• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.6. Pengembangan Sistem Informasi

Sistem informasi harus terus dikembangkan untuk mememenuhi kebutuhan kebutuhan sesuai dengan perkembangan yang ada, sistem yang lama perlu di perbaiki atau diganti seluruhnya, karena apabila tidak mengikuti perkembangan maka sistem informasi tersebut tidak akan berfungsi lagi. Sistem yang lama perlu dikembangkan atau diganti karena kemungkinan adanya permasalahan yang timbul, antara lain (Sutabri, 2003):

a. Adanya permasalahan pada sistem yang lama, seperti :

1) Ketidakberesan pada sistem yang menyebabkan sistem tidak dapat beroperasi sesuai harapan. 2) Pertumbuhan organisasi yang semakin meningkat menyebabkan kebutuhan informasi menjadi semakin luas, volume pengolahan data menjadi meningkat. Oleh karena itu sistem lama tidak efektif lagi dan tidak dapat memenuhi kebutuhan informasi manajemen.

b. Untuk meraih kesempatan.

Organisasi mulai merasakan bahwa teknologi informasi sangat diperlukan untuk penyediaan informasi yang dapat mendukung pengambilan keputusan. Kecepatan dan efisiensi waktu sangat menentukan berhasil tidaknya strategi dan rencana-rencana yang telah disusun untuk meraih kesempatan yang ada.

c. Adanya intruksi-intruksi.

Penyusunan sistem baru dapat terjadi karena adanya instruksi-instruksi dari pimpinan atau luar organisasi atau peraturan pemerintah.

Pengembangan sistem dari sistem lama menjadi sistem baru diharapkan memberikan peningkatan didalam organisasi, diantaranya (Sutanta 2003):

a. Kinerja, peningkatan kinerja sistem baru sehingga menjadi lebih efektif. b. Informasi, peningkatan terhadap kualitas informasi yang disajikan.

d. Pengendalian, peningkatan terhadap pengendalian untuk mendeteksi dan memperbaiki kesalahan serta kecurangan-kecurangan yang sedang dan akan terjadi.

e. Efisiensi, peningkatan terhadap efisiensi operasi. Efisiensi berhubungan dengan bagaimana sumber daya dapat meminimumkan pemborosan. Efisiensi dapat diukur dari pembagian output terhadap input.

f. Pelayanan, peningkatan terhadap pelayanan yang diberikan oleh sistem.

Whitten et. al (2004) mengemukakan prinsip-prinsip dasar pengembangan sistem informasi sebagai berikut :

a. Melibatkan para pengguna sistem, keterlibatan pengguna sistem adalah kebutuhan yang absolut dalam keberhasilan pengembangan sistem.

b. Menggunakan pendekatan pemecahan masalah, pendekatan pemecahan masalah yang klasik, diataranya :

1) Mempelajari dan memahami masalah, konteks dan dampaknya. 2) Mendefinisikan persyaratan yang harus dipenuhi oleh semua solusi.

3) Mengidentifikasikan solusi-solusi calon yang memenuhi persyaratan dan memilih solusis terbaik.

4) Mendesain dan mengimplementasikan solusi terpilih.

5) Mengamati dan mengevaluasi impak solusi dan memperbaiki solusi tersebut. c. Membentuk fase dan aktifitas. Semua metodologi menentukan fase-fase dan aktivitas.

d. Melakukan dokumentasi sepanjang pengembangan. Dokumentasi dimanfatkan untuk meningkatkan komunikasi yang baik antara para stakeholder yang berubah secara konstan. Dokumentasi meningkatkan komunikasi dan penerimaan, membuka tabir kekuatan dan kelemahan sistem pada banyak stakeholder, merangsang keterlibatan pengguna dan meningkatkan kemajuan manajemen.

e. Membentuk standarisasi. Standar arsitektur teknologi informasi diantaranya teknologi database, teknologi perangkat lunak dan teknologi antar muka.

f. Mengelola proses dan proyek.

g. Membenarkan sistem informasi sebagai investasi modal. Saat mempertimbangkan investasi modal dalam pengembangan sistem, harus selalu memperhatikan :

1) Identifikasi atas solusi alternatif atas permasalahan yang ditawarkan.

2) Evaluasi tiap solusi yang bersifat praktis, terutama untuk cost-effectiveness melalui analisis cost-benefit.

h. Bersiap membatalkan atau merevisi lingkup. Revisi dan pembatalan pengembangan sistem perlu dilakukan untuk menjamin kepraktisan sistem dan resiko yang dihadapi.

i. Melakukan pembagian sistem menjadi subsistem-subsistem dan komponen agar lebih mudah menaklukkan masalah dan membangun sistem yang lebih besar.

j. Mendesain sistem untuk pertumbuhan dan perubahan. Sistem-sistem harus didesain untuk mengakomodasi persyaratan-persyaratan pertumbuhan dan perubahan.

Pengembangan sistem informasi dapat dilakukan dengan berbagai metode. Proses pengembangan sistem yang dimulai dari tahap perencanaan sampai implementasinya disebut dengan istilah System Development Life Cycle (SDLC). Tahapan-tahapan SDLC menurut Kendall (2003) adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi masalah, peluang dan tujuan.

Pada tahap ini merupakan kegiatan perencanaan sistem, yaitu menentukan permasalahan- permasalahan apa yang terjadi dan apa yang menyebabkan sasaran pada sistem lama belum tercapai. Kemudian mengidentifikasi peluang pengembangan sistem termasuk fisibilitas secara teknis, ekonomis dan operasional bahwa peningkatan dapat dilakukan melalui penggunaan sistem informasi terkomputerisasi , selanjutnya pada tahap ini juga dilakukan identifikasi tujuan dari pengembangan sistem informasi.

2. Menentukan syarat-syarat informasi

Dalam fase ini lebih ditekankan untuk memahami informasi apa yang dibutuhkan pemakai agar bisa ditampilkan dalam pekerjaan. Juga mengetahui detil fungsi-fungsi dalam sistem termasuk

mengetahui siapa saja yang terlibat, kegiatan apa saja yang ada, lingkungan kerja yang mana, waktu yang diperlukan serta bagaimana mekanisme atau prosedur yang berlaku.

3. Menganalisis kebutuhan sistem.

Pada tahap analisis kebutuhan sistem ini dilakukan penguraian suatu sistem informasi yang utuh ke dalam komponen-komponennya untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi permasalahan- permasalahan, peluang-peluang, maupun hambatan-hambatan yang terjadi dan kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat diusulkan perbaikan-perbaikannya.

Tahapan analisis kebutuhan dari segi kelemahan dan kelebihan adalah menganalisis proses yang dilakukan, data yang dimasukkan, diolah dan dihasilkan dari sistem lama. Kemudian dijadikan dasar pengembangan model pada sistem baru.

4. Merancang sistem yang direkomendasikan.

Dalam tahap perancangan sistem ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang jelas dari rancang bangun yang lengkap. Terdapat dua bagian dalam perancangan sistem, yaitu rancangan sistem secara umum atau desain makro dan rancangan sistem secara terinci atau rancangan fisik. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini meliputi :

a. Desain model dari sistem informasi yang akan dikembangkan, yaitu rancangan fisik yang digambarkan dari bagan alir sistem (flow chart system) dan rancangan model logis berupa diagram arus data (DAD).

b. Desain output adalah keluaran dari sistem informasi yang dapat dilihat, dapat berupa tampilan dilayar, kertas laporan dan sebagainya.

c. Desain input yang perlu didesain secara rinci dari input adalah bentuk dari dokumen dasar yang digunakan dan bentuk tampilan dari input di alat input. Kegiatan dari desain input ini adalah menentukan kebutuhan dari sistem yang baru dan menentukan bentuk, sumber, alat serta periode dari input.

d. Desain basis data ini adalah mengintegrasikan kumpulan dari data yang saling berhubungan antara satu dengan lainnya dan membuatnya tersedia untuk aplikasi yang bermacam-macam

di dalam suatu organisasi, yang terdiri dari beberapa file yang diperlukan dalam suatu proses pengolahan data.

e. Desain tehnologi digunakan untuk menerima input, menjalankan model, menyimpan dan mengakses data, menghasilkan dan mengirimkan keluaran dan membantu pengendalian sistem secara keseluruhan. Tehnologi ini perlu dirancang untuk menyesuaikan dengan sistem informasi yang akan digunakan dengan memperhatikan tiga hal pokok, yaitu perangkat keras, perangkat lunak dan tehnisi.

5. Mengembangkan dan mendokumentasikan perangkat lunak.

Tahap ini dilakukan untuk mengembangkan suatu perangkat lunak yang diperlukan, dalam kegiatannya diperlukan kerjasama antara penganalisis dan pemograman.

6. Menguji dan mempertahankan sistem.

Sebelum sistem informasi dapat digunakan, maka harus dilakukan pengujian terlebih dahulu. Akan bisa menghemat biaya bila dapat menangkap adanya masalah sebelum sistem tersebut ditetapkan

7. Mengimplementasikan dan mengevaluasi sistem.

Implementasi sistem dilakukan setelah rancangan selesai dan melakukan evaluasi untuk revisi dengan segera terhadap sistem untuk memastikan kesesuaian dengan kebutuhan. Evaluasi diharapkan bahwa sistem baru lebih efisien operasionalnya dan efektif dalam pencapaian tujuan dan lebih mudah digunakan.

Sebelum sistem dari suatu organisasi di desain untuk memperoleh data, megupdate file dan menghasilkan laporan-laporan, maka harus diketahui terlebih dahulu tentang bagaimana organisasi tersebut menangani operasi-operasinya seperti formulir- formulir yang digunakan untuk menyimpan informasi secara manual, laporan-laporan yang dihasilkan, untuk apa laporan tersebut digunakan dan kemana informasi dari laporan tersebut ditujukan (Kristanto, 2003).

Dalam desain sistem, model (skema aplikasi) akan menggambarkan arsitektur teknis yang akan merefleksikan kemampuan dan batasan teknis teknologi dengan 4 (empat) model (Kristanto, 2003) :

a. Model fisik dari sistem saat itu.

Bagaimana sistem beroperasi saat itu meliputi input sistem, proses yang dilaksanakan, urutan proses, data yang digunakan saat proses dan lainnya.

b. Model logik sistem saat itu.

Apa yang dilakukan sistem saat itu tanpa melihat proses sistem manual atau komputerisasi meliputi proses yang diperlukan, aliran data, data yang diperlukan dan input sistem.

c. Model fisik sistem baru.

Bagaimana sistem baru beroperasi dan digunakan meliputi proses yang dilaksanakan, urutan proses, data yang digunakan untuk proses, bagaimana proses dilaksanakan termasuk orang, formulir dan lainnya serta batasan antara proses manual dan automatik.

d. Model logik sistem baru.

Apa yang dilakukan sistem baru dan diterapkan untuk tujuan organisasi meliputi proses yang diperlukan, aliran data, data yang diperlukan dan input sistem.

2.7. Kerangka Pikir Laporan SP2TP Output: - Profil Kesehatan Kabupaten - Laporan ke Dinkes Propinsi Desain Formulir Laporan Puskesmas Terintegrasi Laporan Program

Dokumen terkait