• Tidak ada hasil yang ditemukan

(0,185) Swasta/Pedagang Air

4.5. Pengembangan Institusi Lokal

Pengembangan institusi lokal melibatkan berbagai pihak agar institusi baru hasil pengembangan mampu mengatasi berbagai konflik yang mungkin timbul. Gambar 6 menunjukkan keterkaitan berbagai pihak dalam proses pengembangan institusi lokal. Pihak-pihak yang berperan dalam mengembangkan institusi lokal adalah pemerintah setempat, masyarakat setempat, institusi-institusi lain yang ada. Sedangkan upaya perbaikan internal melalui perbaikan manajemen.

Gambar 6. Keterkaitan Berbagai Pihak Dalam Proses Pengembangan Institusi Lokal.

Institusi lokal yang ada saat ini kurang mampu mengatasi berbagai konflik pemanfaatan air di permukiman, khususnya permukiman kumuh. Seperti yang dikemukakan pada pembahasan sebelumnya, institusi lokal ini dapat berupa pemerintah setempat, perwakilan PAM, organisasi kemasyarakatan, LSM, dan swasta. Pengembangan institusi tersebut sebaiknya tidak hanya tujukan pada salah satu institusi yang dipilih, namun institusi yang sudah ada diperkaya dengan

keterlibatan institusi lainnya dan tokoh masyarakat sebagai anggota institusi tersebut.

Institusi lokal memiliki peranan penting dalam melakukan kontrol sosial terhadap suatu komunitas. Institusi lokal dapat meningkatkan interaksi yang berdampak pada meningkatnya kepercayaan diantara orang-orang yang berinteraksi dalam komunitas tersebut, sebaliknya ketidakadaan institusi atau institusi yang tidak tertata baik berpeluang meningkatkan konflik yang memicu permasalahan sosial masyarakat seperti kriminalitas. Pengembangan institusi lokal dalam hal ini akan menjadi alat untuk mewujudkan integrasi sosial. Institusi lokal yang efektif akan dapat menyediakan sejumlah sumberdaya finansial, tenaga, politik, dan sosial terhadap keutuhan komunitasnya sehingga membentuk solidaritas sosial untuk menyelesaikan permasalahan bersama yang dihadapi.

Ada tiga aspek penting yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan institusi lokal pengelolaan air di kawasan permukiman kumuh perkotaan, yaitu aspek hukum atau peraturan pengelolaan air (water law), aspek kebijakan pengelolaan air (water policy), dan aspek administrasi pengelolaan air (water administration). Ketiga aspek tersebut dalam implementasi sering terkait. Aspek hukum air umumnya memperkuat kebijakan pengelolaan air, dan sebaliknya kebijakan pengelolaan air dapat menginisiasi proses untuk pembentukan hukum air baru. Kedua aspek tersebut saling memperkaya satu sama lain, sehingga secara bersama-sama akan mendefinisikan struktur untuk memfungsionalisasikan administrasi pengelolaan air. Aspek hukum air secara umum mencakup pengaturan tentang hak air, manajemen konflik, akuntabilitas, pertanggungjawaban (responsibilitas), partisipasi stakeholders, dan pengelolaan sumberdaya alam secara terpadu. Aspek kebijakan pengelolaan air umumnya berisikan kebijakan tentang prioritas penggunaan, seleksi proyek, pembiayaan proyek penyediaan air, transfer air, desentralisasi, dan kebijakan teknologi yang digunakan untuk mengelola sumberdaya air. Aspek administrasi pengelolaan air meliputi intervensi pemerintah, struktur organisasi pengelolaan air, sumberdaya manusia, keuangan, sistem pengumpulan dana (fee collection) dari pengguna air, dan manajemen informasi. Kaitan antara ketiga aspek tersebut ditampilkan pada Gambar 7.

Hukum Air

Hak Air, Manajemen Konflik, Akuntabilitas, Responsibilitas, Partisipasi stakeholders, dan Pengelolaan Sumberdaya Alam Terpadu

Kebijakan Pengelolaan Air

Prioritas penggunaan, Seleksi Proyek, Pembiayaan Proyek Air, Transfer Air, Desentralisasi, dan Kebijakan Teknologi Pengelolaan Air

Administrasi Pengelolaan Air

Intervensi Pemerintah, Struktur Organisasi Pengelolaan Air, Sumberdaya Manusia, Keuangan, Sistem Pengumpulan Dana dari Pengguna Air, dan Manajemen Informasi

Gambar 7. Interaksi Antar Komponen Institusi Lokal Pengelolaan Air (Dimodifikasi dari Bandaragoda, 2000)

Pemerintah berperan dalam menfasilitasi terbentuknya institusi lokal yang dapat mengakomodasi kepentingan semua pihak. Hal ini dikarenakan peran pemerintah sebagai pelayan masyarakat. Dilain pihak, masyarakat pun dapat berperan sebagai fasilitator, khususnya tokoh masyarakat, untuk menyatukan semua pihak membentuk atau memperbaiki institusi yang ada menjadi institusi baru yang dapat mengurangi konflik, khususnya konflik pemanfaatan air. Institusi lokal lainnya yang tidak ada kaitannya dengan pengelolaan/pemanfaatan sumberdaya air dapat berperan memantau dan memberi masukan dalam operasionalnya.

Pada proses pengembangan institusi lokal tersebut, semua pihak harus bersepakat akan visi dan misi yang akan diemban oleh institusi tersebut. Visi dan misi ditetapkan karena adanya permasalahan sebelumnya yang harus dipecahkan, yaitu konflik pemanfaatan sumberdaya air. Hal ini sudah dapat dipastikan bahwa manajemen yang akan dianut harus berbeda dengan manajemen yang dianut oleh institusi sebelumnya, sehingga perlu ada perbaikan manajemen.

Institusi lokal dibentuk sebagai kelanjutan dari analisis kebutuhan akan mediator dalam penanganan masalah konflik pemanfaatan sumberdaya air. Setiap pihak yang terlibat dalam institusi memiliki kedudukan dan suara yang sama. Keputusan diambil dalam sebuah forum bersama dengan landasan musyawarah untuk mufakat. Wilayah kerja institusi lokal bersifat terbatas dalam suatu kawasan

permukiman kumuh. Masa kerja institusi lokal itu sendiri terbatas sampai dengan target waktu penyelesaian konflik yang telah ditetapkan sebelumnya. Target waktu penyelesaian konflik ditentukan berdasarkan lama proses persiapan, sosialisasi, koordinasi antar pihak, penerapan solusi, dan pembinaan masyarakat pasca penerapan solusi. Institusi lokal bertanggungjawab atas kajian terhadap konflik dan faktor penyebabnya, akomodasi kepentingan masing-masing pihak, rekomendasi solusi, antisipasi dan penyelesaian konflik serta koordinasi dengan pihak eksternal sebagai pemilik sumberdaya dalam pelaksanaan rekomendasi solusi. Permasalahan lainnya seperti : alokasi anggaran, subsidi, tempat relokasi dan rencana tata kota sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemerintah.

Institusi lokal dibentuk sebagai mediator dari para pihak untuk mengakomodir semua kepentingan. Oleh karena itu, institusi ini mempunyai sifat- sifat sebagai berikut:

1. Berperan sebagai faktor moderat dalam penyelesaian konflik pemanfaatan sumberdaya air.

2. Penetapan suatu kondisi untuk suatu persetujuan akan menghabiskan banyak waktu, biaya dan sumberdaya terutama pada proses pencapaian kesepakatan dan kesepahaman.

3. Kebijakan pemanfaatan sumberdaya air dalam lingkup nasional diperlukan untuk mendukung koordinasi antar pihak yang bersangkutan. Implementasi kebijakan ini bisa diwujudkan dalam peraturan perundang-undangan mengenai pemanfaatan sumberdaya air secara terpadu.

4. Aksi positif dalam pengelolaan air oleh pihak-pihak yang terlibat akan memberikan dampak positif terhadap keberadaan institusi lokal.

Rumusan kebijakan pengembangan institusi lokal dalam pengelolaan air bersih di kawasan permukiman kumuh perkotaan disusun dengan memperhatikan beberapa pertimbangan sebagai berikut :

a. Aspek analisis pemenuhan kebutuhan air untuk mencukupi kebutuhan air secara jumlah dan sesuai dengan kualitas air sebagai bahan baku air minum.

b. Adanya penetapan tujuan khusus untuk mencegah penurunan kualitas dan kuantitas air.

c. Ketersediaan pelaku/aktor dan aturan main dalam pengelolaan air di kawasan permukiman kumuh.

d. Mendeskripsikan fasilitas yang perlu dikembangkan yang berkaitan dengan pengadaan sarana dan prasarana distribusi dan pengelolaan sumberdaya air yang adil, kontinyu dan murah.

e. Pengembangan norma dan aturan main yang disepakati oleh semua pihak, seperi membuat peraturan secara musyawarah, pemberian sanksi bagi yang melanggar secara tegas, adil dan kontinyu.

f. Bentuk institusi lokal yang terlibat.

Pengembangan institusi lokal yang berkaitan dengan pengelolaan air di kawasan kumuh perkotaan dirancang sesuai dengan tipe masalah yang terjadi sebagaimana diuraikan berikut ini. Analisis pengembangan institusi lokal dilakukan dengan memperhatikan beberapa unsur yang berkaitan dengan pengembangan institusi lokal tersebut, yaitu : (a) Aspek yang menyangkut pemenuhan kebutuhan pokok, (b) Tujuan khusus, (c) Pelaku pendukung dan peranannya, (d) Fasilitas institusi yang perlu dikembangkan, (e) Norma atau aturan main, (f) Keterbatasan antar institusi

Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa konflik air di kawasan permukiman kumuh perkotaan yang diteliti bersumber pada masalah kualitas air yang buruk dan besarnya biaya untuk mendapatkan air yang harus dialokasikan oleh masyarakat yang umumnya merupakan penduduk miskin. Alternatif pengembangan institusi lokal berkaitan dengan kedua masalah tersebut diuraikan berikut ini.

1. Institusi Lokal Untuk Tipe Masalah Kualitas Air Buruk

Unsur-unsur dan substansi dalam pengembangan institusi lokal untuk pengelolaan permukiman kumuh yang terkait dengan masalah kualitas air yang buruk ditampilkan pada Tabel 18.

2. Institusi Lokal Untuk Tipe Masalah Biaya/Harga Air Tinggi

Pengembangan institusi lokal di lahan permukiman kumuh terkait masalah biaya/harga air tinggi (Tipe 2) dilihat pada Tabel 19.

Tabel 18. Institusi Lokal di Permukiman Kumuh Terkait dengan Masalah Kualitas Air Buruk (Tipe 1)

No Unsur Institusi Lokal Uraian Substansi Institusi Lokal

1 Pemenuhan Kebutuhan Air bersih untuk minum dan industri dikelola secara proposional adil sejalan kebutuhan pelayanan yang kontinyu & memadai baik secara kualistas dan kuantitas 2 Tujuan Khusus Mencegah dampak industri lintas sektoral terpadu

menjalankan penegakan hukum dalam proses penertiban sesuai dengan ketentuan norma setempat .

3 Pendukung dan peran Swasta : penyedia air bersih dan pembagian air secara merata.

Pemukim : kesadaran memenuhi kewajiban sebagai pengguna biaya air bersih dengan harga yang terjangkau Pedagang air bersih : menyalurkan dan menjual air secara layak dan bersih.

Penyalur : menyalurkan air bersih dan sehat dengan cara melakukan pemeliharaan, pengelolaan saluran dan pemanfaatan

4 Fasilitas yang perlu dikembangkan

BUMD/PDAM berperan sebagai penyedia dan pengelola air secara adil dan berperan dalam pengawasan secara rutin atas kualitas dan kwantitas air.

5 Norma/Aturan Main Pengelolaan sumberdaya air oleh permukiman perawatan jaringan air sampai rumah secara memadai standar pakai oleh pengelola air

6 Keterlibatan antar institusi lokal

Koordinasi di tingkat permukiman (kelurahan) yang melibatkan lintas sektoral terkait Dinas Perumahan, Dinas Tata kota, Kasi Ekonomi, Pekerjaan Umum, Individu, POLRI (BABINKAMTIBMAS)

Pengembangan institusi lokal tersebut akan berjalan dengan baik apabila semua pihak memahami urgensi dan permasalahan pengelolaan kualitas air di kawasan permukiman kumuh perkotaan. Institusi lokal dikembangkan dengan memberikan peran yang lebih luas bagi masyarakat dan stakeholders lainnya untuk mengatasi permasalahan air bersih secara partisipatif dan sinergis. Keberhasilan institusi lokal dapat dikatakan berhasil apabila kinerja pengelolaan air di kawasan permukiman kumuh perkotaan dapat direalisasikan secara baik. Beberapa ukuran kinerja tersebut yang dapat dinilai adalah :

a. Terpenuhinya kebutuhan penduduk di kawasan permukiman kumuh secara baik, baik dalam jumlah air yang mencukupi maupun kualitas air yang memenuhi syarat sebagai air baku minum.

b. Konflik diantara pengguna, penyedia, dan pengelola air di kawasan permukiman kumuh perkotaan relatif rendah.

c. Adanya alokasi air yang merata diantara pengguna air, sehingga kontinuitas pasokan air dapat terjamin sepanjang tahun.

d. Sanitasi lingkungan di kawasan permukiman kumuh dalam kondisi baik dengan tingkat kesehatan penduduknya baik pula.

Tabel 19. Institusi Lokal di Permukiman Kumuh Terkait dengan Masalah Biaya Air Tinggi (Tipe 2)

No Unsur Institusi Lokal Uraian Substansi Institusi Lokal

1 Pemenuhan Kebutuhan Masayarakat dapat memenuhi kebutuhan air bersih yang sehat, aman, ekonomis sesuai standar air bersih untuk konsumsi dan pemakaian umum

2 Tujuan Khusus Pemenuhan kebutuhan air bersih yang sesuai standar kesehatan secara mudah dan murah dapat dijangkau semua lapisan masyarakat

3 Pendukung dan aturan Bantuan dari stackholder pemakai lingkungan/empat untuk membantu dalam pendanaan dan pengadaaan air bersih. 4 Fasilitas yang perlu

dikembangkan

Pengadaan distribusi langsung dari pihak terkait

(BUMN/PAM) dan distribusi langsung dari swasata yang dapat memotong/mengurangi biaya distribusi.

5 Norma/Aturan Main Pembuatan peraturan/norma secara musyawarah dan pemberian sanksi bagi yang melanggar secara adi, tegas, menyeluruh dan kontinyu

6 Keterlibatan antar institusi lokal

Melibatkan pihak terkait lintas sektoral antar Pemerintah (PAM), Dinas lingkungan, Pihak swasta/industri, dan masyarakat permukiman.