• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

2.4 Definisi Operasional

2.4.3 Pengembangan Usahatani Anggota

Pengembangan usatani anggota dapat terlihat melalui penerapan diversifikasi usahatani yang dilakukan anggota, peningkatan produktivitas pertanian (Rp/luas lahan), peningkatan modal usahatani serta peningkatan keuntungan usahatani.

Penerapan diversifikasi usahatani yang dilakukan petani, merupakan keberlanjutan hasil dari kegiatan pembinaan yang dilakukan pihak luar kepada petani anggota. Usahatani yang umum dilakukan di Desa Iwul ialah pertanian palawija dengan jenis umbi-umbian seperti singkong dan ketela pohon, serta padi.

Diluar dari tanaman pangan tersebut, dinilai sebagai penerapan diversifikasi tanaman yang dilakukan oleh petani. Penerapan diversifikasi usahatani dapat diberi skor satu (1) apabila pada garapan usahatani petani tidak terdapat tanaman baru yang diusahakan, diberi skor dua (2) apabila pada garapan usahatani petani

Keterangan:

A= Total pendapatan dari sumber lain

T = Total pendapatan dari seluruh sumber yang didapat responden. 

Peningkatan hasil produksi = (Hasil Saat ini – Hasil Awal) x 100 %

Hasil Awal

terdapat tanaman baru yang diusahakan tetapi bukan diketahuinya dari kelompok tani, dan diberi skor tiga (3) apabila pada garapan usahatani petani terdapat tanaman baru yang diusahakan dan diketahuinya dari kelompok tani.

Peningkatan produktivitas pertanian dapat dilihat melalui peningkatan hasil kegiatan usahatani petani anggota. Hasil kegiatan usahatani adalah besaran yang menggambarkan banyaknya produk dari kegiatan usaha yang diusahakan responden, diperoleh dalam satu luasan lahan dalam siklus produksi. Satuan hasil biasanya adalah kilogram per m2. Namun berdasarkan hasil survai awal yang dilakukan peneliti, hasil produksi pertanian di Desa Iwul sulit untuk diketahui ukuran pastinya. Petani di desa ini kebanyakan menjual hasil produksi pertaniannya dengan sistem borongan. Berdasarkan hasil survai awal tersebut satuan hasil produksi pertanian pada penelitian ini diubah menjadi rupiah per luas garapan. Peningkatan hasil produksi dapat dilihat dengan menggunakan perhitungan dibawah ini:

Dari hasil perhitungan di atas, maka dapat dikategorisasikan menjadi tiga yaitu: (1) peningkatan hasil produksi rendah apabila peningkatannya kurang dari 30 persen dari hasil awal produksi; (2) peningkatan hasil produksi sedang apabila peningkatannya berkisar antara 30 persen hingga 50 persen dari hasil awal produksi; dan (3) peningkatan hasil produksi tinggi apabila peningkatannya lebih dari 50 persen dari hasil awal produksi.

Peningkatan modal usahatani merupakan hasil dari peran kelembagaan kelompok tani dalam meningkatkan modal usaha pada kegiatan usahatani anggotanya. Peningkatan modal usahatani tersebut dapat berasal dari pengakumulasian modal yang responden dapatkan dari hasil keuntungan usahataninya dan juga berasal dari bantuan modal yang diusahakan kelembagaan kelompok tani bagi anggotanya. Peningkatan modal usahatani dapat dilihat dengan menggunakan perhitungan dibawah ini:

 

Peningkatan keuntungan = (Keuntungan Saat ini – keuntungan Awal) x 100%

Keuntungan Awal

Peningkatan modal = (Modal Saat ini – Modal Awal) x 100 %

Modal Awal

Dari hasil perhitungan di atas, maka dapat dikategorisasikan menjadi tiga yaitu: (1) peningkatan modal usahatani rendah apabila peningkatannya kurang dari 30 persen dari modal awal; (2) peningkatan modal usahatani sedang apabila peningkatannya berkisar antara 30 persen hingga 50 persen dari modal awal; dan (3) peningkatan modal usahatani tinggi apabila peningkatannya lebih dari 50 persen dari modal awal.

Peningkatan keuntungan usahatani adalah hasil dari harga jual yang didapatkan responden dari hasil produksi pertaniannya dikurangi biaya operasional seperti biaya pupuk, bibit, tenaga kerja, sewa alat, sewa lahan serta biaya untuk pestisida. Peningkatan keuntungan usahatani dapat dilihat dengan menggunakan perhitungan dibawah ini:

Dari hasil perhitungan di atas, maka dapat dikategorisasikan menjadi tiga yaitu: (1) peningkatan keuntungan usahatani rendah apabila peningkatannya kurang dari 30 persen dari keuntungan awal; (2) peningkatan keuntungan usahatani sedang apabila peningkatannya berkisar antara 30 persen hingga 50 persen dari dari keuntungan awal; dan (3) peningkatan keuntungan usahatani tinggi apabila peningkatannya lebih dari 50 persen dari dari keuntungan awal.

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survai dengan tipe explanatory atau confirmatory research. Metode survai adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Tipe penelitian explanatory merupakan penelitian yang sifat analisisnya menjelaskan hubungan antar variabel melalui uji hipotesis (Singarimbun & Effendi, 1989). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang didukung dengan data-data kualitatif. Data kuantitatif adalah data yang berwujud angka-angka, yang diperoleh dari pengukuran langsung maupun hasil perubahan dari data kualitatif menjadi kuantitatif.

Data kuantitatif bersifat objektif dan bisa ditafsirkan sama oleh semua orang; biasanya diperoleh dari survai yang menggunakan kuesioner dan mencakup banyak responden; dan dimungkinkan dilakukan analisis statistik inferensial yang bertujuan untuk membuat generalisasi dari suatu fakta. Sementara itu, data kualitatif merupakan data yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Desa Iwul, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan tempat penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Fokus penelitian ini ialah pada peran kelembagaan kelompok tani dalam hal pengembangan usahatani anggota kelompok di desa tersebut. Kelompok tani yang diteliti ialah Kelompok Tani Sauyunan. Penetapan kelompok tani yang akan diteliti ini dilakukan dengan pertimbangan, diantaranya:

1. Kelompok Tani Sauyunan merupakan kelompok tani yang menjadi penggerak kelompok tani-kelompok tani lain yang ada di tingkat kecamatan serta termasuk kedalam kelompok tani tingkat madya yang

sampai saat itu masih aktif di Kecamatan Parung Kabupaten Bogor Jawa Barat.

2. Sebagian besar petani yang terdaftar dalam kelompok tani ini merupakan petani tanpa lahan. Setelah berdirinya Kelompok Tani Sauyunan, petani-petani tersebut mendapat legalitas untuk menggarap lahan kosong milik PT. Telaga Kahuripan. Sehingga menarik untuk melihat hubungan antara peranan kelompok tani –yang salah satunya secara tidak langsung dapat memberikan modal lahan bagi para petani- dengan pengembangan usahatani anggotanya.

3. Selama ini, penelitian mengenai hubungan antara peran kelembagaan kelompok tani dengan pengembangan usahatani anggota belum pernah dilaksanakan pada daerah tersebut, terutama pada Kelompok Tani Sauyunan.

Oleh karena itu, pemilihan tempat penelitian ini diharapkan relevan dengan data yang ingin diperoleh dan tujuan penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Oktober hingga November 2010 dan dilanjutkan dengan pengolahan dan analisis data pada Bulan Desember hingga Januari 2010.

3.3 Teknik Pengambilan Sampel

Total populasi anggota pada Kelompok Tani Sauyunan berjumlah 169 orang. Dari total populasi tersebut kemudian dibagi menjadi dua sub-populasi yaitu, sub-populasi anggota aktif dan sub-populasi anggota tidak aktif. Pembagian populasi menjadi dua kelompok dilakukan karena dianggap populasi dalam penelitian ini sifatnya tidak homogen serta agar data yang didapat nantinya akan mewakili keseluruhan populasi. Sub-populasi anggota aktif berjumlah 20 orang.

Data ini didapatkan berdasarkan absensi rapat dan pengakuan dari ketua serta pengurus kelompok tani. Sub-populasi anggota yang tidak aktif berjumlah 149 orang. Jumlah populasi pada kedua sub-populasi tersebut tidak proporsional, sehingga ukuran sampel untuk kedua sub-populasi tersebut masing-masing dipilih 20 orang secara sengaja.

Untuk pemilihan sampelnya pada sub-populasi anggota aktif diambil secara sensus atau keseluruhan populasi pada sub-populasi tersebut dijadikan

sampel. Sedangkan pada sub-populasi anggota non aktif pemilihan sampel dilakukan secara random sederhana dengan cara pengundian, kerangka sampling penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 1.

Kriteria umum yang harus dipenuhi oleh sampel ialah tercatat sebagai anggota Kelompok Tani Sauyunan dan memiliki usahatani yang sedang berjalan.

Untuk lebih mempertajam analisis pada penelitian ini maka diambil 15 sampel secara sengaja dari petani palawija yang terdapat di Desa Iwul yang bukan merupakan anggota Kelompok Tani Sauyunan. Pemilihan sampel petani palawija dilakukan dengan cara snowball sampling. Hal ini dikarenakan tidak terdapat data mengenai petani padi dan palawija bukan anggota Kelompok Tani Sauyunan yang akurat. Selain itu juga telah terjadi penurunan jumlah petani padi dan palawija bukan anggota di desa tersebut, karena sudah banyak petani padi dan palawija yang beralih menjadi petani ikan. Unit analisis dari penelitian ini ialah individu.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini terdapat dua subjek penelitian yaitu responden dan informan. Dari penelitian kuantitatif diperoleh data dari hasil kuesioner yang diberikan kepada responden dimana responden adalah orang yang memberikan informasi tentang dirinya sendiri. Hasil dari kuesioner tersebut dicatat seperti apa adanya, kemudian diolah dengan melakukan analisis dan interpretasi, baru selanjutnya dilakukan pembuatan kesimpulan tentang hasil kuesioner. Sedangkan data dari penelitian kualitatif diperoleh melalui wawancara mendalam dan observasi secara langsung ke lapangan kepada informan dan juga responden.

Informan merupakan orang yang memberikan informasi tentang orang lain dan lingkungan disekitarnya. Pada penelitian ini yang termasuk dalam informan ialah ketua, pengurus, pembina Kelompok Tani Sauyunan, aparat desa serta pengelola dari PT Telaga Kahuripan. Sedangkan pada penelitian ini yang termasuk dalam responden ialah sampel yang telah dipilih sebelumnya. Hal yang diobservasi dalam penelitian ini ialah kegiatan usahatani yang dilakukan para responden, serta kegiatan sehari-hari baik responden ataupun masyarakat di Desa Iwul secara umum. Daftar pertanyaan untuk wawancara mendalam dengan informan dapat dilihat pada lampiran 2.

Berdasarkan sumbernya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh melalui pengumpulan data di lapangan dengan menggunakan instrumen berupa kuisioner yang diisi berdasarkan wawancara kepada responden dan informan, serta pengamatan langsung yang dilakukan oleh peneliti. Sementara data sekunder diperoleh melalui dokumentasi dan studi literatur yang relevan dengan tujuan penelitian seperti buku, jurnal, artikel, skripsi, dan berbagai karya ilmiah lainya.

3.5 Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari data kualitatif dan kuantitatif, selanjutnya akan dilakukan pengolahan data dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Pengeditan, semua data yang diperoleh di lapangan diedit. Tujuannya adalah untuk memilih data dan informasi yang ada. Langkah ini bertujuan untuk memasukkan semua data yang diperlukan berdasarkan kerangka formulasi yang telah ditetapkan.

2. Tabulasi, langkah ini bertujuan untuk menyajikan data-data dalam bentuk tabel dan gambar untuk mempermudah penyajian dan interpretasi data-data tersebut.

3. Interpretasi, menghubungkan semua variabel-variabel yang telah ditetapkan dalam kerangka pemikiran yang akan digunakan dengan hasil penelitian yang diperoleh.

Data yang diperoleh berupa data ordinal. Setelah data dari kuesioner responden tersebut dikumpulkan, selanjutnya data tersebut diolah dan dianalisis secara kuantitatif dengan ditambahkan analisis kualitatif. Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji statistik non parametrik, yakni Korelasi Rank Spearman.

Untuk memudahkan pengolahan data dan penarikan kesimpulan dalam uji Korelasi Rank Spearman maka digunakan program SPSS 16.0 for Windows, sedangkan data kualitatif yang diperoleh dari hasil wawancara dengan responden dan informan akan digunakan untuk memperjelas gambaran mengenai hubungan antara peran kelembagaan kelompok tani dengan pengembangan usahatani anggota.

DAN KOMUNITAS DESA IWUL

4.1 Profil Kelembagaan Kelompok Tani Sauyunan

Kelompok Tani Sauyunan merupakan kelompok tani yang menaungi petani tanaman pangan yang ada di wilayah Desa Iwul, Kecamatan Parung Kabupaten Bogor Jawa Barat. Kelompok Tani Sauyunan dibentuk pada tanggal 8 Mei 2001 atas dasar musyawarah bersama masyarakat yang berada di Desa Iwul demi kemajuan pertanian di wilayah mereka. Latar belakang dibentuknya Kelompok Tani ini ialah karena adanya keinginan para petani Desa Iwul yang merupakan petani dengan lahan sempit dan petani penggarap, untuk dapat menggalang kekuatan bersama agar dapat menjadi unit usaha bersama yang mandiri dan mendapat legitimasi untuk dapat mengelola lahan kosong milik PT.

Telaga Kahuripan yang sudah sejak lama mereka garap.

Penggarapan lahan milik PT Telaga Kahuripan pada awalnya mendapat perlawanan yang keras dari pihak PT Telaga Kahuripan sendiri, namun hal itu tidak menyurutkan niat petani untuk tetap menggarap lahan milik perusahaan secara diam-diam. Untuk menghindari konflik, akhirnya pada tahun 1999 atas desakan petani kepada pihak perusahaan, dibuatlah perjanjian tertulis untuk memperbolehkan petani lokal yang berada di wilayah Desa Iwul, untuk menggarap lahan milik PT Telaga Kahuripan. Perjanjian tertulis ini menyatakan bahwa pihak PT Telaga Kahuripan memperbolehkan pihak petani lokal untuk menggarap dilahannya, akan tetapi petani harus membayar pajak sebesar Rp 25 per meter lahan garapan yang digunakan per tahunnya. Setelah perjanjian ini berjalan hampir dua tahun, ternyata jumlah petani yang menggarap di lahan milik PT Telaga Kahuripan meningkat drastis. Namun tidak semua petani yang menggarap tersebut telah terdaftar dalam perjanjian yang dilakukan sebelumnya.

Hal ini menyebabkan kerugian di pihak PT Telaga Kahuripan. Untuk menutupi kerugiaan tersebut pada pertengahan tahun 2000 atas seizin pihak pengelola PT Telaga Kahuripan, masuklah pihak swasta yang ikut menggarap di lahan milik

perusahaan. Pihak swasta tersebut ikut pula membudidayakan tanaman pangan jenis singkong yang umum dibudidayakan para petani lokal. Penggunaan teknologi pembudidayaan yang lebih efektif dan masa tanam yang lebih panjang, menyebabkan hasil produksi petani lokal kalah bersaing dengan hasil produksi dari pihak swasta tersebut. Harga singkong yang dijual oleh petani lokal pun menurun drastis. Hal ini akhirnya menyulut protes dari pihak petani lokal untuk meminta pihak swasta tidak menggarap lagi di daerah garapan mereka.

Melihat begitu besarnya perlawanan petani lokal pada pihak swasta dan untuk menghindari konflik. Atas dorongan beberapa tokoh masyarakat dan kesepakatan para petani di wilayah Desa Iwul, maka dibentuklah Kelompok Tani Sauyunan. Kelompok tani ini diharapkan dapat menggalang persatuan diantara para petani di Desa Iwul, juga agar jumlah petani yang menggarap di Desa Iwul dapat terkontrol. Hal ini juga untuk mengantisipasi pihak PT Telaga Kahuripan untuk mengizinkan pihak swasta masuk ke daerah garapan petani lokal.

Pengukuhan kelompok tani ini pertama kali ditetapkan pada tanggal 8 Mei 2005, sebagai Kelas Pemula dengan Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor Nomor : 520/346-SPBinus. Kemudian pada tanggal 28 September 2009 Kelompok Tani Sauyunan telah dikukuhkan sebagai kelompok tani Kelas Madya dengan Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor Nomor : 520/19/IX/09.

Susunan organisasi Kelompok Tani Sauyunan terdiri dari empat pengurus inti yaitu ketua kelompok tani, wakil ketua, bendahara dan sekretaris serta empat kepala sub-bidang, yang yang memiliki tugas pokok masing-masing yang merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan guna menuju pada satu tujuan yaitu memajukan pertanian pangan di Desa Iwul Kecamatan Parung Kabupaten Bogor Jawa Barat.

Kelompok Tani Sauyunan sampai tahun 2010 tercatat memiliki anggota sebanyak 169 orang, yang merupakan para petani yang tinggal atau para petani yang menggarap lahan di wilayah Desa Iwul. Terdapat tiga persyaratan utama untuk dapat menjadi anggota Kelompok Tani Sauyunan, yaitu: (1) memiliki keterampilan tiga jenis usaha tani yang sesuai dengan yang ditekuninya, (2) selalu

berinovasi dan berwawasan luas terhadap pertanian, perikanan dan peternakan, serta (3) ikut bertanggung jawab dalam ketahanan pangan nasional.

Fasilitas yang dimiliki oleh Kelompok Tani Sauyunan sudah sesuai dengan kriteria kelengkapan kelompok yang telah ditetapkan oleh Badan Pelaksana Penyuluhan, Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (2009), yaitu susunan pengurus, catatan daftar anggota, kantor, Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART), rencana kelompok, pembukuan, buku tamu, buku kegiatan kelompok, serta fasilitas yang dapat menunjang kegiatan usahatani anggota.

Namun untuk fasilitas yang dapat menunjang kegiatan usahatani anggota, sampai saat ini Kelompok Tani Sauyunan hanya memiliki satu buah handtracktor yang belum banyak diakses oleh petani anggotanya. Handtracktor tersebut merupakan bantuan dari pemerintah melalui program Bantuan Uang Muka Alsintan (BUMA).

Program ini hanya memberikan 50 persen bantuan biaya pembelian alsintan yang dibutuhkan kelembagaan kelompok tani, sedangkan sisanya dapat ditanggulangi kelompok melalui pembayaran sewa handtracktor tersebut oleh anggota atau diluar anggota.

Gambar 2. Struktur Organisasi Kelompok Tani Sauyunan, Tahun 2010  

Jaringan kerja yang telah dimiliki oleh Kelompok Tani Sauyunan yaitu kerjasama dengan Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan sebagai lembaga penyediaan saprotan dan lembaga penyediaan informasi teknologi, selain itu Kelompok Tani Sauyunan juga rutin berkonsultasi tentang usahatani mereka dengan Penyuluh Pertanian Lapang Kecamatan Parung. Kelompok Tani Sauyunan juga telah menjalin kerjasama dengan Koperasi Yayasan Darul Mutaqin dalam penyediaan modal bagi usahatani anggota, penyalur pemasaran komoditas pertanian mereka. Kelompok Tani Sauyunan selama ini menyalurkan komoditas pertaniannya selain kepada Koperasi Yayasan Darul Mutaqin juga kepada pedagang-pedagang pengumpul di daerah Parung atau menyalurkan langsung ke pabrik tapioka yang ada di daerah Kedung Halang, Bogor.

Kelompok Tani Sauyunan rutin melakukan pertemuan kelompok setiap bulannya. Pertemuan kelompok ini biasanya diawali dengan kegiatan arisan kelompok dahulu, setelah itu baru dilanjutkan dengan rapat yang membicarakan rencana kerja kelompok. Pendampingan PPL selama ini telah rutin dilakukan, namun sudah tiga bulan terakhir (November 2010 – Januari 2011) tidak ada pendampingan dari pihak PPL Kecamatan Parung. Hal ini diakui oleh pihak PPL Kecamatan Parung, akibat kurangnya tenaga PPL dan banyaknya desa atau kelompok tani yang harus ditanganinya. Kegiatan pembinaan yang pernah diberikan kepada Kelompok Tani Sauyunan yaitu Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan.

4.2 Profil Desa Iwul Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor 4.2.1 Kondisi Geografis dan Administratif

Dilihat dari letak geografisnya Desa Iwul terletak di barat Kabupaten Bogor tepatnya di wilayah Kecamatan Parung Kabupaten Bogor. Dilihat dari letak wilayahnya, Desa Iwul berbatasan dengan beberapa desa, yaitu sebagai berikut:

a. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Waru Jaya, Kecamatan Parung;

b. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Jampang, Kecamatan Parung;

c. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Perigi Mekar, Kecamatan Parung;

d. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Jabon Mekar, Kecamatan Parung.

Desa Iwul merupakan desa yang terletak di dataran tinggi yaitu dengan ketinggian 200-229 meter dari permukaan laut, sehingga suhu rata-rata 32 ºC dengan curah hujan 249 mm per tahunnya. Kondisi lahan di Desa Iwul berupa tanah datar (rata) tidak bergunung atau curam, dengan keadaan tanah stabil, tidak ada erosi atau longsor. Desa ini memiiki akses yang mudah ke ibukota kecamatan, ibukota kabupaten, dan ibukota propinsi; dengan jarak berturut-turut sekitar 7 Km, 30 Km dan 195 Km. Dengan kendaraan bermotor, akses ke ibukota kecamatan, kaupaten dan propinsi dapat ditempuh berturut-turut sekitar 15 menit, 60 menit dan tiga jam.

Secara administratif, Desa Iwul memiliki 20 Rukun Tetangga (RT) yang terdistribusi dalam 6 Rukun Warga, semuanya tersebar di empat dusun yang ada di desa ini, yaitu Dusun Binong, Dusun Iwul, Dusun Poncol dan Dusun Lengkong Barang. Desa Iwul memiliki luas wilayah 431.185 Ha, sebagian besar diperuntukkan sebagai lahan pertanian berbentuk sawah dan ladang/tegalan, yaitu sekitar 62,49 persen. Selainnya diantaranya diperuntukkan sebagai lahan pemukiman sebesar 32,73 persen, bangunan umum Mushola/Masjid 2,12 persen, pemakaman/kuburan 1,19 persen , jalan umum 1,44 persen dan 0,47 persen untuk bangunan sekolah.

Meskipun lebih dari setengah wilayah di Desa Iwul merupakan lahan pertanian, namun pada kenyataannya 87,5 persen berupa lahan guntai, yakni lahan bukan milik warga desa atau dimiliki penduduk di luar desa. Hal ini lah yang menyebabkan banyak petani di Desa Iwul yang memanfaatkan lahan milik PT.

Telaga kahuripan yang belum terpakai yaitu sebesar 150 Ha di wilayah Desa Iwul yang terkonsentrasi di wilayah RW 05 dan RW 06.

4.2.2 Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk di Desa Iwul sebanyak 6188 jiwa yang terdiri dari 51,86 persen laki-laki dan 48,14 persen perempuan. Total penduduk desa tersebut berasal dari 1751 kepala keluarga (KK). Kepadatan penduduk Desa Gunungsari sebesar 500 jiwa/km.

Sebagaimana terlihat pada Tabel 1, dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk di Desa Iwul berada pada usia produktif (16 -60 tahun) sebesar 70,57 persen atau sebanyak 4.367 jiwa. sedangkan penduduk yang berada pada usia tidak produktif (0 – 15 tahun dan 60 tahun ke atas) sebesar 29,43 persen atau sebanyak 1.821 jiwa.

Tabel 1. Sebaran Penduduk Desa Iwul Menurut Kelompok Umur Tahun 2008 (dalam jumlah dan persen)

Sumber: Data Monografi Desa Iwul Kecamatan Parung Tahun 2008

Banyaknya penduduk pada usia produktif merupakan potensi sumber daya manusia yang terdapat di Desa Iwul. Hal ini dapat dijadikan kekuatan untuk meningkatkan perekonomian di desa tersebut. Meskipun demikian banyaknya jumlah penduduk dengan usia produktif dapat pula menjadi penghambat bagi peningkatan ekonomi di desa tersebut, apabila tingkat pendidikan penduduk tersebut rendah. Selain itu hal ini juga ditentukan oleh banyaknya lapangan kerja yang dapat menyerap jumlah penduduk dengan usia produktif tersebut. Tingkat pendidikan dan mata pencaharian penduduk di Desa Iwul, akan dijelaskan lebih lanjut.

Tingkat pendidikan mayoritas warga adalah tamat Sekolah Menengah pertama atau sederajat yaitu sebesar 30,69 persen, dimana 52,92 persen diantaranya adalah laki-laki. Namun hal ini tidak sebanding dengan jumlah

Kelompok Umur Total

Jumlah Persen

0 – 5 Tahun 684 11,05

6 – 15 Tahun 429 6,93

16 – 25 Tahun 1038 16,78

26 – 50 Tahun 1546 24,99

51 – 60 Tahun 1782 28,80

61 Tahun ke atas 709 11.45

Jumlah 6188 100

penduduk yang tidak bersekolah, tidak tamat SD dan Tamat SD yaitu sebesar 46,57 persen. Sehingga dapat disimpulkan tingkat pendidikan di Desa Iwul masih

penduduk yang tidak bersekolah, tidak tamat SD dan Tamat SD yaitu sebesar 46,57 persen. Sehingga dapat disimpulkan tingkat pendidikan di Desa Iwul masih

Dokumen terkait