• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Karir Guru

Dalam dokumen Materi Persiapan Uji Kompetensi Guru 2015 (Halaman 30-36)

Pada era sentralisasi pendidikan, pembinaan guru diatur secara terpusat oleh pemerintah, dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional melalui PGPS (Peraturan Gaji Pegawai Sipil) dan ketentuan lain tentang kenaikan pangkat dengan sistem kredit. Dalam pelaksanaan di lapangan ketentuan tersebut berjalan dengan berbagai penyimpangan. PGPS sering diplesetkan menjadi ‘pinter goblok penghasilan sama’ atau ‘pandai pandir penghasilan sama’. Pelaksanaan kenaikan pangkat guru dengan sistem kredit pun sama. Kepala sekolah sering terpaksa menandatangani usul kenaikan pangkat guru hanya karena faktor ‘kasihan’. Dengan kondisi seperti itu, ada sebagaian kecil guru yang karena kapasitas pribadinya atau karena faktor lainnya dapat berubah atau meningkat karirnya menjadi kepala desa, anggota legeslatif, dan bahkan menjadi tenaga struktural di dinas pendidikan. Sedang sebagian besar lainnya mengalami nasib yang tidak menentu, antara lain karena belum ada kejelasan tentang standar pengembangan karir mereka.

Mengingat kondisi itulah maka pada tahun 1970-an dan 1980- an telah didirikan beberapa lembaga pendidikan dan pelatihan yang bernama Balai Penataran Guru (BPG), yang sekarang menjadi Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) di setiap provinsi, dan Pusat Pengembangan Penataran Guru (PPPG) yang sekarang menjadi Pusat Pengembangan Profesi Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK) untuk pelbagai mata pelajaran dan bidang keahlian di beberapa daerah di Indonesia. Pada tahun 1970-an kegiatan ‘up-grading’ guru mulai gencar dilaksanakan di BPG dan PPPG. Kegiatan itu pada umumnya dirancang oleh direktorat-direktorat di bawah pembinaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah sekarang LPMP dan P4TK berada di bawah Ditjen PMPTK. Region-region penataran telah dibentuk di berbagai kawasan di Indonesia, dengan melibatkan antara direktorat terkait dengan

lembaga diklat (preservice training) dan lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) sebagai lembaga preservice training, serta melibatkan juga peranan lembaga pendidikan sekolah sebagai on the job training yang dibina langsung oleh Kantor Wilayah Departemen pendidikan dan Kebudayaan yang ada di regionnya masing-masing.

Salah satu pola pembinaan guru melalui diklat ini adalah mengikuti pola Pembinaan kegiatan Guru (PKG), yang sistem penyelenggaraan diklatnya dinilai melibatkan elemen pendidikan yang lebih luas. Melalui pola PKG ini, para guru dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) guru biasa, yakni guru baru atau guru yang belum pernah mengikuti penataran, atau baru sebatas ditatar di tingkat kecamatan atau sekolah, (2) guru Inti, guru yang telah ditatar di tingkat provinsi atau nasional dan memperoleh predikat yang sebagai penatar di tingkat kabupaten, kecamatan, dan sekolah, (3) instruktur, guru yang telah mengikuti klegiatan diklat TOT (training of trainer) di tingkat pusat atau nasional dan memperoleh predikat sebagai penatar di tingkat provinsi. Sebagian besar instruktur ini juga telah memperoleh pengalaman dalam mengikuti penataran di luar negeri, (4) pengelola sanggar, guru instruktur yang diberi tugas untuk mengelola Sanggar PKG, yakni tempat bertemunya para guru berdiskusi atau mengikuti penataran tingkat kabupaten atau sekolah, (5) kepala sekolah, yakni instruktur yang telah diangkat untuk menduduki jabatan sebagai kepala sekolah, (6) Pengawas sekolah, satu jenjang fungsional bagi guru yang telah menjabat sebagai kepala sekolah. Selain itu, para guru memiliki wadah pembinaan profesional melalui orgabnisasi yang dikenal dengan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), sementara para kepala sekolah aktif dalam kegiatan Latihan Kerja Kepala Sekolah (LKKS), dan Latihan Kerja Pengawas Sekolah (LKPS) untuk pengawas sekolah. Kegiatan-kegiatan tersebut sebagaian besar dilaksanakan di satu sanggar yang disebut sanggar PKG.

F. PENUTUP

Peningkatan kompetensi dan profesionalisme guru, oleh Depdiknas sekarang dikelola oleh Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Berbagai program peningkatan kompetensi dan profesionalisme tersebut dilaksanakan dengan melibatkan P4TK (PPPG), LPMP, Dinas Pendidikan, dan LPTK sebagai mitra kerja.

dan Informasi Pendidikan, Balitbang Depdiknas.

Direktorat Ketenagaan. 2006. Rambu-rambu Penyelenggaraan Pendidikan Profesional Guru Sekolah Dasar. Jakarta: Direktorat Ketenagaan Dirjen Dikti

Dirjen Dikti Dir PPTK Depdiknas. 2002. Standar Kompetensi Guru Kelas SD-MI Program D-II PGSD. Jakarta: Depdiknas.

Gunawan, Ary H,1995. Kebijakan-Kebijakan Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta.

Hamijoyo, Santoso S. 2002. “Status dan Peran Guru, Akibatnya pada Mutu Pendidikan”, dalam Syarif Ikhwanudin dan Dodo Murtadhlo. 2002. Pendidikan untuk Masyarakat Indonesia Baru. Jakarta: Grasindo.

Indra Djati Sidi. 2002. Menuju Masyarakat Pembelajar: Menggagas Paradigma Baru Pendidikan. Jakarta:Paramadina dan Logos Wacana Ilmu.

Rich, John Martin. 1992. Inovation in Education: Reformers and Their Critics. New York: Cross Cultural Approach.

Rogers, Everett M. 1995. Diffusion of Innovation. New York: The Free Press.

Rokhman, Fathur dkk. 2005. Studi Kebijakan Pengelolaan Guru Di Era Otonomi Daerah dalam Rangka Peningkatan mutu pendidikan. Penelitian Balitbang dan Lemlit UNNES.

Suparno, Paul. 2004. Guru Demokratis di Era Reformasi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.

Suryadi, Ace dan Dasim Budimansyah. 2004. Pendidikan Nasional Menuju Masyarakat Masa Depan. Jakarta: Genesindo.

Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

Undang-undan No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Zamroni. 2000. Paradigma Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta: Bigraf

Bahan ajar matematika SD/MI ini disusun untuk membantu Anda dalam mengoptimalkan proses pembelajaran bilangan bulat dan pecahan agar lebih bermakna. Dalam bahan ajar ini Anda akan melakukan kegiatan mulai dari bagaimana menanamkan konsep bilangan bulat dan pecahan, operasi hitung bilangan bulat dan pecahan, strategi dan penyampaian materi kepada siswa dengan menggunakan media dan pendekatan yang sesuai, permasalahan yang dihadapi guru dan siswa dalam proses pembelajaran di kelas, serta tambahan materi matematika (sebagai penggayaan) yang sangat berguna bagi Anda untuk memperluas atau memperkuat bekal pengetahuan matematika yang telah Anda miliki.

Dari segi materi tentunya Anda tidak mengalami kesulitan yang berarti untuk mempelajarinya, karena istilah-istilah yang ada dalam materi bilangan bulat dan pecahan sudah Anda kenal sebelumnya dan ini dapat Anda jadikan sebagai bekal pengalaman untuk mengikuti pelatihan yang disajikan melalui bahan ajar ini

Jika Anda perhatikan buku-buku yang ada di sekolah dasar, sebenarnya cukup banyak disampaikan topik bilangan bulat dan pecahan yang ilustrasi dan penyampaian kurang tepat, dan terlalu abstrak. Padahal dalam usia sekolah dasar proses abstraksi siswa masih perlu dibantu dengan media lain. Hampir semua buku tidak menjelaskan kenapa harus ada bilangan negatif dan bilangan pecahan, bagaimana proses penentuan bilangan negatif dan bilangan pecahan. Kemudian belum dipergunakan media atau alat peraga yang dapat memperlihatkan hasil operasi hitung secara realistik.

B. Prasyarat

Sebagai prasyarat untuk memahami bilangan bulat dan pecahan, Anda diharapkan telah memahami :konsep bilangan Asli dan cacah, operasi hitung pada bilangan Asli dan cacah, serta cara menyampaikan bilangan asli dan cacah.

Dalam bahan ajar ini akan dibahas tentang bilangan bulat dan pecahan yang uraian materinya dimulai dengan membahas atau menjelaskan bagaimana menyampaikan konsep bilangan bulat (perluasan bilangan Asli dan Cacah) dengan pendekatan atau cara yang tepat, penggunaan alat peraga manik-manik dan petak garis bilangan untuk menjelaskan proses menentukan hasil operasi bilangan bulat secara konkret. Kemudian dilanjutkan dengan membahas operasi hitung bilangan bulat dan pecahan dengan menggunakan garis bilangan dan permasalahannya

Dalam dokumen Materi Persiapan Uji Kompetensi Guru 2015 (Halaman 30-36)

Dokumen terkait