• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. KEGIATAN DAN PERMASALAHAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG

5.2. Pengembangan Kebun Karet

Pengembangan kebun karet kelompok tani Karya Agung berawal dari program transmigrasi pada tahun 1979. Setiap petani mendapatkan lahan 5 hektar yang terdiri dari lahan untuk perkebunan dan lahan perumahan. Saat itu pemerintah menilai bahwa kondisi daerah sangat cocok untuk ditanam dengan pohon karet, sehingga petani dianjurkan untuk menanam pohon karet di lahan mereka.

Sampai saat ini kebun karet anggota kelompok tani dapat berkembang dengan baik dan telah berhasil menopang perekonomian keluarga petani. Hasil pengamatan dan wawancara terhadap 12 responden, aktivitas usaha kebun karet oleh anggota kelompok tani Karya Agung melibatkan anggota keluarga yang ada seperti istri dan anak-anak mereka. Sehingga hasil yang didapat lebih banyak karena tidak memerlukan membayar upah pekerja, melainkan keluarga petani sendiri.

Karet merupakan komoditi unggulan Kabupaten Tebo. Tidak hanya kelompok tani Karya Agung yang bergerak pada usaha perkebunan karet, tapi juga dilakukan oleh sebagian besar masyarakat. Mereka sudah turun temurun melakukan usaha perkebunan karet, sehingga kondisi perkebunan karet rakyat banyak yang sudah tua.

Pengembangan karet terus diupayakan Pemerintah Kabupaten Tebo dan Pemerintah Provinsi Jambi melalui program-program pengembangan, baik itu program peremajaan dengan bantuan bibit karet unggul, membantu pembiayaan penyiapan lahan dan saprodi tanaman karet rakyat. Namun program peremajaan karet ini masih belum mampu menyediakan bantuan kepada semua petani yang membutuhkan, dikarenakan luasnya areal karet tua yang butuh peremajaan di Kabupaten Tebo.

5.2.1. Kondisi Kebun Karet Kelompok

Kondisi kebun karet anggota kelompok tani Karya Agung saat ini sangat membutuhkan peremajaan, karena pohon karet yang ada dilahan mereka sudah tua sekitar 25 s/d 28 tahun. Dalam pengelolaan karet petani masih menggunakan cara lama secara tradisional, sehingga getah karet yang dihasilkan kurang bermutu. Penurunan mutu karet disebabkan petani kurang memperhatikan proses produksi. Seperti, banyaknya getah karet hasil produksi petani bercampur dengan kulit pohon karet sisa dari penyadapan. Selain itu hasil karet petani mengandung banyak air dan bercampur tanah dan pasir.

Berdasarkan wawancara kepada 12 responden, semuanya menyatakan kondisi pohon karet yang tua menyebabkan produksi karet mereka terus menurun. Gejala penurunan produksi sudah dirasakan petani sekitar 3 tahun, dampak yang timbul pendapatan dari penjualan karet terus menurun. Bila kondisi ini dibiarkan berlarut dan kelompok tidak mengambil langkah strategi bagi pengembangan usaha anggotanya, maka diperkirakan 4 tahun ke depan hasil dari kebun karet mereka tidak dapat lagi mencukupi kebutuhan keluarga.

Permasalahan lain yang dirasakan anggota kelompok dalam aktivitas kebun karet yaitu serangan penyakit jamur pada akar pohon karet, akibatnya pohon mati layu dan tidak dapat menghasilkan getah karet. Penyakit jamur pada pohon karet pernah dirasakan oleh semua petani anggota kelompok Karya Agung. Akibatnya saat ini kondisi yang dirasakan petani adalah penurunan produksi disebabkan kondisi karet tua dan serangan penyakit. Untuk membenahi kebun karet melalui peremajaan butuh modal yang cukup besar, belum lagi penurunan pendapatan dampak dari peremajaan sebagian lahan yang akan dirasakan petani.

Banyaknya anggota kelompok yang belum mengerti prosedur untuk mendapatkan bantuan bibit unggul pemerintah dalam peremajaan karet, dikarenakan

kurangnya sosialisasi oleh pemerintah dan kondisi kelompok yang lemah tidak dapat memfasilitasi kebutuhan anggota. Padahal pemerintah kabupaten melalui program peremajaan karet menyediakan bibit unggul gratis dan bantuan pengolahan lahan peremajaan.

Saat ini petani yang tergabung dalam kelompok tani Karya Agung menjalankan aktivitas usaha kebun secara individu, mereka lebih mengandalkan pengalaman dalam berkebun. Bimbingan dan pendampingan PPL dirasakan sangat kurang, akibatnya petani kurang mengetahui cara mengatasi permasalahan yang ada dengan baik.

5.2.2. Program Peremajaan Karet

Program peremajaan karet dilakukan pemerintah untuk meningkatkan produksi dan pendapatan masyarakat. Dilandaskan bahwa karet merupakan sumber perekonomian masyarakat Kabupaten Tebo yang sebagian besar bergantung pada sektor perkebunan. Program peremajaan juga bertujuan untuk meningkatkan produksi karet Kabupaten Tebo, dengan memanfaatkan potensi lahan perkebunan karet relatif luas.

Kondisi perkebunan karet rakyat sebagian besar telah tua hingga menyebabkan penurunan produksi, turut melatar belakangi timbulnya program peremajaan. Menurut data yang didapat dari Dinas Perkebunan, jumlah potensi karet tua yang sudah perlu diremajakan sampai dengan akhir 2007 seluas 26.543 hektar. Bila diasumsikan pemerintah Kabupaten Tebo melalui Dinas Perkebunan dapat meremajakan kebun karet tua 1.000 hektar pertahun maka akan membutuhkan waktu 26 tahun untuk melakukan proses peremajaan karet rakyat agar dapat meningkatkan produksi karet petani di kemudian hari.

Bantuan peremajaan karet yang dilaksanakan pemerintah berupa bantuan bibit, bantuan penyiapan lahan, penjualan bibit karet unggul dengan harga subsidi dan Saprodi lainnya. Sejak tahun 2001 sampai dengan tahun 2007 Pemerintah Kabupaten Tebo melalui Dinas Perkebunan telah melaksanakan program peremajaan kebun karet rakyat melalui pemberian bantuan bibit karet unggul okulasi berjumlah 1.651.500 batang bibit atau seluas 3.303 hektar lahan kebun petani yang diremajakan. Sedangkan untuk tahun 2008 disalurkan bibit karet unggul 330.000 batang atau seluas 660 hektar.

Penyaluran bantuan bibit karet unggul dilakukan Dinas Perkebunan Kabupaten Tebo melalui kelompok – kelompok tani yang ada di wilayah Kabupaten Tebo. Untuk

Desa Giriwinangun baru 2 kelompok yang mendapat bantuan bibit karet unggul pemerintah yaitu kelompok Tani Sumber Rejeki bantuan bibit untuk lahan seluas 24 hektar, dan kelompok tani Karya Agung diberikan bantuan bibit untuk kebutuhan lahan seluas 10 hektar. Bibit yang disalurkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten diberikan gratis kepada petani.

Kesulitan yang dirasakan Dinas Perkebunan dalam menyalurkan bantuan bibit unggul yaitu petani tidak menyiapkan lahan yang akan di remajakan, sehingga Dinas Perkebunan kesulitan untuk mengetahui kebutuhan bibit yang diperlukan. Untuk daerah-daerah tertentu kepemilikan luas lahan yang dimiliki petani relatif sedikit berkisar 0,5 – 1,5 hektar, akibatnya bila diremajakan akan berdampak hilangnya pendapatan petani selama bibit belum menghasilkan. Sedangkan proses kebun karet untuk dapat berproduksi dari awal peremajaan sampai siap dilakukan penyadapan butuh waktu 5 – 6 tahun.

Proses pemberian bantuan, kelompok tani harus mengusulkan permohonan bantuan kepada pemerintah lengkap dengan kebutuhan bibit unggul yang diperlukan untuk peremajaan kebun mereka. Setelah permohonan bantuan diterima oleh Dinas Perkebunan maka akan dilakukan pengecekan dilapangan ke kebun kelompok tani. Syarat utama yang harus dipenuhi oleh kelompok yaitu mereka harus menyiapkan lahan yang akan diremajakan.

Sedikitnya bantuan bibit unggul yang diberikan kepada kelompok tani Karya Agung disebabkan kurangnya komunikasi yang baik kepada Dinas Perkebunan, disebabkan kelompok kurang mengorganisasi anggota. Kelemahan yang terjadi yaitu setelah mengajukan permintaan bibit unggul kepada dinas, petani atau kelompok tidak menyiapkan lahan yang akan dilakukan peremajaan dan ketidakjelasan lahan mana yang akan dilakukan peremajaan. Akibatnya saat tim Dinas Perkebunan turun mengecek ke kebun hanya berdasarkan pada kebutuhan lahan yang telah disiapkan untuk diremajakan.

Bagi kelompok tani Karya Agung kebijakan peremajaan karet rakyat ini merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan. Bantuan bibit yang diberikan dapat membantu meringankan biaya yang besar untuk peremajaan karet, Dampaknya dapat meningkatkan pendapatan petani. untuk itu perlu kelompok tani yang kuat agar dapat menindaklanjuti kebutuhan anggotanya kepada Dinas Perkebunan.

Peremajaan karet oleh anggota kelompok tani Karya Agung dilakukan secara bertahap, bila mereka mempunyai lahan 5 hektar, hanya sekitar 2 hektar dulu yang diremajakan. Agar penghasilan petani dari karet tidak langsung hilang dan hanya penurunan pendapatan sementara, menjelang kebun yang diremajakan besar. Untuk menutupi penurunan pendapatan maka anggota akan mengembangkan usaha ternak sapi yang mereka miliki.