BAB III Metode Penelitian
F. Pengembangan Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kemampuan penalaran matematis siswa. Dimana tes yang dibuat dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dosen pembimbing dan guru matematika SMPN 3 Batusangkar. Beberapa hal yang dilakukan dalam memperoleh hasil tes yang baik adalah sebagai berikut:
1. Menyusun Tes
Langkah-langkah yang dilakukan dalam menyusun tes adalah sebagai berikut:
a. Menentukan tujuan mengadakan tes, yaitu untuk mendapatkan hasil tes kemampuan penalaran matematis siwa.
b. Membuat batasan terhadap bahan pelajaran yang akan diujikan. c. Menyusun kisi-kisi soal tes kemampuan penalaran matematis.
Kisi-kisi tes kemampuan penalaran terdapat pada Lampiran VII halaman
158.
d. Menuliskan dan menyusun butir-butir soal yang diujikan. 2. Validitas Tes
Pada penelitian ini validitas yang digunakan untuk validitas tes adalah validitas isi dan muka. Validitas isi (content validity) adalah pengujian validitas dilakukan atas isinya untuk memastikan apakah isi instrumen mengukur secara tepat keadaan yang ingin diukur. Validitas isi ini sering juga disebut dengan validitas kurikuler dan validitas perumusan. Validitas muka adalah validitas yang menggunakan kriteria yang sangat sederhana, karena hanya melihat dari sisi muka atau tampang dari instrumen itu sendiri. Artinya jika suatu tes secara sepintas telah dianggap baik untuk mengungkap fenomena yang akan diukur, maka tes tersebut sudah dapat dikatakan memenuhi syarat validitas permukaan (Arifin, 2012:315).
Rancangan soal tes disusun sesuai dengan indikator pembelajaran yang ingin dicapai dan sesuai dengan kisi-kisi soal yang telah dibuat. Tes yang telah dirancang divalidasi oleh dua orang dosen matematika yaitu, Ibu Kurnia Rami Y, M.Sc dan Ibu Vivi Ramdhani, M.Si serta satu orang guru matematika kelas VIII SMPN 3 Batusangkar yaitu Ibu Eliwarti, S.Pd, dengan hasil validasi adalah A dan B yaitu dapat digunakan tanpa revisi dan dengan sedikit revisi. Untuk lebih jelasnya terdapat pada Lampiran
Tabel 3.7. Hasil Validasi Tes
Validator Saran Sebelum
Revisi
Setelah Revisi
Ibu Vivi Ramdhani, M.Si Sesuaikan ranah penilaian kognitif dengan soal yang saudara tampilkan Ranah penilaian kognitif belum disesuaikan dengan soal Ranah penilaian kognitif sudah disesuaikan dengan soal
3. Uji Coba Tes
Agar soal tes yang dirancang dan disusun memiliki kriteria soal yang baik maka soal tersebut harus diuji cobakan terlebih dahulu kemudian dianalisis untuk mendapatkan kriteria-kriteri soal yang baik. Dalam hal ini peneliti akan mengujicobakan tes pada kelas yang tidak terpilih sebagai sampel yaitu pada kelas VIII.3, karena untuk pemilihan sampel peneliti menggunakan Simple Random Sampling, maka kelas tersebut memiliki kemampuan yang sama dengan kedua kelas yang akan dijadikan kelas sampel. Hasil uji coba tes kemampuan penalaran matematis dapat dilihat pada Lampiran IX halaman 173.
4. Analisis Butir Tes a. Validitas Empiris
Menurut Zainal Arifin (2012:316), validitas empiris biasanya menggunakan teknik statistik, yaitu analisis korelasi. Hal ini disebabkan validitas empiris mencari hubungan antara skor tes dengan suatu kriteria tertentu yang merupakan suatu tolak ukur apa yang akan diukur. Rumus yang digunakan dalam mencari validitas empiris yaitu rumus korealsi product moment. Adapun langkah yang dilakukan dalam menguji validitas butir ini adalah:
1) Menjumlahkan skor jawaban
2) Uji validitas setiap butir pertanyaan dengan cara setiap butir pertanyaan dinyatakan menjadi variabel X dan total jawaban menjadi variabel Y
3) Menghitung nilai rtabel (α; n – 2), n = jumlah sampel, pada tabel
product moment
4) Menghitung nilai rhitung, langkah-langkahnya adalah:
a) Membuat tabel penolong, misalnya tabel penolong butir pertanyaan nomor 1.
b) Menghitung nilai rhitung. Rumus yang bisa digunakan untuk uji validitas adalah menggunakan teknik korelasi product moment sebagai berikut:
r
=
∑ ∑ ∑√ ∑ ∑ ∑ ∑ Keterangan:
n = jumlah responden
X = skor variabel (jawaban responden) Y = skor total variabel untuk responden
5) Membuat keputusan, suatu instrumen penelitian dikatakan valid, bila koefisien korelasi product moment >rtabel (α; n – 2), n = jumlah sampel.
Tabel 3.8. Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,80 – 1,00 sangat tinggi 0,60 – 0,79 Tinggi 0,40 – 0,59 Cukup 0,20 – 0,39 Rendah 0,00 – 0,19 sangat rendah (Sumber: Kadir, 2015: 74)
Setelah koefisien validasi tiap butir soal diperoleh, kemudian hasil di atas dibandingkan dengan nilai t dari tabel pada taraf signifikasi 5% dengan dk = n-2, jika maka koefisien validitas butir soal pada taraf signifikasi yang dipakai dinyatakan valid. Hasil analisis data validasi empiris tiap butir soal uji coba dapat dilihat pada tabel 3.9 berikut:
Tabel 3.9. Hasil Validasi Soal Menggunakan Produc Momen No Soal Kriteria 1a 0.540106 Valid 1b 0.619442 Valid 2 0.577099 Valid 3a 0.659989 Valid 3b 0.600498 Valid 4 0.597291 Valid 5 0.608877 Valid Berdasarkan tabel validitas butir soal setelah diujicobakan di atas, maka dapat disimpulkan semua soal valid. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran X halaman 175.
b. Reliabilitas
Suatu tes dikatakan reliabel apabila tes tersebut dilakukan berulang-ulang kali akan memperoleh hasil yang tetap. Untuk mengukur reliabilitas soal adalah rumus Alpha sebagai berikut (Arikunto, 2015:122). [ ] [ ] dengan t 2 =
1 2 2
N N x x Keterangan: r11 = reliabilitas tes Σ i2= jumlah varians skor dari tiap–tiap butir item t2 = varians total
n = jumlah butir soal
N = banyaknya subjek pengikut tes
Tabel 3.10. Klasifikasi Koefisien Reliabilitas Reabilitas Kriteria 0,80< r11 ≤ 1,00 Sangat tingi 0,60< r11 ≤ 0,80 Tinggi 0,40< r11 ≤ 0,60 Sedang 0,20< r11 ≤ 0,40 Rendah 0,00< r11 ≤ 0,20 Sangat rendah (Sumber: Arikunto, 2015:89)
Setelah dilakukan analisis diperoleh r11= yang berada pada interval 0,60 < r11 < 0,80 sehingga dapat disimpulkan bahwa reliabilitas soal tergolong tinggi. Perhitungan reliabialitas dapat dilihat pada lampiran XI halaman 178.
c. Daya Pembeda
Menurut Arikunto daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang berkemampuan rendah (2015:226). Dalam analisis soal diperlukannnya pembeda soal. Maksudnya apakah soal (item) tes tersebut mempunyai daya pembeda yang berarti atau baik, setelah soal tersebut dites kan kepada kelompok yang pandai dan kelompok yang tidak pandai, daya pembeda soal ditentukan dengan mencari indeks pembeda soal. Indeks pembeda soal ialah angka yang menunjukan perbedaan kepada kelompok tinggi dan kelompok rendah.
Untuk menghitung daya pembeda soal essay, dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: (Arifin, 2012:356)
1) Data diurutkan dari nilai tertinggi sampai terendah.
2) Kemudian diambil 27% dari kelompok yang mendapat nilai tinggi dan 27% dari kelompok yang mendapat nilai rendah. 3) Cari indeks pembeda soal dengan rumus:
̅ ̅ √∑ ∑
Keterangan:
t = Indeks Pembeda
̅ = Rata-rata skor kelompok atas ̅ = Rata-rata skor kelompok bawah
∑ = Jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok atas
∑ = Jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok bawah
n = 27 % x N (baik untuk kelompok atas maupun kelompok bawah)
Suatu soal mempunyai daya pembeda yang berarti (signifikan) jika pada yang ditentukan. Setelah dilakukan uji coba dengan untuk setiap soal diperoleh daya pembeda sebagai berikut:
Tabel 3.11. Hasil Daya Pembeda Soal
No Soal Keterangan 1a 2,3905 2,14 Signifikan 1b 2,4495 2,14 Signifikan 2 2,3248 2,14 Signifikan 3a 2,4509 2,14 Signifikan 3b 2,2990 2,14 Signifikan 4 2,2106 2,14 Signifikan 5 3,0763 2,14 Signifikan Berdasarkan tabel 3.11 terlihat bahwa semua soal yang dikembangkan memiliki daya pembeda soal yang signifikan sehingga dapat digunakan untuk penelitian. Rincian untuk menentukan daya pembeda tiap butir soal dapat dilihat pada
lampiran XII halaman 180.
d. Taraf kesukaran soal
Agar tes dapat digunakan secara luas setiap soal harus diselidiki tingkat kesukarannya, yaitu apakah soal tersebut termasuk soal yang mudah, sedang, ataupun sukar. Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal adalah indeks
kesukaran. Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,0. Untuk menentukan indeks kesukaran soal bentuk uraian digunakan rumus (Kadir, 2015: 75):
IK =
x 100% Keterangan : IK = Indeks Kesukaran
Tabel 3.12. Kriteria Indeks Kesukaran Soal Kriteria Indeks Kesukaran Soal Interpretasi 0% - 30% Sukar 31% - 70% Sedang 71% - 100% Mudah
(Sumber: modifikasi Kadir, 2015:75)
Setelah dilakukan uji coba dan analisis tes didapatkan indeks kesukaran soal adalah sebagai berikut:
Tabel 3.13. Hasil Kriteria Soal Setelah Dilakukan Uji Coba
No Soal Keterangan 1a 55% Sedang 1b 22% Sukar 2 77% Mudah 3a 65% Sedang 3b 38% Sedang 4 74% Mudah 5 48% Sedang
Berdasarkan tabel 3.13 terlihat bahwa 2 soal berada pada kategori mudah, 4 soal berada pada kategori sedang dan 1 soal berada pada kategori sukar. Rincian untuk menentukan indeks kesukaran tiap butir soal dapat dilihat pada lampiran XIII
halaman 182.
e. Klasifikasi Soal
Setelah dilakukan perhitungan indeks daya pembeda (Ip) dan indeks kesukaran soal (Ik) maka ditentukan soal yang digunakan. Klasifikasi soal uraian menurut Arifin (2012: 347) adalah:
1) Soal tetap dipakai jika Ip signifikan 0% < Ik< 100%. 2) Soal diperbaiki jika:
Ip tidak signifikan dan 0% < Ik< 100%
3) Soal diganti jika Ip tidak signifikan Ik = 0% atau Ik =100%
Tabel 3.14. Klasifikasi soal uji coba No.
Soal
Keteranga
n Keterangan Klasifikasi
1a 2,3905 Signifikan 55% Sedang Dipakai 1b 2,4495 Signifikan 22% Sukar Dipakai 2 2,3248 Signifikan 77% Mudah Dipakai 3a 2,4509 Signifikan 65% Sedang Dipakai 3b 2,2990 Signifikan 38% Sedang Dipakai 4 2,2106 Signifikan 74% Mudah Dipakai 5 3,0763 Signifikan 48% Sedang Dipakai
Berdasarkan tabel 3.14. klasifikasi soal di atas, terlihat bahwa seluruh soal yang diujicobakan bisa dipakai untuk penelitian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran XIV halaman
184.