• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Asertif (X 1 )

B. Iklim Organisasi

2. Uji Normalitas Data Post-test

Hasil pengujian normalitas data post-test diperoleh perhitungan X2Hitung > X2Daftar dikatakan data normal = 0.200 > 0,05 berdistribusi normal.

Pengujian Homogenitas Data. Berdasarkan hasil perhitungan, kriteria pengujiannya adalah Ho diterima jika χ2

-hitung < χ2tabel. Ternyata bahwa χ2 = 7,58 < 9,49 sehingga hipotesis H0:σ12 = σ22 diterima dalam taraf signifikan 0,05, yang berarti bahwa data hasil pre-test dan post-test homogen. Hasil uji homogenitas dan hasil perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada (lampiran 8).

Pelaksanaan Treatment a. Treatment Pertama

Treatment pertama dilaksanakan pada hari senin, 16 Juli 2018 di ruang kelas. Masalah yang di bahas dalam kegiatan ini adalah masalah si NA dan SL dengan topik permasalahan “siswa sering membuang sampah sembarangan”. Dengan tahapan yang sesuai dengan satuan layanan konseling kelompok. Pada kegiatan ini peneliti memberikan layanan konseling kelompok dengan menggunakan pendekatan behavioristik teknik reinforcement (penguatan) dengan tujuan untuk mengubah perilaku siswa pada diri siswa yang mendapat layanan. Sebelum memulai kegiatan peneliti mengajak siswa untuk berdo‟a. Pada tahap awal ini yang dimana juga merupakan langkah pertama penelitian dilaksanakan, bisa terlihat dari setiap respon siswa dimana mereka menunjukan sikap kaku dan takut, siswa terlihat belum semangat, kurang menghargai antar sesama teman dan peneliti serta, ada juga sebagian siswa yang masih terlihat bingung dengan kegiatan yang dilakukan, sehingga untuk menangani hal ini peneliti memberikan ice breaking agar suasana dalam kelompok tidak menegangkan.

Kemudian peneliti menjelaskan cara pelaksanaan konseling kelompok, menjelaskan asas-asas konseling kelompok serta menjelaskan makna dan tujuan dari konseling kelompok.

Pada tahap peralihan peneliti berusaha mengenali kesiapan dari anggota kelompok, menjelaskan kembali asas-asas dan melakukan tanya jawab dengan anggota kelompok untuk memastikan kesiapan mereka.

Treatment pertama ini menggunakan waktu yang relatif lama dikarenakan peneliti perlu membangun sebuah komitmen dan kepercayaan dengan anggota kelompok. Sebelum masuk pada kegiatan inti peneliti terlebih dahulu menjelaskan kepada anggota kelompok tentang sebab adanya mereka menjadi bagian dalam kelompok, karena hadirnya mereka dalam kelompok ini adalah mereka yang memiliki masalah kurangnya disiplin. Selain itu juga peneliti memberikan pemahaman kepada anggota kelompok tentang apa itu disiplin. Pada kegiatan inti peneliti menjelaskan bahwa masalah yang akan dibahas adalah masalah yang sudah ditentukan oleh peneliti berdasarkan hasil pre-tes yang diperoleh dari pengolahan angket pernyataan item terendah dan item pernyataan itu adalah masalah yang sering terjadi disekitar siswa-siswi berada dilingkungan sekolah maupun diluar sekolah, sehingganya item pernyataan yang akan dibahas pada treatment pertama adalah siswa sering membuang sampah sembarangan.

Adapun masalah yang akan dibahas pada kegiatan ini sudah ditentukan oleh peneliti yang telah disesuaikan dari hasil pre-tes maka peneliti meminta kepada siswi yang berinisial NA dan SL mengungkapkan alasan atau penyebab dari masalah sering membuang sampah semabarangan. NA dan SL pun menceritakan masalahnya mereka masing-masing. Alasan atau penyebab NA membuang sampah sembarangan karena NA

161

malas untuk pergi keluar untuk membuang sampah pada tempatnya sehingganya ia membuang sampahnya dibawah jendela kelas, dan alasan SL membuang sampah sembarangan karena jawabannya juga sama karena malas untuk keluar oleh karena itu sampahnya disimpan didalam laci mejanya sendiri. Sehingga itulah yang menjadi penyebab mereka suka membuang sampah sembarangan. Kemudian peneliti menanyakan kepada anggota lain solusi agar tidak membuang sampah sembarangan dan akhirnya para anggota lain menjelaskan kemudian peneliti menyimpulkan solusi dari masing-masing anggota dan dalam treatment pertama ini peneliti menggunakan pendekatan behavioristik dengan teknik reinforcement maka peneliti memberikan penguatan bahwa tidak langsung mengatakan bahwa mereka adalah anak yang malas namun peneliti mengatakan bahwa si NA dan SL adalah anak yang rajin namun karena ada faktor yang mengakibatkan si NA dan SL merasa malas oleh karena itu hilangkan rasa malas karena malas adalah salah satu cirri orang yang tidak akan sukses. Peneliti juga memberikan saran agar tidak membuang sampah sembarangan yaitu agar membuang sampah pada tempatnya atau mengumpulkan sampahnya masing-masing di kantong plastik dan kemudian pada saat bel pulang sampah itu harus dibuang di tempat sampah karena kebersihan itu sebagian dari iman. Setelah selesai peneliti memberikan saran si NA dan SL pun menerima saran dari peneliti dan anggota kelompok dan berjanji tidak akan membuang sampah sembarangan lagi dan berkomitmen bahwa akan merubah perilaku malas menjadi rajin dan berusaha menjadi pribadi yang disiplin. Setelah kegiatan inti berakhir peneliti memberikan kesempatan siswi tersebut untuk menyampaikan pesan dan kesan dari hasil kegiatan konseling kelompok

b. Treatment Kedua

Treatment kedua dengan membahas masalah SA dan SB dengan topik permasalahan “siswa sering berkelahi didalam kelas” yang dilaksanakan pada hari kamis, 19 Juli 2018 di ruang kelas. Prosedur layanan sesuai dengan satuan layanan konseling kelompok. Pada tahap awal karena sudah saling mengenal antara siswa dan peneliti maka suasanan tidak terlalu kaku seperti pada treatment pertama sampai pada tahap akhir.

Sebelum masuk pada tahap inti peneliti menjelaskan kembali asas-asas serta makna dan tujuan dari konseling kelompok. Pada proses konseling kelompok si SA dan SB yang memiliki masalah sering menyendiri. Setelah ditanya ternyata yang menjadi penyebab siswi ini sering di usik oleh teman-temannya. Si SA dan SB memiliki masalah yang sama, mereka berdua selalu diganggu oleh teman-temannya yang lain. Kemudian peneliti meminta untuk lebih menjelaskan secara jelas apa dari masalah mereka. Sebelum mereka menceritakan penyebab dari masalah mereka sempat takut dan tidak mau jujur karena mereka takut dengan teman-teman yang lain mereka tidak ingin masalah ini dibesar-besarkan. Tetapi peneliti menjelaskan bahwa tujuan dari pada konseling kelompok ini adalah untuk membantu menyelesaikan masalah, membantu mencari solusi agar masalah dapat diselesaikan dengan baik. Dan akhirnya SA dan SB menceritakan masalah mereka bahwa selama ini mereka selalu di ejek oleh teman-temannya yang lain terutama teman laki-laki dan mereka sering merasa kesal dan mereka berusaha membela diri sampai salah satu dari mereka menangis dan disitu akan timbul perkelahian antar teman

Pada treatment kedua peneliti melakukan layanan konseling kelompok dengan menggunakan teknik reinforcement (penguatan) teknik yang digunakan sama seperti pada treatment pertama. Jdi sebelum mendiskusikan dan mencari alternatif masalah peneliti menjelaskan kepada semua anggota kelompok agar mereka paham bahwa didunia ini tidak ada manusia yang sempurna. Manusia diciptakan memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing jadi sesama manusia tidak boleh saling menjatuhkan satu sama lain apa lagi saling menjelek-jelekan teman sendiri, karena suatu saat nanti disaat kita kesusahan pasti kita akan tetap membutuhkan orang lain jadi untuk itu jangan pernah merasa bahwa diri kita sempurna karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Dari penjelasan peneliti tersebut masing-masing anggota kelompok langsung merespon dan memberikan beberapa solusi atau saran.

Untuk menangani hal ini peneliti memberikan saran ataupun solusi tersebut yang disimpulkan dari beberapa masukan dari anggota kelompok antara lain: jika ada yang mengejek kita tidak perlu membalasnya cukup sabar, jika tidak ada guru didalam kelas kita tetap belajar agar tidak terjadi keributan karena akan mengganggu teman-teman lain yang sedang belajar, belajar cuek disaat ada yang mengejek, berusaha bersikap sopan dan disiplin. Perubahan yang terlihat yaitu anggota kelompok paham tentang topik masalah yang dibahas dan SA dan SB berkomitmen bahwa tidak akan berkelahi lagi didalam kelas mulai hari ini sampai seterusnya.

Setelah itu peneliti meminta untuk menyampaikan pesan dan kesan.

c. Treatment Ketiga

Treatment ketiga dilaksanakan pada hari rabu, 25 Juli 2018 diruang kelas. Masalah yang dibahas adalah masalah SK dan RD dengan topik permasalahan yakni “saya sering datang terlambat ke sekolah” pada treatment ketiga peneliti melakukan layanan konseling kelompok teknik audio therapy yang dimana peneliti memperlihatkan video tentang “anak yang dihukum karena datang terlambat”. Layanan yang digunakan sesuai dengan prosedur

162

pada satuan layanan konseling kelompok (lampiran 9). Tahap awal pada kegiatan ini siswa terlihat semangat dalam mengikuti kegiatan dan pada saat tahap peralihan semua peserta sudah siap dan terlihat serius dan bersemangat dalam pemutaran video yang akan diberikan.

Pada tahap inti, peneliti meminta kepada SK dan RD agar bisa menceritakan apa penyebab mereka sampai datang terlambat. SK mengatakan bahwa ia sering terlambat karena ia sering tidur terlalu larut malam, sehingga pada pagi hari ia tertidur sampai terlambat datang kesekolah. Begitupun dengan RD ia sering terlambat karena ia sering main Hp sampai larut malam dan terkadang ia suka berteman dengan teman-teman yang suka begadang. Sebelum anggota kelompok memberikan saran dan solusi peneliti memutarkan video tentang anak yang dihukum karena datang terlambat. Tujuan dari pada video tersebut agar siswa dapat memahami pentingnya disiplin dan termotivasi agar bisa datang kesekolah tepat waktu. SK dan RD dan anggota kelompok lainnya memperhatikan video yang diputarkan. Kemudian peneliti meminta anggota kelompok untuk memberikan saran dan solusi setelah itu peneliti menyimpulkan solusi dari anggota kelompok yaitu agar SK dan RD tidur dibawah jam 10, bangun lebih awal, sholat subuh, tidak berteman dengan teman yang suka pulang larut malam jangan bergantung pada orang lain dan membiasakan diri untuk mandiri. Dari video yang diputarkan tadi peneliti juga bisa menjelaskan bahwa datang terlambat adalah sikap yang kurang disiplin sehingganya siswa tersebut mendapat hukuman dari ibu bapak guru, sehingganya jika adik SK dan RD tidak mau dihukum maka berusahalah datang kesekolah tepat waktu dan tidak terlambat. Setelah proses konseling SK dan RD mengatakan bahwa mereka akan mencoba melaksanakan apa yang telah disarankan oleh teman-teman dan peneliti. Perubahan siswa tersebut terlihat pada keesokan harinya mereka sudah tidak ada lagi yang datang terlambat dan peneliti merasa bahwa teknik yang digunakan berhasil.

d. Treatment keempat

Treatment ke empat dilaksanakan pada hari rabu 01 Agustus 2018 diruang kelas. Masalah yang dibahas adalah masalah EL dan FH dengan topik permasalahan yakni “siswa sering bolos sekolah‟. Pada treatment ke empat peneliti melakukan konseling kelompok menggunakan teknik audio therapy sama seperti pada tahap ke tiga. Peneliti memperlihatkan video tentang “aku ingin sekolah”. Layanan yang digunakan sesuai dengan prosedur pada satuan layanan konseling kelompok (lampiran 9). Pada treatment ke empat ini terdapat perubahan, mereka sangat suka dengan teknik audio therapy yang dimana mereka sangat suka dan ingin melihat video-vidio motivasi yang akan saya putarkan. Sehingganya peneliti memutarkan video aku ingin sekolah agar mereka termotivasi untuk semangat pergi kesekolah dan tidak akan bolos lagi.

Pada tahap kegiatan peneliti mempersilahkan EL dan FH menceritakan mengapa mereka suka membolos dan apa penyebabnya. EL dan FH menjawab dengan jawaban yang sama bahwa mereka bosan saat berada disekolah, dan EL mengatakan bahwa penyebabya terkadang ia malas dengan guru mata pelajaran begitupun sama halnya dengan FH dia juga merasa kurang bersemangat jika masuk pada matapelajaran yang ia tidak sukai dan mereka lebih suka bersenang-senang diuar. Sebelum masuk pada solusi dan saran peneliti memutarkan video motivasi tersebut. EL dan FH dan teman-temannya memperhatikan video tersebut sampai ada yang terharu melihat isi video tersebut. Setelah mereka melihat video peneliti meminta saran dan solusi dari anggota kelompok lainnya kemudian peneliti menyimpulkan bahwa EL dan FH harus berusaha tetap ada dilingkungan sekolah terutama berada didalam kelas sampai jam pulang tiba, berusaha menerima guru matapelajaran meskipun adik EL dan FH tidak menyukainya sebab jika menghindar dari guru mata pelajaran tersebut maka itu sangat berdampak pada nilai raport. Kemudian peneliti menyimpulkan isi dari video tersebut bahwa adik-adik telah menyia-nyiakan kesempatan yang ada padahal diluar sana masih banyak yang ingin bersekolah namun tidak memiliki biaya atau bisa dikatakan kurang mampu sehingga adik-adik yang masih mempunyai kesempatan untuk bersekolah maka pergunakanlah dengan sebaik-baiknya karena masa depan serta kesuksesan ada ditangan adik-adik.

Setelah kegiatan inti selesai adik EL dan FH berkomitmen untuk tidak akan bolos lagi mulai besok dan seterusnya dan perubahan terlihat pada treatmen ke empat ini bahwa siswa yang dibahas masalahnya pada treatment ketiga sudah tidak terlambat lagi. Setelah itu peneliti meminta kepada EL dan FH menyampaikan kesan dan pesan. Perasaan siswa yang terungkap dalam lembar penilaian segera (laiseg) yaitu siswa merasa senang, bahagia, serta mendapatkan solusi dari masalah yang dialami.

e. Treatment Kelima

Treatment kelima dilaksanakan pada hari rabu, 8 Agustus 2018 diruang kelas. Masalah yang di bahas adalah masalah ND dan MA dengan topik permasalahan yakni “siswa sering berpakaian seragam tanpa atribut”

pada treatment kelima ini peneliti melakukan konseling kelompok menggunakan teknik punishment. Peneliti menggunakan teknik ini agar mereka terlatih untuk tidak melanggar peraturan dan membiasakan mereka untuk menjadi siswa yang disiplin. Layanan yang digunakan sesuai dengan prosedur pada satuan layanan konseling

163

kelompok (lampiran 9). Pada tahap inti peneliti meminta agar ND dan MA menjelaskan mengapa mereka sering berpakaian seragam tanpa atribut dan apa penyebabnya. ND dan MA menjelaskan bahwa mereka sering lupa, MA juga mengatakan bahwa atributnya hilang karena disembunyikan oleh temannya. Padaeneliti meminta anggota agar bisa memberikan saran dan solusi agar mereka tidak lupa lagi untuk memakai atribut lengkap saat kesekolah apa lagi setiap hari senin selalu diperiksa siapa yang tidak memakai atribut. Anggota kelompok memberikan saran kemudian peneliti menyimpulkan bahwa sebelum tidur ND dan MA harus menyiapkan terlebih dahulu sebelum tidur agar pada keesokan harinya tidak sampai lupa untuk membawa atribut, dan untuk MA atributnya yang hilang agar supaya bisa membeli yang baru dan harus di simpan dengan baik agar tidak akan hilang karena jika kalau setiap hari tidak memakai atribut maka ND dan MA akan dihukum oleh ibu bapak guru.

Setelah peneliti dan anggota menyampaikan solusi dan saran ND, MA dan peneliti membuat komitmen bahwa mereka harus menggunakan atribut lengkap jika tidak maka peneliti akan memberikan hukuman positif seperti menyanyi atau menghafal surah-surah pendek beserta artinya. ND dan MA pun menyepakati komitmen yang diberikan. Setelah kegiatan selesai peneliti meminta ND dan MA menyampaikan kesan dan pesan.

Perubahan siswa tersebut terlihat pada keesokan harinya mereka menggukana atribut dan teknik yang peneliti gunakan berhasil.

f. Treatment Keenam

Treatment keenam dilaksanakan pada hari rabu, 15 Agustus 2018 diruang kelas. Masalah yang dibahas adalah masalah NL dan MR dengan topik permasalahan yakni “siswa sering mengeluarkan kata-kata kasar”

pada treatment keenam ini peneliti melakukan konseling kelompok menggunakan teknik punishment sama seperti teknik yang digunakan pada treatment ke lima. Peneliti menggunakan teknik ini agar membiasakan mereka untuk tidak berkata-kata kasar dan agar lebih terlihat sopan. Layanan yang digunakan sesuai dengan prosedur pada satuan layanan konseling kelompok (lampiran 9). Pada tahap inti peneliti meminta agar NL dan MR menjelaskan mengapa mereka sering mengeluarkan kata-kata kasar. Mereka menjelaskan bahwa mereka sudah terbiasa semenjak dari kelas VII dan terkadang mereka mengeluarkan kata-kata kasar kepada orang yang mereka tidak sukai. Kemudian anggota kelompok memberikan solusi dan setelah itu peneliti menyimpulkan bahwa orang yang sering mengeluarkan kata-kata kasar itu adalah orang yang tidak sopan dan saran agar supaya tidak mengeluarkan kata-kata kasar lagi yaitu harus bersikap baik dan sopan, jangan berteman dengan orang yang tidak baik, mengucapkan istigfar dan menjalankan sholat 5 waktu.

Setelah peneliti memberikan solusi maka NL, MR dan peneliti berkomitmen bahwa mulai hari ini dan seterusnya mereka tidak akan mengeluarkan kata-kata kasar lagi dan akan berusaha melaksanakan solusi yang telah diberikan. Jika NL dan MR masih mengeluarkan kata-kata kasar lagi maka peneliti akan memberikan hukuman positif seperti menyanyi dan membaca sutah-surah pendek beserta artinya. Setelah proses konseling selesai maka peneliti meminta siswa tersebut menyampaikan kesan dan pesan.

g. Treatment Ketujuh

Treatment ke tujuh dilaksanakan pada hari rabu, 22 Agustus 2018 diruang kelas. Masalah yang di bahas adalah masalah WU dan RS dengan topik permasalahan yakni “berpakaian rapi membuat saya tidak betah” pada treatment ketujuh ini peneliti melakukan konseling kelompok menggunakan teknik behavior contract. Peneliti menggunakan teknik ini agar mereka terlatih untuk berpakaian rapi dan menjadi siswa yang disiplin. Layanan yang digunakan sesuai dengan prosedur pada satuan layanan konseling kelompok (lampiran 9).

h. Treatment Kedelapan

Treatment ke delapan dilaksanakan pada hari rabu, 29 Agustus 2018 diruang kelas. Masalah yang di bahas adalah masalah RK dengan topik permasalahan yakni “siswa sering memakai pakaian seragam terlalu ketat” pada treatment kedelapan peneliti melakukan konseling kelompok menggunakan teknik behavior contract sama seperti pada treatment ke tujuh. Peneliti menggunakan teknik ini agar mereka tidak memakai seragam terlalu ketat terutama pada laki-laki mengubah bentuk celana menjadi kaki botol dan masalah ini sering dibahas pada setiap apel pagi. Layanan yang digunakan sesuai dengan prosedur pada satuan layanan konseling kelompok (lampiran 9).

Dari hasil perhitungan diperoleh harga thitung sebesar -10,02, sedangkan dari daftar distribusi t pada taraf nyata 5% diperoleh t0,975 (28) = 2,05. Ternyata harga thitung memperoleh harga lain, atau thitung telah berada di luar daerah penerimaan H0, sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan menerima H1. Artinya bahwa hipotesis terdapat pengaruh konseling kelompok behavioristik terhadap disiplin siswa, dapat diterima. (perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 9).

Untuk jelasnya dapat dilihat pada kurva sebagai berikut

164

0 2,05 -2,05

H1 -10,02 H1 10,02

-19,69 33,13 H0

Gambar 4.1 Kurva Penerimaan dan Penolakan Hipotesis (X1 dan X2)

Berdasarkan kurva diperoleh thitung > ttabel, yang berarti bahawa thitung telah berada diluar daerah penerimaan H0, makaH0 ditolak dan menerima H1, yang berarti terdapat pengaruh konseling kelompok behavioristik terhadap disiplin siswa.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis data terdapat perubahan yang signifikan setelah dilaksanakannya konseling kelompok pendekatan behavioristik terhadap disiplin siswa yang terlihat pada skor rata-rata sebelum treatment dan mengalami peningkatan skor setelah treatment, dengan dilaksanakannya konseling kelompok, maka hal itu mengubah pola pikir dan perilaku siswa-siswa mengenai perilaku disiplin. Perilaku disiplin siswa sebelum menerima perlakuan konseling kelompok dapat terlihat berada pada skor hasil pre-test yaitu 1.872, angka tersebut menunjukan bahwa perilaku disiplin siswa rendah, dengan diberikannya perlakuan atau treatment pada siswa melalui layanan konseling kelompok selama delapan kali treatment dengan masalah yang dibahas dan mendapatkan masukan ataupun saran serta solusi yang diberikan berbeda-beda, maka kemudian dapat dilihat bahwa skor pada post-test mengalami perubahan skor tinggi 2.232. Hal ini berarti setelah diberikan layanan konseling kelompok pendekatan behavioristik terhadap disiplin siswa di SMP Negeri 1 Bulango Timur mengalami perubahan dibandingkan sebelum treatmen atau perlakuan.

Hal ini berarti bahwa hipotesis yang berbunyi “terdapat pengaruh konseling kelompok behavioristik terhadap disiplin siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Bulango Timur” dapat diterima. Disiplin adalah berprilaku sesuai dengan aturan dan tata tertib yang ada. Terkait dengan pengertian disiplin para ahli pendidik banyak memberikan batasan, diantaranya Flippo (dalam Tarmizi, 2009:24) memandang bahwa disiplin adalah setiap usaha mengkoordinasikan perilaku seseorang pada masa yang akan datang dengan mempergunakan hukuman dan ganjaran. Disiplin siswa dapat dilihat dari ketaatan (kepatuhan) siswa terhadap aturan (tata tertib) yang berkaitan dengan jam belajar di sekolah, yang meliputi jam masuk sekolah dan keluar sekolah, kepatuhan siswa dalam berpakaian, kepatuhan siswa dalam mengikuti kegiatan sekolah, dan lain sebagainya. Semua aktivitas pendidikan di sekolah, yang juga dikaitkan dengan kehidupan di lingkungan luar sekolah.

Selama melakukan penelitian ada berbagai kendala yang ditemui yaitu keterbatasan waktu dimana di sekolah tersebut memiliki jam khusus untuk pelayanan bimbingan dan konseling tetapi sangat terbatas sehingga peneliti harus menyesuaikan dengan waktu yang tersedia, selama melakukan teratment meskipun adanya keterbatasan waktu. Penelitian ini juga tidak hanya terdapat kendala, tapi juga memiliki kelebihan. Kelebihan konseling kelompok menjadi salah satu cara agar dapat mengubah dan meningkatkan perilaku disiplin siswa di SMP Negeri 1 Bulango Timur. Peneliti sempat wawancara dengan siswa-siswi SMP Negeri 1 Bulango Timur bahwa mereka belum pernah melakukan layanan konseling kelompok. Maka dari itu peneliti memanfaatkan waktu untuk memberikan layanan konseling kelompok dengan baik. Siswa yang awalnya tidak memahami pentingnya disiplin, dampak dari tidak disiplin, dan juga siswa yang awalnya hanya menganggap apa yang selama ini dilakukannya sudah benar dan wajar ternyata dengan adanya konseling kelompok ini siswa lebih menyadari bahwa yang dilakukannya selama ini berpengaruh besar dalam kehidupan sehari-hari.

Saat pemberian treatment pertama siswa tampak masih takut dan ragu dalam menceritakan masalah yang dialami maupun mengungkapkan pendapat, hal ini dikarenakan siswa masih belum begitu percaya bahwa masalahnya akan mendapat jalan keluar dan takut jika masalahnya sampai diketahui orang lain, situasi dalam kelompok pun tidak begitu aktif karena yang bertanya dan menyampaikan pendapat hanya siswa itu-itu saja.

Untuk menangani hal ini peneliti selalu menekankan asas kerahasian kepada siswa yang bertujuan agar bisa mempercayai semua anggota yang terlibat dalam kelompok. Saat treatment kedua tampak beberapa siswa