• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Konsep Technopark Di SMK

3. Pengembangan diri pamong

Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan kemudian diolah secara statistik diperoleh bahwa variabel Pengembangan diri pamong mempunyai skor maksimum 96 dan skor minimum 48 sehingga rentang skor adalah sebesar 48. Diperoleh pula bahwa rata-rata sebesar 71,44 dengan simpangan baku 12,849 dan median 72,00, panjang interval kelas 5 dan banyaknya kelas interval 7. Ada 22 responden atau 40,00% memperoleh skor pengembangan diri pamong di bawah kelas interval yang memuat skor rata-rata, sedangkan 13 responden atau 23,64% berada pada kelas interval yang memuat skor rata-rata, 20 responden atau 36,36% memperoleh skor di atas kelas interval yang memuat skor rata-rata. Dengan demikian dapat dideskripsikan secara statistik bahwa pamong merespon dengan cukup baik pelaksanaan pengembangan diri pamong tersertifikasi.

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil temuan yang diperoleh secara empiris melalui pengujian ketiga hipotesis sebagaimana yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya dijelaskan bahwa seluruh hipotesis yang diajukan peneliti diterima. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan variabel iklim (X1) dan pamong (X2) baik secara sendiri-sendiri atau secara bersama-sama dengan variabel kinerja pamong (Y).

Temuan penelitian ini ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi ganda yang signifikan yakni ry.12 = 0,955. Hal ini menunjukkan bahwa variabel iklim (X1) dan variabel sertifikasi pamong (X2) secara bersama-sama memiliki hubungan yang positif dengan variabel kinerja pamong (Y). Besarnya hubungan tersebut dapat ditunjukkan oleh koefisien determinasinya (ry.122) sebesar 0,911 yang berarti bahwa 91,10% varians pada kinerja pamong dapat dijelaskan oleh variabel iklim sekolah (X1) dan variabel sertifikasi pamong (X2) melalui persamaan regresi jamak

9,764 + 0,469X1+ 0,392X2.

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis ketiga dapat dijelaskan bahwa iklim sekolah dan pengembangan diri pamong sangat berhubungan dengan kinerja pamong yaitu sebesar 91,10%. Hal ini menunjukkan bahwa makin meningkatnya kompetensi pamong ditunjang dengan makin kondusifnya iklim maka kinerja pamong tersebut akan meningkat.

PENUTUP

Dalam peningkatan kinerja pamong, iklim memegang peranan yang sangat penting, yaitu iklim yang memberikan rasa aman dan nyaman dalam bekerja akan selalu membuat dan mendukung peningkatan kinerja pamong. Para pengambil kebijakan, hendaknya dapat mengupayakan pendidikan dan pelatihan secara rutin dan berkelanjutan guna untuk menciptakan pamong yang berkualitas dan profesional, melakukan klasifikasi pamong berdasarkan kualifikasi dan kinerja pamong.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad S. Ruky, 2002. Sistem Manajemen Kinerja. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Arikunto, 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara

E. Mulyasa, 2009. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung : PT Remamja Rosdakarya Mangkunegara, 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung : Rosdakarya

Masaong dan Ansar, 2011. Manajemen Berbasis Sekolah. Gorontalo : Centra Media

Muchlis Mansur, 2007. Pengembangan Kompetensi Menuju Profesionalisme Pendidik. Jakarta : PT Bumi Aksara Nurdin dan Usman, 2002. Pamong Profesional dan Implementasi Kurikulum. Jakarta : Ciputat Press

92

Rachman Natawidjaya, 2006. Peran Strategi Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Jatinangor : Alqaprint

Simanjuntak, 2005. Manajemen dan Evaluasi Kinerja. Jakarta :LPFE UI Siswanto Bedja, 2005. Manajemen Tenaga Kerja. Bandung : Alfabet

Soetopo Hidayat, 2010. Perilaku Organisasi Teori dan Praktek di Bidang Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Sudjana, 2002. Metode Statistik. Bandung Tarsito

Sugoyono, 2011. Metode Penelitian Kombinasi. Bandung : Alfabet

Usman, 2002. Manajemen Guru Profesional. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Utami, 2006. Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja, http://google.co.id Wahyudi Imam, 2012. Mengajar Profesional. Jakarta : Prestasi Pustaka

Copyright © 2016, JPPM, Print ISSN: 233

93

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTARA GURU DAN SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI SMP NEGERI 1 LUWUK

KECAMATAN LUWUK KABUPATEN BANGGAI Falimu 1, Hasrat A. Aimang 2

Universitas Muhammadiyah Luwuk1 Universitas Muhammadiyah Luwuk2 falimu@unismuhluwuk.ac.id1 hasrat_aimang@unismuhluwuk.ac.id2

Abstrak

Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Luwuk Kecamatan Luwuk, Kabupaten Banggaidengan waktu penelitian selama tiga bulan yaitu dari bulan Februari sampai Juni 2018.Subjek penelitian adalah guru dan kepala sekolah, SMP Negeri 1 Luwuk Kabupaten Banggai. Prosedur Penelitian ini menggunakan prosedur dengan tahapan-tahapan antara lain sebagai berikut: tahap perencanaan, observasi, dan pelaksanaan. Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis kuantitatif yang diperoleh melalui pernyataan responden yang terdapat pada data kuesioner dan selanjutnya untuk pengecekan keakuratan data tersebut dilakukan pula wawancara, observasi, serta dokumentasi. Sedangkan dalam mendeskripsikan data yang diperoleh secara kuantitatif digunakan statistik deskriptif. Hal ini dilakukan dalam penelitian ini untuk memperoleh hasil informasi yang benar. Selanjutnya dalam pengolahan data terdapat dua langkah yang digunakan. Seleksi dan klasifikasi data langkah-langkah yang dilakukan adalah: a) memeriksa apakah semua responden; b) memeriksa semua pertanyaan dalam angket untuk memastikan jawaban sesuai dengan petunjuk yang diberikan; c) memeriksa apakah data yang terkumpul tersebut layak untuk diolah. Kemudian memberikan bobot skor untuk setiap alternatif jawaban dalam pemberian skor digunakan skala Likert yang merupakan salah satu cara untuk menentukan skor. Pengolahan data melalui perhitungan dengan Weighted Means Score (WMS). Pada penelitian ini rumus yang digunakan adalah Weighted Means Score (WMS). Teknik ini digunakan untuk mendapatkan kecenderungan skor yang diberikan oleh responden pada setiap item pertanyaan sesuai dengan kriteria atau tolok ukur yang digunakan. Berdasarkan hasil perhitungan persentase skor jawaban responden komunikasi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran di SMP Negeri 1 Luwuk Kecamatan Luwuk Kabupaten Banggai diperoleh skor rata-rata 80,16. Jika dikonsultasikan pada kriteria penilaian maka disimpulkan kriteria yang diperoleh adalah tinggi.

Kata Kunci: efektivitas, Komunikasi, Guru, Siswa, Pembelajaran PENDAHULUAN

Komunikasi merupakan suatu tindakan penting dalam kehidupan manusia. Begitu pula dalam dunia pendidikan, komunikasi perlu karena akan mengantarkan terjadinya proses interaksi antara siswa dan siswi menjadi lancar dan lebih baik. Sedangkan komunikasi dalam bidang pendidikan merupakan hal yang paling mendukung terciptanya hubungan antara penyelenggaraan pendidikan yang baik agar tercapainya tujuan pendidikan sebagaimana yang terumus dalam tujuan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Komunikasi merupakan suatu kegiatan kompleks. Komunikasi merupakan suatu bidang popular.

Komunikasi merupakan hal yang vital untuk suatu kedudukan atau posisi yang efektif, komunikasi merupakan suatu yang mendasar dalam kehidupan dan komunikasi merupakan suatu pendidikan yang tinggi dan menjadi kompetensi komunikasi yang baik (Ruben dan Stewerd).

Pendidikan secara umum diartikan sebagai sebuah usaha sadar,real, dan direncanakan dalam sebuah proses belajar dan mengajar untuk mewujudkan kualitas diri peseta didik yang secara aktif mampu mengembangkan potensi di dalam diri agar mereka mempunyai pondasi kuat dalam beragama, berkepribadian baik, cerdas, memiliki pengendalian diri, memiliki pemikiran yang kritis, dinamis, bertanggung jawab, dan memiliki keterampilan aktif yang diperlukan, baik bagi dirinya sendiri maupun masyarakat.

Pendidikan adalah tuntunan tumbuh dan berkembangnya anak, artinya pendidikan merupakan upaya untuk menuntun kekuatan kodrat pada diri setiap anak agar mereka mampu tumbuh dan berkembang sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat yang bisa mencapai keselamatan dan kebagian dalam hidup mereka (Ki Hajar Dewantoro).

Pendidikan adalah upaya untuk membantu peserta didik agar mereka mampu mengerjakan tugas kehidupan secara mandiri, bertanggung jawab secara oral dan susila. Dalam hal ini, pendidikan juga diartikan sebagai upaya untuk membangun anak agar lebih dewasa (Martunus Jan Langeveld).

Dalam proses pelaksanaan pendidikan di sekolah, guru merupakan salah satu faktor utama dalam mencetak generasi penerus bangsa yang berkualitas. Oleh karena itu, tugas yang diemban guru tidaklah

94

semudah yang kita bayangkan. Guru yang baik harus mengerti dan paham tentang hakikat bagaimana dia menjadi seorang guru, hakikat guru dapat dipelajari dari pengertian atau istilah guru itu sendiri.

Profesi seorang guru merupakan salah satu komponen yang sangat bergantung pada proses komunikasi.

Ketika seorang guru akan memulai pembelajaran di dalam kelas sampai pada pelaksanaan dan penilaian hasil belajar, maka guru akan menggunakan keterampilannya dalam berkomunikasi. Karena itulah keberadaan guru sangat strategis dalam proses pelaksanaan pendidikan di sekolah, sebab guru mampu merencanakan model pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas dan guru mampu memengaruhi dan menentukan proses komunikasi dalam melakukan pembelajaran. Bahkan menurut kebanyakan pakar pembelajaran mengatakan bahwa sesungguhnya pembelajaran itu pada hakikatnya adalah proses komunikasi. Itu artinya, setelah perencanaan pembelajaran, maka penyampaian materi pelajaran dan penanaman nilai-nilai kebaikan, kebenaran, dan kejujuran dilakukan melalui proses komunikasi yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas. Guru merupakan setiap orang yang bertugas dan berwenang dalam dunia pendidikan dan pengajaran pada lembaga pendidikan formal (Drs. Moh. Uzur Usman, 1996: 15).

Pada penelitian ini, arti penting komunikasi akan diangkat ke dalam kajian pendidikan di sekolah melalui hubungan komunikasi antara guru dan siswa. Karena pada dasarnya hubungan guru dan siswa adalah hal yang selalu memiliki keterkaitan dalam mencapai komunikasi yang sengat erat dan baik di lingkukan sekolah tersebut.

Siswa merupakan salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam pelaksanaan proses belajar-mengajar di dalam kelas. Siswa juga sebagai pihak yang ingin merai cita-cita memiliki tujuan yang ingin mereka capai secara optimal. Siswa akan menjadi faktor penentu, sehingga dapat mempengaruhi segalah sesuatu yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya.

Salah satu tantangan yang sering dihadapi oleh siswa SMP Negeri 1 Luwuk adalah terhambatnya proses belajar mengajar yang menyebabkan tidak efektifnya kegiatan di sekolah. Salah satu hambatan yang sering terjadi di lingkungan sekolah maupun di dalam kelas yaitu pola komunikasi yang dilakukan antara guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan hal tersebut di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui Efektivitas Komunikasi Antara Guru dan Siswa dalam Proses Pembelajaran di SMP Negeri 1 Luwuk Kecamatan Luwuk Kabupaten Banggai

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survei dengan pendekatan penelitian kuantitatif. Penelitian survei yang dimaksud adalah bersifat menjelaskan (eksplanatory). Masri Singarimbun (dalam Riduwan, 2012:

39) mengatakan bahwa penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sumber data tersebut. Sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis.

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama tiga bulan yaitu dari bulan Februari sampai Juni 2018 di SMP Negeri 1 Luwuk Kecamatan Luwuk Kabupaten Banggai.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah guru dan kepala sekolah SMP Negeri 1 Luwuk Kabupaten Banggai.

Prosedur

Penelitian ini menggunakan prosedur dengan tahapan-tahapan antara lain sebagai berikut: tahap perencanaan, observasi, dan pelaksanaan.

Data, Instrumen, dan Teknik Pengumpulan Data

Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data penelitian dengan cara melakukan pengukuran. Menurut Sugiyono (2011:102), instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam dan sosial yang diamati. Dengan melakukan pengukuran akan diperoleh data yang objektif diperlukan untuk menghasilkan kesimpulan penelitian yang objektif pula. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini untuk memperoleh data empiris adalah kuesioner penelitian yang terdiri dari 2 (dua) bagian: pertama berupa, Koesioner diisi oleh responden dan bagian kedua berupa pedoman wawancara yang harus diisi oleh responden yaitu responden tinggal memilih jawaban yang telah disediakan. Setiap pertanyaan disediakan 5 (lima) alternatif pilihan jawaban terdiri dari: sangat baik (SB), baik (B), ragu-ragu (RR), kurang baik (KB), tidak baik (TB).

Untuk memperoleh data mengenai kemandirian sekolah dalam penerapan manajemen berbasis sekolah yang akan dikumpulkan, diolah, dan dianalisis. Maka peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut.

Copyright © 2016, JPPM, Print ISSN: 233

95

1. Observasi

Observasi dilakukan dengan cara melakukan pengamatan dan meninjau seluruh kegiatan objek penelitian yang menyangkut dengan komunikasi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Dalam kegiatan observasi ini untuk mengkonfirmasi data yang telah dikumpulkan melalui kuesioner dengan keadaan yang sesungguhnya. Observasi juga digunakan untuk mengamati baik secara langsung maupun tidak langsung kegiatan yang dilakukan oleh pihak sekolah yang berhubungan dalam proses belajar mengajar.

2. Wawancara

Dalam wawancara, peneliti melakukan wawancara langsung dengan para pelaku (kepala sekolah dan guru) terkait dengan objek komunikasi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran yaitu informasi data yang tidak dapat diperoleh dari observasi hal ini untuk mendukung informasi kemandirian sekolah. Pertimbangan digunakannya teknik wawancara yaitu sebagai teknik untuk mengumpulkan data, hal ini disebabkan: Pertama, responden mempersepsi objek, peristiwa, tindakan-tindakan dan mengetahui arti dari persepsinya sendiri.

Kedua, sumber data berupa responden dimaksudkan bahwa mengetahui gambaran peristiwa, tindakan, atau objek yang telah diketahuinya dalam kurun waktu yang cukup lama.

3. Kuesioner

Kuesioner yaitu angket diajukan untuk memperoleh gambaran mengenai objek penelitian dan untuk mengumpulkan data yang diketahui oleh responden dan untuk mengukur tingkat kemandirian sekolah dengan mengunakan skala likert, dengan alternatif jawaban selalu, sering, kadang-kadang, pernah, dan tidak pernah, dengan sebaran kuesioner sesuai dengan jumlah responden.

Pertanyaan yang akan diberikan pada kuesioner ini adalah pertanyaan menyangkut fakta dan pendapat responden, sedangkan kuesioner yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner tertutup yaitu responden diminta menjawab pertanyaan dan menjawab dengan memilih dari sejumlah alternatif tanpa mencantumkan nama responden. Hal ini dimaksudkan agar dapat mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang hal-hal yang terjadi.

4. Dokumentasi

Dokumentasi ini digunakan untuk mengumpulkan data yang tertulis dari suatu keadaan dan kegiatan subjek penelitian dokumentasi ini diperlukan sebagai pelengkap yang dapat menguatkan atau sebagai pengayaan data penelitian yang memiliki hubungan dengan tujuan penelitian, dan interpretasi sekunder terhadap kejadian-kejadian. Data-data yang dikumpulkan adalah catatan non-statistik.

Teknik Analisis Data

Analisis data menurut Hasan (2006: 29) adalah memperkirakan atau dengan menentukan besarnya pengaruh secara kuantitatif dari suatu (beberapa) kejadian terhadap suatu (beberapa) kejadian lainnya, serta memperkirakan/ meramalkan kejadian lainnya. Kejadian dapat dinyatakan sebagai perubahan nilai variabel.

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang diperoleh baik melalui hasil kuesioner dan bantuan wawancara.

Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis kuantitatif yang diperoleh melalui pernyataan responden yang terdapat pada data kuesioner dan selanjutnya untuk pengecekan keakuratan data tersebut dilakukan pula wawancara, observasi, serta dokumentasi. Sedangkan dalam mendeskripsikan data yang diperoleh secara kuantitatif digunakan statistik deskriptif. Hal ini dilakukan dalam penelitian ini untuk memperoleh hasil informasi yang benar. Selanjutnya dalam pengolahan data terdapat dua langkah yang digunakan, sebagai berikut.

1. Seleksi dan Klasifikasi Data

Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut: a) memeriksa apakah semua responden; b) memeriksa semua pertanyaan dalam angket untuk memastikan jawaban sesuai dengan petunjuk yang diberikan;

c) memeriksa apakah data yang terkumpul tersebut layak untuk diolah. Kemudian memberikan bobot skor untuk setiap alternatif jawaban dalam pemberian skor digunakan skala Likert yang merupakan salah satu cara untuk menentukan skor. Kriteria penilaian ini digolongkan dalam lima tingkatan dengan penilaian sebagai berikut/

Tabel 1

Bobot Skor dan Alternatif Jawaban Angket

Bobot Skor Alternatif Jawaban

5 Sangat Baik

4 Baik

3 Ragu-Ragu

2 Kurang Baik

1 Tidak Baik

96

Perhitungan terhadap data yang sudah diberikan skor berdasarkan jenis data yang dikumpulkan yaitu data kualitatif yang kemudian diubah menjadi kuantitatif, maka teknik yang digunakan adalah analisis statistik, yaitu dengan menggunakan rumus statistik (persentase) yang digunakan untuk mendeskripsikan hasil penelitian dengan rumus sebagai berikut.

P = F

x 100 % N

P = Persentase jawaban f = Frekuensi

N = Number Of Cases (banyaknya responden)

2. Pengolahan data melalui perhitungan dengan Weighted Means Score (WMS).

Pada penelitian ini rumus yang digunakan adalah Weighted Means Score (WMS). Teknik ini digunakan untuk mendapatkan kecenderungan skor yang diberikan oleh responden pada setiap item pertanyaan sesuai dengan kriteria atau tolok ukur yang digunakan.

Menurut Sudjana (2005:67) teknik Weighted Means Score (WMS) adalah untuk menghitung kecenderungan jawaban responden terhadap variabel penelitian. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam pengolahan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Pemberian bobot nilai terhadap masing-masing alternatif jawaban diberikan oleh responden, sesuai dengan pertanyaan yang diberikan. Angket yang digunakan adalah skala Likert dengan rentang pilihan 1 sampai dengan 5.

b. Menghitung frekuensi dari alternatif jawaban responden pada setiap item pertanyaan.

c. Mencari jumlah nilai jawaban yang menjadi pilihan responden di setiap pertanyaan, dengan menghitung frekuensi responden yang memilih alternatif jawaban yang diberikan tersebut selanjutnya dikalikan dengan bobot nilai alternatif itu sendiri.

d. Menghitung nilai rata-rata untuk pada setiap item pertanyaan pada angket, dengan menggunakan rumus Weighted Means Score (WMS) sebagaimana yang dikemukakan oleh Sudjana (2005:67) adalah sebagai berikut.

Keterangan:

𝑋 = Skor rata-rata yang dicari

X= Jumlah skor gabungan (hasil perkalian frekuensi dengan bobot nilai untuk setiap alternatif jawaban.

e. Menentukan variabel yang diukur berdasarkan indikator yang diteliti, maka digunakan skala penilaian, yaitu sebagai berikut:

Tabel 2 Kriteria Penilaian Rentang Nilai Kriteria 86 - 100% Sangat Tinggi 71 - 85% Tinggi

51 - 70% Cukup

35 - 50% Rendah

0 - 34% Sangat Rendah

Dari hasil analisis kuantitatif selanjutnya dalam memperdalam dalam keakuratan hasil tersebut, maka dilakukan wawancara, observasi, dan dokumentasi di lokasi penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Hasil dalam proses pembelajaran dapat pula ditentukan oleh komunikasi pendidik dengan peserta di kelas. Apabila seluruh komponen pembelajaran dapat dijalankan dengan baik maka akan menghasilkan hasil belajar yang baik pula.

Dalam penelitian ini guru melakukan komunikasi dengan siswa dalam setiap pembelajaran.

Agar dapat mengetahui nilai indikator dijabarkan dalam 15 item pernyataan pada instrumen angket yang dapat dilihat pada sajian hasil analisis data komunikasi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran di SMP Negeri 1 Luwuk Kecamatan Luwuk Kabupaten Banggai yang dijabarkan dalam 15 item pernyataan

𝑥 𝑋 =𝑋𝑖𝑁

Copyright © 2016, JPPM, Print ISSN: 233

97

sehingga dari pernyataan nomor 1 sampai nomor 15 dilakukan dengan perhitungan teknik Weighted Means Scored (WMS) adalah sebagai berikut.

Tabel 3

Hasil Perhitungan Persentase Skor Jawaban Responden Komunikasi Antara Guru dan Siswa dalam Proses Pembelajaran di SMP Negeri 1 Luwuk Kecamatan Luwuk Kabupaten Banggai

No Item

Bobot Skor Jumlah

% skor

5 4 3 2 1 F X

F X F X F X F X F X

1 9 45 15 60 5 15 2 4 1 1 32 125 78.1

2 10 50 17 68 3 9 2 4 0 0 32 131 81.9

3 11 55

14 56 4 12 3 6 0 0 32 129 80.6

4 12 60

12 48 4 12 3 6 1 1 32 127 79.4

5 9 45

18 72 3 9 2 2 0 0 32 130 81.2

6 8 40

17 68 4 12 2 4 1 1 32 125 78.1

7 10 50 16 64 3 9 2 4 1 1 32 128 80

8 9 45

17 68 3 9 2 4 1 1 32 127 79.4

9 11 55 14 56 4 12 2 4 1 1 32 128 80

10 10 50

16 64 4 12 2 4 0 0 32 130 81.2

11 9 45

16 64 4 12 3 6 0 0 32 127 79.4

12 9 45 17 68 4 12 2 4 0 0 32 129 80.6

13 10 50

16 64 3 9 3 6 0 0 32 129 80.6

14 11 55 14 56 4 12 2 4 1 1 32 128 80

15 10 50

17 68 3 9 2 4 0 0 32 131 81.9

Rata-Rata= 1202.4 / 15 = 80.16

Keterangan:

F = Frekuensi responden yang menjawab sesuai dengan kategori jawaban X = Frekuensi dikalikan dengan bobot nilai kategori jawaban

Sehingga berdasarkan tabel yang disajikan di atas dapat disimpulkan nilai rata-rata persentase skor peroleh data komunikasi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran di SMP Negeri 1 Luwuk Kecamatan Luwuk Kabupaten Banggai, maka diperoleh skor rata-rata 80,16, jika dikonsutasikan pada kriteria penilaian maka disimpulkan kriteria yang diperoleh adalah tinggi.

PEMBAHASAN

Sebagai tenaga pengajar professional, guru dituntut untuk mampu memahami hal-hal yang bersifat filosofis dan konseptual. Guru juga harus mampu melaksanakan dan mengetahui hal-hal yang bersifat teknis pada saat proses pembelajaran berlangsung. Yang dimaksud hal teknis di sini adalah yang berhubungan dengan kelas terutama dalam kegiatan belajar dan pengelolaan kelas dan berusaha menciptakan interaksi kelas dalam proses belajar mengajar. Interaksi merupakan komunikasi guru dengan siswa dalam menyampaikan materi pembelajaran yang mudah dipahami oleh siswa. Komunikasi akan selalu menekankan pada penyampaian pesan dari seorang komunikator (guru) kepada Komunikan (siswa) sebagai penerima pesan dalam proses pembelajaran.

98

Komunikasi merupakan upaya dan cara atau teknik penyampaian gagasan, dan keterampilan-keterampilan yang berasal dari guru yang ditujukan kepada kepada siswa di dalam kelas. Kegiatan tersebut bertujuan agar siswa yang dituju dapat memahami, menerima, materi dan dapat berpartisipasi dalam proses belajar mengajar serta dapat memahami materi yang disampaikan oleh guru. Materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru disusun secara rinci agar mudah dipahami oleh siswa dalam proses pembelajaran.

Guru juga harus mampu menghubungkan materi yang diajarkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa sehingga siswa dapat merespons dengan baik apa yang disampaikan oleh guru, siswa pun mampu membedakan mana yang benar maupun yang salah sebagai usaha untuk belajar. Guru juga harus mampu memberikan perlakuan yang baik kepada siswa sesuai dengan tingkat kemampuan siswa dalam proses belajar mengajar agar mereka yang merasa kurang paham dengan materi yang disampaikan tidak merasa minder dengan siswa lain yang paham terhadap materi yang di sampaikan dalam proses pembelajaran.

Guru juga dituntut untuk menerapkan teknik-teknik komunikasi yang akan membawa hasil secara maksimal kepada siswa dengan mengikuti perkembangan teknologi komunikasi yang semakin canggih saat ini.

Menurut Alvin Toffler, memang dunia sekarang sedang digetarkan oleh kemajuan teknologi komunikasi yang semakin tinggi mutunya. Jarak yang semakin jauh lebih tepat, mudah, dan lebih banyak khalayak yang dijangkau untuk menerima pesan. Manusia memang tidak ada yang bisa lepas dari komunikasi dan termasuk di dalamnya teknik-teknik komunikasi. Sehingga seorang guru dapat menerapkan kebijakannya dalam pengembangan dan peningkatan prestasi peserta didik/siswa, juga sangat membutuhkan teknik komunikasi yang tepat untuk pengembangannya. Untuk menghasilkan prestasi siswa yang kompeten di bidangnya membutuhkan proses pembelajaran antara guru dan siswa. Proses ini tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya teknik komunikasi antara guru dan murid yang disiapkan untuk prestasi siswa yang diinginkan.

Dalam proses pembelajaran, guru juga dituntut untuk mampu menggunakan media pembelajaran sesuai dengan materi yang diajarkan kepada siswa sebagai bentuk komunikasi untuk membangkitkan semangat belajar siswa. Media pembelajaran sebagai salah satu strategi yang harus digunakan guru dalam proses pembelajaran.

Dengan adanya media pembelajaran merupakan salah satu pola komunikasi untuk mendukung tujuan pengembangan dalam proses belajar mengajar. Dengan demikian, penerapan komunikasi dengan menggunakan media memungkinkan siswa untuk meningkatkan minat belajar terutama mendapatkan kegiatan belajar mengajar yang efektif. Proses belajar mengajar merupakan suatu komunikasi tatap muka dengan kelompok yang relatif kecil, meskipun komunikasi antara guru dan siswa dalam kelas termasuk komunikasi kelompok.

Efektivitas komunikasi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran di SMP Negeri 1 Luwuk Kecamatan Luwuk Kabupaten Banggai baik dilakukan oleh guru terutama dalam proses belajar mengajar, proses menyampaikan materi yang diajarkan guru di dalam kelas di sesuaikan dengan kompetensi dasar dari para siswa. Guru juga di tuntut selalu berupaya menciptakan pembelajaran yang menyenangkan kepada siswa di dalam kelas dengan menggunakan pola komunikasi yang baik agar siswa dapat memahami apa yang disampaikan oleh guru. Guru juga harus memberikan apersepsi yang menarik kepada siswa di awal pembelajaran yang akan di mulai.

PENUTUP Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bahwa komunikasi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran di SMP Negeri 1 Luwuk Kecamatan Luwuk Kabupaten Banggai berlangsung dengan baik dengan skor rata-rata 80,16, jika dikonsultasikan pada kriteria penilaian, maka disimpulkan kriteria yang diperoleh adalah tinggi.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian di atas maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut.

1. Guru harus mampu melakukan komunikasi dengan baik kepada siswa dalam proses belajar mengajar di dalam kelas baik itu komunikasi antar individu (antarpribadi) dengan siswa maupun komunikasi secara kelompok.

2. Guru harus mampu menyampaikan pesan yang dapat dipahami oleh siswa dalam proses belajar mengajar.

3. Dalam proses pembelajaran guru harus mampu menggunakan media pembelajaran agar siswa dapat memahami materi yang disampaikan oleh guru.

DAFTAR PUSTAKA

Alo Liliweri, Dasar-dasar Komunikasi Antarbudaya, Cet. IV (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 8