• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.3. Program Kecakapan Hidup (Life Skills)

2.3.1. Pengembangan Pendidikan Kecakapan Hidup

Salah satu upaya yang dilakukan dalam meningkatkan kualitas Pendidikan Nasional adalah salah satunya yang dilakukan adalah Pengembangan Rencana Sekolah (RPS). Yaitu bagaimana sekolah mengembangkan program-program yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang sesuai dengan misi dan visi dari SMK yaitu menghasilkan lulusan yang berkualitas, mandiri serta memiliki keahiann dan ketrampilan.

Menurut Rohiat (2008), di antara RPS yang disusun, salah satunya adalah Pengembangan Pendidikan Kecakapan hidup/PKH (life skills education). Sasaran dari progran pengembangan PKH adalah terwujudnya PKH di sekolah sehingga program-program yang dapat di kembangkan antara lain (1) penyosialisasian PKH di sekolah, (2) penyusunan dan perencanaan program PKH, (3) pengimplementasian PKH, (4) peningkatan supervisi, monitoring dan evaluasi dalam program PKH , (5) peningkatan manajemen program PKH, (6) dan sebagainya.

Dalam melaksanakan sasaran dari program PKH di atas maka perlu adanya strategi agar sasaran terwujud, antara lain (1) melaksanakan workshop/pelatihaan secara internal di sekolah, (2) melakukan kerjasama dengan komite sekolah, (3) melakukan kerjasama dengan masyarakat, (4) melakukan kerjasama dengan LPTK/ instansi lain yang relevan, (5) melakukan kerjasama dengan DU/DI.

Tidak semua sekolah/lembaga penyelenggara pendidikan yang memiliki semua komponen sistem pendidikan menghasilkan output sekolah yaitu, lulusan yang bermutu sebagi sentral tujuan pendidikan, namun sangat tergantung pada tingkat pencapaian tujuan yang telah ditetapkan pada masing-masing komponen. Untuk ketercapaian tujuan tersebut perlu beberapa komponen pendukung dan pelaksana. Dalam hal ini manajemen kelembagaan sekolah sebagai penyelenggara pendidikan perlu melakukan penataan di bidang-bidang garapan sekolah seperti kesiswaan, ketenagaan, kurikulum, sarana dan prasana, keuangan dan kemitraan sekolah dengan masyarakat.

Menurut Triatna dan Komariah (2004), saat ini telah dikembangkan kurikulum berbasis kompetensi yang merupakan respon pendidikan untuk meningkatkan mutu lulusan yang kompeten dalam menata hidup dan kehidupannya dengan menerapkan kemampuan yang dimilikinya. Kompetensi di kembangkan untuk memberikan keterampilan dan keahlian bertahan hidup (life skills) dalam perubahan, pertentangan, ketidakpastian, dan kerumitan kehidupan. Kurikulum berbasis kompetensi ditujukan untuk menciptakan tamatan yang kompeten dan cerdas dalam membangun identitas budaya dan bangsanya dengan memberikan dasar-dasar

pengetahuan, keterampilan, pengalaman belajar yang membangun integritas sosial, serta membudayakan dan mewujudkan karakter nasional..

Kurikulum berbasis kompetensi memudahkan guru dalam menyajikan pengalaman belajar yang sejalan dengan prinsip belajar sepanjang hayat yang mengacu pada empat pilar pendidikan universal yang dikemukan oleh UNESCO (Delor, 1997), yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar melakukan (learning to do), belajar menjadi diri sendiri (learning to be), dan belajar hidup dalam kebersamaan (learning to live together).

Mempersiapkan peserta didik yang memiliki berbagai kompetensi pada hakikatnya merupakan upaya untuk menyiapkan peserta didik yang memiliki kemampuan intelektual, emosional, spiritual, dan sosial yang bermutu tinggi, antara lain berupa keterampilan motorik/manual, kemampuan intelektual, sosial, dan emosional. Dengan memiliki kompetensi semacam itu, peserta didik diharapkan mampu untuk mengatasi segala macam akibat dari adanya perkembangan dan perubahan yang terjaddi dalam lingkungan terdekat sampai yang terjauh (lokal, nasional, regional bahkkan internasional).

Saat ini untuk mewujudkan kurikulum melalui peningkatan relevansi kurikulum dengan program pendidikan life skills sebagai salah satu fokus analisis dalam pengembangan kurikulum. Dalam implementasinya pengembangan pendidikan life skills meliputi keterampilan hidup yang relevan dipelajari di sekolah setelah menyelesaikan satuan program belajar tertentu, bahan belajar harus dipelajari agar keterampilan hidup tersebut dikuasiai siswa yang mempelajarinya, kegiatan dan

pengalaman belajar siswa agar benar-benar menguasai ketrampilan tersebut, sarana dan prasarana pendukung kepemilikan keterampilan yang diinginkan, dan indikator keberhasilan siswa yang mengikutinya.

Pelaksanaan program pengembangan Pendidikan Kecakapan Hidup/PKH (life

skills education) di sekolah dimaksudkan bahwa lembaga pendidikan yang ada

sekarang ini di harapkan bukan hanya sebagai sebuah lembaga yang hanya mampu mencetak SDM yang intelektual dan profesional namun lebih dari itu mampu melahirkan SDM yang memiliki keahlian, keterampilann dan mandiri. Karena diharapkan mampu menjadi motor penggerak dalam pembangunan, yaitu mampu menciptakan lapangan kerja dan mengurangi pengangguran dan sumbangannya sangat besar dan positif dalam upaya pengembangan wilayah.

2.4. Pemetaan Penerapan Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills)

Menurut WHO, kecakapan hidup (life skills) adalah kemampuan perilaku positif dan adaptif yang mendukung seseorang untuk secara efektif mengatasi tuntutan dan tantangan, selama hidupnya. Dalam UU Pendidikan Nasional No. 20/2003 pasal 26 ayat 3 disebutkan bahwa Life Skills Education (LSE) digolongkan sebagai pendidikan non formal, yang memberikan keterampilan personal, sosial, intelektual/akademis dan vokasional untuk bekerja secara mandiri.

Konsep kecakapan hidup (life skills) dalam kurun waktu lama telah pula menjadi perhatian para pakar pendidikan dalam pengembangan kurikulum. Dimana kecakapan hidup (life skills) merupakan salah satu fokus analisis dalam

pengembangan kurikulum pendidikan yang menekankan kecakapan hidup dan bekerja.

Pengembangan kecakapan hidup mengedepankan aspek-aspek : (1) kemampuan yang relevan untuk dikuasai peserta didik, (2) materi pembelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik, (3) kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta didik untuk mencapai kompetensi, (4) fasilitas, dan sumber belajar yang memadai, dan (5) kemampuan-kemampuan yang dapat diterapkan dalam pendidikan peserta didik.

Peryataan di atas dijadikan pondasi bagi penyelenggaraan pendidikan bagi sekolah/daerah dalam mengembangkan pendidikan yang sesuai dengan kondisi peserta didik, keadaan sekolah, potensi dan kebutuhan daerah. Pendidikan kecakapan hidup (life skills) juga diusahakan dalam pengenalan dan pengembangan lingkungan serta diarahkan untuk menunjang peningkatan kualitas sumberdaya manusia, dan pada akhirnya diarahkan untuk meningkatkan kompetensi peserta didik.

Kebijakan yang berkaitan dengan dimasukannya program pendidikan kecakapan hidup (life skills) dalam Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dilandasi kenyataan bahwa dalam pendidikan tidak hanya mengejar pengetahuan semata tetatpi juga pengembangan keterampilan, sikap, dan nilai-nilai tertentu yang dapat direfleksikan dalam kehidupan peserta didik. Sekolah tempat program pendidikan dilaksanakan merupakan bagian dari masyarakat. Untuk itu program pendidikan kecakapan hidup (life skills) di sekolah perlu memberikan

wawasan yang pada peserta didik mengenai keterampila-keterampilan tertentu yang berkaitan dengan pengalaman peserta didik dalam keseharian pada lingkungannya.

Untuk memudahkan program pendidikan kecakapan hidup (life skills) diperlukan adanya model pengembangan yang bersifat umum untuk membantu guru/sekolah dalam mengembangkan muatan kecakapan hidup (life skills) dalam proses pembelajaran. Pendidikan kecakapan hidup bukan merupakan pelajaran yang berdiri sendiri melainkan terintegrasi melalui matapelajaran-matapelajaraan, sehingga pendidikan kecakapan hidup (life skills) dapat merupakan bagian dari semua mata pelajaran yang ada.

Peraturan perundang-undangan yang dijadikan landasan dalam mengembangkan kurikulum kecakapan hidup (life skills) pada sekolah formal adalah sebagai berikut :

1. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Naasional, Pasal 36 ayat (1, 2, dan 3) daan pasal 38 ayat (2).

2. UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

3. Undang-undang Nomor 11 tahun 2006 tentan Pemerintahan Aceh (UUPA) dan Pasal (17) Qanun No. 5 tahun 2008.

4. PP No. 19 Tahun 2005, Pasal 13 ayat (1, 2, 3, dan 4). 5. Standar Isi dan Stándar Kompetensi Lulusan.

2.5. Profil Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills)

Dokumen terkait