• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. PROGRAM PENGEMBANGAN PENELITIAN

4. Pengembangan Kompetensi

a. Pembentukan riset group atau kelompok studi

Kelompok studi lahir sebagai akibat keinginan mengembangkan kompetensi secara lebih terarah dan fokus. Beberapa dosen yang memiliki motivasi, semangat dan networking yang seirama bergabung dalam kelompok kecil. Keinginan ini adalah wajar. Universitas ini juga memiliki hal serupa, sekalipun dalam wadah yang masih perlu lebih difokuskan, yakni Studi Wanita, Pusat Studi Pembangunan Wilayah

dan Lingkungan Hidup, LP3T, LKBH, LAAM, atau LATMA. Komunikasi dalam forum kecil itu sangat efektif untuk menghasilkan ide atau proposal yang bermutu dan berdampak promosi yang signifikan bagi peneliti atau lembaga.

Implementasi program pengembangan kelompok studi perlu diberi keleluasaan. Universitas bahkan perlu mendorong para doktor baru untuk berkreasi untuk mendalami kompetensinya. Sekalipun tanpa struktur formal, pencatuman kelompok studi memiliki gaung yang besar dan menambah bobot kompetensi dosen yang terjun dalam masyarakat. Ide atau opini dari kelompok studi biasanya akan lebih diterima oleh masyarakat luas.

Kelompok studi memiliki fleksibilitas kurang lebih sama dengan LSM namun memiiliki bobot akademik yang lebih tinggi. Kelompok studi inilah yang melahirkan penulis kolom majalah atau surat kabar, atau kerap diundang dalam forum ilmiah atau kemasyarakatan. Apabila kelompok studi telah diakui oleh masyarakat, Universitas dapat memformalkan strukturnya dalam kerangka mengembangkan kerjasama institusi. ke depan, kelompok studi formal diharapkan makin bertambah hingga 10 buah pada tahun 2025.

b. Pelatihan metodologi

Pelatihan metodologi penelitian dalam arti luas, mencakup telaah pustaka, bahasa (khususnya Inggris), identifikasi masalah, penyusunan proposal, uji statistik, metode analisis, sumber dan prosedur pendanaan, academic networking, serta pemanfaatan multimedia dan presentation masih sangat diperlukan oleh para dosen. Pelatihan metodologi yang bernuansa akademik tinggi, atau yang fokus untuk format hibah peneltian tertentu (misalnya PHB atau RUT) belum pernah dilakukan. Hal ini yang mengakibatkan rendahnya partisipasi dalam penyusunan proposal.

Implementasi program pelatihan metodologi penelitian perlu dilaksanakan segera. Hal ini akan lebih fokus dengan mendatangkan pakar yang memahami prosedur dan kiat-kiat penyusunan proposal menjelang deadline DP3M DIKTI, RUT, Bogasari atau hibah lainnya. Penyelenggaraan pelatihan dapat direncanakan seawal mungkin dengan bantuan pembeayaan DIKTI. Hal ini telah dilakukan oleh Universitas Surabaya atau UMM. Program pelatihan non fokus dapat dilaksanakan untuk analisis statistika, pemodelan, dan sumber dan prosedur pendanaan.

Mendatangkan ahlinya dan melibatkan partisipasi seluruh dosen akan lebih efisien dibandingkan upaya memberangkat ke tempat lain.

Sesudah sepuluh tahun di depan, kegiatan pelatihan metodologi penelitian tidak lagi mengandalkan pakar dari luar. Dosen-dosen dari dalam dengan kompetensi yang relevan dapat melaksanakan proses pembelajaran penelitian sendiri. Hal ini sedikitnya telah dilaksanakan dalam review proposal untuk penelitian dosen muda. Jumlah kegiatan untuk semua ragam pelatihan diharapkan mencapai frekwensi enam kali setahun.

c. Seminar dan pertemuan ilmiah

Seminar atau kegiatan pertemuan ilmiah adalah wadah bagi diseminasi hasil-hasil penelitian. Kegiatan ini pada saat sekarang frekwensinya relatif terbatas, khususnya oleh dosen. Forum seminar rutin internal belum optimal dimanfaatkan. Seminar tingkat nasional hanya terjadi menjelang Dies Natalis Universitas. Hal ini sejalan dengan rendahnya aktivitas penelitian. Namun beberapa dosen cukup aktif dalam pertemuan ilmiah di tempat lain baik diberangkatkan oleh lembaga maupun atas inisiatif individual.

Implementasi program seminar dan pertemuan ilmiah dalam skala regional atau nasional memerlukan persiapan cermat dan dana tidak sedikit. Namun demikian untuk mendapatkan pengalaman, kiranya forum dapat diselenggarakan oleh Fakultas setiap tahun. Perencanaan yang matang disertai peluang kerjasama pendanaan oleh pihak lain sangat didorong.

Program seminar rutin internal Fakultas masih perlu disiasati pengembangannya. Program yang dialokasikan setiap bulan perlu dikembangkan materinya sehingga tidak menunggu hasil-hasil penelitian yang frekwensinya rendah. Materi seminar dapat mencakup isyu-isyu aktual, tukar informasi akademik, atau presentasi dari mengkuti pertemuan di tempat lain. Seminar rutin merupakan wadah bagi terbentuknya lingkungan akademik dan kebersamaan di antara dosen.

d. Lima Kompetensi unggulan

Kompetensi unggulan adalah serangkaian program akademik (non kurikulum) yang wajib ditempuh oleh mahasiswa selama masa perkuliahan. Tujuannya adalah memberikan bekal kompetensi agar kualitas lulusan memiliki mutu sesuai dengan

kebutuhan masyarakat dan khususnya lapangan kerja. program kompetensi melibatkan seluruh sumberdaya Universitas dan para praktisi atau lembaga yang relevan dibidangnya. Hasil akhir dari program adalah sertifikat kompetensi yang disahkan oleh Rektor dan lembaga dunia kerja. Manfaat lain program ini adalah: (i) proses pembelajaran bagi peningkatan mutu akademik dan kompetensi keilmuan di Universitas Widyagama, (ii) memberdayakan sumberdaya dosen, laboratorium dan penunjangnya, dan (iii) meningkatkan kerjasama antara Universitas Widyagama dengan praktisi dan lembaga dunia kerja.

Program lima kompetensi diberlakukan wajib bagi mahasiswa angkatan 2005 dan seterusnya. Pembeayaannya sudah tercakup di dalam SPP mahasiswa yang dibayarkan setiap semester sepanjang masa kuliah. Ada lima kompetensi yang dilaksanakan secara bertahap/berurutan. Pertama Aplikasi Komputer, berisikan materi pengenalan hardware dan software, operating system, dan Microsoft Office. Materi diberikan selama 10 kali pertemuan @ 100 menit. Kompetensi Aplikasi Komputer dilaksanakan pada semester 2 dan atau 3 dalam tanggungjawab adalah Pusat Komputer. Kedua basic conversation, berisikan materi pengenalan percakapan umum dan dasar dalam bahasa Inggris. Materi diberikan selama 10 kali pertemuan @ 100 menit (pada semester 3 hingga 4) dalam pengelolaan Laboratorium Bahasa. Setelah ini mahasiswa diharapkan aktif dalam English Club for Student untuk memelihara dan mengeksplorasi kemampuannya. Ketiga Basic IT (Information Technology), terdiri materi pengenalan hardware IT, jaringan, developing system, dan internet. Materi diberikan selama 10 kali pertemuan @ 100 menit pada semester 4 dan atau 5. Penanggungjawab program adalah CCIT. Keempat Kewirausahaan, terdiri materi pembentukan sikap dan mental berwirausaha, manajemen sistem produksi, kelayakan usaha/proyek, negosiasi, prosedural lembaga keuangan, dan prosedur ekspor-impor. Materi diberikan selama 10 kali pertemuan @ 100 menit pada semester 5 dan atau 6. Penanggungjawab program adalah Pusat Pengembangan Kewirausahaan (P2K). Kelima TOEFL, berisikan materi listening, reading comprehension. Materi diberikan selama 10 kali pertemuan @ 100 menit pada semester 7 dan atau terakhir menjelang wisuda. Penanggungjawab program adalah Laboratorium Bahasa. Harapannya nilai TOEFL

dapat meningkatkan elastisitas alumni Universitas Widyagama pada lapangan kerja yang semakin kompetitif. Sesudah lima atau enam tahun ke depan jumlah mahasiswa dengan nilai TOEFL 500 ke atas akan meningkat 50 persen. Dipastikan manfaat ini juga akan mengalir kepada minat dosen untuk meningkatkan kemampuan bahasa Inggris.

Dokumen terkait