laut, batu dan terumbu karang dan lain‐lain) dilakukan kegiatan patroli laut bekerjasama dengan pihak Pelabuhan Perikanan Pantai Pengambengan.
b. Membentuk dan menumbuhkan Kelompok Masyarakat Pengawas (POKMASWAS) yang anggotanya kelompok‐kelompok nelayan pesisir untuk mengawasi setiap kegiatan pemanfaatan sumberdaya ikan dan Kelautan terutama kegiatan yang tidak wajar seperti Pengambilan/merusak Turumbu Karang dan mangrove, Bom Ikan dan lain‐lain, bekerjasama dengan pihak Pelabuhan Perikanan Pantai Pengambengan
Seperti pada kabupaten lainnya yang juga melaksanakan pembangunan di segala bidang, mutasi lahan sawah menjadi lahan non (bukan) sawah tidak dapat dihindarkan. Alih fungsi lahan yang terjadi di Kabupaten Jembrana meliputi lahan kering/kebun, tambak, perumahan/ pemukiman dan kebutuhan lainnya. Rata‐rata mutasi lahan sawah dari tahun 2002 s/d 2006 sejumlah 281,5 hektar per tahun. Sedangkan mutasi lahan sawah menjadi non sawah dari tahun 2006 s/d 2007 terjadi hanya 49 hektar dan dari tahun 2007 s/d 2008 terjadi alih fungsi lahan seluas 72 hektar.
Mutasi lahan sawah Tahun 2009 di Kabupaten Jembrana terjadi pengurangan dan bahkan lahan sawah yang dulunya berkurang sekarang mengalami peningkatan dimana lahan yang dulunya merupakan lahan perkebunan dirubah oleh petani menjadi lahan sawah sehingga jumlah lahan sawah pada tahun 2009 mengalami peningkatan. Jumlah lahan sawah pada tahun 2008 yaitu 6.477 Ha sedangkan tahun 2009 seluas 6.820 Ha, terjadi kenaikan luas lahan seluas 343 Ha sekitar 5,29%.
3.6 ALIH FUNGSI LAHAN
Sebagai langkah nyata dalam upaya pemecahan permasalahan tersebut di atas yaitu telah dibangun kapal‐kapal ikan yang dilengkapi dengan system komunikasi dan perlengkapan yang lebih modern serta dapat beroperasi di perairan lepas pantai dan samudera selama 10‐15 hari. Kapal‐kapal ikan tersebut adalah sebagai berikut:
No Tahun Nama/Bobot Kapal Bahan Nilai (Rp) 1.
2.
3.
2003 2004
2005
KM. Jimbarwana 01/18 GT KM. Jimbar Segara 01/15 GT KM. Jimbar Segara 02/15 GT KM. Jimbar Segara 03/50 GT KM. Jimbar Segara 04/30 GT KM. Jimbar Segara 05/30 GT KM. Jimbar Segara 06/30 GT
Fibreglass Kayu Kayu Kayu Fibreglass Fibreglass Fibreglass
600.000.000,‐
667.357.500,‐
667.357.500,‐
1.425.000.000,‐
737.500.000,‐
737.500.000,‐
1.052.260.000,‐
Dalam rangka pelestarian sumberdaya perikanan dan kelautan, maka Bidang Perikanan dan Kelautan Kabupaten Jembrana melaksanakan kegiatan sebagai berikut :
a. Pengawasan dan pengendalian Sumberdaya alam terkait dengan kegiatan penangkapan ikan di laut (menyangkut perijinan, penangkapan ikan secara tidak wajar, pengambilan pasir
Tabel 3.21
Perkembangan Produksi dan Pendapatan Produksi Ikan Air Tawar di Kabupaten Jembrana 5 (lima) tahun terakhir.
No Tahun Produksi (Kg) Pendapatan (Rp)
1 – 3 ekor 3 – 5 ekor Konsumsi 1 – 3 ekor 3 – 5 ekor Konsumsi 1. 2005 1.051.750 1.526.045 65 8.414.000 1.929.000 1.690.000 2. 2006 889.000 627.220 323,5 7.352.000 2.930.000 2.663.000
3. 2007 1.487.250 585.000 ‐ 12.570.000 1.000.000 ‐
4. 2008 1.207.275 10.500 ‐ 10.868.000 400.000 ‐
5. 2009 1.814.000 30.000 4 18.140.000 ‐ 60.000
Sumber: Dinas PKL Jembrana 2009
Seperti kita ketahui bahwa produksi perikanan selama ini sebagian besar dihasilkan dari kegiatan penangkapan di laut. Hasil penangkapan ikan di perairan Selat Bali utamanya ikan Lemuru belakangan ini sangat fluktuatif bahkan sudah cenderung mulai menurun. Alternatif upaya pemecahan permasalahan tersebut antara lain pengurangan jumlah kapal‐kapal ikan yang beroperasi di Selat Bali, pengalihan tempat operasi penangkapan ikan menuju perairan laut lepas pantai dan samudera dan mencari alternatif matapencaharian non melaut.
Oleh karena itu pengembangan perikanan tangkap diupayakan dengan memodernisasi usaha penangkapan ikan dari perikanan tangkap tradisional oneday fishing yang terkonsentrasi di perairan pantai/Selat Bali menuju perikanan tangkap di perairan lepas pantai dan samudera. Program ini harus disertai dengan peningkatan kemampuan dan penciptaan SDM yang lebih andal pada bidang ini, diantaranya dengan pengembangan diklat dan membuka Jurusan Nautika Perikanan Laut (NPL) di SMKN 2 Negara
3.5.2 PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP
dalam rangka menunjang program perikanan Budidaya, serta diarahkan agar pembudidaya ikan dapat memperoleh benih ikan bermutu dengan harga terjangkau.
Peningkatan produksi komoditas perikanan budidaya ditentukan oleh kualitas dan kuantitas benih yang ditebarkan, kualitas lingkungan pemeliharaan, tingkat teknologi yang diterapkan serta pemasarannya.Benih merupakan sarana produksi yang utama dan merupakan salah satu faktor yang penting dalam mencapai keberhasilan budidaya ikan. Oleh karena itu, benih harus tersedia dalam jumlah cukup dengan kualitas baik. Selain itu, ketersediaan benih harus murah dan tepat waktu.
Untuk penyediaan kebutuhan benih ikan air tawar diupayakan melalui Balai Benih Ikan (BBI) Tegak Gede dan Unit Pembenihan Rakyat (UPR) yang ada.
Balai Benih Ikan (BBI) Tegak Gede berlokasi di Desa Yehembang Kangin, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana, terletak 76 km dari Denpasar. Luas total lahan BBI Tegak Gede adalah 2,81 ha dengan luas permukaan air 1,5 ha serta ketinggian tempat 25 m dpl. Sumber airnya berasal dari saluran irigasi.
pengembangan usaha dan peningkatan produksi perikanan dilaksanakan demplot intensifikasi usaha budidaya ikan lele yang bersumber dari APBN tahun 2009.
Demplot intensifikasi budidaya ikan lele sebanyak 6 unit dilaksanakan di Desa Ekasari oleh kelompok Pembudidaya Ikan Pusaka Tirta Wahana Wiri yang merupakan daerah pengembangan budidaya ikan terintegrasi. Demplot budidaya ikan lele ini dilaksanakan dengan sistem kolam terpal yang merupakan teknologi budidaya ikan di lahan sulit air.
Penebaran dilaksanakan pada tanggal 17 Nopember 2009 dengan padat penebaran masing‐masing 4.000 ekor. Sedangkan panen dilaksanakan pada tanggal 24 januari 2010. Dengan masa pemeliharaan selama 67 hari, total produksi yang dicapai sebanyak 3.042 kg.
4. Bantuan Selisih Harga Benih
Dalam rangka meningkatkan kualitas produksi ikan budidaya yang berbasis ekonomi rakyat dan membantu pembudidaya ikan kecil agar mampu membeli benih ikan budidaya berkualitas dengan harga yang terjangkau, petani pembudidaya ikan diberikan Bantuan
Selisih Harga Benih Ikan.
Bantuan Selisih Harga Benih Ikan yang dialokasikan serta dikelola oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Departemen Kelautan dan Perikanan diharapkan dapat meningkatkan kualitas hasil produksi Perikanan Budidaya yang berbasis ekonomi rakyat,
2. Demplot Budidaya Gurami
Gurami termasuk dalam kelompok ikan yang digemari konsumen karena tekstur dagingnya yang kekar, tidak memiliki duri dalam daging, lapisan daging relatif tebal serta memiliki tingkat kesegaran relatif tinggi dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya.
Keterbatasan produksi ikan gurami disebabkan karena keengganan petani untuk membudidayakannya. Salah satu faktor yang menyebabkan petani kurang meminati usaha budidaya ikan gurami yaitu sifatnya yang lambat pertumbuhannya. Untuk mencapai ukuran konsumsi diperlukan waktu pemeliharaan ± 1 tahun. Untuk mensiasati lamanya masa pemeliharaan Gurami dilakukan dengan memelihara ikan Gurami per sekwen. Dengan cara ini petani tidak harus memelihara gurami dari benih sampai konsumsi. Petani hanya memelihara persekwen saja seperti ada petani yang menghasilkan telur, penghasil larva, menghasilkan benih dasar, benih ukuran kuaci, ukuran kuku, benih tanggung dan ada yang menghasilkan ukuran konsumsi. Dengan sistem ini maka perputaran modal petani bisa lebih cepat.
3. Demplot Budidaya Lele
Lele termasuk jenis ikan carnifora yang cepat pertumbuhannya. Untuk mencapai ukuran konsumsi hanya diperlukan masa pemeliharaan selama 3 bulan. Untuk meningkatkan
Tabel 3.20
Jumlah Perahu dan Kapal Penangkap Ikan 5 Tahun Terakhir di Kabupaten Jembrana
No
Kecamatan
Perahu Kapal
Motor Sub
Jumlah
Jukung/Perahu Tanpa Motor
Jumlah Motor
Tempel
Kapal Motor
1. Melaya 217 ‐ 217 22 239
2. Negara 380 ‐ 380 142 522
3. Jembrana 681 8 689 106 795
4. Mendoyo 106 ‐ 106 17 123
5. Pekutatan 173 ‐ 173 31 204
Tahun 2009 1.557 8 1.565 318 1.883
Tahun 2008 1.483 8 1.491 335 1.826
Tahun 2007 1.586 ‐ 1.594 392 1.986
Tahun 2006 1.464 8 1.472 366 1.838
Tahun 2005 2.187 9 2.196 455 2.651
Sumber: Jembrana Dalam Angka 2009; Dinas PKL Jembrana 2009
1. Demplot Budidaya Ikan
Demplot budidaya ikan dilaksanakan dengan tujuan untuk memotovasi para petani untuk memelihara ikan, sebagai wahana belajar bagi para petani, meningkatkan luas usaha budidaya ikan dan meningkatkan produkasi ikan untuk memenuhi kebutuhan pasar yang sekaligus meningkatkan pendapatan petani ikan.
Demplot budidaya ikan yang berlokasi di lahan petani diharapkan dapat menjadi tempat belajar dan contoh bagi para petani.
3.5.1 PENGEMBANGAN PERIKANAN BUDIDAYA
dari 335 buah menjadi 318 buah. Dengan demikian maka produksi ikan akan terus meningkat. Sedangkan alat tangkap yang dipergunakan adalah jaring (purse seine), Gilinet, pancing dan lain‐lain, masyarakat yang telah melakukan kegiatan pengembangan budidaya perikanan seperti tambak, petani kolam dan petani mina padi. Jumlah Tenaga Kerja di Bidang Penangkapan dan Budidaya Perikanan secara keseluruhan telah terorganisir secara baik dalam kelompok‐
kelompok dengan tujuan untuk memberdayakan petani dalam kehidupan perekonomian mereka.
Tabel 3.19
Jumlah Nelayan 5 (lima) Tahun Terakhir di Kabupaten Jembrana
No Kecamatan Nelayan
Jumlah Utama Sambilan
1. Pekutatan 93 98 191
2. Mendoyo 116 56 172
3. Jembrana 1.757 453 2.210
4. Negara 5.348 1.587 6.935
5. Melaya 224 423 647
Tahun 2009 7.538 2.617 10.155
Tahun 2008 7.575 2.574 10.149
Tahun 2007 7.546 2.054 9.600 Tahun 2006 7.470 1.777 9.247 Tahun 2005 7.243 2.219 9.462 Sumber: Jembrana Dalam Angka 2009; Dinas PKL Jembrana 2009
pemanfaatan 363,45 Ha dan budidaya air tawar 652 Ha dengan pemanfaatan 50,78 Ha. Berdasarkan potensi sumberdaya tersebut sektor perikanan dan kelautan memiliki peluang pengembangan dan pemanfaatan yang terbuka lebar dan mampu memberikan kontribusi terhadap pembangnan di Kabupaten Jembrana, melalui pengelolaan yang profesional, efektif dan efisien serta bertanggungjawab (Responsible Fisheries) sesuai dengan kaidah Tri Hita Karana.
Perkembangan produksi perikanan di Kabupaten Jembrana dalam 5 (lima) tahun terakhir seperti disajikan dalam tabel berikut ini.
Tabel 3.18
Produksi Perikanan (Kg) 5 Tahun terakhir di Kabupaten Jembrana
Penangkapan Budidaya
Penangkapan di Perairan
Umum Tambak Kolam Air
Tenang
Kolam Air Deras
Saluran Irigasi Sawah
1. Melaya 42.500 - 2.200 267.300 60.100 - - - 372.100 2. Negara 246.600 - 5.300 946.800 24.200 - - - 1.222.900 3. Jembrana 44.152.800 - 4.800 584.500 16.600 - - - 44.758.700 4. Mendoyo 32.800 - 1.400 294.300 123.900 - 1.620 - 454.020 5. Pekutatan 53.200 - 2.600 187.600 85.200 - 1.380 - 329.980
44.527.900
- 16.300 2.280.500 310.000 - 3.000 - 47.137.700 26.453.800
40.700 3.300 1.696.600 145.900 1.400 600 - 28.342.300 27.760.400
- 11.100 1.984.200 157.300 - 2.800 900 29.916.700 17.631.900
- 18.600 2.024.100 22.500 1.800 - 300 19.699.200 14.247.150
81.400 3.900 2.050.000 24.600 - - 3.000 16.410.050 Tahun 2005
Tahun 2009 Tahun 2008 Tahun 2007 Tahun 2006
Kecamatan No.
Perikanan Laut Perikanan Darat
Jumlah
Sumber: Dinas Pertanian, Kehutanan dan Kelautan Kabupaten Jembrana 2009
Potensi sumberdaya manusia di bidang perikanan dan kelautan sangat mendukung, selain berbagai aktifitas dan kegiatan yang berkaitan dengan pesisir dan penangkapan ikan 9462 jiwa yang merupakan nelayan tradisional dengan aktifitas yang mempergunakan armada penangkapan ikan pada tahun 2008 jumlah perahu motor tempel dan kapal motor sebanyak 1.491 buah dan tahun 2009 mencapai 1.565 buah dan perahu tanpa motor (Jukung) menurun
1. Perikanan Laut :
• Penangkapan : 56.947 ton/thn.
• Budidaya : 1.000 Ha.
2. Perikanan Darat :
• Tambak : 1.129,22 Ha.
• Kolam : 100,00 Ha.
• Minapadi : 652,00 Ha.
Potensi Perikanan Budidaya yang ada di kabupaten Jembrana terdiri dari Budidaya Laut, budidaya air payau dan budidaya air tawar dengan pemanfaatannya sebagai berikut:
Tabel 3.17
Data Potensi Perikanan Budidaya di Kabupaten Jembrana
No Jenis Budidaya Potensi (Ha)
Pemanfaatan
(Ha) Prosentase
1. Budidaya Laut 1.000,00 311,00 74,94
2. Perairan Umum 12,85 5,00 38,91
3. Budidaya Air payau 1.129,00 363,45 32,19
4. Budidaya Kolam 100,00 7,88 31,84
5. Budidaya di sawah 652,00 50,78 9,67
Jumlah 1.756,60 738,11 42,02
Sumber: Dinas Pertanian, Kehutanan dan Kelautan Jembrana 2009
Potensi sumberdaya perikanan Kabupaten Jembrana terdiri dari potensi perikanan laut dan darat, sumber daya perikanan laut terdiri dari potensi lestari sumber daya perikanan tangkap sebesar 56.947 ton/th, serta dengan garis pantai 80,45 km dan luas wilayah laut diperkirakan sebesar 595,97 km2, memiliki potensi budidaya laut sebesar 1000 Ha. Sedangkan perikanan darat diperairan umum mempunyai potensi 117 ton/th dengan pemanfaatan 5 ton dan budidaya air payau seluas 1.129,22 Ha dengan
dilakukan oleh pemerintah melalui pendampingan dan pemberdayaan untuk usaha, antara lain:
a. Pembinaan dan Pengawasan Pengusahaan Sarang Burung Sriti dan Walet b. Inventarisasi Potensi Wilayah, Pembinaan/ Penyuluhan dan Pengembangan
Lebah Madu.
c. Inventarisasi Potensi Wilayah, Pembinaan/Penyuluhan dan Pengembangan Sutera Alam.
embangunan Perikanan budidaya di Kabupaten Jembrana meliputi budidaya ikan air tawar, budidaya laut, budidaya air payau (tambak) termasuk pembenihan ikan dan udang. Pemilihan jenis usaha budidaya yang diterapkan dimasing‐masing wilayah disesuaikan dengan potensi yang ada. Budidaya air tawar dilaksanakan di kecamatan Mendoyo, Pekutatan dan Melaya. Budidaya laut dilaksanakan di
kecamatan Melaya dan Negara dengan usaha budidaya kerang mutiara dan budidaya rumput laut. Sedangkan untuk budidaya air payau (tambak) dilaksanakan
di kecamatan Pekutatan, Mendoyo, Jembrana, Negara dan Melaya dengan komoditi udang dan bandeng. Selanjutnya perikanan tangkap meliputi 3 bagian, yaitu tradisional, menengah dan modern. Potensi utama kegiatan penangkapan adalah penangkapan dengan alat tangkap purse seine dengan hasil tangkapan utama berupa ikan lemuru yang terkonsentrasi di Selat Bali.
Secara umum potensi perikanan di Kabupaten Jembrana sebagai berikut:
P
3.5 PERIKANAN DAN KELAUTAN
No Kecamatan Desa
Penyanding Hutan Luas Hutan
(Ha) Luas Kerusakan
Hutan (Ha) Persentase
(%) Keterangan Tukadaya 1.050,60 318,25 30,29 dilakukan Tahun
2003
Manistutu 1.950,00 255,75 13,12
JUMLAH 5.713,72 642,25 11,24
TOTAL HUTAN LINDUNG ( 1 ) 33.240,27 8.914,14 26,82
5. Hutan Produksi (Kec. Melaya)
Blimbingsari 795,00 PM PM
Melaya 890,00 PM PM
Gilimanuk 925,20 PM PM
JUMLAH 2.610,20 2.075,00 79,50
Tukadaya (HPTtp) 383,10 00 00 TOTAL HUTAN PRODUKSI ( 2 ) 2.993,30 2.075,00 79,50
TOTAL ( 1 + 2 ) 36.233,57 10.989,14 30.33 Wil. Operasi Kab.
Jembrana TOTAL HUTAN KONSERVASI ( 3 ) 5.073,70 ‐ 0,00 Wil. TN. Bali Barat TOTAL ( 1 + 2 + 3 ) 41.307,27 11.461,95 27.75 Wil. Adm. Kab.
Jembrana Sumber : Data Primer Tahun 2003 Dinas PKL Kabupaten Jembrana
Tabel 3.16
Luas Kerusakan Kawasan Hutan per RPH
No R P H Jumlah
Personil (orang)
Luas Wilayah Luas Kawasan Hutan Rusak Hutan
Produksi ( Ha )
Hutan Lindung
( Ha )
Total ( Ha )
( Ha ) ( % ) 1 RPH Pulukan 3 - 6.665,880 6.665,880 6.129,290 91,950 2 RPH Yeh Embang 2 - 9.964,080 9.964,080 998,860 10,025 3 RPH Tegal Cangkring 3 - 9.646,590 9.646,590 915,740 9,493 4 RPH Candikusuma 3 - 4.250,600 4.633,700 805,100 25,576 5 RPH Penginuman 4 2.610,200 2.713,120 5.323,320 2.143,250 40,262 6 RPH Kring Gilimanuk 4 - - - - - Jumlah 19 2.610,300 33.240,270 36.233,570 11.372,240 30,33 Sumber : Data primer Tahun 2003 Dinas PKL Kabupaten Jembrana
Untuk mewujudkan pembangunan kehutanan secara holistik, berbagai komponen penting pelaku/ pelaksana haruslah mendapatkan perhatian yang lebih, dalam hal ini adalah masyarakat penyanding hutan.
Masyarakat inilah yang sangat penting untuk mendapatkan perhatian lebih agar keberadaan hutan tidak terusik dengan alasan ekonomi. Upaya ini
3.4.4 PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT
mengalami kerusakan yaitu seluas ± 11.461,95 Ha, dari luas wilayah operasi Kabupaten Jembrana, dengan rincian yaitu :
a. Hutan Produksi : 2.075,00 Ha (79,50 %) b. Hutan Lindung : 8.914,14 Ha (26,82 %)
Namun dari tingkat degradasi Kawasan Hutan tersebut, dalam kurun waktu Tahun 2002 s/d 2009 telah dilakukan reboisasi dan rehabilitasi lahan dari berbagai kegiatan sebanyak 20 % dari degradasi Kawasan Hutan tersebut atau seluas 2.850,30 Ha. Kegiatan Rehabilitasi atau reboisasi Kawasan Hutan dan rincian kerusakan Hutan pada desa penyanding hutan di masing‐masing kecamatan dapat di lihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.15
Degradasi Kawasan Hutan di Kabupaten Jembrana No Kecamatan Desa
Penyanding Hutan Luas Hutan
(Ha) Luas Kerusakan
Hutan (Ha) Persentase
(%) Keterangan
1. Pekutatan
Medewi 1.425,00 1.282,50 90,00
Luas perkiraan karena belum
dilakukan pengukuran (Hasil
Laporan KRPH)
Pulukan 1.940,88 1.746,79 90,00
Asah Duren 425,00 403,75 95,00
Manggisari 841,00 798,95 95,00
Pengaragoan 1.300,00 1.235,00 95,00
Gumbrih 700,00 630,00 90,00
Pangyangan 34,00 32,30 95,00
JUMLAH 6.665,88 6.129,29 91,95
2. Mendoyo
Mendoyo Dh. Tkd 296,00 12,56 4,24
Pengukuran luas kerusakan dilakukan pada
tahun 2004
Pohsanten 740,00 112,62 15,22
Pergung 690,00 354,00 51,30
Tegalcangkring 1.180,00 362,56 30,73
Penyaringan 2.645,00 - 0,00
Yeh Embang Kauh 2.100,00 13,62 0,65 Yeh Embang 3.258,08 128,87 3,96 Yeh Embang Kgn 4.000,00 401,81 10,05 Yeh Sumbul 606,00 454,56 75,01
JUMLAH 15.515,08 1.840,60 11,86
3. Negara
Berangbang 1.250,00 228,00 18,24
Pengukuran luas kerusakan dilakukan pada
Tahun 2003 Baler Bale Agung 600,00 52,75 8,79
Batu Agung 1.365,59 21,25 1,56
Pendem 630,00 - 0,00
Dauh Waru 1.500,00 - 0,00
JUMLAH 5.345,59 302,00 5,65
4. Melaya Ekasari 2.713,12 68,25 2,52 Pengukuran
Kerusakan Kawasan Hutan di Kabupaten Jembrana dilatar belakangi sejarah kehutanan di Kabupaten Jembrana itu sendiri. Hal ini dapat kita lihat pada masa dekade lampau sekitar Tahun 1970‐an, jauh sebelum program Pemetaan, Penunjukkan, Penataan Batas, dan Penetapan Kawasan Hutan Negara masyarakat Penyanding Hutan telah melakukan kegiatan pemanfaatan Hutan yg akan ditetapkan sebagai Hutan Negara (sejak 1940‐an). Selanjutnya dilakukan proses Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK), TGH Padu Serasi Kawasan Hutan Tetap dengan dasar Rencana Tata Ruang dan Wilayah Pemerintah Provinsi Bali dan Kabupaten Jembrana.
Selanjutnya pada dekade euforia Reformasi (pasca Tahun 1998), sebagian Kawasan Hutan Lindung dialihfungsikan dan dikerjakan secara illegal menjadi areal penanaman tanaman budidaya produktif, dengan dalih Sosial, Ekonomi, dan Politis. Sedangkan konsep Hutan Kemasyarakatan (HKm) pada saat itu juga belum mantap. Jenis tanaman yang diusahakan antara lain coklat, kopi, cengkeh, pisang, durian, nangka, dan lain‐lain. Kondisi tersebut telah menjadi sumber isu kecemburuan sosial bagi kelompok masyarakat lainnya yang berdampak pada pembenaran terhadap apa
yang dilakukan tidak begitu salah. (studi kasus RTK 12 dan 19 RPH Pulukan).
Sampai saat ini 30 % kondisi Kawasan Hutan Bali Barat Kabupaten Jembrana telah
3.4.3 DEGRADASI KAWASAN HUTAN DI KABUPATEN JEMBRANA
kebijakan Zero Visit to Forest pada Tahun 2001. Kebijakan ini merupakan langkah awal kebijakan Pemerintah Kabupaten Jembrana dalam rangka Pelestarian Hutan Bali Barat di Kabupaten Jembrana, yang kemudian dilanjutkan dengan melakukan kerjasama dengan Dinas Kehutanan Propinsi Bali untuk menjadikan Polisi Kehutanan (POLHUT) Propinsi Bali di Kabupaten Jembrana berada pada Bawah Kendali Operasi (BKO) Pemerintah Kabupaten Jembrana. Hal ini dilakukan mengingat keterbatasan personil khususnya dalam hal perlindungan dan pengamanan Hutan di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Jembrana pada saat itu. Dalam perkembangannya kemudian dibentuklan Tim Penanggulangan Gangguan Kemanan Hutan (PGKH) Bali Barat.
Disamping itu juga, pemerintah melalui Dinas Pertanian, Kehutanan dan Kelautan Kabupaten Jembrana terus melakukan pembinaan kepada masyarakat guna menunjang dan mensukseskan revitalisasi di sektor kehutanan dengan melakukan kegiatan antara lain:
a. Sosialisasi Petunjuk Pelaksanaan Pelelangan terhadap Hasil Hutan Temuan/Sitaan pada para pengusaha industri perkayuan.
b. Pembinaan dan sosialisasi kepada para pengusaha industri perkayuan tentang prosedur Pelayanan Ijin Penebangan Kayu Rakyat (IPKR), Legalitas Pengetokan Kayu Rakyat dan Pelayanan Pengangkutan Kayu Rakyat dan Surat Keterangan Asal Usul (SKAU).
c. Pelayanan Ijin Penebangan Kayu Rakyat (IPKR), Legalitas Pengetokan Kayu Rakyat dan Pelayanan Pengangkutan Kayu Rakyat.
Tabel 3.14
Kegiatan Reboisasi Di Kabupaten Jembrana Tahun 2008 – 2009
Jenis Kegiatan Desa
Penyanding Kecamatan
Dalam Kawasan Hutan (Ha)
Jenis Lindung Produksi
Tetap
Produksi
Terbatas Mangrove
1 2 3 4 5 6 7 8
Tahun 2008
a. Penanaman oleh KODIM Jembrana
Blimbingsari Melaya 2,00
Lapangan Tembak (Mahoni, Jati) b. Penanaman
oleh POLRES Jembrana
Blimbingsari Melaya 2,00
Blok Nyangkrut (Jati, Mahoni,
Bentawas)
Jumlah 4,00
Tahun 2009
Dana Alokasi Khusus Peningkatan Peran Serta Masyarakat Dalam Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Pengkayaan Vegetatif)
Tukadaya (Dsn.
Kembangsari) Melaya 75,00 Pulai
Trembesi Manistutu (Dsn.
Kemoning)
Melaya 75,00 Pulai
Trembesi
Pengeragoan (Dsn. Pasut)
Pekutatan 55,00 Pulai
Trembesi
Pengeragoan (Dsn.
Mengenuanyar)
Pekutatan 55,00 Pulai
Trembesi
Pengeragoan (Dsn.
Badingkayu)
Pekutatan 55,00 Pulai
Trembesi
Pengeragoan (Dsn.
Pengeragoan Dh. Tukad)
Pekutatan 55,00 Pulai
Trembesi
Jumlah 370,00
Sumber : Data Primer Dinas Pertanian, Kehutanan dan Kelautan Kab. Jembrana 2009
Prioritas utama Pembangunan Kehutanan Kabupaten Jembrana yaitu Pengendalian Pencurian Kayu, Kebakaran Hutan, Perambahan Hutan dan Perdagangan/Peredaran Kayu Ilegal. Untuk mendukung kebijakan tersebut maka pemerintah Kabupaten Jembrana mengambil langkah melaksanakan
3.4.2 REVITALISASI SEKTOR KEHUTANAN
Dalam rangka menjaga dan mengembalikan serta melestarikan fungsi hutan, kebijaksanaan Pemerintah Kabupaten Jembrana melalui Dinas Pertanian, Kehutanan dan Kelautan Kabupaten Jembrana memprioritaskan kebijakan pada manajemen pengelolaan hutan sebagaimana diisyaratkan dalam undang‐undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Hutan yang ditetapkan sebagai fungsi lindung dan konservasi, keberadaan luas dan fungsinya akan tetap dipertahankan, sedangkan hutan produksi dalam sistem pengelolaannya lebih diarahkan dapat berfungsi ganda yaitu selain memberi nilai
ekonomi juga
memberikan kontribusi bagi masyarakat di sekitar kawasan hutan.
Peran serta dan partisifasi masyarakat dalam ikut serta membangun hutan perlu ditingkatkan, karena menempati posisi strategis dalam keberhasilan pembangunan kehutanan yang diarahkan dalam upaya mewujudkan fungsi hidrologis hutan dan optimalisasi manfaat hutan secara lestari.
lingkungan (terutama dengan penutupan lahan) sehingga penggunaannya dapat dipergunakan untuk menambah pendapatan. Berbagai program yang paling baru diantaranya adalah Program GERHAN di luar kawasan hutan.
Tabel 3.12
Potensi Hutan Rakyat di Kabupaten Jembrana
No Tahun Jumlah
Pohon (Btg) Luas (Ha)
1. Tahun 2002 96.000 240,00
2. Tahun 2003 24.700 50,00
3 Tahun 2004 79.000 892,50
4. Tahun 2005 184.500 900,00
5. Tahun 2006 7.479 77,95
6. Tahun 2007 30.100 75,25
7. Tahun 2009 54.100 250,00
JUMLAH 475.879 2.485,70
Sumber : Data Primer 2002 s/d 2009
Tabel 3.13
Daftar Produksi Hutan Rakyat di Kabupaten Jembrana
No Kecamatan Bulan
Produksi Kayu Rakyat
Jenis Jumlah (Pohon) Volume (m3) 1. Melaya
Januari
Campuran 528 680,028
Negara Campuran 250 380,626
Mendoyo Campuran 290 511,161
Pekutatan Campuran 1.535 1.926,795
2. Melaya
Februari
Campuran 719 857,134
Negara Campuran 166 268,002
Mendoyo Campuran 560 946,308
Pekutatan Campuran 66 133,786
3. Melaya
Maret
Campuran 414 588,800
Negara Campuran 233 334,956
Mendoyo Campuran 221 530,181
Pekutatan Campuran 671 669,021
4. Melaya
April Campuran 148 229,213
Negara Campuran 267 312,607
Mendoyo (s/d 19 April 2007)
Campuran 579 826,258
Pekutatan Campuran 2.235 2.748,546
Jumlah 8.882 1.943,422
Pada Tahun 2008 sebagian kawasan hutan mangrove tersebut ditunjuk sebagai Kawasan Hutan Tetap melalui Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.439/Menhut‐II/2008 tanggal 26 Nopember 2008 tentang Penunjukkan Tanah Pengganti Seluas 44,00 Ha Sebagai Kawasan Hutan Tetap Dengan Fungsi Produksi Yang terletak di Desa Loloan Timur dan Desa Budeng Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana. Kawasan tersebut merupakan hasil tukar menukar lahan Kawasan Hutan untuk pengembangan pariwisata oleh PT. Bali Turtle Island Development (PT.
BTID) yang terletak di Pulau Serangan Kota Denpasar sesuai denga Surat Persetujuan Menteri Kehutanan Nomor : S.480/Menhut‐VII/2004 tanggal 19 Oktober 2004, Nomor : S.682/Menhut‐VII/2006 tanggal 3 Nopember 2006, dan Nomor S.772/Menhut‐II/2007 tanggal 27 Nopember 2007.
Berdasarkan Berita Acara Tukar Menukar Kawasan Hutan antara Departemen Kehutanan dengan PT. BTID Nomor : 11/VII‐KP/2008 tanggal 7 April 2008 PT. BTID telah menyerahkan tanah seluas 84,20 Ha yang terdiri atas 44,00 Ha berada di Kabupaten Jembrana dan 40,20 Ha terletak di Kabupaten Karangasem.
3. Hutan Rakyat
Potensi hutan rakyat (tanaman kayuan di areal milik masyarakat) di Kabupaten Jembrana adalah potensi yang dapat dikembangkan untuk menambah kesejahteraan sekaligus menjaga
Jenis Tanaman Mangrove di Kabupaten Jembrana di dominasi oleh jenis antara lain yaitu Nipah, Ketapang (Terminalia
catapa), Pandan Laut, Nyamplung (Baringtonia speciosa), Dapdap Laut, Waru Lengis, Api-api (Avicenia marina), Bruguera gymnorhzza, Ceriops decandra,
Ceriops tagal, Excoecaria agalocha, Bakau (Rhizopora apiculata, Rhizopora
mucronata, Rhizopora stylosa), Sonneratia alba, Lumnitzera racemosa,
Aegiceras corniculatum.
Tabel 3.11
Luas Kawasan Hutan Berdasarkan Fungsinya per Resor Polisi Hutan (RPH)
No RPH Kelompok
Hutan No.
RTK
Fungsi Hutan (Ha)
Jumlah Hutan
Lindung
Hutan Produksi Suaka Alam
TN Hutan Wisata Tahura Tetap Terbatas SM CA
1 Penginuman Bali Barat 19 ‐ ‐ 1.883,41 ‐ ‐ 5.339,00 ‐ ‐ 7.222,41
2 Candi Kusuma Bali Barat 19 6.698,42 383,10 726,79 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 7.808,31
3 Tegalcangkring Bali Barat 19 7.741,59 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 7.741,59
4 Yeh Embang Bali Barat 19 11.869,08 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 11.869,08
5 Pulukan Bali Barat 19 3.852,88 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 3.852,88
Yeh Leh‐Yeh
Lebah 12 2.813,00 7‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 2.813,00
Jumlah (1) 32.974,97 383,1 2610,2 ‐ ‐ 5.339,00 ‐ ‐ 41.307,27
2. Hutan Mangrove
Potensi Hutan Mangrove di Kabupaten Jembrana banyak terdapat di wilayah Perancak, Tuwed, Budeng, Loloan Timur, dan Gilimanuk. Perancak, Budeng, Loloan Timur merupakan
kawasan yang berada di luar dan dalam Kawasan Hutan.
Kawasan‐ kawasan ini sebagian merupakan Kawasan Hutan tetapi belum ditetapkan atau dikukuhkan menjadi Kawasan Hutan dan sebagian
lagi berada di luar Kawasan Hutan. Sedangkan kawasan Mangrove Tuwed merupakan Kawasan Mangrove yang berada di luar Kawasan Hutan.
Pelaksanaan Penanaman Mangrove
seluas 38.494,27 Ha. Luas Kawasan Hutan di Kabupaten Jembrana adalah 41.307,27 Ha atau 7, 48 % dari Luas Pulau Bali; atau 31,61 % dari luas Kawasan Hutan Pulau Bali; atau 49,07 % dari luas daratan Kabupaten Jembrana dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 3.9
Luas Kawasan Hutan di Kabupaten Jembrana menurut fungsinya
No Jenis Fungsi Hutan Luas (Ha) Persentase (%)
1 Hutan Fungsi Lindung 33.240,27 80,471
2 Hutan Produksi Terbatas 2.610,20 6,319
3 Hutan Produksi Tetap. 383,1 0,927
4 Hutan Konservasi/TNBB 5.073,70 12,283
Jumlah 41.307,27
Sumber : Sub BIPHUT Singaraja
Tabel 3.10
Luas Kawasan Hutan berdasarkan fungsinya per Kecamatan
No Kecamatan Kelompok Hutan
No.
RTK
FUNGSI HUTAN (HA)
Jumlah Hutan
Lindung
Hutan Produksi Suaka
Alam TN Hutan
Wisata Tahura Tetap Terbatas SM CA
1 Melaya Bali Barat 19 7.945,50 383,10 2.610,20 ‐ ‐ 5.339,00 ‐ ‐ 16.277,80 2 Negara Bali Barat 19 2.778,00 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 2.778,00 3 Mendoyo Bali Barat 19 16.851,47 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 16.851,47 4 Pekutatan
Bali Barat 19 2.813,00 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 2.813,00 Yeh Leh‐
Yeh Lebah 12 2.587,00 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 2.587,00 Jumlah (1) 32.974,97 383,10 2.610,20 0,00 0,00 5.339,00 0,00 0,00 41.307,27 Sumber : Sub BIPHUT Singaraja
membantu dan memberdayakan peternakan untuk memperoleh pemodalan baik dari pemerintah kabupaten dalam bentuk dana bergulir maupun dari instansi perbankkan (KKP‐E, KTA dan KUR).
2). Pembinaan Kelompok Ternak
Agar masyarakat dapat mengakses program‐program pemerintah, BUMN, BUMD maupun pihak swasta maka perlu diwujudkan suatu wadah bagi petani dalam bentuk kelompok tani ternak. Melalui keberadaan kelompok tani ternak maka peternak lebih mudah mendapatkan informasi untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan serta mendapatkan sumber informasi‐informasi lainnya.
uas lahan kawasan non budidaya di Kabupaten Jembrana adalah sebesar 41.307,27 Ha yang merupakan kawasan hutan lindung, hutan konservasi (Tanam Nasional Bali Barat), Hutan Produksi Terbatas dan Hutan Produksi Tetap. Wilayah Kabupaten Jembrana merupakan wilayah yang memiliki garis pantai terpanjang ke‐2 setelah Kabupaten Buleleng, sehingga keberadaan hutan mangrove sangat perlu dijaga kelestariannya.
1. Hutan Lindung
Kawasan Hutan di Kabupaten Jembrana berada pada kelompok Hutan Yeh Leh Yeh Lebah (RTK 12) seluas 2.813,00 Ha dan Kelompok Hutan Bali Barat (RTK 19)
L
3.4 KEHUTANAN
3.4.1 POTENSI KEHUTANAN
penyedian pakan ternak (Kebun HMT), pemeliharaan itik petelur, serta pengolahan pupuk padat yang kesemuanya itu diharapkan berfungsi sebagai pusat percontohan bagi masyarakat peternakan Jembrana.
3) Pengembangan Batamas (Biogas asal ternak bersama masyarakat)
Kegiatan ini bertujuan untuk memanfaatkan limbah ternak kususnya kotoran sapi untuk kepentingan sumber energi (Bio Energi) bagi peternak baik untuk memasak maupun sumber listrik.
4) Pengamanan Ternak
Pengamanan ternak yang telah dilaksanakan tahun 2009 terdiri dari pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan menular (Vaksinasi dan Spraying). Pelayanan kesehatan hewan (pengobatan ternak sakit), penyadaran masyarakat tentang penyakit Avian Influenza, penyakit raies dan yang lainnya, penyuluhan kesehatan hewan, penyebaran brosur, liflet, poster dan sejenisnya. Survaillance dan pengamatan penyakit secara dini ke peternak.
C. Kegiatan yang mendukung Program Peningkatan Kesejahteraan Petani
1). Fasilitasi/penyediaan permodalan
Kegiatan ini adalah upaya pemerintah dalam
3). Pelayanan Kesehatan Hewan melalui Kegiatan Pengadaan Obat dan Vaksin
Kegiatan ini difokuskan terhadap pelayanan kesehatan hewan guna mencegah, menanggulangi serta mengobati hewan sakit.
4). Pelaksanaan Cacah Jiwa Ternak
Kegiatan pelaksanaan cacah jiwa ternak bertujuan untuk mengetahui perkembangan populasi ternak dan pendukung lainnya yang dilakukan oleh petugas pencatat pada 5 (lima) kecamatan, selanjutnya dihimpun di kabupaten yang sebelumya telah dilakukan penyebaran blangko dan sosialisasi cara pengisian blangko serta penarikan blangko yang telah diisi dan lebih lanjut hasilnya diolah di kabupaten.
B. Kegiatan yang mendukung Program Pengembangan Agribisnis 1) Pelayanan Kegiatan Kawin Suntik
(Inseminasi Buatan/IB)
Kegiatan ini difokuskan pada kegiatan pengadaan N2 cair, Straw, peralatan IB dan Operasional petugas IB. Selain bertujuan memperbaiki mutu bibit sapi kegiatan ini juga diharapkan mendukung program percepatan swasembada daging sapi (P2SDS).
2) Pengembangan Agrotechnopark (ATP) Jembrana
Kegiatan ini ditujukan untuk mendukung penyediaan bibit sapi berkualitas melalui kegiatan IB Sexing dan ET (Embrio Transfer),
A. Kegiatan yang mendukung Program Ketahanan Pangan 1). Kegiatan Pengembangan Usaha Sapi
Bali.
Fokus kegaiatan ini mengarah kepada pemeliharaan ternak sapi sebagai komoditas unggulan pada lokasi‐
lokasi yang menerapkan sistem pemelihatanan secara intensif menggunakan kandang koloni misalnya : di Koperasi ”Nandini
Krisna” di Desa Nusasari dan Agrotechnopark (ATP) Jembrana di Desa Melaya.
2). Pengembangan Hijauan Makanan Ternak (HMT) melaui Kegiatan Pengelolaan Lahan dan Air (PLA).
Kegiatan ini diharapkan untuk mendukung ketersediaan hijauan makanan ternak sepanjang tahun. Adapun kegiatan yang dilaksanakan meliputi pembuatan sumur bor, cubang/embung, jalan produksi untuk memudahkan pengangkutan HMT, optimasi lahan dengan penanaman rumput raja dan leguminosa. Selain kegiatan penamanam HMT berupa penanaman Rumput Raja juga disiapkan kegiatan pakan awetan dalam bentuk UMMB, silase, dan konsentrat di pabrik pakan mini yang berlokasi di Persil Poh Desa Nusasari, Kecamatan Melaya.
Tabel 3.7
Produksi Hasil Ternak 5 Tahun Terakhir Di Kabupaten Jembrana
No. Jenis Ternak Produksi Daging (Ton)
2005 2006 2007 2008 2009
1. Sapi 1.142,90 390,05 503,72 4.412,30 4.528,08
2. Kerbau ‐ ‐ ‐ 431,51 401,22
3. Babi 2.720,26 1.881,11 62,85 1.066,70 999,26
4. Kambing 320,85 188,94 20,16 26,13 25,92
5. Ayam Buras 828,35 833,69 609,87 683,69 681,74
6. Ayam Petelur 72,30 57,38 48,19 36,72 11,47
7. Ayam Pedaging 593,37 466,97 425,13 404,12 466,47
8. Itik 30,87 31,43 28,72 23,56 26,70
Sumber: Dinas Pertanian, Kehutanan dan Kelautan Kab. Jembrana 2009
Tabel 3.8 Populasi Unggas
No
Kecamatan U N G G A S ( Ekor )
A Y A M I T I K
Bukan
ras R a s Jumlah
Ayam Bali Khaki
Chamble Manila Entog Jml
Itik Petelur Pedaging
1 2 3 4 5
MELAYA NEGARA JEMBRANA MENDOYO PEKUTATAN
183.549 89.600 82.752 166457 100.251
5.000 10.000
‐
‐
‐
303.500 55.000 118.000 39.500 46.000
492.049 154.600 200.752 39.500 146.251
4.384 900 2.750 30.440 1.650
‐
‐
‐ 15.220
‐
698 2.129 2.901 3.120 135
5.082 3.029 5.651 48.780 1.785 Jumlah 2009 622.609 15.000 562.000 1.199.609 40.124 15.220 8.983 64.327 Jumlah 2008 624.337 48.000 486.900 1.159.277 45.054 4.849 6.876 56.779 Jumlah 2007 556.958 63.057 512.200 1.132.215 59.003 1.864 8.405 69.272 Jumlah 2006 761.360 75.000 562.600 1.398.960 66.555 ‐ 10.152 76.707 Jumlah 2005 756.480 94.500 809.400 1.568.880 64.801 50 9.562 74.413 Pertumbuhan
Rata–rata ( % ) 3,59 32,29 7,24 6,00 10,80 ‐ 0,38 Sumber: Dinas Pertanian, Kehutanan dan Kelautan Kab. Jembrana 2009
Dalam upaya mewujudkan masyarakat khususnya petani ternak yang sejahtera sebagaimana tertuang dalam visi Dinas Pertanian, Kehutanan dan Kelautan, pelaksanaan kegiatan sub sektor peternakan yang mendukung program tahun 2009 antara lain :
Potensi peternakan merupakan satu subsektor pertanian yang banyak dikerjakan oleh penduduk dikabupaten Jembrana meliputi ternak besar dan ternak unggas seperti Sapi, kerbau, babi, kambing, kuda dan di antara jenis ternak tersebut ternyata sapi dan babi merupakan ternak yang paling banyak dipelihara masyarakat. Dari usaha tersebut untuk sapi tahun 2008 sebanyak 35.697 ekor dan tahun 2009 mencapai 36.633 ekor atau meningkat 2,62 % sedangkan ternak babi tahun 2008 sebanyak 79.640 ekor mengalami penurunan pada tahun 2009 menjadi 74.608 ekor (6,32 %). Populasi ternak kambing tahun 2007 15.158 ekor, tahun 2008 dan tahun 2009 menurun masing‐masing menjadi 12.262 ekor (23,62%), 12.164 ekor (24,61%). Ternak kerbau tahun 2008 sebanyak 3.421 ekor, tahun 2009 menurun menjadi 3.246 ekor (5,12%) ini disebabkan produksinya berkurang sedangkan permintaan untuk dipotong meningkat. Jumlah Populasi Unggas (Ayam bukan ras) jumlah mengalami penurunan pada tahun 2009 sejumlah 622.609 ekor dari tahun 2008 sebanyak 624.337 ekor (3,59%), data selengkapnya pada tabel berikut.
Tabel 3.6
Populasi Hewan Ternak 5 Tahun Terakhir Di Kabupaten Jembrana
No Jenis Ternak Populasi Ternak (Ekor)
2005 2006 2007 2008 2009
1. Sapi Bali 29.952 30.891 32.942 35.697 36.633
2. Kerbau 5.862 5.727 4.997 3.421 3.246
3. Kuda 276 254 222 131 117
4. Kambing 16.603 15.613 15.158 12.262 12.164
5. Babi 84.023 80.870 76.961 79.640 74.608
6. Ayam Pedaging 809.400 562.600 512.200 486.900 562.000
7. Ayam Petelur 94.500 75.000 63.057 48.000 15.000
8. Ayam Buras 756.480 761.360 556.958 624.337 622.609
9. Itik 74.413 76.707 69.272 56.779 64.327
10. Aneka Ternak 24.703 9.647 11.220 10.583 6.917
Sumber: Dinas Pertanian, Kehutanan dan Kelautan Kab. Jembrana 2009