Tanaman Kelapa disebut juga tanaman sosial dalam artian bahwa tanaman Kelapa bagi masyarakat secara umum sangat besar manfaatnya dan kegunaannya.
Tanaman Kelapa dari seluruh bagian tanaman dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Sedangkan dari hari ke hari areal tanaman kelapa cenderung berkurang, diakibatkan oleh kebutuhan masyarakat terhadap bahan baku bangunan, namun disisi lain tindakan penyelamatan eksistensi keberadaan tanaman kelapa dapat dikatakan sangat kurang.
Areal tanaman Kelapa di Kabupaten Jembrana dalam tahun 2009 seluas 16.725 Ha. yang terdiri dari tanaman yang belum menghasilkan seluas 469 ha, tanaman menghasilkan seluas 16.240 ha dan tanaman sudah tua/rusak seluas16 ha. Namun dari segi produktifitas relatif rendah, hal ini diakibatkan oleh kondisi tanaman yang sudah berumur tua, serta kurang adanya pemeliharaan tanaman secara intensif.
Dengan melihat kondisi tanaman yang sudah sangat tua, pada tahun 2009 Pemerintah melalui Dinas Perkebunan Provinsi Bali telah mengadakan kegiatan peremajaan tanaman kelapa di Kabupaten Jembrana melalui pengadaan pembibitan Kelapa Dalam, untuk kegiatan Peremajaan Tanaman seluas 200 Ha, yang tersebar di 3 Kecamatan yaitu Kecamatan Melaya seluas 100 Ha, Kecamatan Negara seluas 50 Ha, Kecamatan Mendoyo sebanyak 50 Ha.
Pengembangan komoditas dalam sub sektor perkebunan terdapat beberapa jenis tanaman yang dibina antara lain Kelapa Dalam, Kelapa Genjah, Kopi Robusta, Cengkeh, Panili dan Kakao, serta akhir‐akhir ini dalam tahun 2009 telah dirintis pengembangan komoditas Kapas. Dari komoditas tersebut yang menjadi komoditas Unggulan dalam bidang sub sektor Perkebunan adalah Komoditi Kakao.
Dalam program pembangunan sub sektor perkebunan dari aspek on farm (Budidaya) diprogram kegitan‐kegiatan antara lain Intensifikasi, Rehabilitasi, Peremajaan dan dengan disertai pengelolaan sumber daya alam (lahan dan air) serta sarana dan prasarana pendukung lainnya. Demikian juga halnya dari aspek of farm (Panen dan Pasca panen) diprogramkan berbagai kegiatan seperti Pengembangan Agroindustri Perdesaan melalaui pembinaan dan pemberian fasilitasi peralatan pasca panen. Demikian juga halnya pembinaan peningkatan Sumber Daya Manusia sebagai pelaku pelaksana pembangunan bidang perkebunan di lapang, dilaksanakan melalui pelatihan‐
pelatihan berbagai teknologi, baik bidang budidaya maupun pengolahan produksi pasca panen lewat kelembagaan petani yaitu kelompok tani atau yang disebut Subak Abian.
Dalam Tahun Anggaran 2009 telah dilaksanakan kegiatan‐kegiatan untuk mendukung pembangunan sub sektor perkebunan baik yang bersumber dari dana APBD Provinsi dan Kabupaten maupun dari APBN dalam rangka pengembangan komoditas perkebunan.
dalam sayuran antara lain: kacang panjang (64,70 ton), cabe (620 ton) dan ketimun (4.904 ton).
eiring dengan perubahan orientasi/paradigma pembangunan pertanian dalam arti luas, sehingga pembangunan sub sektor perkebunanpun sudah semestinya bergeser dari orientasi menjual apa yang diproduksi (peningkatan produksi dari budidaya dengan hasil panen tinggi) menjadi pembangunan perkebunan yang beroirentasi memproduksi apa yang kita jual (Agroindustri) melalui peningkatan peranan petani sebagai pemasok produksi yang ditangani dengan penerapan Good Handling Proses (GHP) dalam pengolahan produk dengan keaneka ragaman hasil olahan produk yang bermutu dan ditangani secara hygienis (Good Manufactur Prosedur ‐ GMP) untuk dapat bersaing dan meraih pangsa pasar baik Nasional maupun Internasional.
Untuk mengantisipasi perubahan paradigma tersebut maka pembangunan perkebunan lebih diarahkan pada penanganan pengembangan komoditas unggulan kompetitif dan komparatif suatu daerah atau wilayah, yang ditangani secara terpadu serta terintegratid baik lintas dan antar sektoral, guna mempertahankan ketahanan pangan, menyiapkan pasokan bahan baku industri, mengentaskan angka kemiskinan melalui terciptanya lapangan kerja dalam proses penanganan pasca panen (keanekaragaman produk) yang pada gilirannya akan terjadi pertumbuhan perekonomian masyarakat.
S
3.2 PERKEBUNAN
Grafik 3.3 Panjang Saluran Irigasi
Disamping itu sumber air untuk kegiatan pertanian dalam arti luas bersumber dari air sungai yang ada di Kabupaten Jembrana dengan jumlah sekitar 37 sungai dan bersumber di 5 (lima) kecamatan yaitu:
• Kecamatan Melaya sebanyak 6 Sungai.
• Kecamatan Negara sebanyak 5 Sungai.
• Kecamatan Jembrana sebanyak 5 sungai
• Kecamatan Mendoyo sebanyak 10 Sungai
• Kecamatan Pekutatan sebanyak 11 Sungai.
Selain itu juga tersedia sumber pengairan yang berasal dari Sumur Bor berjumlah 23 Buah. Agar pembinaan terhadap komoditas Pertanian dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien dilakukan pembagian wilayah pembinaan yang terbagi menjadi 50 Wilayah Binaan Penyuluh Pertanian (WIL BIN PP).
Produksi komoditas hortikultura Kabupaten Jembrana Tahun 2009 selain semangka yang menjadi produk unggulan holtikultura Kabupaten Jembrana antara lain; mangga (16.791 ton), durian (4.052 ton), papaya (5.958 ton), pisang (19.453 ton), rambutan (6.814 ton). Sedangkan yang digolongkan
No Klasifikasi Panjang (M) 1 Saluran Induk 80.156 2 Saluran Sekunder 79.388 3 Saluran Tersier 425.573 4 Saluran Pembuang 5.504
Jumlah 590.621
Tabel 3.4
Panjang Saluran Daerah Irigasi Pemerintah Tahun 2009
kawasan semangka dan penerapan GAP/SOP semangka seluas 1 Ha. Penerapan GAP/SOP semangka mengacu kepada penggunaan bahan non kimia dalam budidaya tanaman semangka sehingga dapat menghasilkan produksi semangka
Melaya 30 73 182,74 1.334 Buah Segar
Negara 50 50 240,00 1.200
Jembrana 12 56 216,96 1.215
Mendoyo 396 500 213,58 10.679
Pekutatan 62 64 159,45 1.021
Jembrana 2009 550 743 207,93 15.449
2008 653 542 251,51 13.632
2007 646 699 217,75 15.221
2006 697 897 196,78 17.651
2005 1072 1072 196,29 21.042
Sumber: Dinas Pertanian, Kehutanan dan Kelautan, 2009
Untuk menunjang keberadaan pengairan di lahan sawah khususnya untuk usaha tani padi, pemerintah melalui Dinas Pekerjaan Umum sampai dengan tahun 2010 telah
membangun jaringan irigasi yang dibedakan menjadi beberapa kelas yang disesuaikan dengan peruntukan dan fungsinya. Adapun kelas jaringan irigasi yang telah terbangun adalah sebagai berikut:
2005 2006 2007 2008 2009 21042
17651
15221 13632 15449
Pro
Pupuk Organik Buatan Perusahaan
(Ton) Keterangan Melaya 683 595 9,56 330,82 Biji Kering
Negara 706 706 13,58 958,75
Jembrana 323 323 15,90 513,57
Mendoyo 897 899 16,89 1.518,41
Pekutatan 91 91 13,51 122,94
Jembrana 2009 2.700 2.614 13,88 3.630,32 2008 2.806 2.803 13.58 3,806
Komoditas Hortikultura terdiri dari komoditas sayuran dan buah‐
buahan semusim, buah‐buahan dan sayuran tahunan, biofarmaka (tanaman obat) dan tanaman hias. Untuk jenis komoditas hortikultura tanaman semangka merupakan tanaman unggulan hortikultura di Kabupaten Jembrana yang setiap tahun terus dikembangkan dan telah mampu memenuhi kebutuhan lokal, regional dan nasional. Komoditas buah‐buahan lainnya yang ada di Jembrana antara lain jenis tanaman buah‐buahan tahunan seperti: mangga, durian, pepaya, pisang dan rambutan.
Sedangkan yang digolongkan dalam sayuran: kacang panjang, cabe dan ketimun.
Khusus untuk jenis tanaman hortikultura semangka pada tahun 2009 dilaksanakan kegiatan pengembangan 3.1.2 KOMODITAS HORTIKULTURA
Tabel 3.1
Produksi Padi di 5 Kecamatan Kabupaten Jembrana
Kecamatan Luas Tanam (Ha)
Luas Panen (Ha)
Rata‐rata Produksi (Kw/Ha)
Produksi
(Ton) Keterangan
Melaya 1.420 1.354 58,94 7.980,48 Gabah Kering
Giling (GKG)
Negara 1.339 2.421 65,69 15.903,55
Jembrana 802 1.299 66,88 8.687,21
Mendoyo 3.157 3.937 67,48 26.566,01
Pekutatan 834 1.072 62,75 6.726,80
Jembrana 2009 7.552 10.083 64,34 64.882,08
2008 12,380 9,219 61.46 56,660
2007 9,449 9,097 60.05 49,757
2006 6,854 9,262 63.40 53,845
2005 11,226 9,748 63.19 56,434
Sumber: Dinas Pertanian, Kehutanan dan Kelautan, 2009
Tahun 2009 Produksi Padi terbesar terdapat di Kecamatan Mendoyo, disusul oleh Kecamatan Negara. Produksi padi Gabah Kering Giling adalah yang terbesar dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Sedangkan untuk produsi Bama (Bahan Makanan Utama) Kedelai 5 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Upaya untuk mempertahankan produksi pertanian di tengah lahan yang makin sempit/berkurang dilakukan dengan pola intensifikasi untuk mendukung kebijakan pemerintah dalam mencapai kembali predikat swasembada pangan khususnya beras. Kabupaten Jembrana memiliki potensi alam yang cukup lengkap dengan kontur dari daerah pegunungan di daerah utara dan areal pantai di daerah selatan Kabupaten Jembrana.
Luasan areal yang potensial untuk pengembangan komoditas pertanian seluas 34.008 Ha atau 39.82 % dari luas wilayah Kabupaten, terdiri dari lahan sawah 6.820 Ha (7,99 %), tegal/kebun 10.802 Ha (12,65 %) dan pekarangan 6.112 Ha (7,15 %). Persediaan pangan sebagai sumber gizi bagi kehidupan, merupakan kebutuhan pokok yang harus dikonsumsi setiap hari. Kebutuhan pangan bagi masyarakat merupakan salah satu komoditas strategis, karena erat kaitannya dengan upaya stabilitas Ketahanan Nasional. Pengadaan pangan dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduk, serta sesuai persyaratan gizi, selalu menjadi perhatian Pemerintah dan masyarakat sesuai UU Nomor 7 tahun 1996 tentang pangan dan PP Nomor 68 tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan. Komoditas tanaman pangan yang merupakan kebutuhan utama, yang sering disebut Bama (Bahan Makanan Utama), terdiri dari: padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi jalar dan ubi kayu.
Menurut data pertanian tahun 2009, produksi padi mencapai 64.882,08 ton, Jagung sebanyak 664 ton, Kedelai (3.630,32 ton), Kacang Tanah (176 ton), Kacang Hijau (75,74 ton), Ubi Kayu (6.376 ton) dan Ubi Jalar (78,57 ton).
3.1.1 KOMODITAS TANAMAN PANGAN
Tri Hita Karana adalah filosofi hidup dan kehidupan masyarakat
Bali yang mengutamakan keselarasan, keseimbangan dan keharmonisan hubungan antara manusia dengan Tuhan, antara manusia dengan sesama manusia
dan antara manusia dengan lingkungan/alam.
otensi alam yang dimiliki Kabupaten Jembrana adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa yang cukup berlimpah dan lengkap mulai dari hulu – hilir, mulai dari gunung sampai ke laut. Berbagai potensi sumber daya alam dipergunakan untuk peningkatan kehidupan masyarakat dengan tetap menjaga keseimbangan alam sesuai dengan filosofi “Tri Hita Karana”. Potensi pertanian dalam arti luas yang
dimiliki oleh Kabupaten Jembrana diupayakan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat serta untuk menunjang pembangunan di sektor lainnya seperti pariwisata, industri dan perdagangan.
erdasarkan data Tahun 2009, penggunaan lahan di Kabupaten Jembrana secara garis besar di bagi menjadi 2 bagian kawasan, yaitu kawasan Budidaya dan Kawasan non budidaya. Pertanian dalam arti luas sebagai sektor yang mendominasi struktur ekonomi Kabupaten Jembrana.
P
B
3.1 PERTANIAN