• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.5 Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari data kualitatif dan kuantitatif, selanjutnya akan dilakukan pengolahan data dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Pengeditan, semua data yang diperoleh di lapangan diedit. Tujuannya adalah untuk memilih data dan informasi yang ada. Langkah ini bertujuan untuk memasukkan semua data yang diperlukan berdasarkan kerangka formulasi yang telah ditetapkan.

2. Tabulasi, langkah ini bertujuan untuk menyajikan data-data dalam bentuk tabel dan gambar untuk mempermudah penyajian dan interpretasi data-data tersebut.

3. Interpretasi, menghubungkan semua variabel-variabel yang telah ditetapkan dalam kerangka pemikiran yang akan digunakan dengan hasil penelitian yang diperoleh.

Data yang diperoleh berupa data ordinal. Setelah data dari kuesioner responden tersebut dikumpulkan, selanjutnya data tersebut diolah dan dianalisis secara kuantitatif dengan ditambahkan analisis kualitatif. Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji statistik non parametrik, yakni Korelasi Rank Spearman.

Untuk memudahkan pengolahan data dan penarikan kesimpulan dalam uji Korelasi Rank Spearman maka digunakan program SPSS 16.0 for Windows, sedangkan data kualitatif yang diperoleh dari hasil wawancara dengan responden dan informan akan digunakan untuk memperjelas gambaran mengenai hubungan antara peran kelembagaan kelompok tani dengan pengembangan usahatani anggota.

DAN KOMUNITAS DESA IWUL

4.1 Profil Kelembagaan Kelompok Tani Sauyunan

Kelompok Tani Sauyunan merupakan kelompok tani yang menaungi petani tanaman pangan yang ada di wilayah Desa Iwul, Kecamatan Parung Kabupaten Bogor Jawa Barat. Kelompok Tani Sauyunan dibentuk pada tanggal 8 Mei 2001 atas dasar musyawarah bersama masyarakat yang berada di Desa Iwul demi kemajuan pertanian di wilayah mereka. Latar belakang dibentuknya Kelompok Tani ini ialah karena adanya keinginan para petani Desa Iwul yang merupakan petani dengan lahan sempit dan petani penggarap, untuk dapat menggalang kekuatan bersama agar dapat menjadi unit usaha bersama yang mandiri dan mendapat legitimasi untuk dapat mengelola lahan kosong milik PT.

Telaga Kahuripan yang sudah sejak lama mereka garap.

Penggarapan lahan milik PT Telaga Kahuripan pada awalnya mendapat perlawanan yang keras dari pihak PT Telaga Kahuripan sendiri, namun hal itu tidak menyurutkan niat petani untuk tetap menggarap lahan milik perusahaan secara diam-diam. Untuk menghindari konflik, akhirnya pada tahun 1999 atas desakan petani kepada pihak perusahaan, dibuatlah perjanjian tertulis untuk memperbolehkan petani lokal yang berada di wilayah Desa Iwul, untuk menggarap lahan milik PT Telaga Kahuripan. Perjanjian tertulis ini menyatakan bahwa pihak PT Telaga Kahuripan memperbolehkan pihak petani lokal untuk menggarap dilahannya, akan tetapi petani harus membayar pajak sebesar Rp 25 per meter lahan garapan yang digunakan per tahunnya. Setelah perjanjian ini berjalan hampir dua tahun, ternyata jumlah petani yang menggarap di lahan milik PT Telaga Kahuripan meningkat drastis. Namun tidak semua petani yang menggarap tersebut telah terdaftar dalam perjanjian yang dilakukan sebelumnya.

Hal ini menyebabkan kerugian di pihak PT Telaga Kahuripan. Untuk menutupi kerugiaan tersebut pada pertengahan tahun 2000 atas seizin pihak pengelola PT Telaga Kahuripan, masuklah pihak swasta yang ikut menggarap di lahan milik

perusahaan. Pihak swasta tersebut ikut pula membudidayakan tanaman pangan jenis singkong yang umum dibudidayakan para petani lokal. Penggunaan teknologi pembudidayaan yang lebih efektif dan masa tanam yang lebih panjang, menyebabkan hasil produksi petani lokal kalah bersaing dengan hasil produksi dari pihak swasta tersebut. Harga singkong yang dijual oleh petani lokal pun menurun drastis. Hal ini akhirnya menyulut protes dari pihak petani lokal untuk meminta pihak swasta tidak menggarap lagi di daerah garapan mereka.

Melihat begitu besarnya perlawanan petani lokal pada pihak swasta dan untuk menghindari konflik. Atas dorongan beberapa tokoh masyarakat dan kesepakatan para petani di wilayah Desa Iwul, maka dibentuklah Kelompok Tani Sauyunan. Kelompok tani ini diharapkan dapat menggalang persatuan diantara para petani di Desa Iwul, juga agar jumlah petani yang menggarap di Desa Iwul dapat terkontrol. Hal ini juga untuk mengantisipasi pihak PT Telaga Kahuripan untuk mengizinkan pihak swasta masuk ke daerah garapan petani lokal.

Pengukuhan kelompok tani ini pertama kali ditetapkan pada tanggal 8 Mei 2005, sebagai Kelas Pemula dengan Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor Nomor : 520/346-SPBinus. Kemudian pada tanggal 28 September 2009 Kelompok Tani Sauyunan telah dikukuhkan sebagai kelompok tani Kelas Madya dengan Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor Nomor : 520/19/IX/09.

Susunan organisasi Kelompok Tani Sauyunan terdiri dari empat pengurus inti yaitu ketua kelompok tani, wakil ketua, bendahara dan sekretaris serta empat kepala sub-bidang, yang yang memiliki tugas pokok masing-masing yang merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan guna menuju pada satu tujuan yaitu memajukan pertanian pangan di Desa Iwul Kecamatan Parung Kabupaten Bogor Jawa Barat.

Kelompok Tani Sauyunan sampai tahun 2010 tercatat memiliki anggota sebanyak 169 orang, yang merupakan para petani yang tinggal atau para petani yang menggarap lahan di wilayah Desa Iwul. Terdapat tiga persyaratan utama untuk dapat menjadi anggota Kelompok Tani Sauyunan, yaitu: (1) memiliki keterampilan tiga jenis usaha tani yang sesuai dengan yang ditekuninya, (2) selalu

berinovasi dan berwawasan luas terhadap pertanian, perikanan dan peternakan, serta (3) ikut bertanggung jawab dalam ketahanan pangan nasional.

Fasilitas yang dimiliki oleh Kelompok Tani Sauyunan sudah sesuai dengan kriteria kelengkapan kelompok yang telah ditetapkan oleh Badan Pelaksana Penyuluhan, Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (2009), yaitu susunan pengurus, catatan daftar anggota, kantor, Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART), rencana kelompok, pembukuan, buku tamu, buku kegiatan kelompok, serta fasilitas yang dapat menunjang kegiatan usahatani anggota.

Namun untuk fasilitas yang dapat menunjang kegiatan usahatani anggota, sampai saat ini Kelompok Tani Sauyunan hanya memiliki satu buah handtracktor yang belum banyak diakses oleh petani anggotanya. Handtracktor tersebut merupakan bantuan dari pemerintah melalui program Bantuan Uang Muka Alsintan (BUMA).

Program ini hanya memberikan 50 persen bantuan biaya pembelian alsintan yang dibutuhkan kelembagaan kelompok tani, sedangkan sisanya dapat ditanggulangi kelompok melalui pembayaran sewa handtracktor tersebut oleh anggota atau diluar anggota.

Gambar 2. Struktur Organisasi Kelompok Tani Sauyunan, Tahun 2010  

Jaringan kerja yang telah dimiliki oleh Kelompok Tani Sauyunan yaitu kerjasama dengan Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan sebagai lembaga penyediaan saprotan dan lembaga penyediaan informasi teknologi, selain itu Kelompok Tani Sauyunan juga rutin berkonsultasi tentang usahatani mereka dengan Penyuluh Pertanian Lapang Kecamatan Parung. Kelompok Tani Sauyunan juga telah menjalin kerjasama dengan Koperasi Yayasan Darul Mutaqin dalam penyediaan modal bagi usahatani anggota, penyalur pemasaran komoditas pertanian mereka. Kelompok Tani Sauyunan selama ini menyalurkan komoditas pertaniannya selain kepada Koperasi Yayasan Darul Mutaqin juga kepada pedagang-pedagang pengumpul di daerah Parung atau menyalurkan langsung ke pabrik tapioka yang ada di daerah Kedung Halang, Bogor.

Kelompok Tani Sauyunan rutin melakukan pertemuan kelompok setiap bulannya. Pertemuan kelompok ini biasanya diawali dengan kegiatan arisan kelompok dahulu, setelah itu baru dilanjutkan dengan rapat yang membicarakan rencana kerja kelompok. Pendampingan PPL selama ini telah rutin dilakukan, namun sudah tiga bulan terakhir (November 2010 – Januari 2011) tidak ada pendampingan dari pihak PPL Kecamatan Parung. Hal ini diakui oleh pihak PPL Kecamatan Parung, akibat kurangnya tenaga PPL dan banyaknya desa atau kelompok tani yang harus ditanganinya. Kegiatan pembinaan yang pernah diberikan kepada Kelompok Tani Sauyunan yaitu Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan.

4.2 Profil Desa Iwul Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor 4.2.1 Kondisi Geografis dan Administratif

Dilihat dari letak geografisnya Desa Iwul terletak di barat Kabupaten Bogor tepatnya di wilayah Kecamatan Parung Kabupaten Bogor. Dilihat dari letak wilayahnya, Desa Iwul berbatasan dengan beberapa desa, yaitu sebagai berikut:

a. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Waru Jaya, Kecamatan Parung;

b. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Jampang, Kecamatan Parung;

c. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Perigi Mekar, Kecamatan Parung;

d. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Jabon Mekar, Kecamatan Parung.

Desa Iwul merupakan desa yang terletak di dataran tinggi yaitu dengan ketinggian 200-229 meter dari permukaan laut, sehingga suhu rata-rata 32 ºC dengan curah hujan 249 mm per tahunnya. Kondisi lahan di Desa Iwul berupa tanah datar (rata) tidak bergunung atau curam, dengan keadaan tanah stabil, tidak ada erosi atau longsor. Desa ini memiiki akses yang mudah ke ibukota kecamatan, ibukota kabupaten, dan ibukota propinsi; dengan jarak berturut-turut sekitar 7 Km, 30 Km dan 195 Km. Dengan kendaraan bermotor, akses ke ibukota kecamatan, kaupaten dan propinsi dapat ditempuh berturut-turut sekitar 15 menit, 60 menit dan tiga jam.

Secara administratif, Desa Iwul memiliki 20 Rukun Tetangga (RT) yang terdistribusi dalam 6 Rukun Warga, semuanya tersebar di empat dusun yang ada di desa ini, yaitu Dusun Binong, Dusun Iwul, Dusun Poncol dan Dusun Lengkong Barang. Desa Iwul memiliki luas wilayah 431.185 Ha, sebagian besar diperuntukkan sebagai lahan pertanian berbentuk sawah dan ladang/tegalan, yaitu sekitar 62,49 persen. Selainnya diantaranya diperuntukkan sebagai lahan pemukiman sebesar 32,73 persen, bangunan umum Mushola/Masjid 2,12 persen, pemakaman/kuburan 1,19 persen , jalan umum 1,44 persen dan 0,47 persen untuk bangunan sekolah.

Meskipun lebih dari setengah wilayah di Desa Iwul merupakan lahan pertanian, namun pada kenyataannya 87,5 persen berupa lahan guntai, yakni lahan bukan milik warga desa atau dimiliki penduduk di luar desa. Hal ini lah yang menyebabkan banyak petani di Desa Iwul yang memanfaatkan lahan milik PT.

Telaga kahuripan yang belum terpakai yaitu sebesar 150 Ha di wilayah Desa Iwul yang terkonsentrasi di wilayah RW 05 dan RW 06.

4.2.2 Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk di Desa Iwul sebanyak 6188 jiwa yang terdiri dari 51,86 persen laki-laki dan 48,14 persen perempuan. Total penduduk desa tersebut berasal dari 1751 kepala keluarga (KK). Kepadatan penduduk Desa Gunungsari sebesar 500 jiwa/km.

Sebagaimana terlihat pada Tabel 1, dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk di Desa Iwul berada pada usia produktif (16 -60 tahun) sebesar 70,57 persen atau sebanyak 4.367 jiwa. sedangkan penduduk yang berada pada usia tidak produktif (0 – 15 tahun dan 60 tahun ke atas) sebesar 29,43 persen atau sebanyak 1.821 jiwa.

Tabel 1. Sebaran Penduduk Desa Iwul Menurut Kelompok Umur Tahun 2008 (dalam jumlah dan persen)

Sumber: Data Monografi Desa Iwul Kecamatan Parung Tahun 2008

Banyaknya penduduk pada usia produktif merupakan potensi sumber daya manusia yang terdapat di Desa Iwul. Hal ini dapat dijadikan kekuatan untuk meningkatkan perekonomian di desa tersebut. Meskipun demikian banyaknya jumlah penduduk dengan usia produktif dapat pula menjadi penghambat bagi peningkatan ekonomi di desa tersebut, apabila tingkat pendidikan penduduk tersebut rendah. Selain itu hal ini juga ditentukan oleh banyaknya lapangan kerja yang dapat menyerap jumlah penduduk dengan usia produktif tersebut. Tingkat pendidikan dan mata pencaharian penduduk di Desa Iwul, akan dijelaskan lebih lanjut.

Tingkat pendidikan mayoritas warga adalah tamat Sekolah Menengah pertama atau sederajat yaitu sebesar 30,69 persen, dimana 52,92 persen diantaranya adalah laki-laki. Namun hal ini tidak sebanding dengan jumlah

Kelompok Umur Total

Jumlah Persen

0 – 5 Tahun 684 11,05

6 – 15 Tahun 429 6,93

16 – 25 Tahun 1038 16,78

26 – 50 Tahun 1546 24,99

51 – 60 Tahun 1782 28,80

61 Tahun ke atas 709 11.45

Jumlah 6188 100

penduduk yang tidak bersekolah, tidak tamat SD dan Tamat SD yaitu sebesar 46,57 persen. Sehingga dapat disimpulkan tingkat pendidikan di Desa Iwul masih rendah. Secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Sebaran Penduduk Desa Iwul Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2008

(dalam jumlah dan persen)

Sumber: Data Monografi Desa Iwul Kecamatan Parung Tahun 2008

Kondisi Desa Iwul dilihat letak geografisnya, maka jenis kegiatan ekonomi di desa ini mayoritas bekerja di sektor pertanian, selain itu diurutan kedua adalah sektor perdagangan berupa warung kelontong, jasa (angkutan) perternakan, toko, home industry dan bahan bangunan. Untuk lebih jelas kegiatan ekonomi di Desa Iwul dapat dilihat pada Tabel 3.

Meskipun sektor pertanian merupakan sektor utama mata pencaharian penduduk di desa ini, namun tidak menutup kemungkinan banyak diantara penduduk tersebut yang memiliki pekerjaan lebih dari satu sector. Hal ini dikarenakan jumlah pendapatan di sektor pertanian tidak dapat menanggulangi pengeluaran rumah tangga mereka.

Tingkat Pendidikan

Laki-Laki Perempuan Total Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen Belum Sekolah/

Tidak Sekolah 703 24,19 711 21,66 1414 22,85 Tidak Tamat SD /

Belum Tamat SD 205 7,05 481 14,66 686 11,09 Tamat SD 346 11,92 436 13,28 782 12,64 Tidak Tamat SMP 100 3,44 472 14,38 572 9,24

Tamat SMP 1005 34,58 894 27,24 1899 30,69 Tamat SMA 430 14,79 253 7,71 683 11,04 Tamat D1-D3 75 2,58 25 0,76 100 1,61

Tamat S1 40 1,38 10 0,31 50 0,81

Tamat S2 2 0,07 0 0 2 0,03

Jumlah 2906 100 3282 100 6188 100

Tabel 3. Sebaran Penduduk Desa Iwul Menurut Mata Pencaharian Tahun 2008 (dalam jumlah dan persen)

Sumber: Data Monografi Desa Iwul Kecamatan Parung Tahun 2008

Potensi yang dimiliki oleh Desa Iwul dalam hal sumberdaya alam masih tersedia cukup banyak diantaranya, (1) Situ, sebagai salah satu potensi yang dimiliki yang digunakan masyarakat untuk ternak ikan dengan memakai sistem keramba, (2) Empang, digunakan masyarakat sejak lama untuk beternak ikan dan memelihara ayam potong dengan mendirikan kandang diatas empang, serta (3) sawah dan tegalan, kondisi tanah yang masih luas dimana masyarakat menggunakan lahan tersebut untuk menanam tanaman pangan seperti ketela pohon, singkong, kacang, jagung, padi dan umbi-umbian lainnya. Potensi sumber daya manusia (SDM) yang umum dan khas dimiliki masyarakat Desa Iwul adalah kelompok usia produktif dan sifat bekerja keras dan bergotong royong dengan mata pencaharian sebagian besar menggarap pertanian darat.

4.2.3 Profil Responden

Responden dalam penelitian ini merupakan petani atapun buruh tani yang tergabung dalam Kelompok Tani Sauyunan, serta petani ataupun buruh tani yang bukan termasuk anggota dalam Kelompok Tani Sauyunan. Seluruh responden

Mata Pencaharian Total

Jumlah Persen

PNS atau TNI 14 0,33

Karyawan Swasta 362 8,28

Petani 1522 34,85

Buruh Tani 772 17,67

Jasa 193 4,42

Dagang 1144 26,21

Tidak Bekerja 360 8,24

Jumlah 4367 100

merupakan petani atau buruh tani yang memiliki usahatani dengan komoditas padi dan palawija seperti singkong, ketela pohon, jagung, kacang panjang dan kacang tanah (kacang cabut). Luas lahan garapan responden tersebar antara 500 m2 hingga 25.000 m2. Sebaran responden menurut luasan lahan garapannya dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Sebaran Responden Menurut Luas Lahan Garapan Usahatani Tahun 2010 (dalam jumlah dan persen)

Sumber: Hasil Wawancara Responden Petani/Buruh Tani di Desa Iwul Kecamatan Parung Tahun 2010

Pendidikan dari responden mayoritas hanya tingkat Sekolah Dasar (SD) yaitu sebesar 75,76 persen atau 42 orang. Sebesar 21,24 persen atau 11 orang dari seluruh responden tidak pernah sekolah dan hanya 3 persen atau 2 orang dari seluruh responden memiliki pendidikan hinggat tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Luas Lahan Garapan (m2) Total

Jumlah (orang) Persen

≤ 500 m2 7 12,12

500 m2≤ x < 1.000 m2 7 12,12

1.000 m2≤ x < 2.000 m2 5 9,10

2.000 m2≤ x < 3.000 m2 5 9,10

3.000 m2≤ x < 4.000 m2 5 9,10

4.000 m2≤ x < 5.000 m2 12 24,21

5.000 m2≤ x < 10.000 m2 7 12,12

10.000 m2≤ x < 20.000 m2 2 3,03

20.000 m2≤ x < 30.000 m2 5 9,10

Jumlah 55 100

ANGGOTA

5.1 Pengorganisasian Kegiatan Produksi Kelembagaan Kelompok Tani Peran produksi kelembagaan Kelompok Tani yang dikaji dalam penelitian ini ialah kemampuan kelompok untuk meningkatkan pemenuhan kebutuhan faktor-faktor yang dapat menunjang kegiatan produksi melalui pengorganisasian faktor-faktor tersebut agar dapat diakses oleh petani anggotanya. Sebagai suatu unit usaha bersama diharapkan petani yang menjadi anggota kelembagaan Kelompok Tani Sauyunan lebih akses terhadap faktor-faktor produksi yang dapat mendukung usaha pertaniannya dibandingkan dengan petani non anggota kelembagaan Kelompok Tani Sauyunan. Faktor produksi yang dimaksud seperti:

peningkatan pada sumberdaya lahan garapan bagi petani anggota; bantuan sumberdaya modal serta pembinaan petani anggota untuk peningkatan keterampilannya di sektor pertanian. Peningkatan pada pengorganisasian kegiatan produksi oleh kelembagaan Kelompok Tani Sauyunan, akan mendorong terjadinya pengembangan usahatani bagi petani anggota.

Secara keseluruhan peran produksi kelembagaan Kelompok Tani Sauyunan dalam pengorganisasian kegiatan produksi bagi petani anggota masih rendah, dimana sebesar 47,50 persen dari petani anggota menilai bahwa pengorganisasian kegiatan produksi kelembagaan kelompok taninya masih rendah. Pengorganisaian kegiatan produksi kelembagaan kelompok tani tinggi menurut responden hanya sebesar 15 persen saja. Hal ini dapat dikatakan bahwa keberperanan kelembagaan Kelompok Tani Sauyunan dalam pengorganisasian kegiatan produksi bagi petani anggota belum optimal. Lebih lanjut dapat dilihat pada Gambar 3.

Pengkategorian pengorganisasian kegiatan produksi rendah, sedang dan tinggi dilakukan dengan pengakumulasian pada tiga indikator yaitu pengorganisasian input sarana pertanian, bantuan modal bagi petani anggota serta

kegiatan pembinaan bagi petani. Ketiga indikator tersebut akan dibahas pada sub-bab selanjutnya.

5.1.1 Peningkatan Luas Lahan Garapan

Desa Iwul dilihat dari protensi sumberdaya alamnya, sebenarnya terdapat potensi ekonomi yang cukup besar untuk dapat dikembangkan. Selain potensi di bidang pertanian dan perikanan, potensi sumberdaya manusia dalam mengelola pertanian dalam lingkungan alam yang cukup sulit selama ini menjadi bukti keseriusan dan keuletan masyarakat dalam upaya mensiasati potensi di lingkungannya. Pengguasaan tanah atau lahan pertanian menjadi faktor yang cukup menentukan dalam usaha tani, karena terkait perhitungan skala usaha.

Meskipun lebih dari setengah wilayah di Desa Iwul merupakan lahan pertanian, namun pada kenyataannya 87,5 persen berupa lahan guntai, yakni lahan bukan milik warga desa atau dimiliki penduduk di luar desa. Hampir seluruh penduduk di Desa Iwul memiliki lahan pertanian, namun tergolong sempit yaitu di bawah 0,5 ha yang bersatu dengan tempat tinggal mereka (pekarangan). Hanya sebanyak 12,5 persen dari penduduk di Desa Iwul yang memili lahan pertanian diatas 0,5 ha. Hal inilah yang menyebabkan banyak petani di Desa Iwul yang

47,50%

37,50%

15% pengorganisasian kegiatan

produksi rendah

pengorganisasian kegiatan produksi sedang

pengorganisasian kegiatan produksi tinggi

Gambar 3. Penilaian Pengorganisasian Kegiatan Produksi dari Kelembagaan Kelompok Tani Sauyunan Menurut Responden, Desa Iwul, 2010 (dalam persen)

Sumber: Hasil Olah Kuesioner, Anggota Kelompok Tani Sauyunann, Desa Iwul, 2010

memanfaatkan lahan milik PT. Telaga kahuripan yang belum terpakai yaitu sebesar 150 ha, yang terkonsentrasi di wilayah RW 05 dan RW 06.

Kelembagaan Kelompok Tani Sauyunan dibentuk salah satunya atas dasar keinginan petani untuk mendapatkan legitimasi dalam penggarapan di lahan milik PT. Telaga Kahuripan. Berdasarkan hasil penelitian memperlihatkan bahwa peran kelembagaan Kelompok Tani Sauyunan dalam meningkatkan jumlah luasan garapan bagi petani anggota sudah optimal, yaitu sebesar 57,50 persen petani anggota tanpa lahan meningkat jumlah luasan lahan garapannya. Petani non anggota pun sebanyak 53,32 persen meningkat jumlah luasan garapannya. Hal ini tidak berarti mengindikasikan peran kelembagaan Kelompok Tani yang kurang optimal. Presentase peningkatan jumlah luasan garapan pertanian antara petani anggota dan non anggota yang hampir sama disebabkan karena perbedaan dalam status lahan yang digarap. Pada petani non anggota garapan pertanian yang meningkat seluruhnya disebabkan karena adanya pemilik lahan guntai untuk mempercayakan lahannya dirawat oleh beberapa petani yang ada di sana.

Sedangkan pada petani anggota kelembagaan kelompok tani, lahan yang digunakan adalah lahan milik PT. Telaga Kahuripan. Luas garapannya pun diserahkan pada petani yang akan menggarap sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing. Rata-rata petani anggota menggarap antara 1000 m2 hingga 35.000 m2.

Gambar 4. Sebaran Responden Menurut Peningkatan Jumlah Luasan Lahan Garapan, Desa Iwul, 2010 (dalam persen)

42,50%

(1) Tidak ada peningkatan luasan

garapan (2) Adanya peningkatan luasan garapan

anggota non anggota

. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, juga terdapat 42,50 persen anggota kelembagaan kelompok tani yang ternyata tidak meningkat jumlah luasan garapannya. Hal ini disebabkan karena pada awalnya petani-petani tersebut, sebelum masuknya PT. Telaga Kahuripan sudah memiliki lahan pertanian sendiri.

Setelah masuknya PT. Telaga Kahuripan seluruh lahan pertanian milik mereka di jual kepada pihak perusahaan dan hanya menyisakan lahan pekarangan rumah mereka yang sempit. Setelah dibentuknya Kelembagaan Kelompok Tani Sauyunan maka petani-petani tersebut tetap dapat menggarap lahan yang dahulu mereka miliki, hanya status kepemilikannya saja yang berganti.

5.1.2 Bantuan Modal Usahatani

Dalam mendorong petani anggota untuk dapat mengembangkan usahataninya. Kelembagaan Kelompok Tani Sauyunan mencoba untuk memfasilitasi petani anggota agar dapat akses pada sumberdaya finansial berupa modal. Peran kelembagaan kelompok tani sebagai unit usaha diharapkan mampu untuk mempermudah akses anggotanya dalam mendapatkan sumberdaya finansial berupa modal, namun pada kenyataanya hal tersebut belum dapat dijalankan dengan optimal oleh kelembagaan kelompok Tani Sauyunan. Akses anggota terhadap sumberdaya finansial berupa modal segar masih sangat terbatas.

Berdasarkan temuan lapang 82,5 persen dari seluruh responden sampai saat ini belum akses kepada modal, sedangkan 17,5 persennya sudah pernah akses pada modal. Dari seluruh anggota Kelembagaan Kelompok tani Sauyunan yang terdaftar, hanya 35,5 persen saja yang sudah pernah akses terhadap modal.

Besarnya modal yang dipinjamkan oleh mitra kelembagaan Kelompok Tani pun terbatas, antara Rp200.000 hingga Rp500.000 per anggota.

Bantuan modal diharapkan dapat mendorong petani anggota untuk mengembangkan usahataninya. Selama ini tercatat kelembagaan Kelompok Tani Sauyunan hanya pernah menggulirkan bantuan modal satu kali kepada anggota, dan sampai saat ini dana tersebut sebagian besar belum kembali kepada pengurus.

Dana bantuan tersebut berasal dari pinjaman yang dilakukan pengurus kepada koperasi Yayasan Darul Mutaqin. Berdasarkan pengakuan pengurus, mereka telah berupaya keras agar seluruh anggota dapat akses pada modal segar. Namun

sampai saat ini keinginan tersebut terganjal karena sulitnya akses kelembagaan kelompok tani ini untuk akses pada lembaga ekonomi.

Terlihat jelas bahwa sampai saat ini kelembagaan Kelompok Tani Sauyunan masih bergantung pada modal yang berasal dari pihak luar. Hal ini

Terlihat jelas bahwa sampai saat ini kelembagaan Kelompok Tani Sauyunan masih bergantung pada modal yang berasal dari pihak luar. Hal ini

Dokumen terkait