenaga kerja, yang berarti juga dapat mengurangi kesempatan
bertambah. Contoh konkret saat terjadinya krisis ekonomi tahun 1998, terjadi
penurunan pendapatan per kapita (PDRB/Kapita) di Propinsi Jawa Barat menjadi
Rp. 58.847.840,13 juta, dari PDRB sebelumnya tahun 1997 yaitu sebesar Rp.
71.568.924,02 juta.
Kabupaten Bekasi merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat
yang terkena dampak dari krisis ekonomi, yang menyebabkan perekonomian di
Kabupaten tersebut mengalami keterpurukan. Padahal apabila dilihat pada era
sebelum terjadinya krisis ekonomi, perekonomian di Kabupaten ini merupakan
salah satu wilayah yang memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang baik, dan
mampu berkontribusi besar terhadap perekonomian Provinsi Jawa Barat. Hal ini
dapat dilihat dari kontribusi sektor-sektor ekonomi terhadap penyerapan tenaga
kerja di Kabupaten Bekasi, yang terdapat dalam Tabel 4.
Tabel 4. Jumlah Tenaga Kerja yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Bekasi Tahun 1992-1997 (Jiwa)
Tahun Lapangan
Usaha 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1 107.749 148.490 88.260 142.975 126.020 50.009 2 12.596 17.372 3.818 8.428 19.721 3.019 3 153.710 149.402 193.311 227.353 378 .861 100.655 4 7.816 6.392 2.353 12.989 21.805 4.889 5 33.905 38.046 53.963 38.768 76.798 20.156 6 169.454 204.638 213.027 255.809 399.384 96.798 7 64.555 75.726 84.285 88.938 156.803 49.324 8 20.522 9.542 12.603 17.946 29.821 7.300 9 149.636 178.018 195.766 197.310 386.717 72.446 10 1.574 3.976 811 992 7.376 960 Total 721.517 831.602 848.197 991.508 1.603.306 405.556 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bekasi, Susenas, 1992-1997
Keterangan : 1. Pertanian 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 2. Pertambangan dan Penggalian 7. Pengangkutan
3. Industri Pengolahan 8. Bank dan Lembaga Keuangan lain 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 9. Jasa-jasa
Tabel 4 memperlihatkan jumlah tenaga kerja yang bekerja menurut
lapangan usaha di Kabupaten Bekasi era sebelum krisis ekonomi terjadi. Sektor –
sektor perekonomian memberikan kontribusi yang cukup berarti bagi terciptanya
kesempatan kerja di Kabupaten Bekasi. Tahun 1996 sektor-sektor ekonomi
tersebut mampu memberikan kontribusi paling besar dalam menyerap tenaga
kerja dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, yakni sebesar 1.603.306 jiwa.
Sektor yang terbesar dalam memberikan kontribusinya adalah sektor perdagangan,
hotel, dan restoran yakni sebesar 399.384 jiwa, dan sektor yang terkecil dalam
memberikan kontribusinya terhadap penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Bekasi
adalah sektor lainnya, yakni sebesar 7.376 jiwa. Namun dipertengahan tahun
1997 kontribusi sektor-sektor perekonomian tersebut mulai mengalami penurunan
karena pada saat itu sudah mulai mendekati terjadinya krisis ekonomi. Kontribusi
yang diberikan hanya sebesar 405.556 jiwa dalam menyerap tenaga kerja di
Kabupaten Bekasi.
Tabel 5. PDRB Kabupaten Bekasi Atas Dasar Harga Konstan 1993, Tahun 1993- 1998 (Juta Rupiah)
No 1993 1994 1995 1996 1997 1998
1 405.885,00 378.071,00 383.587,00 262.560,50 217.351,18 198.999,95 2 8.512,00 9.533,00 11.154,00 13.028,00 13.869,78 4.608,15 3 2.327.905,00 2.768.121,00 3.258.078,00 3.097.111,39 3.398.427,80 3.261.451,77 4 67.461,00 82.327,00 103.447,00 94.537,98 120.618,30 111.179,43 5 229.319,00 263.716,00 320.415,00 195.707,94 201.719,27 133.312,19 6 352.527,00 606.192,00 684.429,00 1.779.732,05 1.843.570,02 852.716,79 7 147.374,00 196.496,00 220.807,00 124.713,07 129.590,30 121.159,13 8 194.518,00 205.640,00 216.224,00 210.232,15 250.314,25 132.638,61 9 391.388,00 467.131,00 504.973,00 214.610,40 220.210,55 222.692,79
10 - - - -
Total 4.304.889,00 4.977.227,00 5.703.114,00 5.992.233,48 6.395.671,45 5.038.758,81
Sumber : BPS Kabupaten Bekasi, Susenas, 1993-1998
Keterangan : 1. Pertanian 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 2. Pertambangan dan Penggalian 7. Pengangkutan
3. Industri Pengolahan 8. Bank dan Lembaga Keuangan lain 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 9. Jasa-jasa
Kontribusi Sektor-sektor ekonomi terhadap PDRB Kabupaten Bekasi pada
era sebelum krisis ekonomi, bila dilihat secara keseluruhan mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun, walaupun peningkatannya tidak terlalu besar.
Terlihat pada Tabel 5 bahwa pada tahun 1993 kontribusi sektor-sektor ekonomi
sebesar Rp. 4.304.889,00 juta, semakin meningkat menjadi Rp. 6.395.671,45 juta
pada tahun 1996. Tetapi ketika terjadinya krisis ekonomi tahun 1998, kontribusi
sektor-sektor ekonomi terhadap PDRB Kabupaten Bekasi mengalami penurunan
menjadi Rp. 5.038.758,81 juta, hal ini disebabkan karena terhambatnya aktivitas
ekonomi dari sektor-sektor tersebut, ada juga yang menghentikan aktivitasnya.
Sesudah krisis ekonomi, stabilitas perekonomian Indonesia
berangsur-angsur membaik, yang didukung oleh menguatnya perekonomian di seluruh
wilayah bahkan menyebar ke daerah-daerah di Indonesia, termasuk Kabupaten
Bekasi mengalami pemulihan dalam stabilitas ekonomi. Hal ini terlihat dari
semakin meningkatnya PDRB Kabupaten Bekasi mulai tahun 1999. Peningkatan
PDRB secara kontinyu ini menggambarkan kondisi perekonomian yang mulai
stabil, seperti terlihat pada Tabel 6.
Tabel 6 menunjukkan bahwa sektor industri pengolahan merupakan sektor
yang memberikan kontribusi paling besar setiap tahun terhadap PDRB Kabupaten
Bekasi, jika dibandingkan dengan sektor-sektor lain di Kabupaten Bekasi. Hal ini
dapat terlihat pada tahun 1999 sektor industri pengolahan memberikan kontribusi
berdasarkan harga konstan 1993 yaitu sebesar Rp 3.335.334,67 juta, yang semakin
Kabupaten Bekasi merupakan kawasan industri yang banyak memiliki
pabrik-pabrik, yang mampu memberikan kontribusi terhadap PDRB yang besar pula.
Tabel 6. PDRB Kabupaten Bekasi Atas Dasar Harga Konstan 1993 Menurut Lapangan Usaha Tahun 1999-2004 (Juta Rupiah)
No 1999 2000 2001 2002 2003*) 2004**)
1 196.924,83 203.995,09 198.359,00 198.846,63 199.468,07 208.037,94 2 4.496,63 4.208,62 6.246,32 6.291,61 6.378,18 6.493,43 3 3.335.334,67 6.759.527,78 7.066.045,83 7.432.067,00 7.843.606,77 8.289.908,00 4 122.911,85 137.827,47 142.223,10 148.092,98 155.729,55 172.395,00 5 129.792,75 132.700,51 135.782,20 138.959,50 144.287,05 153.449,28 6 884.250,57 912.397,77 941.988,26 977.200,15 1.054.886,03 1.139.524,92 7 122.662,26 133.788,18 142.652,18 152.168,95 162.440,66 176.121,16 8 132.812,46 138.138,55 146.014,36 153.233,93 162.076,91 170.748,73 9 227.654,49 235.239,66 252.847,43 272.135,41 293.742,96 317.820,99
10 - - - - - -
Total 5.156.840,51 8.657.823,63 9.032.158,68 9.478.996,16 10.022.616,18 10.634.499,44
Sumber : BPS Kabupaten Bekasi, 1999-2004 *) Angka Perbaikan
**) Angka Sementara
Keterangan : 1. Pertanian 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 2. Pertambangan dan Penggalian 7. Pengangkutan
3. Industri Pengolahan 8. Bank dan Lembaga Keuangan lain 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 9. Jasa-jasa
5. Bangunan/Konstruksi 10. Lainnya (sektor informal) Sektor perdagangan, hotel dan restoran pada tahun 2004 memiliki urutan
kedua setelah industri pengolahan kemudian diikuti sektor jasa-jasa, sektor
pertanian, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor listrik, gas dan air
minum, sektor bank dan lembaga keuangan, sektor bangunan / kontruksi, serta
yang terakhir sektor pertambangan dan penggalian. Sektor pertambangan dan
penggalian selalu memberikan kontribusi paling rendah terhadap PDRB
Kabupaten Bekasi, karena di Kabupaten Bekasi hanya memiliki sedikit lahan
tambang, sehingga sektor ini hanya mampu memberikan kontribusi yang sedikit
pula yaitu hanya sebesar Rp. 4.496,63 juta Tahun 1999 dan meningkat menjadi
Terjadinya krisis ekonomi memberikan pengaruh yang besar terhadap
pertumbuhan sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Bekasi, sehingga juga
menimbulkan dampak terhadap kesempatan kerja di Kabupaten Bekasi, untuk itu
perlu dilakukan penelitian mengenai “Analisis Kesempatan Kerja pada
Sektor-Sektor Perekonomian di Kabupaten Bekasi Sebelum dan Sesudah Krisis
Ekonomi”, untuk mengetahui sejauh mana laju pertumbuhan kesempatan kerja
yang terjadi di Kabupaten Bekasi dengan perbandingan Provinsi Jawa Barat.
1.2. Perumusan Masalah
Adapun permasalahan-permasalahan yang dapat diangkat dalam penelitian
ini adalah :
1. Bagaimana laju pertumbuhan kesempatan kerja pada sektor-sektor
perekonomian di Kabupaten Bekasi jika dibandingkan dengan laju
pertumbuhan kesempatan kerja pada sektor-sektor perekonomian di
Provinsi Jawa Barat era sebelum dan sesudah terjadinya krisis ekonomi?
2. Bagaimana ketiga komponen pertumbuhan wilayah yaitu Pertumbuhan
Regional (PR), Pertumbuhan Proporsional (PP), dan Pertumbuhan Pangsa
Wilayah (PPW) kesempatan kerja pada sektor-sektor perekonomian di
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan masalah yang telah dirumuskan, secara
khusus penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menganalisis laju pertumbuhan kesempatan kerja pada sektor-sektor
perekonomian di Kabupaten Bekasi jika dibandingkan dengan laju
pertumbuhan kesempatan kerja di Provinsi Jawa Barat era sebelum dan
sesudah terjadinya krisis ekonomi.
2. Menganalisis ketiga komponen pertumbuhan wilayah yaitu Pertumbuhan
regional (PR), Pertumbuhan Proporsional (PP), dan Pertumbuhan Pangsa
Wilayah (PPW) kesempatan kerja pada sektor-sektor perekonomian di
2.1.1. Kesempatan Kerja
Kesempatan kerja menurut Departemen Tenaga Kerja (1994) adalah jumlah lapangan kerja dalam satuan orang yang dapat disediakan oleh sektor ekonomi dalam kegiatan produksi. Dalam arti yang lebih luas, kesempatan kerja ini tidak saja menyangkut jumlahnya, tetapi juga kualitasnya. Sedangkan menurut Lipsey, et al. (1995) kesempatan kerja mengandung arti tenaga kerja dewasa yang bekerja penuh waktu. Kesempatan kerja tinggi terjadi ketika kondisi ekonomi berada pada GDP potensial.
Menurut Rusli (1995), yang di dasarkan pada data sensus penduduk, jumlah penduduk yang bekerja mencerminkan jumlah kesempatan kerja yang ada. Ini berarti bahwa kesempatan kerja bukanlah lapangan pekerjaan yang masih terbuka, walaupun komponen yang terakhir ini akan menambah kesempatan kerja yang ada di waktu yang akan datang.
Penggolongan lapangan pekerjaan yang biasa dipakai menurut Badan Pusat Statistik(BPS) dan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) terdiri dari :
1. Pertanian
2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan
6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 7. Pengangkutan
8. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 9. Jasa-jasa
Secara umum penciptaan kesempatan kerja dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu proses produksi dan pasar. Untuk adanya proses produksi diperlukan investasi. Dan dalam produksi, masukan yang berupa bahan, energi alam, dan energi manusia, dengan menggunakan teknologi dikombinasikan untuk menghasilkan barang dan jasa. Kemudian diperlukan pasar untuk mendistribusikan hasil produksi kepada yang menggunakannya serta agar produsennya memperoleh pendapatan. Selain itu, pasar diperlukan untuk menyediakan masukan bagi proses produksi (Fudjaja, 2002).
Fudjaja (2002) juga menyatakan bahwa faktor produksi tenaga kerja berkualitas yang memiliki produktivitas tinggi sangat menentukan tingkat pendapatan. Pendapatan akan memberikan efek pengganda terhadap pembangunan dalam bentuk investasi dan pengeluaran, dan keduanya diperkirakan akan berdampak positif terhadap kesempatan kerja.
Menurut Tobing (1993), ada beberapa masalah mendasar struktural yang secara langsung mempengaruhi peningkatan kesempatan kerja yaitu :
1. Menyangkut kebijaksanaan kependudukan.
2. Berkaitan dengan penyebaran penduduk antara Pulau Jawa dan di luar pulau Jawa.
4. Berkaitan dengan adanya kesenjangan antara program pendidikan dengan arah pembangunan.
5. Kurang berkembangnya informasi pasar tenaga.
6. Menyangkut perkembangan di sektor formal dan informal. 7. Menyangkut perkembangan di sektor pertanian dan industri.
Menurut Simanjuntak (1998) dasar perkiraan kesempatan kerja adalah rencana investasi dan atau target hasil yang direncanakan, atau secara umum merupakan rencana pembangunan. Tiap kegiatan mempunyai daya serap yang berbeda akan tenaga kerja, baik dalam kualitas maupun dalam kuantitas. Daya serap tersebut berbeda secara sektoral dan penggunaan teknologi. Sektor kegiatan yang dibangun dengan cara padat karya pada dasarnya dapat menciptakan kesempatan kerja yang relatif besar dan terlalu terikat kepada persyaratan keterampilan yang tinggi, sebaliknya sektor atau sub sektor yang dibangun dengan cara padat modal menimbulkan kesempatan kerja yang relatif sedikit akan tetapi dengan tenaga keterampilan yang cukup tinggi.
2.1.2. Krisis Ekonomi
menimbulkan krisis yang meluas, dari ekonomi moneter ke seluruh aspek kehidupan masyarakat. Penularan ini terjadi karena lemahnya struktur ekonomi, tatanan sosial, hukum dan politik yang mempertajam masalah ini menjadi sistemik.
Krisis ekonomi menurut Kriswantriono (2003), ditandai dengan adanya gejolak nilai tukar yang menyebabkan terjadinya keterpurukan ekonomi, ini disebabkan oleh dunia usaha yang cenderung melakukan investasi yang berlebihan (over investment) pada sektor-sektor ekonomi yang rentan terhadap perubahan nilai tukar dan suku bunga.
Menurut Tarmidi (1998) krisis ekonomi bercirikan: (1). Nilai kurs rupiah yang semakin tertekan.
(2). Investasi di dalam negeri yang merosot karena peningkatan suku bunga. (3). Terjadinya inflasi yang tidak terkendali.
Menurut Andadari, et al. (1999), dampak krisis ekonomi didefinisikan sebagai perubahan beruntun dan meluas dalam tempo cepat sehingga membingungkan pelaku ekonomi dengan indikator determinan / kebijakan, perilaku (pengaturan bahan dan tenaga kerja, penerimaan penjualan).
2.1.3. Teori Tenaga Kerja
tenaga kerja dan bukan tenaga kerja dibedakan hanya oleh batas umur. Di Indonesia semula dipilih batas umur minimum 10 tahun tanpa batas umur maksimum. Dengan demikian tenaga kerja di Indonesia dimaksudkan sebagai penduduk yang berumur 10 tahun atau lebih. Pemilihan 10 tahun sebagai batas umur minimum adalah berdasarkan kenyataan bahwa dalam umur tersebut sudah banyak penduduk berumur muda yang sudah bekerja atau mencari pekerjaan.
Dengan bertambahnya kegiatan pendidikan maka jumlah penduduk dalam usia sekolah yang melakukan kegiatan ekonomi akan berkurang. Bila wajib sekolah 9 tahun diterapkan, maka anak-anak sampai dengan umur 14 tahun akan berada di sekolah. Dengan kata lain jumlah penduduk yang bekerja dalam batas umur tersebut akan menjadi sangat kecil, sehingga batas umur minimum lebih tepat dinaikkan menjadi 15 tahun. Atas pertimbangan tersebut, Undang-undang N0. 25 tentang ketenagakerjaan telah menetapkan batas usia kerja menjadi 15 tahun. Dengan kata lain, sesuai dengan mulai berlakunya Undang-undang ini, mulai tanggal 1 Oktober 1998, tenaga kerja didefinisikan sebagai penduduk yang berusia 15 tahun keatas atau lebih (Simanjuntak, 1998).
2.1.4. Fungsi Permintaan Akan Tenaga Kerja
pengusaha bersedia untuk mempekerjakannya pada setiap kemungkinan tingkat upah dalam jangka waktu tertentu (Bellante dan Jackson, 1990).
Permintaan pengusaha atas tenaga kerja berbeda dengan permintaan konsumen terhadap barang dan jasa. Konsumen membeli barang karena barang itu akan memberikan kegunaan baginya. Akan tetapi bagi pengusaha, mempekerjakan seseorang karena seseorang itu membantu memproduksi barang dan jasa untuk dijual kepada konsumen. Pertambahan permintaan pengusaha terhadap tenaga kerja tergantung dari pertambahan permintaan masyarakat terhadap barang yang diproduksinya., artinya semakin tinggi permintaan masyarakat akan barang-barang yang dihasilkan oleh sektor ekonomi maka jumlah tenaga kerja yang diminta akan semakin meningkat dengan asumsi tingkat upah tetap. Permintaan akan tenaga kerja yang seperti itu disebut derived demand
(permintaan turunan).
Gambar 1 merupakan kurva permintaan tenaga kerja jangka pendek dan jangka panjang, sebagai reaksi terhadap naiknya tingkat upah dari W1 ke W2. Perusahaan dalam jangka pendek akan mengurangi penggunaan tenaga kerja dari N1 ke N1’. Dalam jangka panjang sementara perusahaan menggantikan modal untuk tenaga kerja perusahaan selanjutnya mengurangi tenaga kerja sampai N0.
dan modal paling rendah biayanya. Sekarang misalkan tingkat upah meningkat sampai W2, maka dalam jangka pendek perusahaan akan menemukan bahwa biaya produksinya telah mengalami kenaikkan sehingga mengurangi penggunaan tenaga kerja sampai N1’, sepanjang skedul VMPP-nya. Dalam jangka panjang, perusahaan lebih lanjut akan melakukan penyesuaian yaitu modal akan menggantikan tenaga kerja, sehingga jumlah tenaga kerja selanjutnya dalam jangka panjang akan berkurang sampai titik N0.
Upah
W2 W1
D1r
VMPP1
0 N0 N1’ N1 Kesempatan Kerja
Sumber : Bellante dan Jackson, 1990.
Gambar 1. Kurva Permintaan Tenaga Kerja Jangka Pendek dan Jangka Panjang
Keterangan : VMPP = Value Marginal Physical Product, nilai pertambahan hasil marginal dari karyawan.
Dn = Permintaan akan tenaga kerja
W = Upah tenaga kerja
Ada dua hal yang patut diperhatikan : pertama, oleh karena fleksibilitas yang ditambahkan yang dimiliki perusahaan itu dalam jangka panjang (D1r), maka permintaan tenaga kerja perusahaan itu dalam jangka panjang akan bersifat lebih responsif terhadap perubahan suatu tingkat upah, (dalam hal ini memperlihatkan perubahan yang lebih besar dalam jumlah permintaan tenaga kerja) dibandingkan permintaan tenaga kerja dalam jangka pendek (VMPP) seperti tertera dalam skedul.
Kedua, suatu perusahaan yang berada pada keseimbangan jangka panjang haruslah juga berada pada keseimbangan jangka pendek. Oleh karena kurva permintaan jangka panjang menunjukkan jumlah tenaga kerja yang digunakan sehingga menempatkan perusahaan itu pada keseimbangan jangka panjang, maka merupakan suatu kebenaran yang tidak dapat disangkal bahwa setiap titik pada kurva permintaan jangka panjang harus mempunyai kurva permintaan jangka pendek (skedul VMPP) yang melewatinya. Hanya kurva permintaan jangka pendek, VMPP1 yang diperlihatkan pada Gambar 1. Kurva itu adalah skedul VMPP yang dihubungkan dengan jumlah modal yang dimiliki oleh perusahaan dalam keseimbangan berjangka panjang semula. Begitu perusahaan melakukan perubahan terhadap jumlah modal yang digunakannya, maka skedul VMPP mengalami pergeseran pula (Bellante dan Jackson, 1990).
Upah Upah Upah Upah
S
W S W S W S W
D 1 D2 D3 D1+2+3
N N N N* Kesempatan Kerja Kesempatan Kerja Kesempatan Kerja Kesempatan Kerja
Industri 1 Industri 2 Industri 3 Pasar
Sumber : Bellante dan Jackson, 1990.
Gambar 2. Terbentuknya Permintaan dan Penawaran Pasar Tenaga Kerja dengan Penentuan Tingkat Upah Pasar
Gambar 2 menjelaskan bahwa kurva permintaan industri adalah D1, D2, dan D3. Tingkat upah pasar (W) ditentukan oleh interaksi permintaan pasar D1+D2+D3 dan penawaran pasar tenaga kerja (S). Dengan menggabungkan permintaan tanaga kerja pasar dan penawaran tenaga kerja pasar, hal itu memungkinkan terbentuknya keseimbangan tingkat upah.
2.2. Hasil Penelitian Terdahulu
Sumiawati (1997) melakukan penelitian dengan judul “Perubahan Kesempatan Kerja Pertanian dan Perkembangan Subsektor Tanaman Pangan (Studi Kasus Kabupaten Dati II Bekasi, Jawa Barat)” menggunakan metode Input-Output (I-O) sebagai alat analisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama dasawarsa 1990-1995 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bekasi mengalami perkembangan yang pesat serta diikuti oleh terjadinya perubahan struktur ekonomi, hal ini diketahui dari nilai rasio antara PDRB sektor pertanian dengan PDRB sektor industri pengolahan yang semakin kecil dari tahun ke tahun. Sumbangan sektor industri terhadap PDRB lebih besar, hal ini menandakan bahwa struktur perekonomian di Kabupaten Bekasi mulai lebih mengandalkan sektor industri. Perubahan struktur ekonomi juga ditandai oleh terjadinya perubahan kesempatan kerja pertanian maupun industri. Penurunan kesempatan kerja sektor pertanian menyebabkan terjadinya penurunan perkembangan sub sektor tanaman pangan di Kabupaten Bekasi dan dampak lainnya adalah terjadinya pertambahan tingkat upah pertanian.
Sedangkan Restuningsih (2004) penelitiannya dengan judul “Analisis Pertumbuhan Sektor-Sektor Perekonomian di Propinsi DKI Jakarta Pada Masa Krisis Ekonomi Tahun 1997-2002”, menggunakan metode analisis Shift Share
yang melanda DKI Jakarta tersebut menyebabkan sebagian besar sektor perekonomian di Propinsi DKI Jakarta tidak dapat bersaing dengan baik dengan sektor ekonomi pada wilayah lainnya. Berdasarkan kelompok sektor di DKI Jakarta, sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan merupakan kelompok sektor yang memiliki pertumbuhan yang lamban. Sedangkan sektor listrik, gas dan air bersih, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor jasa-jasa merupakan kelompok sektor dengan pertumbuhan yang cepat.
Penelitian yang dilakukan dengan judul “Analisis Kesempatan Kerja pada Sektor-Sektor Perekonomian di Kabupaten Bekasi Sebelum dan Sesudah Krisis Ekonomi”, dengan menggunakan Shift Share sebagai alat analisis. Penelitian ini menganalisis laju pertumbuhan kesempatan kerja pada sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Bekasi dengan perbandingan Provinsi Jawa Barat era sebelum dan sesudah krisis ekonomi, selain itu juga menganalisis ketiga komponen pertumbuhan wilayah (Pertumbuhan Regional, Pertumbuhan Proporsional dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah) kesempatan kerja pada sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Bekasi era sebelum dan pasca krisis ekonomi.
2.3. Kerangka Pemikiran Teoritis 2.3.1. Teknik Analisis Shift Share
pertumbuhan sektor-sektor atau wilayah yang lamban di Indonesia. Manfaat lain dari analisis Shift Share dapat menduga dampak kebijakan wilayah ketenagakerjaan.
Teknik analisis Shift Share merupakan suatu analisis mengenai perubahan berbagai indikator kegiatan ekonomi, seperti produksi dan kesempatan kerja pada dua titik di suatu wilayah. Analisis Shift Share memiliki tiga kegunaan:
1. Sektor perekonomian dalam menyerap tenaga kerja di suatu wilayah terhadap perkembangan penyerapan tenaga kerja wilayah yang lebih luas.
2. Sektor-sektor perekonomian dalam menyerap tenaga kerja jika dibandingkan secara relatif dengan sektor-sektor lainnya.
3. Suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya, sehingga dapat membandingkan besarnya aktivitas suatu sektor pada wilayah tertentu dan pertumbuhan antar wilayah dalam menyerap tenaga kerja. Dengan demikian, dapat ditunjukkan adanya Shift (pergeseran) hasil pembangunan dalam menciptakan kesempatan kerja di daerah.
Pada analisis Shift Share diasumsikan bahwa perubahan kesempatan kerja di suatu wilayah antara tahun dasar analisis dengan tahun akhir analisis dibagi menjadi tiga komponen pertumbuhan, yaitu komponen Pertumbuhan Regional (PR), komponen Pertumbuhan Proporsional (PP), dan komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW). Analisis Shift Share juga menunjukkan bahwa perubahan sektor i pada wilayah j dipengaruhi oleh tiga komponen pertumbuhan wilayah tersebut. Berdasarkan ketiga komponen pertumbuhan wilayah tersebut dapat ditentukan dan diidentifikasikan perkembangan suatu sektor ekonomi dalam menciptakan kesempatan kerja di suatu wilayah. Apabila PP + PPW ≥ 0, maka dapat dikatakan bahwa pertumbuhan kesempatan kerja sektor ke i di wilayah ke j termasuk ke dalam kelompok progresif (maju). Sementara itu PP + PPW < 0 menunjukkan bahwa pertumbuhan kesempatan kerja sektor ke i pada wilayah ke j tergolong pertumbuhannya lambat. Hal ini dapat terlihat pada gambar 1.
Sumber : Budiharsono, 2001
Gambar 3. Model Analisis Shift Share
Dalam rangka melihat perubahan kesempatan kerja, teknik analisis Shift Share dibagi ke dalam tiga analisis. Ketiga analisis tersebut antara lain analisis kesempatan kerja, analisis komponen pertumbuhan wilayah serta analisis profil pertumbuhan wilayah dan pergeseran bersih sektor-sektor perekonomian.
Analisis kesempatan kerja digunakan untuk melihat perubahan kesempatan kerja pada sektor-sektor perekonomian, sedangkan analisis komponen pertumbuhan wilayah dapat digunakan untuk mengetahui perkembangan sektor-sektor perekonomian dalam menyerap tenaga kerja di Kabupaten Bekasi. Profil pertumbuhan dan pergeseran bersih sektor-sektor perekonomian digunakan untuk mengidentifikasikan pertumbuhan kesempatan kerja sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Bekasi.
2.3.2. Kelebihan Analisis Shift Share
Teknik perhitungan Shift Share memiliki kelebihan-kelebihan. Menurut Soepono (1993) kelebihan-kelebihan dari analisis Shift Share adalah:
1. Analisis Shift Share dapat melihat perkembangan kesempatan kerja di suatu wilayah hanya pada dua titik waktu tertentu, yang mana satu titik waktu dijadikan sebagai dasar analisis, sedangkan satu titik waktu lainnya dijadikan sebagai akhir analisis.
3. Berdasarkan komponen PR dapat diketahui laju pertumbuhan kesempatan kerja suatu wilayah dibandingkan laju pertumbuhan kesempatan kerja regional.
4. Komponen PP dapat digunakan untuk mengetahui pertumbuhan kesempatan kerja sektor-sektor perekonomian di suatu wilayah. Hal ini berarti bahwa suatu wilayah dapat mengadakan spesialisasi tenaga kerja di sektor-sektor yang berkembang secara nasional dan bahwa sektor-sektor dari perekonomian wilayah telah berkembang lebih cepat dalam menciptakan kesempatan kerja daripada rata-rata nasional untuk sektor itu.
5. Komponen PPW dapat digunakan untuk melihat daya saing sektor-sektor ekonomi dalam menyerap tenaga kerja dibandingkan dengan sektor-sektor ekonomi pada wilayah lainnya.
6. Jika persentase PP dan PPW dijumlahkan, maka dapat ditunjukkan adanya
Shift (pergeseran) hasil pembangunan dalam menciptakan kesempatan kerja di suatu wilayah.
2.3.3. Kelemahan Analisis Shift Share
lepas dari kelemahan. Menurut Soepono (1993), kelemahan-kelemahan dari metode Shift Share adalah:
1. Analisis Shift Share tidak lebih daripada suatu pengukuran atau prosedur baku untuk mengurangi pertumbuhan kesempatan kerja suatu wilayah menjadi komponen-komponen. Persamaan hanyalah identity equation dan tidak mempunyai implikasi-implikasi keperilakuan. Metode Shift Share tidak untuk menjelaskan mengapa, misalnya pengaruh keunggulan kompetitif adalah positif di beberapa wilayah, tetapi negatif di daerah-daerah lain. Metode Shift Share merupakan teknik pengukuran yang mencerminkan suatu sistem perhitungan semata dan tidak analitik.
2. Komponen pertumbuhan regional secara implisit mengemukakan bahwa laju pertumbuhan kesempatan kerja suatu wilayah hendaknya tumbuh pada laju pertumbuhan kerja regional tanpa memperhatikan sebab-sebab laju pertumbuhan kesempatan kerja suatu wilayah.
3. Kedua komponen pertumbuhan wilayah (PP dan PPW) berkaitan dengan hal-hal yang sama seperti perubahan permintaan dan penawaran tenaga kerja, perubahan teknologi dan perubahan lokasi sehingga kesempatan kerja tidak dapat meluas.
2.3.4. Analisis Kesempatan Kerja
Konsep analisis kesempatan kerja pada sektor-sektor perekonomian digunakan untuk mengetahui pertumbuhan dan perubahan kesempatan kerja pada sektor-sektor perekonomian pada suatu wilayah tertentu. Adapun konsep analisis kesempatan kerja di Kabupaten Bekasi terbagi atas perubahan kesempatan kerja dan persentase perubahan kesempatan kerja. Perubahan kesempatan kerja didasarkan pada selisih antara kesempatan kerja pada sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Bekasi pada tahun akhir analisis dengan kesempatan kerja pada sektor-sektor perekonomian pada tahun dasar analisis.
Konsep analisis kesempatan kerja pada sektor-sektor perekonomian di Provinsi Jawa Barat digunakan untuk mengetahui Kesempatan kerja di sektor-sektor perekonomian di Provinsi Jawa Barat secara keseluruhan. Adapun konsep analisis kesempatan kerja pada sektor-sektor perekonomian di Propinsi Jawa Barat menggunakan perhitungan dengan cara menjumlahkan keseluruhan kesempatan kerja pada sektor-sektor perekonomian di Provinsi Jawa Barat.
2.3.5. Rasio Kesempatan Kerja di Kabupaten dan Kesempatan Kerja di Provinsi pada Sektor-Sektor Perekonomian (Nilai ri, Ra dan Ri)
Nilai ri menunjukkan selisih antara kesempatan kerja dari sektor-sektor perekonomian pada wilayah Kabupaten Bekasi pada tahun akhir analisis dengan kesempatan kerja dari sektor-sektor perekonomian pada wilayah Kabupaten Bekasi pada tahun dasar analisis dibagi dengan kesempatan kerja pada wilayah Kabupaten Bekasi pada tahun dasar analisis. Nilai Ra menunjukkan selisih antara kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat pada tahun akhir analisis dengan kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat pada tahun dasar analisis dibagi kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat pada tahun dasar analisis. Sedangkan Ri menunjukkan selisih antara kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat pada tahun akhir analisis dari sektor-sektor perekonomian dengan kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat pada tahun dasar analisis dari sektor-sektor perekonomian dibagi kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat pada tahun dasar analisis dari sektor-sektor perekonomian.
2.3.6. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah
2.3.7. Profil Pertumbuhan Kesempatan Kerja Sektor-Sektor Perekonomian
Profil pertumbuhan kesempatan kerja sektor-sektor perekonomian digunakan untuk mengevaluasi pertumbuhan kesempatan kerja sektor-sektor perekonomian di wilayah yang bersangkutan pada kurun waktu yang telah ditentukan, dengan cara mengekspresikan persen perubahan komponen pertumbuhan proporsional (PPij) dan pertumbuhan pangsa wilayah (PPWij). Pada sumbu horizontal terdapat PP sebanyak absis, sedangkan pada sumbu vertikal terdapat PPW sebagai ordinat.
Kuadran IV Kuadran I
PP
Kuadran III Kuadran II PPW
Sumber : Budiharsono, 2001.
Gambar 4. Profil Pertumbuhan Kesempatan Kerja Sektor-Sektor Perekonomian
(i) Kuadran I menunjukkan bahwa sektor-sektor perekonomian di wilayah yang bersangkutan memiliki pertumbuhan kesempatan kerja yang cepat, demikian juga daya saing wilayah dalam menyerap tenaga kerja untuk sektor-sektor tersebut baik apabila dibandingkan dengan wilayah-wilayah lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa wilayah yang bersangkutan merupakan wilayah
(ii) Kuadran II menunjukkan bahwa sektor-sektor perekonomian yang ada di wilayah yang bersangkutan pertumbuhan kesempatan kerja cepat, tetapi daya saing wilayah untuk sektor-sektor tersebut dibandingkan dengan wilayah lainnya tidak baik.
(iii) Kuadran III menunjukkan bahwa sektor-sektor perekonomian di wilayah yang bersangkutan memiliki pertumbuhan kesempatan kerja yang lambat dengan daya saing dalam menyerap tenaga kerja kurang baik jika dibandingkan dengan wilayah lain. Hal ini menunjukkan bahwa wilayah yang bersangkutan merupakan wilayah lamban dalam menciptakan kesempatan kerja.
(iv) Kuadran IV menunjukkan bahwa sektor-sektor perekonomian pada wilayah yang bersangkutan memiliki pertumbuhan kesempatan kerja yang lambat, tetapi daya saing wilayah dalam menyerap tenaga kerja untuk sektor-sektor tersebut baik jika dibandingkan dengan wilayah lainnya.
(v) Pada kuadran II dan IV terdapat garis miring yang membentuk sudut 45º dan memotong kedua kuadran tersebut. Bagian atas garis tersebut menunjukkan bahwa wilayah yang bersangkutan merupakan wilayah yang progresif
2.3.8. Kerangka Pemikiran Konseptual
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sangat berdampak negatif terhadap pertumbuhan kesempatan kerja nasional yang semakin menurun, sehingga mengakibatkan perumbuhan kesempatan kerja di suatu wilayah, baik provinsi, maupun kabupaten juga ikut mengalami penurunan. Krisis ekonomi tersebut memiliki implikasi yang sangat luas terhadap bangsa Indonesia, seperti pengangguran yang semakin meningkat, kesejahteraan masyarakat semakin menurun, laju inflasi yang tidak terkendali serta penurunan pertumbuhan ekonomi yang terjadi di semua sektor perekonomian. Dampak krisis ekonomi merata dirasakan oleh seluruh wilayah di Indonesia, termasuk Provinsi Jawa Barat dan Kabupaten Bekasi.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis Shift Share, yaitu metode yang digunakan untuk menganalisis mengenai perubahan kesempatan kerja pada dua titik waktu di wilayah Kabupaten Bekasi dengan menggunakan data sebelum dan sesudah krisis ekonomi. Variabel yang digunakan dalam analisis ini adalah data kesempatan kerja Kabupaten Bekasi maupun kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat, untuk tahun sebelum krisis yaitu tahun 1992-1997 dengan tahun dasar analisis tahun 1992 dan tahun akhir analisis tahun 1997. Sedangkan untuk tahun setelah krisis data yang digunakan adalah data tahun 1999-2004 dengan tahun dasar analisis tahun 1999 dan tahun akhir analisis tahun 2004.
Analisis Shift Share terbagi atas analisis kesempatan kerja Kabupaten Bekasi dan analisis kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat, analisis komponen pertumbuhan wilayah dan profil pertumbuhan kesempatan kerja sektor-sektor perekonomian. Berdasarkan analisis kesempatan kerja Kabupaten Bekasi dan Provinsi Jawa Barat pada sektor-sektor perekonomian maka dapat diketahui pengaruh krisis ekonomi terhadap perubahan kesempatan kerja pada sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Bekasi, dengan perbandingan keadaan kesempatan kerja sebelum terjadinya krisis ekonomi.
Gambar 5. Kerangka Pemikiran Konseptual
Implikasi Proses Pertumbuhan Kesempatan Kerja Sektor-Sektor Perekonomian (Rekomendasi untuk Memperluas
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa Barat, dengan pertimbangan-pertimbangan diantaranya Kabupaten Bekasi merupakan daerah yang berkembang sangat pesat, baik dilihat dari pembangunan sarana dan prasarananya maupun pembangunan ekonominya, dan merupakan daerah strategis yang masih berpotensi untuk dikembangkan. Pertimbangan lainnya karena Kabupaten Bekasi merupakan kawasan industri yang dapat memperluas kesempatan kerja.
3.2. Jenis dan Sumber Data
3.3. Metode Analisis
Alat analisis yang digunakan untuk mengidentifikasikan pertumbuhan kesempatan kerja sektor-sektor ekonomi pada suatu wilayah tertentu adalah analisis Shift Share. Berdasarkan analisis Shift Share, dapat diketahui perkembangan kesempatan kerja suatu sektor di suatu wilayah jika dibandingkan secara relatif dengan kesempatan kerja sektor-sektor lainnya dan menunjukkan perkembangan kesempatan kerja suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya yang lebih luas.
3.3.1. Analisis Kesempatan Kerja Kabupaten Bekasi dan Kesempatan Kerja Provinsi Jawa Barat
Analisis Kesempatan kerja Kabupaten Bekasi dan Kesempatan Kerja di Provinsi Jawa Barat digunakan untuk mengetahui pertumbuhan kesempatan kerja kabupaten, kesempatan kerja propinsi dan perubahan kesempatan kerja kabupaten sektor i pada wilayah j. Pada analisis Shift Share, apabila dalam suatu provinsi terdapat n wilayah / kabupaten (j = 1, 2, 3, ………..m ) dan n sektor ( i = 1, 2, 3, ……..n ), maka kesempatan kerja di provinsi dari sektor i pada tahun dasar analisis dan tahun akhir analisis, dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat dari sektor i pada tahun dasar analisis
Yi. =
∑
=
m
i j
Yij
( 3.1)
dimana : Yi. = kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat dari sektor i pada tahun dasar analisis
b. Kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat dari sektor i pada tahun akhir analisis pada wilayah j pada tahun akhir analisis
Sedangkan kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat pada tahun dasar analisis dan tahun akhir analisis dirumuskan sebagai berikut:
a. kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat pada tahun dasar analisis
Y.. = wilayah j pada tahun dasar analisis
b. kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat pada tahun akhir analisis
Y’.. = pada wilayah j pada tahun akhir analisis
Perubahan kesempatan kerja Kabupaten sektor i pada wilayah j dapat dirumuskan sebagai berikut:
Δ Yij = Y’ij – Yij (3.5) dimana : Δ Yij = perubahan kesempatan kerja Kabupaten Bakasi sektor i
Yij = kesempatan kerja Kabupaten Bekasi dari sektor i pada wilayah j pada tahun dasar analisis
Y’ij = kesempatan kerja Kabupaten Bekasi dari sektor i pada wilayah j pada tahun akhir analisis
Sedangkan rumus persentase perubahan kesempatan kerja Kabupaten Bekasi adalah sebagai berikut:
3.3.2. Rasio Kesempatan Kerja Kabupaten Bekasi dan Kesempatan Kerja Provinsi Jawa Barat (nilai ri, Ri dan Ra)
Rasio kesempatan kerja Kabupaten Bekasi dan kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat digunakan untuk melihat perbandingan kesempatan kerja Kabupaten Bekasi dengan kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat sektor ekonomi di suatu wilayah tertentu. Rasio ini terbagi atas ri, Ri dan Ra.
a. ri
ri menunjukkan selisih antar kesempatan kerja Kabupaten Bekasi dari sektor i pada wilayah j pada tahun dasar analisis dengan kesempatan kerja Kabupaten Bekasi dari sektor i pada wilayah j pada tahun dasar analisis dibagi kesempatan kerja Kabupaten Bekasi dari sektor i pada wilayah j pada tahun dasar analisis. Nilai ri dapat dirumuskan sebagai berikut:
ri = j pada tahun akhir analisis
b. Ri
Ri menunjukkan selisih antara kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat dari sektor i pada tahun akhir analisis dengan kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat dari sektor i pada tahun dasar analisis dibagi kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat dari sektor i pada tahun dasar analisis. Adapun nilai rumus Ri adalah sebagai berikut:
dimana : Y’i. = kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat dari sektor i pada tahun akhir analisis
Yi. = kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat dari sektor i pada tahun dasar analisis
c. Ra
Ra menunjukkan selisih antara kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat pada tahun akhir analisis dengan kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat pada tahun dasar analisis dibagi dengan kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat pada tahun dasar analisis. Nilai Ra dirumuskan sebagai berikut:
Ra =
3.3.3. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah
dasar analisis dengan tahun akhir analisis, yang terbagi atas tiga komponen pertumbuhan, yaitu : komponen pertumbuhan regional (PR), komponen pertumbuhan proporsional (PP) dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah (PPW). Ketiga komponen pertumbuhan wilayah tersebut, apabila dijumlahkan akan didapatkan perubahan kesempatan kerja Kabupaten Bekasi sektor i pada wilayah j.
a. Komponen Pertumbuhan Regional (PR)
PR merupakan perubahan kesempatan kerja kabupaten suatu wilayah yang disebabkan oleh perubahan kesempatan kerja kabupaten secara menyeluruh, perubahan kebijakan ekonomi regional / perubahan dalam hal-hal yang mempengaruhi perekonomian semua sektor dan wilayah. Adapun komponen kesempatan kerja dirumuskan sebagai berikut:
PRij = (Ra) Yij (3.10) dimana : PRij = komponen kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat sektor i
untuk wilayah j
Yij = kesempatan kerja Kabupaten Bekasi dari sektor i pada wilayah j pada tahun dasar analisis
Ra = rasio kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat b. Komponen Pertumbuhan Proporsional (PP)
PPij = (Ri-Ra)Yij (3.11) dimana : PPij = komponen pertumbuhan proporsional sektor i untuk
wilayah j
Yij = kesempatan kerja Kabupaten Bekasi dari sektor i pada wilayah j pada tahun dasar analisis
Ri = rasio sektor i pada wilayah ke-j
Ra = rasio kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat Apabila:
PPij < 0, menunjukkan bahwa sektor i pada wilayah j pertumbuhannya lambat. PPij > 0, menunjukkan bahwa sektor i pada wilayah j pertumbuhannya cepat. c. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW)
PPW timbul karena peningkatan / penurunan kesempatan kerja Kabupaten Bekasi dalam suatu sektor / wilayah lainnya. Menurut Budiharsono (2001) cepat lambatnya pertumbuhan kiesempatan kerja suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya ditentukan oleh keunggulan komperatif, akses pasar, dukungan kelembagaan, prasarana sosial ekonomi serta kebijakan ekonomi regional menyangkut ketenagakerjaan pada wilayah tersebut. Rumus PPW adalah sebagai berikut :
PPWij = (ri – Ri) Yij (3.12)
dimana : PPWij = komponen pertumbuhan pangsa wilayah sektor i untuk wilayah j
Yij = kesempatan kerja Kabupaten Bekasi dari sektor i pada wilayah j pada tahun dasar analisis
Ri = rasio sektor i pada wilayah ke-j Apabila :
PPWij > 0, berarti sektor / wilayah j mempunyai daya saing yang baik dalam menyerap tenaga kerja dibandingkan dengan sektor / wilayah lainnya untuk sektor i.
PPWij < 0, berarti sektor i pada wilayah j tidak dapat bersaing dengan baik dalam menyerap tenaga kerja apabila dibandingkan dengan wilayah lainnya.
Adapun perubahan dalam kesempatan kerja kabupaten sektor i pada wilayah ke-j dirumuskan sebagai berikut:
Δ Yij = PNij + PPij + PPWij (3.13) Sedangkan,
Δ Yij = Y’ij – Yij (3.14)
Rumus ketiga komponen pertumbuhan wilayah adalah:
PRij = Yij (Ra) (3.15) PPij = Yij (Ri-Ra) (3.16) PPWij = Yij (ri – Ri) (3.17) Apabila persamaan (3.14), (3.15), (3.16), dan (3.17), disubstitusikan ke persamaan (3.13), maka didapatkan :
Δ Yij = PRij + PPij + PPWij (3.18)
Y’ij – Yij = Yij (Ra) + Yij (Ri-Ra) + Yij (ri – Ri) (3.19) dimana : Δ Yij = perubahan kesempatan kerja Kabupaten Bekasi sektor i
pada wilayah j
Yij = kesempatan kerja Kabupaten Bekasi dari sektor i pada wilayah j pada tahun dasar analisis
ri = rasio sektor i pada wilayah j Ri = rasio sektor i pada wilayah ke-j
Ra = rasio kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat
Adapun persentase ketiga komponen pertumbuhan wilayah dapat dirumuskan :
% PRij = Ra (3.20)
% PPij = Ri – Ra (3.21) % PPWij = ri – Ri (3.22) dimana :
(Ra) = persentase perubahan kesempatan kerja yang disebabkan oleh komponen pertumbuhan regional
(Ri–Ra) = persentase perubahan kesempatan kerja yang disebabkan oleh komponen pertumbuhan proporsional
(ri-Ri) = persentase perubahan kesempatan kerja yang disebabkan oleh komponen pertumbuhan pangsa wilayah
3.3.4. Analisis profil Pertumbuhan Kesempatan Kerja Sektor Perekonomian
Analisis profil pertumbuhan kesempatan kerja sektor perekonomian digunakan untuk mengevaluasi pertumbuhan kesempatan kerja suatu sektor di wilayah yang bersangkutan pada kurun waktu yang ditentukan dengan cara mengekspresikan persen perubahan komponen pertumbuhan proporsional (PPij) dan pertumbuhan pangsa wilayah (PPWij). Berdasarkan persen PPij dan PPWij yang disajikan dalam bentuk koordinat (PPij, PPWij) maka dapat menentukan pertumbuhan kesempatan kerja suatu sektor di wilayah pada kurun waktu tertentu.
mengidentifikasikan pertumbuhan kesempatan kerja suatu sektor perekonomian. Pergeseran bersih sektor i pada wilayah j dapat dirumuskan sebagai berikut:
PBij = PPij + PPWij (3.23) dimana : PBij = pergeseran bersih kesempatan kerja sektor i pada wilayah
j
PPij = komponen pertumbuhan proporsional kesempatan kerja sektor i pada wilayah j
PPWij = komponen pertumbuhan pangsa wilayah sektor i pada wilayah j
Apabila :
PBij > 0, maka pertumbuhan sektor i pada wilayah j termasuk ke dalam kelompok progresif (maju)
Pbij < 0, maka pertumbuhan kesempatan kerja sektor i pada wilayah j termasuk lamban
Pada gambar 6, dapat dilihat garis yang memotong kuadran II dan kuadran
Penduduk Kabupaten Bekasi Tahun 2004 dari hasil P4B (Pendaftaran
Pemilihan dan Pendataan Penduduk Berkelanjutan), untuk memilih legislatif dan
presiden mencapai 1.950.209 jiwa yang terdiri dari 996.150 laki-laki dan 954.059
perempuan. Banyaknya penduduk Kabupaten Bekasi menurut kelompok umur
dapat dilihat ada Tabel 7.
Tabel 7. Banyaknya Penduduk Menurut Kelompok Umur Tahun 2004 (Jiwa) Umur Laki-Laki+Perempuan Laki-Laki Perempuan
0-4 155.670 81.326 74.344
5-9 199.312 104.005 95.307
10-14 190.784 98.999 91.785
15-19 173.976 88.469 85.507
20-24 231.716 109.888 121.828
25-29 226.761 107.821 118.940
30-34 206.488 104.961 101.527
35-39 163.104 86.500 76.604
Jumlah 1.950.209 996.150 954.059
Sumber : BPS, 2004
Rasio jenis kelamin sebesar 104,4. Penduduk menurut umur menunjukkan
bahwa penduduk usia produktif (15-64 tahun) mencapai 1.310.237 orang atau 69
persen. Sedangkan penduduk yang belum produktif (0-14 tahun) mencapai
545.766 orang atau 28 persen dan yang sudah tidak produktif (65 tahun ke atas)
mencapai 94.206 orang atau 3 persen. Sehingga beban ketergantungan sebesar
Tabel 8. Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2004 (Jiwa)
Kecamatan Laki-laki Perempuan Total 1. Setu 37.548 36.340 73.888
2. Serang baru 30.432 29.511 59.943 3. Cikarang Pusat 19.972 19.740 39.712 4. Cikarang Selatan 40.090 38.065 78.155 5. Cibarusah 29.924 27.997 57.921 6. Bojong Mangu 11.811 11.635 23.446 7. Cikarang Timur 36.137 34.818 70.955 8. Kedungwaringin 25.412 24.163 49.575 9. Cikarang Utara 79.115 75.101 154.216 10. Karang Bahagia 37.579 36.385 73.964 11. Cibitung 70.897 67.501 138.398 12. Cikarang Barat 77.549 72.045 149.594 13. Tambun Selatan 166.968 161.142 328.110 14. Tambun Utara 43.524 42.085 85.609 15. Babelan 72.420 69.080 141.500 16. Tarumanegara 40.770 38.434 79.204 17. Tambelang 16.948 16.426 33.374 18. Sukawangi 20.203 19.676 39.879 19. Sukatani 31.002 30.55 61.057 20. Sukakarya 21.376 20.709 42.085 21. Pebayuran 45.001 43.348 88.349
22.Cabangbungin 23.534 23.018 46.552
23. Muaragembong 17.938 16.785 34.723 Kabupaten Bekasi 996.150 954.059 1.950.209 Sumber : BPS, 2004.
Tabel 8 menunjukkan bahwa keberadaan penduduk menurut kecamatan
tidak menyebar secara merata. Penduduk paling banyak berdomisili di Kecamatan
Tambun Selatan yaitu 328.110 jiwa, sedangkan paling sedikit di Kecamatan
Bojong Mangu yaitu 23.446 jiwa.
Masalah kependudukan yang perlu mendapat perhatian mengenai tenaga
kerja seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, jumlah tenaga kerja pun
turut meningkat. Penduduk yang berumur 15 tahun ke atas adalah mereka yang
digolongkan sebagai penduduk usia kerja. Pada Tahun 2004 kelompok usia ini