• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan Smk Program Pendidikan Sistem Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Selatan – Provinsi Aceh"

Copied!
156
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KUALITAS PENDIDIKAN LIFE SKILLS LULUSAN

SMK PROGRAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA DALAM

PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN

ACEH SELATAN – PROVINSI ACEH

TESIS

Oleh

F A U Z I A H

077003038/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS KUALITAS PENDIDIKAN LIFE SKILLS LULUSAN

SMK PROGRAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA DALAM

PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN

ACEH SELATAN – PROVINSI ACEH

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magíster Sains dalam Program Studi

Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Konsentrasi

Perencanaan Pendidikan pada Sekolah Pascasarjana Universitas

Sumatera Utara

Oleh

FAUZIAH

07003038/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : ANALISIS KUALITAS PENDIDIKAN LIFE SKILLS LULUSAN SMK PROGRAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN ACEH SELATAN – PROVINSI ACEH Nama Mahasiswa : Fauziah

Nomor Pokok : 077003038

Program Studi : Perencanaan Wilayah dan Pedesaan

Menyetujui, Komisi Pembimbing

(Prof.Bachtiar Hassan Miraza) Ketua

(Prof.Aldwin Surya,SE,M.Pd,Ph.D) (Dr.Ir. Tavi Supriana,MS) Anggota Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Bachtiar Hassan Miraza) (Prof.Dr. Ir. T. Chairun Nisa D, MSc )

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 03 Agustus 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Bachtiar Hassan Miraza

Anggota : 1. Prof. Aldwin Surya, SE, M.Pd, Ph.D 2. Dr. Ir. Tavi Supriana, MS

(5)

PERNYATAAN

ANALISIS KUALITAS PENDIDIKAN LIFE SKILLS LULUSAN

SMK PROGRAM PENDIDIKAN SISTIM GANDA DALAM

PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN

ACEH SELATAN – PROVINSI ACEH

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2009

(6)

ABSTRAK

FAUZIAH, Judul Penelitian “Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan SMK Program Pendidikan Sistim Ganda dalam Pengembangan Wilayah di Kabupaten Aceh Selatan-Provinsi Aceh”, Komisi Pembimbing: Prof. Bachtiar Hassan Miraza (Ketua), Prof. Aldwin Surya, SE. M.Pd. Ph.D (anggota), dan Dr. Ir. Tavi Supriana, MS (Anggota).

Pendidikan sebagai pendukung pembangunan diharapkan mampu meningkatkan potensi kompetensi peserta didik. Kompetensi sangat diperlukan ketika siswa mulai berkompetisi dalam memasuki kehidupan sosial dan dunia kerja. Seseorang dituntut untuk mampu menerapkan apa yang menjadi keahlian atau kecakapan hidup (life

skills) yang dimiliki. Namun demikian belum semua jenjang sekolah memasukan

program pendidikan kecakapan hidup (life skills) sebagai salah satu fokus analisis dalam pengembangan kurikulum terutama pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah.

Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk menganalisis apakah ada peningkatan life skills lulusan SMK sebelum dan sesudah melaksanakan Praktik Kerja Industri serta kontribusi pelaksanaan praktik kerja industri dalam menyiapkan sumberdaya manusia (SDM) berkualitas sabagai salah satu pilar pengembangan wilayah di Kabupaten Aceh Selatan.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis uji beda rata-rata

(paired samples t-test). Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari

nilai pra PSG dan nilai sertifikat pelaksanaan praktik kerja industri lulusan SMK yang telah melaksanakan praktik kerja industri dan saat ini bekerja sebagai tenaga penyuluh lapangan harian pertanian. Data skunder diperoleh dari beberapa instansi yang terkait dengan penelitian.

Hasil penelitian menunjukan ada peningkatan life skills lulusan SMK Negeri I Pasie Raja sebelum dan sesudah melaksanakan praktik kerja industri. Nilai rata-rata

life skills teknis sebelum praktik kerja industri sebesar 309,860 meningkat menjadi

401,620 setelah melaksanakan praktik kerja industri. Nilai rata-rata life skills non teknis sebelum melaksanakan praktik kerja industri 352,480 meningkat menjadi 422,880 setelah melaksanakan praktik kerja industri. Kontribusi peningkatan life

skills lulusan SMK setelah melaksanakan praktik kerja industri dalam pengembangan

wilayah adalah menyiapkan sumberdaya manusia (SDM) berkualitas yang dapat mendorong peningkatan produksi dan produktivitas pertanian di Kabupaten Aceh Selatan.

(7)

ABSTRACT

FAUZIAH, the Title of Study “Quality Analysis of Life Skills Education Graduation from Vocational High School of Multiple System Education Program on Regional Development in South Aceh District-Aceh Province”, under consultation of Prof. Bachtiar Hassan Miraza (Coordinator), Prof. Aldwin Surya, SE,M.Pd,Ph.D (Co-Coordinator) and Dr.Ir. Tavi Supriana,MS (Co-Coordinator).

Education as support of development is hoped to be able to increase puteatial the competence of educatee. Competence is needed so much when we begin to compete in entering the social life and work. Someone is claimed to able to apply whatever his skills (life skills) they have. The problem is not alllevel of school to enter the life skills education program as a focus of analysis in development of curriculum especially the education level of Midlle School.

The objective of the study are to of the analysis the existence of life skills improvement of graduation from vocational school before and after Industrial Work Practice and contribution of industrial work practice implementation in preparing the quality human power as one of pillars in regional development of South Aceh. The method used in the study included a significance test (paired samples t-test). The data used is primary data gained from the value of pre-PSG and certificate value of industrial work practice implementation from graduation of Vacational School who completed the industrial work practice and recently working as daily extensor of agriculture in field. The secondary data is gained from some related instancies related with this research.

The result of the study shows that there is improvement in life skills of those who graduated from vocational School Negeri I Pasie Raja before and after completing the industrial work practice. The average life skills value technically before industrial work practice is 409,860 increasing to 401,620 after completing the industrial work practice. The average life skills value of non-technic before implementing the industrial work practice is 452,480 increasing to 422,880 after completing the industrial work practice. The contribution of life skills improvement from graduation of Vacational School after completing the industrial work practice on development of region is preparing the quality of human resourses. They can support the improvement of production and agriculture productivity in District of South Aceh.

(8)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah memberikan kemudahan bagi penulis untuk dapat menyelesaikan penulisan Tesis ini. Tesis ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister pada Sekolah Pascasarjana Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD) Konsentrasi Perencanaan Pendidikan pada Universitas Sumatera Utara (USU) Medan. Tesis ini berjudul ”Analisis Kualitas Pendidikan Life Skills Lulusan SMK Program Pendidikan Sistim Ganda Dalam Pengembangan Wilayah Perdesaan di Kabupaten Aceh Selatan-Provinsi Aceh”

Penyelesaian Tesis ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari semua

pihak, untuk itu penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada Prof. Bachtiar Hassan Miraza selaku ketua komisi pembimbing sekaligus sebagai

ketua Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD) Universitas Sumatera Utara; Prof. Aldwin Surya, S.E, M.Pd, Ph.D dan Dr.Ir. Tavi Supriana, MS selaku dosen pembimbing yang dengan ketulusan, kearifan dan kesabaran telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing penyusunan tesis ini.

1. Bapak Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE dan bapak Kasyful Mahalli, S.E, M.Si selaku dosen pembanding sekaligus sebagai Sekretaris Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan Universitas Sumatera Utara. Serta Drs. Rujiman M.A, selaku dosen pembanding yang telah memberikan banyak masukan dan saran demi kesempurnaan tesis ini.

2. Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B,M.Sc, Selaku Direktur Sekolah Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara.

(9)

4. Menteri Pendidikan Nasional yang telah memberikan dukungan pembiayaan melalui Program Beasiswa Unggulan hingga penyelesaian Tesis ini berdasarkan DIPA Sekretariat Jendral DEPDIKNAS Tahun Anggaran 2007 sampai dengan 2009.

5. Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan, Kepala Bappeda Kabupaten Aceh Selatan, Kepala BPS, Kepala Dinas Pendidikan Aceh Selatan, Kepala BKPPP Aceh Selatan beserta BKPPP Kecamatan Kluet Utara, Kluet Selatan dan Pasie raja dan seluruh tenaga penyuluh lapangan harian pertanian, Kepala Dinas Holtikultura, Kepala Sekolah SMK Negeri I Pasie Raja serta seluruh staf yang telah membantu dalam proses penelitian ini dan kepada Ir. Suhartono yang telah banyak membantu penulis.

6. Ayahanda Muhammad dan Ibunda Halimah atas dukungan dan segala doanya. 7. Istimewa Almarhum Abangda Yusfahmi beserta istri Almarhummah Sarianti

serta Almarhum ananda Nanda Fahrian, David Fahrian dan Khauthsar Fahrian Semoga segala apa yang telah abangda berikan pada adinda mandapat balasan yang setimpal dari Allah SWT serta segala Amal Ibadannya diterima dan diberikan tempat yang layak di sisi-Nya. Amin.

8. Abangda Harmizan beserta Istri Afrida,, Kakanda Raimi, S.Ag beserta Suami Muslim,SE, Darmi, A.Md beserta Suami Usman Him yang penulis hormati dan Adinda Zarmawi, S.Pdi beserta Istri Sri dan Adinda Salmiati, S.Pdi serta ananda Nelly Khairana, A.Md, Agus Safari, M. Ali Hanafiah, Yusmahdi Saputra, Aprian Khautsar, Raihanna Mahfuza, Afwan Juliandi, Putri Annisa Meylisa, Ulfiah Rahmah, M. Farel Suharto dan Ulsuffhi yang sangat penulis sayangi 9. Mariano, Susi Susilawati Hrp, Bustami serta teman-teman kuliah di Program

Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD) Konsentrasi

Perencanaan Pendidikan Program Beasiswa Unggulan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

(10)

Penulis menyadari bahwa segala kekurangan dalam penulisan Tesis ini ádalah datangnya dari penulis, dan segala kesempurnaan hanya milik ALLAH SWT, oleh karenanya segala kritik dan saran yang bersifat perbaikan akan diterima dengan tangan terbuka dan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya.

Akhir kata, semoga penyusunan tesis ini sebagai sebuah karya Ilmiah dapat berguna bagi semua pihak yang berkepentingan.

Medan, Juli 2009

(11)

RIWAYAT HIDUP

Telah lahir seorang bayi perempuan pada 27 Juli 1976 dari pasangan Muhammad dan Halimah. Bayi mungil tersebut diberi nama Fauziah yang artinya sebuah kemenangan. Dengan penuh kasih sayang sama seperti bayi-bayi lain yang dilahirkan ke dunia di harapkan agar menjadi insan yang berilmu pengetahuan baik dunia maupun akhirat serta beraklak mulia maka kedua orang tua memasukannya ke SD Negeri 4 Barat Daya selesai tahun 1988, SLTP Negeri Kandang selesai tahun 1991 dilanjutkan SLTA Negeri Kandang selesai tahun 1994, semuanya diselesaikan tepat waktu di Kecamatan Kluet Selatan Kabupaten Aceh Selatan Propinsi Daerah Istimewa Aceh dulunya sekarang Nanggroe Aceh Darussalam.

Melanjut pendidikan Perguruan Tinggi pada tahun 1996 pada Universitas Syiah Kuala dan selesai pada tahun 2001. Dengan izin Allah SWT pada tahun 2005 diangkat menjadi PNS sebagai Guru pada SMK Negeri I Pasie Raja. Pada Nopember 2007 dengan bantuan dari DIKTI bekerjasama dengan Universitas Sumatera Utara melalui Beasiswa Unggulan melalui ujian seleksi lulus melanjutkan pendidikan pada Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Konsentrasi Perencanaan Pendidikan SPS-USU di Medan.

(12)

DAFTAR ISI

2.3. Program Kecakapan Hidup (Life Skills)... 15

(13)

2.4. Pemetaan Penerapan Pendidikan Kecakapan

Hidup (Life Skills) ... 18

2.5. Profil Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills)... 21

2.5.1. Pengertian Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills) ... 21

2.5.2. Tujuan Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills)... 23

2.5.3. Manfaat Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills)... 25

2.6. Terampil dan Mandiri ... 26

2.7. Sumberdaya Manusia yang Berkualitas ... 26

2.8. Produktivitas ... 27

2.9. Pengembangan Wilayah... 30

2.10. Penelitian Sebelumnya ... 33

2.11. Kerangka Pemikiran... 38

2.12. Hipotesis Penelitian... 40

(14)

4.3. Profil Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills)

di Kabupaten Aceh Selatan ... 61

4.4. Komponen Praktik Kerja Industri ... 67

4.4.1. Institusi Pasangan... 67

4.4.2. Sistem Penilaian dan Sertifikasi... 72

4.4.3. Kelembagaan Kerjasama... 72

4.4.4. Nilai Tambah dan Insentif... 72

4.5. Pelaksanaan Praktek Kerja Industri (Prakerin) ... 73

4.5.1. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan... 75

4.5.1.1. Cara Pelaksanaan ... 75

4.5.1.2. Tahapan Pelaksanaan ... 76

4.6. Hasil Analisis Peningkatan Life Skills Lulusan SMK Negeri I Pasie Raja... 78

4.7. Analisis Peningkatan Life Skills Sebelum dan Sesudah Melaksanakan Praktik Kerja Industri (Prakerin) ... 80

4.7.1. Hasil Uji Statistik Berpasangan Untuk Life Skills yang Bersifat Non Teknis ... 80

4.7.2. Hasil Uji Statistik Berpasangan Untuk Life Skills yang Bersifat Teknis ... 83

(15)

4.8.5.1. Terbentuknya Kelompok – Kelompok Tani .. 98

4.8.5.2. Terbentuknya Perkumpulan Petani Pemakai Air ( P3A )... 101

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 103

5.1. Kesimpulan ... 103

5.2. Saran ... 104

(16)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1. Populasi dan Sebaran Tenaga Penyuluh Lapangan Harian

pada 16(enam belas) Kecamatan di Kabupaten Aceh Selatan ... 43

3.2. Sebaran Populasi dan Jumlah Sampel pada 7 (Tujuh) Kecamatan ... 44

3.3. Kategori Nilai Praktik Kerja Industri... 46

3.4. Indikator Penilaian Life Skills Lulusan Sebelum dan Sesudah Melaksanakan Praktik Kerja Industri... 46

4.1. Luas Wilayah Kabupaten Aceh Selatan Dirinci menurut Kecamatan tahun 2007... 52

4.2. Jumlah Rata-Rata Penduduk, Per Km2, dan Rumah Tangga dalam Kabupaten Aceh Selatan ... 53

4.3. Distribusi Tenaga Penyuluh Lapangan Harian Pertanian (Lulusan SMK) Berdasarkan Tahun Lulus ... 59

4.4. Pelatihan Kecakapan hidup Life Skils yang di Selenggarakan Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2005 ... 65

4.5. Penilaian Peningkatan Life Skills Lulusan SMK... 78

4.6. Hasil Analisis Perbedaan Life Skills Non Teknis... 81

4.7. Hasil Analisis Perbedaan Life Skills Teknis... 83

4.8. Luas Panen, Produktivitaas dan Produksi Padi (Sawah + Ladang) Kecamatan di Kabupaten Aceh Selatan Keadaan Tahun 2007 ... 91

4.9. Perbandingan Jumlah Penyerapan Tenaga Penyuluh Lapangan Harian Pertanian ... 94

(17)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1 Kerangka Pemikiran... 39 2 Bagan Organisasi Pelaksanaan Program Pendidikan Kecakapan

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Rekapitulasi Petikan Wawancara ... 109

2. Uji Statistik Berpasangan Non Teknis... 122

3. Uji Statistik Berpasangan Teknis... 123

4. Data Tenaga Penyuluh Lapangan Harian Pertanian Kabupaten Aceh Selatan ... 124

5. Data Nilai Teknis dan Non Teknis... 127

6. Dokumentasi Penelitian ... 129

7. Peta Lokasi Penelitian ... 136

BAB I

PENDAHULUAN

(19)

Indonesia merupakan negara berkembang yang masih memiliki warga miskin relatif tinggi. Jumlah penduduk Indonesia yang berada dibawah garis kemiskinan sampai dengan bulan Maret 2008 sebesar 34,96 juta orang (15, 42 persen). Pangkal awal dari kemiskinan di antaranya adalah rendahnya tingkat pendidikan, disebabkan biaya pendidikan yang masih sangat mahal sehingga sulit dijangkau oleh kalangan masyarakat yang tingkat pendapatannya masih di bawah rata-rata .

Pendidikan memiliki peran berarti bagi pembentukan generasi suatu bangsa. Keberhasilan pendidikan yang dinikmati oleh penduduk di satu negara mampu mewujudkan terjadinya perubahan di berbagai sendi kehidupan masyarakat. Proses pendidikan mengajarkan peserta didiknya untuk memahami dan menguasai ilmu pengetahuan dan meningkatkan keterampilan dalam penguasaan teknologi. Banyak negara maju didunia yang merasakan pentingnya pendidikan dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Menyadari hal itu pemerintah melalui instansi terkait berupaya untuk menuntaskan masalah pendidikan yang dihadapi oleh bangsa ini dengan berupaya mewujudkan Misi dan Visi Pendidikan Nasional yaitu pertama, meningkatkan pemerataan dan perluasan kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang

(20)

jati diri bangsa dalam proses industrialisasi dan mendorong terjadinya perubahan masyarakat Indonesia dalam memasuki era globalisasi di abad ke-21. Pembangunan pendidikan harus mampu memantapkan jati diri bangsa Indonesia di tengah pergaulan dengan bangsa lain, sehingga dalam keadaan bagaimanapun, tetap tampil sebagai bangsa Indonesia dengan segala kepribadiannya.

Pemerintah terus melakukan pembenahan melalui berbagai upaya salah satunya Pendidikan Menengah Kejuruan (SMK), tujuan utama antara lain menyiapkan lulusan memasuki dunia kerja. Seiring dengan itu diperkenalkan kebijakan kesesuaian dan kesepadaman (link and match) dengan tujuan meningkatkan kualitas lulusan yang memiliki keterampilan dan kemampuan intelektual sebagai calon tenaga kerja yang tangguh, handal dan profesional. Kebijakan kesesuaian dan kesepadaman (link and match) pada dasarnya berlaku untuk seluruh jenis dan jenjang pendidikan, dan khususnya untuk pendidikan menengah kejuruan. Kebijakan ini dioperasionalkan dalam bentuk pelaksanaan program Pendidika Sistem Ganda (PSG).

(21)

dua tempat, sebagian program yaitu teori dan praktik dasar kejuruan dilaksanakan di sekolah (SMK) dan sebagian lainnya dilaksanakan di dunia kerja, keahlian produktif diperoleh melalui kegiatan bekerja di dunia kerja. Pola penyelenggaraan pendidikan di dua tempat ini, akan memaksa SMK mendekatkan dunianya (dunia sekolah) ke dunia kerja, menyesuaikan isi dengan kebutuhan dunia kerja, untuk mempermudah transfer nilai-nilai dan perilaku kerja sebagaimana yang berlaku di dunia kerja.

Tujuan yang dicapai dalam pelaksanaan program Pendidikan Sistem Ganda (PSG) salah satunya adalah menghasilkan tenaga kerja yang terampil dan mandiri, yaitu tenaga kerja yang memiliki tingkat pengetahuan, keterampilan atau kecakapan hidup (life skills) dan etos kerja yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja. Seiring dengan berjalannya waktu, pelaksanaan program PSG diformulasikan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan Indonesia. Dilakukan upaya-upaya yang optimal, agar program yang telah dirancang secara terstandar di dukung oleh SDM, manajemen, sarana dan prasarana yang juga terstandar. Mutu produk pendidikan sangat erat kaitannya dengan proses pelaksanaan pembelajaran yang dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya, kurikulum, tenaga kependidikan, proses pembelajaran, sarana prasarana, alat dan bahan, manajemen sekolah (kepala sekolah), lingkungan sekolah dan peran serta masyarakat.

(22)

bersangkutan dapat menghadapi dan menjawab persoalan kehidupan yang menghadang dihadapannya.

Pendidikan yang dilaksanakan harus mampu menggali potensi yang dimiliki sebagai dasar dalam mendalami kompetensi dari peserta didik. Hal ini akan sangat diperlukan oleh seseorang ketika mulai berkompetisi dalam memasuki kehidupan sosial dan dunia kerja. Seseorang dituntut untuk mampu menerapkan apa yang menjadi keahlian atau kecakapan hidup (life skills ) yang dimilikinya .

Menurut Sinaga (2004) dalam Indrawati (2005), Life skills dapat diartikan sebagai “kecakapan hidup/keterampilan hidup”, yaitu kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problema hidup dan kehidupan dengan wajar tampa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga mampu mengatasinya.

Penyelenggaraan pendidikan life skills sesuai pula dengan, visi dan misi dari SMK itu sendiri yaitu menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif, mampu bekerja mandiri, mampu bersaing dalam setiap lowongan kerja yang tersedia di dunia usaha dan industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah sesuai dengan kompetensi yang dimiliki.

(23)

Kehadiran SMK Negeri I Pasie Raja sangat diharapkan karena sebagai daerah Agraris Kabupaten Aceh Selatan sangat membutuhkan tenaga yang memiliki kemampuan bidang keahlian pertanian. Sebagai komponen pendukung bagi kemajuan pertanian. Tujuannya diharapkan mampu meningkatkan hasil-hasil pertanian.

Menurut Miraza (2008), suatu masyarakat harus dibangun bukan dimulai dari sudut kesejahteraan materi, tetapi kemandirian, keahlian dan keterampilan. Masyarakat tidak harus dihindari dari kemiskinan tetapi dari kebodohan. Masalah utama masyarakat terbelakang adalah kebodohan. Oleh sebab itu, maka kebodohanlah yang harus dihindarkan. Masyarakat yang terhindar dari kebodohan secara langsung akan terhindar dari kemiskinan dan kemelaratan.

Keinginan mendapat pendidikan yang layak, sejak lama telah memicu

berlangsungnya proses migrasi internal yaitu perpindahan sejumlah orang dari desa ke kota di dalam satu wilayah untuk memperoleh pendidikan. Dalam logika mereka seorang anak yang memiliki pendidikan tinggi berpeluang mendapatkan pekerjaan dengan imbalan yang layak di kota, sehingga juga berhasil

memperbaiki peringkat status sosial keluarga mereka ke posisi yang lebih baik di antara warga desa (Surya, 2006).

(24)

ternyata semua itu tidak terbukti. Negara-negara yang ketergantungan kepada sumber daya alam yang sangat besar akan mudah terkena penyakit “dutch

disease” suatu istilah dalam konsep Economic Development yang mengacu pada

adanya kekayaan alam yang melimpah (minyak atau sumber daya alam lainnya) namun membawa petaka yang besar bagi negara yang memilikinya. Bahkan petaka yang ditimbulkan bukan saja membuat negara tersebut jatuh miskin secara ekonomi, tetapi juga secara sosial-budaya.

Menurut Surya (2007), keadaan seperti ini tentunya sangat tidak diinginkan oleh suatu negara. Banyak negara memberi perhatian serius bagi pendidikan melalui alokasi dana yang besar untuk pendidikan pada setiap tahun anggaran dan diimbangi dengan sistem pendidikan yang memungkinkan semua warga berkesempatan mendapat pendidikan layak. Program ini idealnya dilaksanakan secara optimal, tidak setengah-setengah apalagi dilaksanakan setengah hati.

Kunci sukses dalam menghadapi tantangan berat itu terletak pada kualitas sumberdaya manusia (SDM) Indonesia yang handal dan berbudaya. Oleh karena itu, peningkatan kualitas sumberdaya manusia sejak dini merupakan hal penting yang harus dipikirkan dan dilaksanakan secara sungguh-sungguh.

(25)

Selatan-Provinsi Aceh”, sebagai pembangunan jangka panjang dan berkesinambungan dalam meningkatan sumberdaya manusia berkualitas, terampil dan mandiri.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apakah ada perbedaan Life Skills bidang keahlian lulusan SMK sebelum dan sesudah melaksanakan Praktik Kerja Industri.

2. Bagaimana kontribusi pelaksanaan Praktik Kerja Industri terhadap pengembangan wilayah di Kabupaten Aceh Selatan.

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis apakah ada perbedaan Life Skills bidang keahlian lulusan SMK sebelum dan sesudah melaksanakan Praktik Kerja Industri.

2. Untuk menganalisis bagaimana kontribusi pelaksanaa Praktik Kerja Indistri terhadap pengembangan wilayah di Kabupaten Aceh Selatan.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat kepada berbagai pihak seperti :

(26)

peningkatan sumberdaya manusia yang yang memiliki Life Skills terampil dan mandiri.

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pendidikan Sistem Ganda (PSG)

Salah satu bentuk nyata implementasi kebijakan kesesuaian dan kesepadaman (link and match) adalah pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Pendidikan Sistem Ganda (PSG) pada dasarnya mengandung dua prinsip, yaitu : Pertama, Program pendidikan kejuruan pada SMK adalah program bersama (joint program) antara SMK dengan industri/perusahaan pasangannya. Prinsip ini merupakan konkritisasi peralihan dari suppply driven ke

demand driven. Peralihan dalam arti kewenangan dan tanggung jawab secara sepihak

oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan ke arah kebersamaan dan tanggung jawab bersama dengan piha-pihak yang berkepentingan dengan pendidikan kejuruan. Kedua, Program pendidikan kejuruan dilakukan di dua tempat sebagian program yaitu teori dan praktik dasar kejuruan di sekolah (SMK), dan sebahagian lainnya dilaksanakan di dunia kerja, yaitu keahlian produktif yang diperoleh melalui kegiatan bekerja di dunia kerja.

(28)

kebutuhan kerja, untuk mempermudah transfer nilai-nilai dan perilaku kerja sebagaimana yang berlaku di dunia kerja (Djojonegoro, 1995). PSG juga dimaksudkan sebagai pranata (means) untuk mempercepat proses pembaharuan pendidikan kejuruan serta strategi pengembangannya.

2.1.1. Konsep Pendidikan Sistem Ganda (PSG)

Pendidikan Sistem Ganda (PSG) adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan keahlian kejuruan yang memadukan secara sistematik dan sinkron program pendidikan di sekolah dan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui bekerja langsung di dunia kerja, terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian profesional tertentu.

Dari pengertian di atas terlihat selain lembaga pendidikan dan pelatihan maka tanggung jawab dalam penyelenggaraan program pendidikan dan pelatihan kejuruan juga menjadi tanggung jawab dunia industri/ perusahaan tertentu. Tanggung jawab itu mulai dari tahap perencanaan program, tahap penyelenggaraan, sampai pada tahap penilaian dan penentuan kelulusan peserta didik, serta upaya pemasaran tamatannya.

(29)

institusi pasangan (dunia usaha/dunia industri). Mengapa ini penting, karena pelaksanaan pendidikan sistim ganda diarahkan untuk menghasilkan tamatan yang memiliki keahlian/kompetensi atau kecakapan hidup (life skills) tertentu secara terstandar sesuai denga kebutuhan tenaga kerja , maka senantiasa mengacu pada pencapaian standar kemampuan/ kompetensi sesuai dengan tuntutan jabatan pekerjaan atau profesi tertentu yang berlaku di lapangan kerja.

Berdasarkan standar kemampuan yang harus dikuasai dan materi yang harus di pelajari, maka disepakati waktu atau berapa lama dilaksanakan di sekolah dan berapa lama di institusi pasangannya (dunia industri/ perusahaan). Juga di sepakati pola pelaksanaan, apakah model hour-release, day-release dan blok- release atau kombinasi.

Selanjutnya dalam pelaksanaan pelatihan, diserahkan pada dunia industri/perusahaan penyelengara. Namun tidak terlepas dari kerangka yang telah di sepakati. Begitupun pada tahap penilaian di serahkan sepenuhnya kepada lembaga penyelenggara, tentu saja penilaiannya dari tiga aspek, yaitu : aspek kognitif, aspek apektif dan aspek Psikomotorik. Dalam penentuan kelulusan, selain ditentukan oleh sertifikat yang diperoleh dari dunia industri juga di tentukan oleh hasil ujian kompetensi masing-masing bidang keahlian yang telah dilaksanakan dalam PSG. Sistem penilaian ini diberikan oleh kedua belah pihak yaitu pihak sekolah dan dunia industri.

(30)

untuk diakui di dunia kerja dalam upaya memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang profesional. Selain itu diakui bahwa peserta didik tersebut telah memiliki kecakapan hidup tertentu (life Skills) yang mungkin tidak semua orang memilikinya.

Dilihat dari uraian di atas, penyelenggaran Pendidikan dan pelatihan dengan pendekatan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) adalah untuk :

1. Menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian profesional, yaitu tenaga kerja yang memiliki tingkat pengetahuan, keterampilan dan etos kerja yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja ;

2. Meningkatkan dan memperkokoh kesesuaian dan kesepadaman (link and

match) antara lembaga pendidikan dan pelatihan kejuruan dengan dunia Kerja;

3. Meningkatkan efisiensi penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan tenaga kerja berkualitas, dengan memamfaatkan sumberdaya yang ada di dunia kerja;

4. Memberi pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai bagian dari proses pendidikan.

2.1.2. Strategi Pengembangan

(31)

Strategi pentahapan dan pembabakan, adalah proses pembentukan pemahaman, kepedulian dan komitmen, memerlukan proses penerimaan tata nilai baru, perubahan pola pikir, sikap dan prilaku dari segenap pelaku yang terlibat. Pada tahap pembabakan, di harapkan sejalan dengan langkah penyiapan sumberdaya manusia menghadapi globalisasi.

2.2. Praktek Kerja Industri (Prakerin)

Kemungkinan terlaksananya PSG di SMK sangat bergantung kepada ketersedian dunia usaha dan industri menjadi pasangan SMK untuk bekerjasama melaksanakan program tersebut, karena ikut berperan dalam penyelenggaraan PSG sebelum menjadi kewajiban yang diatur dalam undang-undang. Ada atau tidak adanya kesedian dunia usaha/industri untuk menjadi institusi pasangan sangat di tentukan oleh kemampuan manajemen sekolah dalam mendekati dan menyakinkan dunia usaha dan industri. Kegiatan kerjasama dengan dunia industri /dunia usaha yang telah di kembangkan, dapat menjadi modal dasar untuk lebih difokuskan kepada kerjasama pelaksanaan PSG. Praktik kerja industri (prakerin) yang dilaksanakan dalam PSG memiliki beberapa keuntungan, baik bagi sekolah, siswa maupun institusi pasangan ( dunia industri/perusahaan ).

(32)

upaya peningkatan mutu. Juga memberikan kepuasan bagi penyelenggara pendidikan kejuruan (SMK dan para pelaku lainnya) karena tamatannya lebih terjamin memperoleh bekal keahlian (life skills) yang bermakna, baik untuk kepentingan siswa itu sendiri maupun untuk untuk kepentingan pembangunan bangsa pada umumnya.

Pelaksanaan praktik kerja industri (prakerin), bagi siswa memperoleh banyak keuntungan. Produk lulusan/siswa akan lebih bermakna, karena setelah tamat akan betul-betul memiliki bekal keahlian (life skills) profesional untuk terjun ke lapangan kerja sehingga dapat meningkatkan taraf kehidupannya dan untuk bekal pengembangan dirinya secara berkelanjutan. Keahlian (life skills) yang diperoleh melalui PSG dapat mengangkat harga dan rasa percaya diri tamatan.

Penyelenggaran PSG bagi dunia industri/dunia usaha sebagai institusi pasangan adalah institusi pasangan mengenal persis kualitas peserta didik yang belajar dan bekerja di perusahaannya. Kalau dinilai bisa menjadi aset, dapat direkrut menjadi tenaga kerja di perusahaan , tapi bila tidak maka tidak ada keharusan bagi perusahaan untuk mempekerjakan siswa yang praktik tersebut. Selain itu, memberi kepuasan tersendiri bagi dunia usaha dan industri penyelenggara karena memperoleh pengakuan ikut serta menentukan masa depan bangsa melalui PSG.

(33)

sesuai dengan situasi dan kondisi serta kebutuhan pembangunan bangsa dan negara. Keahlian, keterampilan, dan moral perlu ditekankan pada para lulusan agar para lulusan memiliki sikap kemandirian dan harga diri tinggi.

2.3. Program Kecakapan Hidup (Life Skills)

2.3.1. Pengembangan Pendidikan Kecakapan Hidup di Sekolah (life skills education)

Salah satu upaya yang dilakukan dalam meningkatkan kualitas Pendidikan

Nasional adalah salah satunya yang dilakukan adalah Pengembangan Rencana Sekolah (RPS). Yaitu bagaimana sekolah mengembangkan program-program yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang sesuai dengan misi dan visi dari SMK yaitu menghasilkan lulusan yang berkualitas, mandiri serta memiliki keahiann dan ketrampilan.

(34)

Dalam melaksanakan sasaran dari program PKH di atas maka perlu adanya strategi agar sasaran terwujud, antara lain (1) melaksanakan workshop/pelatihaan secara internal di sekolah, (2) melakukan kerjasama dengan komite sekolah, (3) melakukan kerjasama dengan masyarakat, (4) melakukan kerjasama dengan LPTK/ instansi lain yang relevan, (5) melakukan kerjasama dengan DU/DI.

Tidak semua sekolah/lembaga penyelenggara pendidikan yang memiliki semua komponen sistem pendidikan menghasilkan output sekolah yaitu, lulusan yang bermutu sebagi sentral tujuan pendidikan, namun sangat tergantung pada tingkat pencapaian tujuan yang telah ditetapkan pada masing-masing komponen. Untuk ketercapaian tujuan tersebut perlu beberapa komponen pendukung dan pelaksana. Dalam hal ini manajemen kelembagaan sekolah sebagai penyelenggara pendidikan perlu melakukan penataan di bidang-bidang garapan sekolah seperti kesiswaan, ketenagaan, kurikulum, sarana dan prasana, keuangan dan kemitraan sekolah dengan masyarakat.

(35)

pengetahuan, keterampilan, pengalaman belajar yang membangun integritas sosial, serta membudayakan dan mewujudkan karakter nasional..

Kurikulum berbasis kompetensi memudahkan guru dalam menyajikan pengalaman belajar yang sejalan dengan prinsip belajar sepanjang hayat yang mengacu pada empat pilar pendidikan universal yang dikemukan oleh UNESCO (Delor, 1997), yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar melakukan (learning to do), belajar menjadi diri sendiri (learning to be), dan belajar hidup dalam kebersamaan (learning to live together).

Mempersiapkan peserta didik yang memiliki berbagai kompetensi pada hakikatnya merupakan upaya untuk menyiapkan peserta didik yang memiliki kemampuan intelektual, emosional, spiritual, dan sosial yang bermutu tinggi, antara lain berupa keterampilan motorik/manual, kemampuan intelektual, sosial, dan emosional. Dengan memiliki kompetensi semacam itu, peserta didik diharapkan mampu untuk mengatasi segala macam akibat dari adanya perkembangan dan perubahan yang terjaddi dalam lingkungan terdekat sampai yang terjauh (lokal, nasional, regional bahkkan internasional).

(36)

pengalaman belajar siswa agar benar-benar menguasai ketrampilan tersebut, sarana dan prasarana pendukung kepemilikan keterampilan yang diinginkan, dan indikator keberhasilan siswa yang mengikutinya.

Pelaksanaan program pengembangan Pendidikan Kecakapan Hidup/PKH (life

skills education) di sekolah dimaksudkan bahwa lembaga pendidikan yang ada

sekarang ini di harapkan bukan hanya sebagai sebuah lembaga yang hanya mampu mencetak SDM yang intelektual dan profesional namun lebih dari itu mampu melahirkan SDM yang memiliki keahlian, keterampilann dan mandiri. Karena diharapkan mampu menjadi motor penggerak dalam pembangunan, yaitu mampu menciptakan lapangan kerja dan mengurangi pengangguran dan sumbangannya sangat besar dan positif dalam upaya pengembangan wilayah.

2.4. Pemetaan Penerapan Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills)

Menurut WHO, kecakapan hidup (life skills) adalah kemampuan perilaku positif dan adaptif yang mendukung seseorang untuk secara efektif mengatasi tuntutan dan tantangan, selama hidupnya. Dalam UU Pendidikan Nasional No. 20/2003 pasal 26 ayat 3 disebutkan bahwa Life Skills Education (LSE) digolongkan sebagai pendidikan non formal, yang memberikan keterampilan personal, sosial, intelektual/akademis dan vokasional untuk bekerja secara mandiri.

(37)

pengembangan kurikulum pendidikan yang menekankan kecakapan hidup dan bekerja.

Pengembangan kecakapan hidup mengedepankan aspek-aspek : (1) kemampuan yang relevan untuk dikuasai peserta didik, (2) materi pembelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik, (3) kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta didik untuk mencapai kompetensi, (4) fasilitas, dan sumber belajar yang memadai, dan (5) kemampuan-kemampuan yang dapat diterapkan dalam pendidikan peserta didik.

Peryataan di atas dijadikan pondasi bagi penyelenggaraan pendidikan bagi sekolah/daerah dalam mengembangkan pendidikan yang sesuai dengan kondisi peserta didik, keadaan sekolah, potensi dan kebutuhan daerah. Pendidikan kecakapan hidup (life skills) juga diusahakan dalam pengenalan dan pengembangan lingkungan serta diarahkan untuk menunjang peningkatan kualitas sumberdaya manusia, dan pada akhirnya diarahkan untuk meningkatkan kompetensi peserta didik.

(38)

wawasan yang pada peserta didik mengenai keterampila-keterampilan tertentu yang berkaitan dengan pengalaman peserta didik dalam keseharian pada lingkungannya.

Untuk memudahkan program pendidikan kecakapan hidup (life skills) diperlukan adanya model pengembangan yang bersifat umum untuk membantu guru/sekolah dalam mengembangkan muatan kecakapan hidup (life skills) dalam proses pembelajaran. Pendidikan kecakapan hidup bukan merupakan pelajaran yang berdiri sendiri melainkan terintegrasi melalui matapelajaran-matapelajaraan, sehingga pendidikan kecakapan hidup (life skills) dapat merupakan bagian dari semua mata pelajaran yang ada.

Peraturan perundang-undangan yang dijadikan landasan dalam mengembangkan kurikulum kecakapan hidup (life skills) pada sekolah formal adalah sebagai berikut :

1. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Naasional, Pasal 36 ayat (1, 2, dan 3) daan pasal 38 ayat (2).

2. UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

3. Undang-undang Nomor 11 tahun 2006 tentan Pemerintahan Aceh (UUPA) dan Pasal (17) Qanun No. 5 tahun 2008.

4. PP No. 19 Tahun 2005, Pasal 13 ayat (1, 2, 3, dan 4). 5. Standar Isi dan Stándar Kompetensi Lulusan.

(39)

2.5. Profil Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) 2.5.1. Pengertian Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills)

Depdiknas (2002), menegaskan pendidikan kecakapan hidup (life skills) dapat dipilih menjadi :

1. Kecakapan personal (personal skills) yang mencakup kecakapan mengenai diri sendiri, kecakapan berpikir rasional, dan percaya diri.

2. Kecakapan sosial (social skills) seperti kecakapan melakukan kerjasama, bertenggang rasa, dan tanggung jawab sosial.

3. Kecakapan akademik (academic skills) seperti kecakapan dalam melakukan penelitian, percobaan-percobaan dengan pendekatan ilmiah.

4. Kecakapan vokasional (vocational skills) adalah kecakapan yang berkaitan dengan suatu bidang kejuruan/keterampilan tertentu seperti dibidang perbengkelan, jahit-menjahit, peternakan, pertanian, produksi barang tertentu.

Menurut Depdiknas (2002), Penyelenggaraan pendidikan kecakapan hidup pada satuan dan program pendidikan kecakapan hidup (life skills), dilaksanakan dalam rangka turut memecahkan masalah pengangguran, kemiskinan, lebih ditekankan pada upaya pembelajaran yang bisa memberikan penghasilan (learning

and earning). Dalam pendidikan kecakapan hidup (life skills) ada empat pilar

pendidikan, yaitu : learning to know (belajar untuk memperoleh pengetahuan),

learning to do (belajar untuk dapat berbuat /melakukan pekerjaan), learning to be

(belajar untuk dapat menjadikan dirinya menjadi orang yang berguna), dan learning

(40)

Menurut Sinaga ( 2004 ), life skills dapat diartikan sebagai “kecakapan /keterampilan hidup”, yaitu kecakapan hidup yang dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problema hidup dan kehidupan dengan wajar tampa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga mampu mengatasinya.

(41)

menerapkan teknologi, merancang dan melaksanakan proses pekerjaan serta menghasilkan barang dan jasa.

Menurut Anwar (2003), bahwa belajar untuk tahu menjadi basis bagi belajar untuk dapat melakukan; belajar untuk dapat melakukan merupakan basis bagi belajar untuk mandiri; belajar untuk mandiri merupakan basis bagi belajar untuk bekerjasama. Aspek tahu, dapat melakukan, mandiri, dan kemampuan bekerjasama merupakan kesatuan dan prasyarat bagi individu untuk meningkatkan kualitas kehidupannya.

2.5.2. Tujuan Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills)

Secara umum pendidikan kecakapan hidup (life skills) bertujuan menfungsikan pendidikan sesuai dengan fitrahnya, yaitu mengembangkan potensi peserta didik dalam menghadapi perannya dimasa mendatang.

Secara khusus pendidikan kecakapan hidup (life skills) bertujuan untuk : 1. Mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga dapat digunakan untuk

memecahkan problema yang dihadapi.

2. Memberikan wawasan yang luas mengenai pengembangan karir peserta didik.

3. Memberikan bekal dengan latihan dasar tentang nilai-nilai yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

(42)

5. Mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya di lingkungan sekolah, dengan memberi peluang pemanfaatan sumberdaya yang ada di masyarakat sesuai dengan prinsip manajemen berbasis sekolah.

Kemungkinan terlaksananya Praktik Kerja Industri (prakerin) dalam PSG di SMK sangat bergantung kepada ketersedian DU/DI menjadi pasangan SMK untuk bekerjasama melaksanakan program tersebut, karena ikut berperan dalam penyelenggaraan prakerin menjadi kewajiban yang di atur dalam undang-undang. Ada atau tidak adanya kesedian dunia usaha/industri untuk menjadi institusi pasangan sangat di tentukan oleh kemampuan manajemen sekolah dalam mendekati dan menyakinkan dunia usaha dan industri. Kegiatan kerjasama dengan dunia industri /dunia usaha yang telah di kembangkan, dapat menjadi modal dasar untuk lebih difokuskan kepada kerjasama pelaksanaan Praktik Kerja Industri.

Naval Air Station Atlanta (2003) dalam Anwar (2003) menyatakan bahwa tujuan pendidikan Life Skills adalah :

(43)

Dari pernyatan tersebut dapat dipahami bahwa tujuan pendidikan life skills adalah pertama, suatu upaya mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga dapat digunakan untuk memecahkan problema yang dihadapi. Kedua, memberikan kesempatan pada sekolah untuk mengembangkan pembelajaran yang fleksibel , sesuai dengan prinsip pendidikan berbasis luas. Dan ketiga, mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya di lingkungan sekolah dengan memberikan peluang pemanfaatan sumber daya yang ada di masyarakat, sesuai dengan prinsip manajemen berbasis sekolah.

2.5.3. Manfaat Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills)

Pendidikan kecakapan hidup yang diarahkan pada usaha untuk memecahkan masalah penggangguran dan kemiskinan, serta dalam pemilihan keterampilan yang akan dipelajari didasarkan pada kebutuhan masyarakat, potensi lokal dan kebutuhan pasar, diharapkan akan memberikan manfaat yang positif bagi siswa , masyarakat dan bagi pemerintah (Dirtjen PLSP, 2003).

(44)

2. Manfaat bagi masyarakat : 1). Menguranggi penggangguran, 2). Menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang lain, 3). Menguranggi kesenjangan sosial.

3. Manfaat bagi pemerintah : 1). Meningkatkan SDM di daerah, 2). Mencegah urbanisasi, 3). Menumbuhkan kegiatan usaha ekonomi masyarakat dan 4). Menekan kerawanan sosial.

2.6. Terampil dan Mandiri

Menurut Anita (2004) dalam Indrawati (2005), kemandirian adalah kemampuan untuk melakukan kegiatan atau tugas sehari-hari sendiri atau dengan sedikit bimbingan, sesuai dengan tahapan perkembangan dan kepastiannya.

Kemandirian merupakan salah satu tujuan penyelenggaraan program life

skills. Artinya setelah tamat diharapka siswa mampu membuka lapangan pekerjaan

yang sesuai dengan bidang keahliannyan dan diharapkan mampu menyerap tenaga kerja. Selain mampu menghidupi dirinya sendiri juga bisa memberikan manfaat pada orang lain dalam rangka menguranggi pengganggruran.

2.7. Sumberdaya Manusia yang Berkualitas

Seorang tokoh Ekonomi yang ternama Theodore W.Schullz (1971), membahas peranan pendidikan dan penelitian terhadap investasi dalam Human

Capital (Modal Manusia) dengan membandingkan dua pendapat ahli lainya, maka

(45)

bertambahnya pendapatan sebagai hasil dari investasi itu dimana kualitas komponen-komponen seperti pengetahuan, keterampilan dan sifat-sifat lain yang sejenis itu mempunyai efek khusus terhadap kemampuan manusia dalam mengerjakan tugas yang produktif. Peningkatan kemampuan itu sekaligus ikut meningkatkan nilai Produktivitas dari upaya (kerja) manusia dan hal itu menghasilkan a positive rate of

return (Kamars, 2005).

Nachrowi (1999), Mengatakan bahwa, dalam pengembangan suatu wilayah salah satu pilar yang cukup penting adalah sumberdaya manusia (SDM), karena dengan kemampuan yang cukup akan mampu menggerakan seluruh sumberdaya yang ada. Berbeda dengan sumberdaya alam yang mempunyai keterbatasan, semakin lama semakin berkurang dan habis. Di samping itu, sumberdaya manusia mempunyai peran ganda dalam sebuah proses pembangunan, dapat sebagai obyek maupun subyek pembangunan.

Selanjutnya dikatakan bahwa Sumberdaya Manusia adalah kemampuan totalitas daya pikir dan daya fisik yang terdapat pada orang tersebut . Kualitas Sumberdaya Manusia harus ditingkatkan supaya produktivitas kerja meningkat, sehingga hidup sejahtera (Hasibuan, 2005).

2.8. Produktivitas

(46)

tahun 2003 mencapai peringkat terendah menjadi ke 72. Di sini terlihat bahwa daya saing Indonesia terus merosot terutama bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN.

Di tingkat ASEAN Singapore pada tahun 2003 dan 2002 ada di peringkat 6, Malaysia 2003 di urutan 29 turun dari 27 tahun 2002. Thailan tahun 2003 ada di urutan 32 turun dari peringkat 30 di tahun 2002, sementara Vietnam ada di peringkat 60 tahun 2003 dan menurun dari 56 di tahun 2002. Philipine ada di peringkat 66 tahun 2003 turun dari peringkat 62 di tahun 2002. Michael Porter secara tegas menyatakan produktivitas merupakan akar penentu tingkat daya saing baik pada level individu, perusahaan, industri maupun pada level negara. Produktivitas sendiri merupakan sumber standar hidup dan sumber pendapatan individual maupun perkapita. Sedangkan daya saing sendiri pada dasarnya adalah kemampuan untuk menciptakan suatu tingkat kemakmuran. OECD mendefinisikan daya saing sebagai tingkat kemampuan suatu negara menghasilkan barang dan jasa yang sesuai dengan tuntatan pasar internasional dan bersamaan dengan itu kemampuan menciptakan suatu kesejahteraan berkelanjutan bagi warganya. Jadi terdapat hubungan yang sejalan antara tingkat produktivitas dan tingkat daya saing.

(47)

pelatihan untuk menambah keterampilan pengelolaan setiap orang (tenaga kerja) yang terlibat (Todarro, 1999).

Produktivitas dapat didefinisikan sebagai perbandingan terbaik antara hasil yang diperoleh (output) dengan jumlah sumber yang dipergunakan (input). Produktivitas dapat dinyatakan secara kuantitas maupun kualitas. Produktivitas dalam ukuran kualitas tidak dapat di ukur dengan uang. Produktivitas ini digambarkan dari ketetapan menggunakan metode dan alat yang tersedia sehingga volume dan beban kerja dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang tersedia dan mendapat respons positif bahkan pujian dari orang lain atas hasil kerjanya.

Kajian terhadap produktivitas secara lebih konprehensif adalah keluaran yang banyak dan bermutu dari tiap-tiap fungsi dan peranan penyelenggaraan sekolah, seperti dijelaskan Thomas (1972) dalam Triana dan Komariah (2008) yang menyodorkan tiga pendekatan mengukur produktifitas,yaitu sebagai berikut:

1. The Administrator’s Production Function memfokuskan pada tatanan lembaga dalam mekanisme kepemimpinan dan manajemen yang memberikan perhatian pada kepuasan pelanggan, terutama pada kepuasan pemimpin suatu pendidiksan dalam memberikan layanan terhadap custumer.

2. The phychologist’s production function menitikberatkan pada perubahan

(48)

3. The Ekonomist’s production function adalah mengukur produktivitas dari

benefit atau keuntungan yang diperoleh siswa setelah melakukan pengorbanan

waktu, tenaga, uang dan yang lainnya. Pendidikan dalam hal ini dipandang sebagai human capital atau penanaman sumber daya manusia yang menghasilkan manfaat yang luar biasa.

2.9. Pengembangan Wilayah

(49)

Pengembangan suatu wilayah ditinjau dari aspek sosial yang dimaksud ialah mampu menciptakan unit-unit usaha dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan dalam upaya peningkatan kualitas hidup serta peningkatan kesejahteraan individu, keluarga, dan seluruh masyarakat dalam wilayah itu. Di antaranya dengan cara mengurangi pengangguran dan menyediakan lapangan pekerjaan.

Usaha-usaha mempertahankan dan memacu perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang memadai untuk mempertahankan kesinambungan dan perbaikan kondisi-kondisi ekonomis yang baik bagi kehidupan dan memungkinkan pertumbuhan kearah yang lebih baik. Pencegahan kerusakan dan pelestarian terhadap kesetimbangan lingkungan. Aktivitas sekecil apapun dari manusia yang mengambil sesuatu dari, atau memamfaatkan potensi alam, sedikit banyak akan akan mempengaruhi kesetimbangannya, yang apabila tidak diwaspadai dan dilakukan penyesuaian terhadap dampak-dampak yang terjadi akan menimbulkan kerugian bagi kehidupan manusia, khususnya akibat dampak yang dapat bersifat tak terubah lagi

(irreversible changes). Untuk mencegah hal-hal ini maka di dalam melakukan

pengembangan wilayah, program-programnya harus berwawasan lingkungan dengan tujuan : mencegah kerusakan, menjaga kesetimbangan dan mempertahankan kesetimbangan alam.

(50)

dapat sangat merugikan bahkan meniadakan hasil yang akan dicapai (Mulyanto, 2008).

Lebih lanjut, bahwa pembangunan wilayah (regional development) pedesaan yang dilakukan harus berdasarkan pada azas demokrasi yang didalamnya terkandung kebersamaan, berkeadilan, berkelanjutan, partisipasi, berwawasan lingkungan serta kemandirian dengan menjaga keseimbangan kemajuan, pemerataan dan kesatuan nasional.

Dalam suatu negara yang sangat luas dan kondisi sosial ekonomi serta geografis wilayah yang sangat beragam seperti Indonesia, pengembangan wilayah (regional development) sangat penting dalam mendampingi pembangunan nasional. Tujuan pengembangan wilayah sangat bergantung pada permasalahan serta karakteristik spesifik wilayah yang terkait, namun pada dasarnya ditujukan pada pendayagunaan potensi serta manajemen sumber-sumber daya melalui pembangunan perkotaan, pedesaan dan prasarana untuk peningkatan kondisi sosial dan ekonomi wilayah tersebut.

(51)

ini dimaksudkan agar pembangunan daerah bisa berjalan secara optimal melalui penciptaan sinergi atas penggunaan potensi ekonomi yang ada.

Untuk saat ini pembangunan di daerah berlandaskan pada potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia di daerah. Pemanfaatan kedua potensi inilah yang perlu kerjasama sehingga dapat menciptakan suatu hasil atau manfaat yang lebih besar jika dibandingkan dengan bekerja sendiri (Miraza, 2005).

Apabila kita memandang suatu wilayah, minimal ada tiga komponen wilayah yang perlu diperhatikan, yaitu : sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan teknologi, selanjutnya disebut tiga pilar pengembangan wilayah. Pengembangan wilayah merupakan interaksi antara tiga pilar pengembangan wilayah. Dikatakkan juga suatu wilayah, yang mempunyai sumberdaya alam yang cukup kaya dan sumberdaya manusia yang mampu memanfaatkan dan mengembangkan teknologi , akan cepat berkembang dibandingkan wilayah lainnya yang tidak cukup mempunyai sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang unggul.

2.10. Penelitian Sebelumnya

Guna memperkaya khasanah dari karya ilmiah ini, penulis merujuk beberapa penelitian yang telah pernah dilakukan diantaranya adalah :

(52)

Pelaksanaan fungsi sistem ganda yang efektif dapat menjadikan siswa lebih terampil dalam melakukan kegiatan-kegiatan pada DU/DI.

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan hasil kesimpulan bahwa pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) sangat tidak efektif. Hal ini diakibatkan masih kurang efektifnya manajemen pendidikan sistem ganda baik tentang kesiapan sekolah dalam pembekalan, institusi pasangan dalam hal membimbing serta kurangnya perhatian Dinas Pendidikan dalam mendukung pelaksanaan program ini.

Dwi Indrawati (2005), menemukan bahwa Keberhasilan suatu program tidak terlepas dari sejauh mana fungsi-fungsi manajemen dapat di implementasikan. Rangkaian fungsi manajemen tersebut sangat berkaitan untuk mencapai suatu tujuan dan didukung oleh fasilitas, dana dan peran manajer (kepemimpinan) dalam merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan dan mengawasi tindakan bawahan untuk mencapai tujuan progaram.

(53)

Melalui pengembangan pembelajaran program life skills ini pembelajar telah memiliki kompetensi yaitu pengetahuan dan keterampilan kerja. Ciri-ciri pembelajar telah memiliki life skills terlihat dengan adanya aktivitas atau kegiatan dalam bentuk keterampilan yang dijadikan sebagai usaha mata pencaharian.

Masriam Bukit (1997), menyimpulkan pada masa mendatang tampa kemitraan dengan industri, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) akan menghasilkan tamatan yang tingkat keterampilannya semakin jauh dari tuntutan lapangan kerja. Pendidikan Sistem Ganda (PSG) merupakan sebuah bentuk kemitraan sekolah dan industri melaksanakan pendidikan kejuruan. Secara teoritis PSG sangat ideal sebagai program pendidikan kejuruan, terutama dalam upaya meningkatkan relevansi serta efisiensi pendidikan. PSG merupakan sebuah bentuk pendekatan

“link and match” pada pendidikan menengah kejuruan.

1. Implementasi Pendidikan Sistem Ganda di Sekolah.

(54)

2. Implementasi Pendidikan Sistem Ganda di Industri.

Prinsip saling menguntungkan merupakan landasan bagi kemitraan industri dan sekolah dalam pelaksanaan PSG. Industri mendukung, sepanjang PSG menurut perhitungan dapat memberi keuntungan. Keberadaan siswa praktik di industri masih dihitung berdasarkan kebermanfaatan ditinjau dari sudut ekonomi, itupun masih dalam jangka waktu pendek. Kebanyakan DU/DI memberikan pekerjaan pada siswa praktik masih kurang sesuai dengan jenjang keterampilan kejuruan mereka, sehingga kurang dapat mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan kejuruan yang dimiliki siswa.

Selama ini Pendidikan life skills dilaksanakan atau diselenggarakan bagi pendidikan luar sekolah, dengan sasaran anak putus sekolah dan warga masyarakat yang menganggur. Tujuannya untuk memberikan bekal keterampilan dan pengetahuan untuk mandiri.

(55)

tidak mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi, memiliki life

skills untuk bertahan hidup. Bagi lulusan SMK mampu bekerja pada peluang

kerja yang membutuhkan keahlian.

Disadari penelitian terdahulu yang dijadikan acuan dalam penelitian ini tidak relevan dengan penenelitian yang penulis teliti, namun ada substansi dari penelitian terdahulu yang penulis ingin kutip, yang merupakan substansi sangat penting dari penyelenggaraan pendidikan life skills bagi masyarakat awam maupun warga masyarakat putus sekolah, karena berdasarkan pernyataan diatas bahwa LSE di formulasikan untuk pendidikan non formal. Namun yang ingin ditampilkan disini adalah Substansi dari life skills education (LSE).

Dari hasil penelitian ditemukan :

1. Pelaksanaan fungsi sistem ganda yang efektif dapat menjadikan siswa lebih terampil dalam melakukan kegiatan-kegiatan pada DU/DI.

(56)

3. Melalui pengembangan pembelajaran program life skills ini pembelajar telah memiliki kompetensi yaitu pengetahuan dan keterampilan kerja. Ciri-ciri pembelajar telah memiliki life skills terlihat dengan adanya aktivitas atau kegiatan dalam bentuk keterampilan yang dijadikan sebagai usaha mata pencaharian.

2.11. Kerangka Pemikiran

(57)

Selanjutnya kerangka pemikiran dituangkan dalam bagan berikut:

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Lulusan SMK Tenaga Penyuluh Lapangan Harian.

Pendidikan Sistem Ganda (PSG)

Bid.Keahlian Budidaya Tanaman Bid. Keahlian Peternakan

Bid. Keahlian Teknik Las

Praktik Kerja Industri

Dunia Usaha/Dunia Industri (DU/DI)

Life Skills

1.Teknis 2. Non Teknis

Terampil dan Mandiri

Sumberdaya Manusia Berkualitas

Produktivitas

(58)

2.12. Hipotesis penelitian

Sesuai masalah, dan tujuan penelitian, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Ada perbedaan life skills bidang keahlian lulusan SMK sebelum dan sesudah melaksanakan Praktik Kerja Industri.

(59)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Aceh Selatan. Pemilihan lokasi penelitian ditentukan secara purposive. Dari 16 (enambelas) Kecamatan, ditentukan 7 (enam) Kecamatan memiliki petugas penyuluh lapangan harian pertanian paling banyak lulusan SMK Negeri I Pasie Raja. Juga sangat mudah untuk dijangkau oleh peneliti guna kesempurnaan dalam penelitian ini. Kecamatan yang ditentukan dalam penelitian adalah Kecamatan Kluet Selatan, Kecamatan Kluet Timur, Kecamatan Kluet Utara, Kecamatan Pasie Raja, Kecamatan Bakongan, Kecamatan Samadua dan Kecamatan Sawang. Mengingat lulusan SMK yang bekerja sebagai tenaga penyuluh pertanian yang akan dijadikan sebagai sampel tersebar di setiap Kecamatan yang ada di Kabupaten Aceh Selatan. Dimana para lulusan tersebut telah melaksanakan Praktik Kerja Industri (Prakerin) sebagai kegiatan wajib yang merupakan wujud dari pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) dalam upaya menciptakan lulusan yang memiliki life skills yang singkron dengan dunia industri dan mencipta lulusan yang memiliki keahlian, terampil, mandiri dan mampu bersaing di dunia kerja.

(60)

3.2.1. Populasi

Menurut Sugiyono (1998), populasi merupakan keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang akan diteliti. Populasi penelitian ini adalah lulusan yang telah melaksanakan praktik kerja industri (prakerin) dalam program Pendidikan Sistem Ganda yang telah berhasil bekerja terutama sebagai tenaga penyuluh lapangan harian di sektor pertanian dan perkebunan yang merupakan sektor andalan masyarakat dan juga merupakan potensi lokal Kabupaten Aceh Selatan sebagai daerah agraris.

(61)

Tabel 3.1. Populasi dan Sebaran Tenaga Penyuluh Lapangan Harian pada 16 (enam

Kecamatan Desa SMK Sarjana SMK lain

Jumlah Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2009

3.2.2. Sampel

(62)

Kedua, bila sampel dibagi dalam kategori, maka jumlah anggota sampel tiap kategori minimal 30. Dalam penelitian ini, sampel ditetapkan secara purposive terhadap lulusan yang telah melaksanakan Praktik kerja Industri, sekarang ini bekerja sebagai tenaga penyuluh lapangan harian pertanian pada sektor pertanian dan perkebunan di Kabupaten Aceh Selatan.

Data populasi di atas ditetapkan sampel sebanyak 7 (tujuh) kantor BPP Kecamatan dengan jumlah populasi sebanyak 74 (tujuhpuluh empat) orang. Dengan ketentuan bahwa dari 74 orang, ditentukan sebanyak 50 (limapuluh) orang. Tujuh (7) Kecamatan yang dijadikan sampel merupakan Kecamatan yang memiliki tenaga penyuluh lapangan harian pertanian paling banyak berasal dari lulusan SMK Negeri I Pasie Raja. Sebaran dan Jumlah sampel seperti yang tertera pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Sebaran Populasi dan Jumlah Sampel pada 7 (tujuh) Kecamatan Tempat Tugas Data Responden Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2009

(63)

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh penelitian dan observasi langsung ke lapangan dengan menggunakan teknik wawancara. Pengamatan dilakukan untuk menyesuaikan data sekunder dan memperkirakan kondisi di lapangan sesuai dengan tahun penelitian.

Sedangkan data sekunder diperoleh melalui dokumentasi dari berbagai informasi atau instansi terkait yang berhubungan dengan ruang lingkup penelitian, yaitu: Sekolah yang dimaksud dalam penelitian ini, Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Selatan, BKPPP Kabupaten dan BPP Kecamatan, Dinas Pertanian, penelitian sebelumnya dan literatur yang dianggap relevan dalam mendukung penelitian ini.

3.4. Teknik Analisis Data

Kajian ini mengungkap tentang peningkatan life skills lulusan SMK Negeri I Pasie Raja. Peta yang ingin dikemukakan adalah keadaan sebelum dan sesudah dilaksanakan Praktik Kerja Industri yang penilaiannya diberikan oleh pihak DU/DI dimana siswa melaksanakan praktek. Nilai ini akan dikelompokkan kedalam 4 kategori yaitu sangat baik, baik, cukup dan kurang. Untuk lebih jelasnya mengenai kategori penilaian dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Kategori Nilai Praktik Kerja Industri

No Kategori Nilai Angka Nilai Huruf

1 Sangat Baik 90-100 A

2 Baik 75-89 B

(64)

4 Kurang 0-55 D Sumber: Diolah dari Data Primer, 2008

Selanjutnya tentang aspek-aspek penilaian praktik kerja industri dijabarkan pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4. Indikator Penilaian Life Skills Lulusan Sebelum dan Sesudah Melaksanakan Praktik Kerja Industri

Keadaan Sebelum Keadaan Sesudah

Nilai

(65)

4. Inseminasi Buatan 4. Inseminasi Buatan Sumber Data : Dunia Usaha/Dunia Industri

(66)

Dimana μ1 adalah peningkatan life skills sesudah melaksanakan praktik kerja industri dan μ2 adalah life skills sebelum melaksanakan pratik kerja industri.

N = Jumlah observasi.

H0 = Tidak terdapat perbedaan life skills lulusan SMK sebelum dan sesudah

melaksanakan pratik kerja industri.

H1 = Terdapat perbedaan life skills lulusan SMK sebelum dan sesudah

melaksanakan praktik kerja industri.

Berdasarkan perbandingan t hitung dengan t tabel ( dasar pengambilan keputusan sama dengan dengan uji t).

Jika t hitung (angka t output) > Statistik tabel (tabel t), maka H0 ditolak.

Jika t hitung (angka t output) < Statistik tabel (tabel t), maka H0 diterima.

Sedangkan t tabel dapat dihitung pada tabel t: Tingkat signifikansi (α) adalah 5%.

Untuk menjawab permasalahan kedua dianalisis secara deskriptif yaitu mendiskriptifkan kontribusi peningkatan Life Skills lulusan SMK Negeri I Pasie Raja terhadap pengembangan wilayah Kabupaten Aceh Selatan.

Pengelolaan data untuk pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan program komputer SPSS Versi 15.

(67)

Untuk Uji Ho diterima jika nilai signifikansi > 0,05.

3.5. Defenisi Operasional

Pada penelitian kualitatif menghendaki adanya batasan berdasarkan masalah di dalam penelitian untuk mempertajam fokus penelitian. Dari berbagai bentuk model yang akan diteliti maka defenisi operasioanal yang akan digunakan dapat diterangkan sebagai berikut :

1. Lulusan SMK adalah semua warga belajar yang telah mengikuti praktik kerja Industri pada saat mengikuti proses belajar mengajar pada SMK Negeri I pasie Raja yang sekarang bekerja sebagai tenaga penyuluh harian pertanian dan Perkebunan di Kabupaten Aceh Selatan (jiwa).

2. Pendidikan Sistem Ganda (PSG) adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan keahlian kejuruan yang memadukan secara sitematik dan sinkron program pendidikan di sekolah dan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui bekerja langsung di dunia kerja, terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian tertentu.

(68)

4. Dunia Usaha /Dunia Industri (DU/DI) adalah lembaga pasangan yang dipilih sebagai tempat pelaksanaan praktikkerja industri pada pelaksanaan pendidikan sistim ganda (unit).

5. Life Skills (kecakapan hidup) adalah keterampilan /kemampuan teknis dan non

teknis lulusan (nilai sertifikat).

6. Lulusan yang Terampil dan Mandiri adalah siswa (output) yang memiliki kemampuan yang telah diakui oleh dunia usaha/dunia industri dalam bentuk sertifikat (nilai).

7. Produktivitas adalah Peningkatan produksi pertanian yang diharapkan dengan adanya tenaga penyuluh lapangan harian (Jumlah/Ton).

8. Sumber Daya Manusia Berkualitas adalah kemampuan totalitass daya pikir dan daya fisik yang terdapat pada setiap tenaga penyuluh dalam melakukan tugasnya sebagai tenaga penyuluh lapangan harian (individu).

(69)
(70)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kabupaten Aceh Selatan dengan Ibukota Tapaktuan memilki luas 4.005,10 Km2 atau setara dengan 6,69 persen dari total wilayah Propinsi Aceh (57.365 Km2). Sebagian besar daerah ini merupakan daratan dengan ketinggian diatas 500 meter diatas permukaan laut (dpl), berupa hutan berbukit-bukit dengan tingkat kemiringan curam sampai terjal.

Secara geografis terletak pada Garis 2o – 4o LU dan 96o – 90o BT, dimana Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara, Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia, Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Barat Daya serta Sebelah Timur berbatasan dengan Aceh Singkil.

(71)

Luas wilayah Kabupaten Aceh Selatan dirinci menurut Kecamatan dapat

Sumber : BPS Kabupaten Aceh Selatan, 2007

(72)

Berikut jumlah penduduk, jumlah rumah tangga, dan rata-rata per rumah tangga menurut Kecamatan, dapat dilihat pada Tabel 4.2 :

(73)

Terlihat bahwa penduduk terpadat terdapat di Kecamatan Kluet Utara yaitu 23,845 jiwa dengan rata-rata penduduk per jiwa/km 163, sementara itu jumlah penduduk yang terjarang terdapat di Kecamatan Bakongan Timur yaitu 5,057 jiwa dengan rata-rata penduduk per jiwa/km 39 jiwa/Km2.

Sebagai daerah agraris, Kabupaten Aceh Selatan memiliki potensi pertanian yang cukup memadai. Sektor pertanian yang mencakup kehutanan, peternakan, perkebunan, tanaman pangan dan holtikultura, serta perikanan menjadi sumber nafkah utama dan tumpuan hidup bagi sebahagian besar masyarakat. Sehingga sektor pertanian menjadi leading sektor dalam struktur perekonomian daerah dengan kontribusinya mencapai 47,25 persen dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Aceh Selatan.

(74)

Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan yang merupakan salah satu

Triple Track Strategi Pembangunan Nasional, bertujuan mengurangi kemiskinan,

menciptakan lapangan kerja dan kesempatan usaha yang baru, meningkatkan daya saing, melestarikan lingkungan, serta membangun daerah, khususnya daerah pedesaan.

Sejalan dengan revitalisasi pertanian, Departemen Pertanian telah mengambil kebijakan tentang Revitalisasi Penyuluhan Pertanian, sebagai motor penggerak pembangunan pertanian. Diharapkan melalui kegiatan penyuluhan pertanian, petani dan keluarganya dapat dikembangkan kemampuannya, keswadayaannya dan kemandirian agar mampu mengelola usaha taninya dan mempunyai daya saing yang tinngi. Program revitalisasi pertanian tersebut meliputi :

1. Pengembangan kelembagaan penyuluhan pertanian yang mandiri, baik di tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, maupun di Kecamatan

2. Pengembangan ketenagaan penyuluhan pertanian, baik penyuluh terampil maupun penyuluh ahli.

3. Pengembangan sistim penyuluhan pertanian.

4. Pendanaan program penyuluhan pertanian di semua tingkatan.

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Tabel 3.1.  Populasi dan Sebaran Tenaga Penyuluh Lapangan Harian  pada 16 (enam                     belas) Kecamatan di  Kabupaten Aceh Selatan
Tabel 3.2.  Sebaran Populasi dan Jumlah Sampel pada 7 (tujuh) Kecamatan
Tabel 3.3. Kategori Nilai Praktik Kerja Industri
+7

Referensi

Dokumen terkait

By using a sociocognitive approach proposed by van Dijk (2008),. this study aims to investigate the representation of the conflict between

 Sistem informasi akuntansi terkomputerisasi atas siklus pembelian dan penjualan yang dapat mempermudah proses penyimpanan dan pengolahan data transaksi seperti

Montir merupa pendukung yang nantinya berguna untuk menjawab pertanyaan secara teknis apabila ada calon konsumen yang ingin tahu pada saat event pameran berlangsung

[r]

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah dengan judul ANALISIS YURIDIS PEMBUKTIAN DALAM TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ANAK (Studi Putusan Pengadilan Negeri Jember

untuk menentukan apakah tindakan seseorang yang mengumumkan di jejaring media sosial dalam hal menyanyikan ulang lagu atau mengcover lagu dapat dikatakan

Sebenarnya kerangka sistem islam secara keseluruhan ini dibentuk berdasarkan kebebasan individu di dalam mencari dan memiliki harta benda dan campur tangan

Pada bagian ini merupakan paparan dan analisis data, sebagai substansi kajian dalam karya ilmiah yang merupakan hasil analisis dan interpretasi data dengan menggunkan