• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN UMUM BISNIS AGRO FARM

VI. PENDAPATAN USAHATANI

6.3. Pengeluaran Petani Mitra Lobak per Musim Tanam

Pengeluaran usahatani terdiri dari biaya tunai dan biaya non tunai atau yang diperhitungkan. Petani menganggap komponen-komponen biaya tidak tunai tersebut bukanlah sebagai biaya atau pengeluaran. Petani tidak memperhitungkan biaya tenaga kerja keluarga yang dikeluarkan untuk melakukan kegiatan usahatani seperti mencangkul, memupuk, dan lain-lain. Analisis dengan memperhitungkan biaya tidak tunai penting dilakukan untuk mengetahui keuntungan sebenarnya yang diperoleh dari usahatani lobak yang diusahakan. Penelitian ini dilakukan analisis pendapatan usahatani atas biaya tunai dan biaya non tunai per musim tanam lobak (Lampiran 4).

Tabel 13. Total Biaya Usahatani Lobak korea dan daikon per Musim Tanam

Biaya

Petani lobak Bulat Petani lobak daikon Total Nilai

(Rp)

Persentase (%) Total Nilai (Rp) Persentase (%)

Saprotan 106.000 35.04 113.200 34.18

Tenaga Kerja 156.000 51.57 171.600 51.82

Sewa Lahan 30.000 9.92 33.000 9.96

Penyusutan 10.500 3.47 13.333 4.02

Jumlah 302.500 100.00 331.133 100.00

Berdasarkan Tabel 13 total nilai biaya petani lobak daikon lebih besar dari petani lobak korea. Jumlah biaya total petani lobak daikon sebesar Rp 331.133 dan petani lobak korea sebesar Rp 302.500. Alokasi biaya usahatani lobak tersebut dipergunakan untuk saprotan, tenaga kerja, lahan, pajak, dan penyusutan. Pengeluaran total usahatani lobak daikon dan lobak korea sebagian besar dialokasikan pada biaya tenaga kerja yaitu petani lobak daikon sebesar 51,82 persen dan petani lobak korea sebesar 51,57 persen. Alokasi biaya terbesar setelah tenaga kerja yaitu biaya saprotan. Alokasi biaya saprotan pada petani lobak daikon sebesar 34,18 persen dan petani lobak korea sebesar 35,04 persen. Nilai persentase tersebut menunjukkan bahwa biaya saprotan pada petani lobak korea lebih besar. Hal tersebut terjadi karena petani lobak korea menggunakan jumlah saprotan lebih banyak untuk kegiatan produksi dalam usahatani lobak.

Persentase sewa lahan terhadap biaya total yaitu petani lobak korea sebesar 9,92 persen, dan petani lobak daikon sebesar 9,96 persen. Alokasi biaya terendah yaitu biaya penyusutan di mana petani lobak korea sebesar 3,47 persen dan petani lobak daikon sebesar 4,02 persen.

6.3.1.1. Biaya Tunai

Biaya tunai merupakan biaya yang dikeluarkan petani. Responden selama kegiatan usahatani berlangsung mulai dari pengolahan lahan hingga pemasaran hasil. Biaya tunai usahatani lobak pada petani lobak korea dan daikon terdiri dari biaya sewa lahan, saprotan, dan tenaga kerja luar keluarga (TKLK). Pengeluaran biaya tunai (Tabel 14.).

Tabel 14.Komponen Biaya Tunai Usahatani Lobak korea dan daikon. Uraian Biaya

Tunai

Petani lobak korea Petani lobak daikon

Nilai (Rp) % Nilai (Rp) %

Saprotan 106.000 48.85 114.400 48.37

TKLK 81.000 37.33 89.100 37.67

Sewa Lahan 30.000 13.82 33.000 13.95

Jumlah 217.000 100.00 236.500 100.00

Komponen biaya tunai dan jumlah nilai biaya yang dikeluarkan masing-masing kelompok petani berbeda. Perbedaan biaya secara signifikan dengan jumlah besar terlihat pada komponen jumlah biaya saprotan dan biaya tenaga kerja. Biaya saprotan lebih besar pada kelompok petani lobak daikon, demikian pula dengan nilai biaya tenaga kerja lebih besar pada kelompok petani lobak daikon. Komponen biaya tunai masing-masing akan dijelaskan sebagai berikut:

6.3.1.1.1. Saprotan a. Biaya Benih/Bibit

Petani lobak korea maupun panjang mendapatkan bibit dari Agro Farm dengan pembayaran sistem potong panen. Harga bibit per pohon yang disuplai oleh Agro Farm yaitu Rp 550/gram untuk lobak korea dan Rp 500/gram untuk lobak daikon. Petani umumnya sudah mengetahui kebutuhan bibit untuk luasan yang akan digarap, sehingga dapat menyesuaikan penyediaan luasan lahan untuk ditanami dengan jumlah bibit yang diajukan. Komponen biaya yang dikeluarkan untuk pembibitan yaitu biaya benih, tenaga kerja, pupuk, dan media plastik. Total biaya benih rata-rata pada petani lobak korea dan daikon sebesar Rp 22.000.

Mortalitas atau tingkat kematian tanaman saat pembibitan pada petani lobak berbeda-beda yaitu antara 10-20 persen. Petani lobak harus membeli benih dengan jumlah yang lebih banyak dari target produksi, karena tidak semua benih berhasil menjadi bibit siap tanam dan yang paling berpengaruh adalah faktor cuaca. Harga bibit yang ditetapkan Agro Farm terhitung lebih mahal dibandingkan melakukan pembibitan sendiri. Walaupun demikian para petani berpendapat lebih dimudahkan dengan adanya penyediaan bibit, sehingga tidak perlu mencari atau membeli benih serta melakukan pembibitan sendiri.

b. Biaya Pupuk dan Obat-obatan

Biaya pupuk dan obat-obatan merupakan komponen biaya tunai di dalam biaya yang dikeluarkan petani lobak korea dan panjang. Biaya pupuk masing-masing petani berbeda karena variasi jenis pupuk, jumlah pupuk dan harga pupuk yang digunakan. Keterbatasan modal mempengaruhi masing-masing petani dalam penggunaan pupuk dan obat-obatan. Petani dengan modal rendah akan menggunakan pupuk dan obat-obatan dengan kualitas rendah dan jumlah yang sedikit.

Biaya pupuk dan obat-obatan petani lobak daikon lebih besar dibanding petani lobak korea. Nilai biaya pupuk dan obat-obatan petani lobak daikon sebesar Rp 66.000 dan lobak korea sebesar Rp 60.000. Alokasi penggunaan pupuk untuk lobak daikon lebih besar jika dibandingkan dengan lobak korea hal ini dikarenakan lobak daikon lebih rentan terkena hama penyakit sedangkan untuk Jenis pupuk dan obat-obatan yang digunakan petani lobak korea dan panjang relatif sama. Hal tersebut yang diduga menyebabkan produksi dan produktivitas petani lobak korea dan panjang cenderung tidak memiliki perbedaan yang mencolok.

6.3.1.1.2. Tenaga kerja luar keluarga

Penggunaan tenaga kerja petani responden terdiri dari Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK) atau buruh tani, dan Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK). TKLK termasuk dalam komponen biaya tunai, sedangkan TKDK masuk ke dalam komponen biaya non tunai. Kebutuhan tenaga kerja usahatani lobak cenderung besar. Tenaga kerja yang digunakan baik petani lobak korea maupun lobak daikon lebih banyak berasal dari luar keluarga atau buruh. Hal tersebut disebabkan oleh keterbatasan jumlah anggota keluarga yang dapat berpartisipasi dalam pengelolaan usahatani lobak. Unit rata-rata tenaga kerja masing-masing petani berbeda. Jumlah biaya TKLK petani lobak korea sebesar Rp 81.000 dan petani lobak daikon sebesar Rp 89.100. Persentase TKLK petani lobak korea sebesar 37,33 persen sedangkan petani lobak daikon sebesar 37,67 persen.

6.3.1.1.3. Sewa Lahan

Penggunaan lahan petani responden untuk usahatani lobak yaitu lahan sewa. Oleh karena itu, biaya sewa lahan dimasukkan ke dalam perhitungan biaya tunai untuk lahan sewa. Besarnya biaya sewa lahan bervariasi tergantung pada kualitas lahan dan jauh dekatnya dengan sumber air. Lahan yang semakin gembur dan semakin dekat dengan sumber air maka harga sewa lahan pun akan semakin mahal. Alokasi biaya untuk sewa lahan dalam biaya tunai tidak begitu besar, dengan nilai persentase petani lobak korea sebesar 13,82 persen dan

petani lobak daikon sebesar 13,95 persen terhadap biaya tunai. Biaya rata-rata sewa lahan per musim tanam yang dikeluarkan petani lobak korea sebesar Rp 30.000 dan petani lobak daikon sebesar Rp 33.000.

6.3.1.2 Biaya Non Tunai

Biaya non tunai merupakan biaya yang tidak diperhitungkan sebagai biaya yang telah dikeluarkan. Biaya non tunai yang dihitung pada usahatani lobak petani responden terdiri dari biaya penyusutan alat pertanian dan tenaga kerja petani itu sendiri (tenaga kerja keluarga), pengeluaran pada petani lobak daikon relatif lebih besar dari petani lobak korea. Rincian biaya non tunai petani responden usahatani lobak per musim tanam (Tabel 15).

Tabel 15. Biaya Non Tunai Usahatani Lobak korea dan daikon per Musim Tanam Uraian Petani lobak korea Petani lobak daikon

Nilai (Rp) % Nilai (Rp) %

Penyusutan 10.500 12.28 13.333.3 13.91

TKDK 75.000 87.72 82.500 86.09

Total Biaya Non Tunai 85.500 100.00 95.833.3 100,00 6.3.1.1.1 Biaya penyusutan alat-alat pertanian

Alat-alat pertanian yang digunakan untuk usahatani lobak per satu musim tanam dibebankan pada biaya penyusutan peralatan. Penyusutan peralatan yaitu dengan menghitung penyusutan alat pertanian yang digunakan dalam usahatani lobak. Peralatan usahatani terdiri dari cangkul dan arit. Peralatan yang digunakan memiliki umur ekonomis yang lama sehingga dapat digunakan beberapa periode tanam. Biaya yang dibebankan atas pemakaian peralatan tersebut dihitung sebagai biaya penyusutan selama periode satu musim tanam (tiga bulan).

Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus dengan asumsi peralatan setelah umur teknis habis tidak dapat digunakan lagi. Penggunaan peralatan pada masing-masing petani responden berbeda. Hal tersebut berdampak pada biaya penyusutan masing-masing petani yang berbeda. Biaya rata-rata untuk penyusutan peralatan per satu musim tanam lobak, untuk petani lobak korea sebesar Rp 10.500 dan petani lobak daikon sebesar Rp 13.333,3. Biaya penyusutan peralatan petani lobak korea lebih kecil dari petani lobak daikon.

Perbedaan persentase alokasi biaya penyusutan peralatan antara petani lobak korea dengan petani lobak daikon tidak jauh berbeda. Persentase alokasi biaya penyusutan peralatan

terhadap biaya non tunai petani lobak korea sebesar 12,28 persen dan petani lobak daikon sebesar 13,91 persen. Nilai persentase Biaya penyusutan peralatan merupakan biaya non tunai terbesar kedua setelah biaya TKDK pada petani lobak korea dan panjang.

6.3.1.1.2 Tenaga kerja dalam keluarga (TKDK)

Biaya tenaga kerja dalam keluarga termasuk ke dalam komponen biaya non tunai. Berdasarkan penjelasan sebelumnya diketahui bahwa penggunaan tenaga kerja pada dua kelompok petani penggunaan tenaga kerja luar keluarga lebih besar dibanding tenaga kerja dalam keluarga. Jumlah biaya TKDK petani lobak korea sebesar Rp 75.000 dan petani lobak daikon sebesar Rp 82.500. Perbedaan jumlah biaya tenaga keja dalam keluarga antara kedua keompok tani relatif kecil. Hal tersebut karena jumlah keluarga petani lobak korea umumnya sebanding dengan petani lobak daikon, sehingga penggunaan TKDK pada dua kelompok petani lobak dapat dikatakan sama.

Persentase alokasi biaya TKDK terhadap biaya non tunai petani lobak korea sebesar 87,72 persen dan petani lobak daikon sebesar 86,09 persen. Alokasi biaya TKDK pada petani lobak korea dan panjang merupakan persentase terbesar terhadap biaya non tunai. Jumlah persentase biaya TKDK petani lobak sangat signifikan dibanding komponen biaya lainnya terhadap biaya non tunai. Hal tersebut menunjukkan pentingnya peran anggota keluarga dalam usahatani lobak. Jumlah TKDK yang digunakan dapat berperan dalam besarnya pendapatan tunai yang diterima petani.

6.4 Analisis Perbandingan Pendapatan Usahatani dan R/C Rasio Petani Lobak korea

Dokumen terkait