• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembanan Ilmu Hukum

Dalam dokumen Ilmu Hukum dalam Perspektif Filsafat Ilmu (Halaman 131-135)

BAB V PENGEMBANAN HUKUM

A. Pengembanan Ilmu Hukum

S

istematisasi disiplin hukum sebagaimana dikemukakan

Meuwissen yang menggunakan istilah “rechtsbeoefening”

(pe ngem banan hukum) untuk menunjuk pada semua kegiatan manu sia berkenaan dengan adanya dan berlakunya hukum didalam masyarakat.137 Pengertian pengembanan hukum ini dibedakannya dalam Pengembanan Hukum Praktis dan Pengembanan Hukum Teoritis. Pengembanan Hukum Praktis adalah semua kegiatan manusia berkenaan dengan hal mewujudkan hukum dalam kenyataan kehidupan sehari­hari secara konkret, yang meliputi: pembentukan hukum, penemuan hukum dan bantuan hukum.

Pengembanan Hukum Teoritis menunjuk pada refleksi teoritis

terhadap hukum, yakni kegiatan akal budi untuk memperoleh penguasaan intelektual atau pemahaman tentang hukum secara ilmiah atau secara metodis sistematis­logis rasional, yang terdiri atas sejumlah disiplin hukum.138

137 D.H.M. Meuwissen, 1979, VIJF STELLINGEN OVER RECHTSFILOSOFIE, dalam EEN BEELD VAN RECHT, Ars Aequi, p. 23­27 dan juga dalam RECHT EN

VRIJHEID, Aula, 1982, p.15­16 dalam Bernard Arief Sidharta, 1999, Ibid, Hal. 117 138 Bernard Arief Sidharta, 1999, Op. Cit., Hal. 118

Berdasarkan tataran analisisnya, disiplin hukum dibedakan dalam tiga jenis pengembanan hukum teoritis. Disiplin hukum pada tataran yang tingkat abstraksinya paling rendah, yakni pada tataran ilmu positif, disebut ilmu hukum yang terdiri atas Dog matik Hukum (ilmu hukum dalam arti sempit), Sejarah Hukum, Perbandingan Hukum, Sosiologi Hukum dan Psikologi Hukum. Disiplin hukum pada tataran yang lebih abstrak disebut Teori Hukum. Pada tataran yang tingkat abstraksinya paling tinggi yakni pada tataran refleksi kefilsafatan, disiplinnya disebut Filsafat Hukum yang meresapi semua bentuk pengembanan teoritis dan praktis.139

Meuwissen menggunakan istilah ilmu hukum dalam arti

luas yang mencakup semua pengembanan hukum teoritis pada tataran ilmu positif. Sedangkan dalam arti sempit yakni Dogmatik Hukum (Rechtsdogmatiek, Legal Dogmatics).

Mark van Hoecke menggunakan istilah ilmu hukum dalam

arti luas yang terdiri atas Filsafat Hukum, Dogmatika Hukum dan Teori Hukum. Konsep “meta­teori” sebagai ilmu (disiplin) yang obyek studinya adalah ilmu lain, membedakan teori hukum kedalam dua jenis.

Pertama, meta­teori dari dogmatika hukum yang mem­

persoalkan ajaran ilmu (yang membahas landasan kefilsafatan) dan ajaran metode dari dogmatika hukum;

Kedua, teori tentang hukum positif yang menelaah pe nger­

tian hukum, pengertian­pengertian dalam hukum, metodologi hukum yang mencakup metodologi pembentukan hukum dan metodologi penerapan hukum. Filsafat hukum adalah meta­teori dari teori hukum dan meta­meta teori dari dogmatika hukum.

Pengembanan hukum teoritis menurut Bruggink yang meng gunakan istilah “Teori Hukum dalam arti Luas”, yang di­

definisi kan sebagai keseluruhan pernyataan yang saling berkaitan ber kenaan dengan sistem konseptual aturan­aturan hukum dan putusan­putusan hukum, sistem tersebut untuk sebagian yang penting dipositifkan.140 Teori hukum dalam arti luas terdiri atas Sosio logi Hukum, Dogmatik Hukum, Teori Hukum dalam arti sempit dan Filsafat Hukum. Bruggink juga mengemukakan istilah “Ilmu Hukum” mempunyai makna ganda. Ilmu Hukum dalam arti sempit adalah Dogmatik Hukum, sedang Ilmu Hukum dalam arti luas adalah setiap ilmu yang obyek telaahnya hukum sejauh memenuhi syarat untuk dikualifikasi sebagai ilmu.141

Dalam perkembangannya, tiap sudut pandang mewujudkan suatu disiplin ilmiah sebagai kegiatan intelektual untuk secara rasional memperoleh pengetahuan dalam bidang tertentu (dalam hal ini: bidang hukum) secara sistematis dan terikat pada aturan pro sedur (metode) tertentu. Untuk memperoleh gambaran me­ nyeluruh terikhtisar (overzichttelijk), berbagai disiplin hukum dapat dibagi kedalam tiga kelompok, yakni Filsafat Hukum, Teori Ilmu Hukum dan Ilmu­Ilmu Hukum. Berdasarkan sifatnya, Ilmu­Ilmu Hukum dibagi dua jenis, Pertama, disiplin hukum yang bersifat normatif, yakni ilmu hukum dalam arti sempit dan perbandingan hukum. Ilmu hukum dalam arti sempit adalah Ilmu Hukum Positif atau Dogmatika Hukum atau Ilmu Hukum Praktis. Kedua, disiplin hukum yang bersifat empiris, yang terdiri atas Sosiologi Hukum, Sejarah Hukum, Antropologi Hukum dan Psikologi Hukum. Untuk melihat jalannya sebagai gambaran substansi pengembanan hukum, dapat dilihat dalam bagan yang dibuat oleh B. Arief Sidharta sebagaimana di bawah ini.

140 JJH Bruggink, 1996, Refleksi Tentang Hukum, Hal. 4 dalam Bernard Arief Sidharta, 1999, Ibid, Hal. 119

141 JJH Bruggink, 1996, Ibid., Hal. 161 dalam Bernard Arief Sidharta, 1999,

PENGEMBANAN HUKUM142 Kegiatan manusia berkenaan dengan adanya dan berlakunya hukum

PUTUSAN KONKRET: * Ketetapan * Vonis

PERUNDANG-UNDANGAN

TINDAKAN NYATA PEMBENTUKAN HUKUM

PENEMUAN HUKUM * Menentukan kaidah dari dalam aturan hukum (teks otoritatif)

BANTUAN HUKUM

* Pemulihan kesimbangan kekuatan antar warga

PRAKTIKAL

ILMU HUKUM

* Ilmu praktis normologi

* Interpretasi dan sistematisasi bahan hukum * Teori Perundang-undangan, Penemuan Hukum

dan Argumentasi Yuridis

PERBANDINGAN HUKUM NORMATIF Perspektif Internal EMPIRIKAL Perspektif Eksternal SOSIOLOGI HUKUM SEJARAH HUKUM ANTROPOLOGI HUKUM PSIKOLOGI HUKUM ILMU-ILMU HUKUM Obyek telaah: Tatanan hukum Nasional dan Internasional

AJARAN HUKUM (TEORI HUKUM)

* Analisis pengertian hukum

* Analisis asas, kaidah, figur dan sistem hukum * Analisis konsep-konsep yuridis (legal concept) * Hubungan antar konsep yuridis

* Keberlakuan hukum * Klasifikasi kaidah hukum

HUBUNGAN HUKUM DAN LOGIKA

* Teori Argumentasi Yuridis * Logika Deontik

AJARAN ILMU

* Epistemologi Ilmu Hukum * Metode Penelitian dan Analisis Hukum * Struktur Berpikir Yuridis

AJARAN METODE PRAKTEK HUKUM

* Teori Pembentukan Hukum * Teori Penemuan Hukum - Teori Interpretasi - Teori Konstruksi Hukum

METODOLOGI TEORI ILMU HUKUM Obyek telaah: Tatanan hukum positif sebagai sistem FILSAFAT HUKUM

* Bagian dari dan dipengaruhi Filsafat Hukum * Meresapi Teori Ilmu Hukum dan Ilmu-Ilmu Hukum * Obyek Telaah: Hukum sebagai demikian (The Law as such) * Pokok Kajian: dwi tunggal pertanyaan inti

- Landasan daya ikat hukum

- Landasan penilaian keadilan dari hukum (norma kritik)

PENGEMBA NAN HUKUM Pergaulan dengan hukum dalam kehidupan nyata TEORITIKAL

142 Bernard Arief Sidharta, 1999, Refeleksi Tentang Struktur Ilmu Hukum

(sebuah penelitian tentang fundasi kefilsafatan dan sifat keilmuan Ilmu Hukum sebagai landasan pengembanan Ilmu Hukum Nasional Indonesia), Mandar Maju

Dalam dokumen Ilmu Hukum dalam Perspektif Filsafat Ilmu (Halaman 131-135)