• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

D. Pengembangan Hipotesis 1.Kompensasi Bonus 1.Kompensasi Bonus

Bonus plan merupakan salah satu motif pemilihan suatu metode akuntansi tidak terlepas dari positif accounting theory. Hipotesis ini menyatakan bahwa manajer perusahaan dengan rencana bonus lebih menyukai metode akuntansi yang meningkatkan laba periode berjalan. Pilihan tersebut diharapkan dapat meningkatkan nilai sekarang bonus yang akan diterima seandainya komite kompensasi dari dewan direktur tidak menyesuaikan dengan metode yang dipilih (Watts dan Zimmerman, 1990 dalam Chariri dan Ghozali, 2003). Halima (2006) melakukan penelitian dengan data perusahaan

di Bursa Efek Indonesia menemukan bahwa perusahaan dengan adanya kompensasi bonus berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, serta penelitian yang dilakukan oleh Sylvia dan Neneng (2007) yang melakukan penelitian pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menemukan bukti bahwa kompensasi bonus berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Dengan demikian peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1: Kompensasi bonus berpengaruh positif terhadap manajemen laba.

2. Leverage

Perusahaan yang memiliki rasio leverage yang lebih tinggi diduga melakukan manajemen laba, karena perusahaan terancam gagal dalam memenuhi kewajiban utang pada waktunya (Widyaningdyah, 2001). Widyaningdyah (2001) menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap manajemen laba pada perusahaan go public di Indonesia. Dari empat variabel yang diajukan, hanya leverage yang terbukti positif mempengaruhi manajemen laba. Perusahaan yang mempunyai rasio leverage yang tinggi akibat besarnya jumlah utang dibandingkan dengan aktiva yang dimiliki perusahaan, diduga melakukan manajemen laba karena perusahaan terancam default yaitu tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran utang pada waktunya.

Hasil penelitian yang dilakukan Antonia (2008) leverage tidak signifikan mempengaruhi manajemen laba hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Veronica dan Bactiar (2003) bahwa leverage berpengaruh

signifikan terhadap manajemen laba, memperkuat temuan Sweny (1994) yang dikutip oleh Veronica dan Bactiar (2003) yang mengatakan bahwa leverage berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Guenther (1994) dalam Setiawati (2000) menemukan bahwa tingkat manajemen laba perusahaan dengan tingkat leverage utang yang tinggi relatif lebih tinggi dibandingkan perusahaan dengan tingkat leverage utang rendah. Dengan demikian peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut:

H2: Leverage berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.

3. Konsentrasi Kepemilikan

Struktur kepemilikan saham menunjukkan bagaimana distribusi kekuasaan dan pengaruh pemegang saham atas kegiatan operasional perusahaan. Salah satu karakteristik struktur kepemilikan adalah konsentrasi kepemilikan yang terbagi dalam dua bentuk yaitu, kepemilikan terkonsentrasi dan kepemilikan menyebar. Kepemilikan saham terkonsentrasi adalah keadaan dimana sebagian besar saham dimiliki oleh sebagian kecil individu atau kelompok, sehingga pemegang saham tersebut memiliki jumlah saham yang relatif dominan. Sebaliknya, kepemilikan menyebar adalah jika kepemilikan saham secara relatif merata ke publik tidak ada yang memeiliki saham dalam jumlah sangat besar. Konsentrasi kepemilikan dapat menjadi mekanisme internal pendisiplinan manajemen yang digunakan untuk meningkatkan efektivitas monitoring karena dengan kepemilikan yang besar menjadikan

pemegang saham memiliki akses informasi yang signifikan untuk mengimbangi keuntungan informasional yang dimiliki manajemen.

Penelitian Midiastuty dan Machffoedz (2003) yang menguji tentang hubungan kepemilikan institusional dengan manajemen laba menemukan bukti bahwa kepemilikan institusional yang tinggi dapat membatasi manajer untuk melakukan pengelolaan laba. Hal ini diperkuat penelitian Palestin (2006) yang menemukan bahwa struktur kepemilikan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Artinya, semakin besar kepemilikan saham maka semakin kecil praktik manajemen laba. Ini disebabkan karena kepemilikan saham yang terkonsentrasi dapat membuat pemegang saham pada posisi yang kuat untuk mengendalikan manajemen secara efektif sehingga mampu membatasi perilaku oportunis oleh manajer.

Berbeda dengan penelitian Wedari (2004) dan Cornett et al., (2006) yang menemukan bukti konsentrasi kepemilikan oleh institusional tidak mampu mengurangi aktivitas manajemen laba didalam perusahaan. Dengan demikian peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut:

H3: Konsentrasi kepemilikan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.

4. Komposisi Anggota Dewan Komisaris

Dewan komisaris sebagai puncak dari sistem pengelolaan internal perusahaan, memiliki peranan yang sangat penting dalam perusahaan, terutama dalam pelaksanaan good corporate governance. Menurut Egon

Zehnder (2000), dewan komisaris merupakan inti dari corporate governance yang ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Rachmawati (2007) menyatakan bahwa adanya komisaris independen diharapkan mampu meningkatkan peran dewan komisaris sehingga tercipta good corporate governance di dalam perusahaan.

Penelitian mengenai keberadaan dewan komisaris telah dilakukan oleh Chtourou et al., (2001). Hasil penelitiannya memberikan kesimpulan bahwa perusahaan yang memiliki proporsi anggota dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan atau outside director dapat mempengaruhi tindakan manajemen laba. Sehingga jika anggota dewan komisaris dari luar meningkatkan tindakan pengawasan, hal ini juga akan berhubungan dengan makin rendahnya penggunaan discretionary accruals. Nasution (2007) juga telah membuktikan bahwa mekanisme corporate governance yang diajukan melalui keberadaan pihak independen dalam dewan komisaris mampu mengurangi tindakan manajemen laba.

Namun pemikiran tersebut berbeda dengan penelitian Boediono (2005), Siregar dan Utama (2005), dan Ujiyantho (2007) yang menunjukan bahwa pengaruh komposisi dewan komisaris terhadap manajemen laba adalah positif. Artinya semakin besar keanggotaan dewan komisaris berasal dari luar perusahaan akan semakin meningkatkan tindakan manajemen laba. Hal ini manandakan bahwa dewan komisaris belum berhasil mengurangi manajemen laba. Dengan demikian peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut:

H4: Komposisi dewan komisaris berpengaruh positif terhadap manajemen laba.

5. Reputasi Auditor

Widyaningdyah (2001) menyatakan bahwa auditor bereputasi baik dapat mendeteksi kemungkinan adanya manajemen laba secara lebih dini, sehingga dapat memperkecil kemungkinan bagi manajer untuk melakukan manajemen laba. Francis et al., (1999) dalam Zhou dan Elder (2001) menyatakan bahwa resputasi auditor merupakan variabel yang mempengaruhi manajemen untuk melaporkan discretionary accrual.

Zhou dan Elder (2001) menemukan bahwa perusahaan-perusahaan yang diaudit oleh KAP yang masuk dalam big 5 memiliki kecenderungan tidak melakukan manajemen laba sebelum proses IPO dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang diaudit oleh KAP non big 5. Hal ini menunjukkan bahwa reputasi auditor merupakan penghalang bagi perusahaan untuk melakukan manajemen laba.

Fracis et al., (1999) dalam Fidyati (2004) melakukan penelitian dengan data perusahaan di Amerika, menemukan bahwa perusahaan yang diaudit oleh Big-6 auditor mempunyai jumlah absolut discretionary accruall yang lebih rendah. Sedangkan Becker et al., (1998) juga menemukan adanya discretionary accruall yang lebih rendah pada perusahaan yang diaudit oleh Big-6 auditor. Ebrahim (2001) menganalisis pengaruh reputasi auditor, lama berhubungan dengan auditor dan client important terhadap manajemen laba.

Hasilnya menunjukkan bahwa reputasi auditor berhubungan negatif dengan manajemen laba. Berdasarkan pendapat Francis et al., (1999) dalam Zhou dan Elder (2001), dan temuan empirik Ebrahim (2001) serta Zhou dan Elder (2001).Dengan demikian peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut: H5: Reputasi auditor berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.

6. Proporsi Komite Audit Independen

Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan. Komite audit mempunyai tanggung jawab utama untuk membantu dewan komisaris dalam menjalankan tanggung jawabnya terutama dengan masalah yang berhubungan dengan kebijakan akuntansi perusahaan, pengawasan internal, dan sistem pelaporan keuangan. Berdasarkan Surat Edaran BEJ, SE-008/BEJ/12-2001, keanggotaan komite audit terdiri dari sekurang-kurangnya tiga orang termasuk ketua komite audit. Anggota komite yang berasal dari komisaris hanya sebanyak satu orang, anggota komite ini merupakan komisaris independen sekaligus ketua komite. Anggota lainnya yang bukan merupakan komisaris independen harus berasal dari pihak eksternal yang independen.

Penelitian Klein (2000) mengenai komite audit memberikan bukti secara empiris bahwa perusahaan yang membentuk komite audit independen melaporkan laba dengan kandungan akrual diskresional yang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang tidak membentuk komite audit independen. Carcello et al., (2006) menyelidiki hubungan antara keahlian

komite audit di bidang keuangan dan manajemen laba. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keahlian komite audit indepeden di bidang keuangan terbukti efektif mengurangi manajemen laba.

Berbeda dengan penelitian di Indonesia, Wedari (2004) dan Nasution (2007) bahwa keberadaan komite audit ternyata mampu mengurangi manajemen laba dalam perusahaan, hal ini terbukti dengan hasil pengujian secara parsial variabel keberadaan komite audit terhadap akrual kelolaan yang menunjukan pengaruh negatif.

Bertolak belakang dengan Wedari (2004), Nasution (2007), Siregar dan Utama (2005) melaporkan bahwa keberadaan komite audit tidak terbukti mempengaruhi besaran pengelolaan laba secara signifikan. Hal ini mungkin terjadi karena pengangkatan komite audit oleh perusahaan hanya dilakukan untuk pemenuhan regulasi saja tetapi tidak dimaksudkan untuk menegakkan good corporte governance di perusahaan. Berdasarkan penjelasan diatas, maka hipotesisnya dapat dirumuskan sebagai berikut:

H6: Komposisi komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.

BAB III

METODE PENELITIAN

Setelah membahas landasan teori dan pengembangan hipotesis di Bab II, maka Bab III akan menjelaskan mengenai populasi, sampel dan teknik sampling, jenis dan sumber data, pengukuran variabel dan metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini.

Dokumen terkait