• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengenalan Konsep Easement atau Servitude untuk Pengembangan Kawasan Sempadan Sungai dan Sempadan Pantai

A. Isu Strategis 1 Provinsi DKI Jakarta

3. Pengenalan Konsep Easement atau Servitude untuk Pengembangan Kawasan Sempadan Sungai dan Sempadan Pantai

Gambar 4. 11. Konsep Easement atau Servitude untuk Pengembangan Kawasan Sempadan Sungai dan Sempadan Pantai

Berkembangnya Kota Jakarta menjadi megacity melalui proses reorganisasi ruang yang sangat cepat memberi dampak sosial, ekonomi maupun tekanan pada kelestarian lingkungan. Perkembangan ini ditandai dengan tingginya urbanisasi, gentrifikasi, komodifikasi tanah, sebagian lokasi tumpang tindih dengan kepemilikan pihak lain yang rawan menimbulkan sengketa/konflik, pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang, sebagian besar memerlukan penataan.

Banyaknya penduduk urban yang menghuni tanah negara, tanah aset Pemerintah Provinsi, kementerian/lembaga, termasuk aset perorangan dan badan hukum yang lain. Tidak ada data reliabel terkait jumlah subjek (masyarakat urban), objek (jumlah bidang tanah yang dikuasai masyarakat urban) maupun data aset (tanah negara, tanah aset Pemprov, kementerian/lembaga, termasuk aset perorangan dan badan hukum yang lain). Saat ini pengaturan tenurial di Jakarta belum secara jelas mengatur easment dan servitude, belum memperhatikan 3R (right, restriction, dan responsibility) untuk setiap bidang tanah. Tanah memiliki fungsi sosial, sehingga setiap bidang tanah harus memberikan kemudahan akses bagi penggunaan lainnya. Oleh karena itu dalam pemberian hak harus memperhatikan aspek restriction dan responsibilities untuk penggunaan sesuai dengan Rencana Detail Tata Ruang. Dalam penataan kawasan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil diatur dalam Permen ATR/Peraturan Kepala BPN No. 17

- 52 -

Tahun 2016, yang mana 70% dari luas bidang tanah tersebut dapat dikuasai dan 30 % merupakan akses public. Proses pemanfaatan pantai merupakan kewenangan dari Kementerian Kelautan, sehingga Kementerian ATR/BPN menetapkan hak di atas air. Dalam proses pemberian hak pada sempadan sungai, harus mengacu pada tata ruang suatu wilayah tersebut. Saat ini sempadan tidak dimasukan pada proses penetapan batas bidang tanah, padahal jika hal tersebut dapat dilakukan, akan memudahkan dalam proses pengaturan dan penataan kawasan sempadan pantai dan sempadan sungai di Provinsi DKI Jakarta, dimana terdapat 445 kampung kumuh yang terdapat pada sempadan sungai.

Adapun target yang ingin dicapai pada tahun 2024 adalah memastikan bahwa semua pria dan wanita, yang tinggal di 22 kampung miskin dan rentan di Provinsi DKI Jakarta, memiliki hak yang sama terhadap sumber daya ekonomi, serta akses terhadap pelayanan dasar terutama kepemilikan dan kontrol atas tanah. Untuk mewujudkan hal tersebut strategi yang akan dilaksanakan yaitu:

1. Memasukan sempadan ke dalam hak (right) namun pemanfaatannya wajib sesuai dengan RDTR (restriction & responsibilities)

2. Pencantuman restriction dan responsibilities sebagai pembatasan penggunaan tanah dalam ruang (Buku Tanah dan dan Sertipikat)

3. Pencatatan restriction dan responsibilities sebagai pembatasan penggunaan tanah dalam gambar (hal 2-3) dan hal-hal lain (hal 4) Surat Ukur.

Dalam upaya menindaklanjuti Isu strategis dalam rangka Pengenalan Konsep Easement atau Servitude untuk Pengembangan Wilayah Sempadan Sungai dan Pantai dilaksanakan melalui Program Pengelolaan Pertanahan dan Pelayanan yang dilaksanakan oleh fungsi Penetapan Hak dan Pendaftaran, Fungsi Survei dan Pemetaan, Fungsi Penataan Pertanahan dan Pemebrdayaan, Fungsi Pengadaan Tanah dan Pengembangan, dan Fungsi Pengendalian dan Penanganan Sengketa.

Salah satu bentuk pengaturan hubungan hukum antara orang dengan tanah adalah dengan diberikannya hak atas tanah kepada orang sehingga orang tersebut mempunyai hak untuk menguasai, memiliki dan menggunakannya, sebagaimana Pasal 4 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960. Pemberian hak

- 53 -

atas tanah ini bukan hanya melekat hak orang atas tanah, akan tetapi di dalamnya melekat pula kewajiban. Keseimbangan antara pelaksanaan hak dan kewajiban ini baik secara langsung dan tidak langsung akan berpengaruh terhadap kepentingan umum, peningkatan ekonomi, keseimbangan lingkungan, dan kesejahteraan rakyat.

Kurangnya kesadaran para pemegang Hak Atas Tanah/DPAT untuk memenuhi kewajiban sebagaimana disebut dalam surat keputusan pemberian Hak Atas Tanah/DPAT dan peraturan perundang-undangan lainnya, menimbulkan dampak negatif. Dampak tersebut di antaranya adalah timbulnya sengketa dan konflik dengan masyarakat, penyerobotan lahan, kebakaran lahan dan bahkan memberikan kontribusi terhadap perubahan iklim. Oleh karena itu pengendalian pertanahan penting dalam memantau dan mengevaluasi pelaksanaan pemenuhan kewajiban para pemegang hak atas tanah/DPAT.

Sampai dengan tahun 2020, Kantor Wilayah BPN Provinsi DKI Jakarta telah melakukan kegiatan pemantauan dan evaluasi hak atas tanah/DPAT sebanyak 3.084 bidang yang meliputi 5 (lima) Kantor Pertanahan dengan sumber dana dari APBN Rupiah Murni (RM). Sedangkan untuk tahun 2021 dengan target 5 bidang dengan sebaran di 5 (lima) Kantor Pertanahan.

Adapun target yang ingin dicapai sampai dengan tahun 2024, Kantor Wilayah BPN Provinsi DKI Jakarta dapat melakukan kegiatan pemantauan dan evaluasi hak atas tanah/DPAT sebanyak 3.500 bidang yang meliputi 5 (lima) Kantor Pertanahan. Dengan uraian kegiatan sebagai berikut:

Tabel 4. 5. Matrik Kinerja Kegiatan pada Isu Strategis 1C

Sasaran Kegiatan : Terkendalinya Hak Atas Tanah/ Dasar Penguasaan Atas Tanah, Alih Fungsi

Lahan, Wilayah Pesisir, Pulau-pulau Kecil, Perbatasan, dan Wilayah Tertentu

Indikator Kinerja Kegiatan : Rasio Peningkatan Produktivitas P4T Hasil Hak Atas Tanah/Dasar Penguasaan

Atas Tanah, Alih Fungsi Lahan, Wilayah Pesisir, Pulau-pulau Kecil, Perbatasan dan Wilayah Tertentu

Program/Kegiatan/RO (Kanwil/kaLokasi

ntah)

Sumber

Dana Satuan

Target

2020 2021 2022 2023 2024

Pengelolaan dan Pelayanan Pertanahan > Pengendalian dan Pemantauan Pertanahan >> Data Pengendalian Hak Atas

Tanah/Dasar Penguasaan Atas Tanah

Kanwil & Kantah

- 54 -

>> Data Pengendalian Penguasaan dan Pemilikan Tanah di Wilayah Pesisir, Pulau-Pulau Kecil, Perbatasan, dan Wilayah Tertentu

Kanwil Hektar - - 62,1 169,08 258,47

Output Data Pengendalian Penguasaan dan Pemilikan Tanah di Wilayah Pesisir, Pulau-pulau Kecil, Perbatasan, dan Wilayah Tertentu dilaksanakan dalam rangka Penataan Kawasan Pulau dan Kawasan Sungai di Provinsi DKI Jakarta. Target Tahun 2022 dilaksanakan Pemantauan dan Evaluasi Wilayah Pesisir dengan luas 62,1 Hektar pada wilayah Kepulauan Seribu. Data yang nantinya dihasilkan dari kegiatan ini bisa menjadi rujukan Pemerintah Provinsi dalam menetapkan peraturan daerah dalam rangka pemanfaatan kawasan pulau. Penataan Kawasan di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil diatur dalam Permen ATR/Peraturan Kepala BPN No. 17 Tahun 2016, di mana Pulau dapat dikuasai sebanyak 70% sedangkan 30% adalah akses publik.

Pada Fungsi Penataan Pertanahan dan Pemberdayaan, saat ini Provinsi DKI Jakarta dan sekitarnya semakin berkembang menjadi megacity. Hal ini terlihat bahwa di banyak lokasi permukiman dan ekosistem yang dihuni oleh orang miskin berubah menjadi kawasan pemukiman dan perkantoran menengah keatas, atau umumnya disebut dengan gentrifikasi (gentrification). Sebagai akibatnya, penghuni permukiman lama tergusur digantikan dengan penghuni baru dari kawasan perkantoran dan pemukiman menengah keatas. Ekosistem dan identitas budaya kampung hilang tergantikan identitas dan budaya penghuni baru.

Pada umumnya, kampung kota seperti ini lemah dalam bukti status kepemilikan dari tanah yang mereka huni, terutama mengenai pembuktian klaim kepemilikan atas tanah. Situasi seperti ini tentu menjadi semakin sulit bila berhadapan dengan kepentingan lain seperti, pembangunan infrastruktur, normalisasi sungai, perkantoran, hunian apartemen, real estate, maupun usaha skala besar lainnya.

Reforma Agraria sebagai wujud penataan kembali struktur penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah yang lebih berkeadilan melalui penataan aset dan disertai dengan penataan akses untuk kemakmuran rakyat Indonesia, hadir dan menjadi wadah untuk mengatasi berbagai permasalahan pertanahan di Ibukota. Hal ini juga sesuai dengan tujuan SDG’s, pertama

- 55 -

mengentaskan segala bentuk kemiskinan. Pada tahun 2030 memastikan bahwa semua pria dan wanita, khususnya masyarakat miskin dan rentan, memiliki hak yang sama terhadap sumberdaya ekonomi, serta akses terhadap pelayanan dasar, kepemilikan dan kontrol atas tanah dan bentuk kepemilikan lain, seperti properti, warisan, sumber daya alam, teknologi baru dan jasa keuangan, termasuk keuangan mikro. Keberhasilan pencapaian tujuan ini terlihat melalui indikator proporsi dari penduduk dewasa yang mendapatkan hak atas tanah, yang didasari oleh dokumen hukum dan yang memiliki hak atas tanah berdasarkan jenis kelamin dan tipe kepemilikan (proportion of total adult population with secure tenure rights to land, with legally recognized documentation and who perceive their rights to land as secure, by sex and by type of tenure).

Tujuan kedua, membangun kota dan permukiman yang inklusif, aman, tangguh dan berkelanjutan. Pada tahun 2030 menjamin akses bagi semua terhadap perumahan yang layak, aman, terjangkau, dan pelayanan dasar permukiman, serta menata kawasan kumuh. Keberhasilan tujuan ini dapat dilihat dengan indikator proporsi populasi penduduk urban yang tinggal di daerah kumuh, permukiman liar atau rumah yang tak layak (proportion of urban population living in slums, informal settlements or inadequate housing).

GTRA dilaksanakan dalam rangka mendukung kegiatan Pengaturan Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan tanah, yaitu dengan pengumpulan Data GTRA. Target pelaksanaan kegiatan Data GTRA sebanyak 1 (satu) data untuk tiap tahunnya melalui tahapan inventarisasi identifikasi, pengolahan, analisa, dan updating. Data GTRA dimaksud mencakup informasi mengenai data by name by address di masing-masing lokasi kegiatan yang diperlukan dalam rangka penataan aset dan penataan aset.

Matrik Kinerja Kegiatan

Sasaran Kegiatan : Teredistribusikannya tanah objek Reforma Agraria

Indikator Kinerja Kegiatan : Jumlah bidang tanah yang diredistribusi/ Proporsi populasi penduduk urban

yang tinggal di daerah kumuh, permukiman liar atau rumah yang tak layak

Program/Kegiatan/RO (Kanwil/Lokasi

kantah)

Sumber

Dana Satuan

Target

- 56 -

Pengelolaan dan Pelayanan Pertanahan

> Pengaturan Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan

>>Data GTRA Kanwil Data 1 1 1 1 1

Keterangan (Penyusuna n naskah akademik 22 kampung ) 7 kampung (6 lokasi pada stream Kali Ciliwung lama) 12 17 22

Keterangan: Target pada Tahun 2030 sebanyak 445 Kampung telah terentaskan

Indikator keluarannya dari Kegiatan ini adalah Proporsi dari penduduk dewasa yang mendapatkan hak atas tanah yang didasari oleh dokumen hukum dan yang memiliki hak atas tanah berdasarkan jenis kelamin dan tipe kepemilikan (SDG's 1.4.2). Saat ini progress yang dilakukan oleh Kanwil BPN DKI Jakarta adalah Pembentukan Tim Penggerak GTRA Provinsi DKI Jakarta,

Penyusunan Naskah Akademik Penataan Kampung,

Tim Penggerak GTRA dibentuk berdasarkan pada Surat Tugas Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 347/-082.74 tanggal 17 September 2020 tentang Tim Penggerak Gugus Tugas Reforma Agraria, melibatkan unsur akademisi dan unsur masyarakat. Tugas dari Tim Penggerak GTRA antara lain:

1. Mendampingi dan menggerakkan perumusan pandangan, arahan dan nasihat kebijakan terkait Gugus Tugas Reforma Agraria sebagaimana dimaksudkan dalam Keputusan Gubernur Nomor 574 Tahun 2019;

2. Menyampaikan pandangan kepada para pihak yang relevan perihal isu-isu kunci yang dapat memberi pengaruh terhadap masalah, situasi dan keputusan strategis berkenaan dengan pencapaian tujuan Gugus Tugas Reforma Agraria dengan didampingi oleh anggota lain;

3. Mendampingi dan menggerakkan penyusunan rumusan peta jalan, rencana aksi dan kerangka acuan kegiatan Gugus Tugas reforma Agraria Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan pada studi, pengalaman praktis dan konsultasi dengan para pihak yang relevan untuk pencapaian tujuan Gugus Tugas Reforma Agraria;

4. Dalam pelaksanaan koordinasi dengan pihak di luar instansi Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta harus mendapat surat izin dari Ketua Gugus Tugas Reforma Agraria.

- 57 -

Lokasi pelaksanaan kegiatan Gugus Tugas Reforma Agraria mengacu pada Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 878 Tahun 2018 tentang Gugus Tugas Pelaksanaan Kampung dan Masyarakat, yang mencakup 21 titik lokasi penataan dan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 90 Tahun 2018 tentang Peningkatan Kualitas Permukiman dalam rangka Penataan Kawasan Permukiman Terpadu, mencakup 445 titik lokasi. Pada tahun 2030 diharapkan seluruh 445 kampung dapat ditata sehingga akses masyarakat terhadap lingkungan huni yang layak dan kehidupan lebih sejahtera dapat tercapai.

Naskah akademik berisikan tentang pilihan-pilihan Hak Atas Tanah dan bangunan untuk kampung-kampung yang menjadi lokasi kegiatan Gugus Tugas Reforma Agraria yang disusun oleh Tim Kerja Studio GTRA. Tim kerja studio GTRA telah bekerja menyusun naskah akademik sejak awal bulan Agustus 2019 dengan mendengar, mewawancarai, berbincang, serta berdiskusi bersama kepala dan staf lembaga-lembaga Pemerintah Daerah di Provinsi DKI Jakarta, organisasi non-pemerintah, sejumlah ahli dari Perguruan Tinggi dan berbagai profesi, serta tokoh kampung, baik secara terpisah maupun berkelompok. Selain itu, informasi juga dikumpulkan dari inspirasi dan pengalaman para pegiat dan pengkaji perkotaan sebagaimana tersaji dalam buku dan artikel jurnal.

Tujuan disusunnya naskah akademik ini adalah menunjukkan pilihan-pilihan alternatif untuk penataan kampung melalui kegiatan Gugus Tugas Reforma Agraria di Provinsi DKI Jakarta yang berbeda bila dibandingkan dengan daerah yang lain. Alternatif dalam naskah akademik ini merupakan suatu inovasi kebijakan penguasaan tanah (tenurial options) kampung-kampung kota dalam konteks menghadapi kekuatan arus besar gentrifikasi yang dapat memperbesar kesenjangan ekonomi dan segregasi spasial. Fokus bahasan naskah akademik yaitu konteks lokasi terkait dengan tata guna dan cagar budaya, keterkaitan fisik dan yuridis, peraturan yang berlaku baik tata ruang dan pertanahan serta alternatif pilihan keamanan bermukim (security of tenure). Tahun 2019 telah disusun naskah akademik untuk 6 (enam) kampung yang menjadi lokasi pelaksanaan kegiatan Gugus Tugas Reforma Agraria. Keenam lokasi tersebut berada pada stream Kali Ciliwung Lama, yaitu Kampung

- 58 -

Kunir, Kampung Walang, Kampung Tongkol, Kampung Lodan, Kampung Krapu, dan Kampung Akuarium. Keenam lokasi tersebut adalah kampung Prioritas yang masuk dalam Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 878 Tahun 2018 dan telah melalui tahapan Community Action Plan pada 2018.

Selanjutnya tahun 2020 ditargetkan naskah akademik untuk 16 kampung dapat diselesaikan, sehingga total naskah akademik untuk 22 kampung yang termasuk dalam Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 878 Tahun 2018 dapat selesai. Dilanjutkan tahun 2021 disusun naskah akademik untuk tahun 2021 sebanyak 7 (tujuh) kampung, tahun 2022 sebanyak 12 kampung, tahun 2023 sebanyak 17 kampung, dan tahun 2024 sebanyak 22 kampung. Strategi yang akan dilakukan selanjutnya adalah: 1. Identifikasi dan Analisis Data Fisik.

2. Identifikasi dan Analisis Data Yuridis.

3. Inventarisasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan, Pemanfaatan dan Penataan.

4. Identifikasi, Analisis, Evaluasi Pemanfaatan Lintas Kepentingan. 5. Legalisasi Aset, Pemberian Akses dan Kontrol Atas Tanah.

Kegiatan Gugus Tugas Reforma Agraria tidak akan berhasil tanpa keterlibatan berbagai pihak yaitu: Kepala Kantor Wilayah BPN Provinsi DKI Jakarta, Kepala Bidang Penataan dan Pemberdayaan, Kepala Bidang Survei dan Pemetaan, Kepala Bidang Penetapan dan Pendaftaran Hak, Kepala Bidang Pengadaan Tanah dan Pengembangan, Kepala Dinas Cipta Karya, Tata Ruang, dan Pertanahan, Kepala Badan Pengelolaan Aset Daerah, Kepala Dinas Perumahan Rakyat Dan Kawasan Permukiman, Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, dan Kepala Dinas Sumber Daya Air.

Reforma Agraria dalam kaitannya memberikan akses dan aset. Akses dalam kaitannya dengan fungsi sosial dan aset terkait dengan tanah-tanah pemerintah yang harus diperhatikan. Tujuan penataan aset Pemerintah Provinsi DKI Jakarta adalah agar didapatkan data yang akuntabel terkait jumlah aset Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Untuk mengamankan aset daerah, dikembangkan beberapa sistem. Pengendalian pemanfaatan ruang merupakan hal yang penting.

- 59 -

Matrik Kinerja Kegiatan

Sasaran Kegiatan : Terwujudnya pemberian Akses Reforma Agraria

Indikator Kinerja Kegiatan : Jumlah Kepala Keluarga Penerima Akses RA

Program/Kegiatan/RO (Kanwil/Lokasi

kantah)

Sumber

Dana Satuan

Target

2020 2021 2022 2023 2024

Pengelolaan dan Pelayanan Pertanahan > Penanganan Akses Reforma Agraria

>> Akses Reforma Agraria Kantah APBN KK 11.481 500 151 200 150 >> Database Penerima Akses

Reforma Agraria

Kanwil APBN Data 1 1 1 1 1

Pelaksanaan Reforma Agraria di Provinsi DKI Jakarta sangatlah penting terkait dengan penataan kampung kumuh sekitar sungai dan kampung lama yang belum tersentuh. Kerjasama dan koordinasi terus dilaksanakan. hal ini dikarenakan perlu pendekatan untuk mengatasi penataan kawasan kumuh di DKI Jakarta dan ini merupakan kerja lintas sektor. Pendapatan perkapita penerima Reforma Agraria di lokasi penataan kawasan permukiman terpadu harus meningkat. Kondisi saat ini, akses bagi perumahan yang layak, aman, terjangkau, dan pelayanan dasar permukiman belum terjamin bagai semua orang sehingga kawasan menjadi kumuh. Proporsi populasi penduduk urban yang tinggal di daerah kumuh, permukiman liar atau rumah yang tak layak masih sangat besar namun demikian baseline data pendapatan perkapita penerima Reforma Agraria masih belum lengkap.

Indikator ketercapaian isu strategis 1C adalah jumlah kampung kumuh yang terentaskan. Untuk mencapai hal tersebut, strategi yang akan dilakukan: 1. Identifikasi dan Analisis Data Fisik.

2. Identifikasi dan Analisis Data Yuridis.

3. Inventarisasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan, Pemanfaatan dan Penataan.

4. Identifikasi, Analisis, Evaluasi Pemanfaatan Lintas Kepentingan. 5. Legalisasi Aset, Pemberian Akses dan Kontrol Atas Tanah.

- 60 -

Matrik Kinerja Kegiatan

Sasaran Kegiatan : Terwujudnya penggunaan dan pemanfaatan tanah yang optimal dan

berkelanjutan

Indikator Kinerja Kegiatan : Jumlah data dan informasi spasial yang berbasis wilayah dalam rangka

menunjang penyelenggaraan reforma agraria

Program/Kegiatan/RO Lokasi

(Kanwil/ kantah)

Sumber

Dana Satuan Target

2020 2021 2022 2023 2024

Pengelolaan dan Pelayanan Pertanahan

> Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah >> Neraca Penatagunaan Tanah Kanwil

& Kantah

APBN Neraca

>> Data Potensi Penataan Wilayah Pesisir, Pulau-pulau Kecil, Perbatasan dan Wilayah Tertentu

Kanwil APBN SP

>> Layanan Penatagunaan Tanah Kantah APBN Layana

n 66 112 97 120 120

Pada Fungsi Pengadaan Tanah dan Pengembangan isu strategis yang akan dicapai dalam 4 (empat) tahun kedepan adalah terwujudnya kualitas lingkungan tempat tinggal masyarakat yang sehat dengan proporsi luas ruang yang cukup untuk bergerak dan beraktivitas. Kondisi saat ini banyak perkampungan kota yang dipadati oleh masyarakat kaum urban dengan proporsi space (ruang) tinggal yang sangat sempit dengan lingkungan yang kurang sehat. Hal ini terjadi karena terbatasnya luas tanah yang dimiliki masyarakat dan mengakibatkan rumah-rumah yang dibangun sangat sempit. Untuk menghitung keberhasilan program perbaikan lingkungan dan proporsi luas ruang tempat tinggal digunakan indikator luas ruang rumah tinggal dalam satuan Kepala Keluarga. Indikator ini akan menjadi benchmark luas ruang per kepala keluarga sebesar 36 M2.

Permasalahan yang dihadapi oleh Kanwil BPN Provinsi DKI Jakarta adalah sulitnya membangun konsensus bersama dengan masyarakat pemilik tanah untuk mengikuti konsolidasi tanah vertikal sebagai opsi keterbatasan luas tanah yang tersedia. Untuk itu diperlukan pendekatan

- 61 -

sosial kemasyarakatan dan pendekatan ekonomi guna meyakinkan masyarakat akan manfaat Konsolidasi Tanah Vertikal (KTV).

Matrik Kinerja Kegiatan

Sasaran Kegiatan : Terwujudnya bidang-bidang tanah yang tertata pada lokasi konsolidasi tanah

dan peningkatan nilai tanah pada loksai konsolidasi tanah dan pengembangan tanah

Indikator Kinerja Kegiatan : Peningkatan nilai tanah pada lokasi konsolidasi tanah dan pengembangan

pertanahan

Program/Kegiatan/RO Lokasi

(Kanwil/ kantah)

Sumber

Dana Satuan Target

2020 2021 2022 2023 2024

Pengelolaan dan Pelayanan Pertanahan

> Konsolidasi Tanah dan Pengembangan Pertanahan >> Materi Teknis Perencanaan

Konsolidasi Tanah

Kantah APBN Kecamat an

- 1 1 2 -

>> Berita Acara Penerapan Desain Konsolidasi Tanah

Kanwil APBN Data - - 100 100 100

>> Bantuan Teknis Pengembangan Pertanahan dan Pemanfaatan Tanah

Kantah APBN Dataset - 2 1 1 1

>> Basis Data Pemanfaatan Tanah dan Pengembangan Pertanahan

Kanwil APBN Dataset 1 1 1 1

>> Fasilitasi Konsolidasi Tanah dan

Pengembangan Pertanahan Kanwil APBN Satker 1 1 1 1 > Survei dan Pemetaan Tematik

>> Peta Tematik Pertanahan dan

Ruang Kantah APBN Bidang - 1000 1000 1000 1000 >> Peta Tematik Kawasan Kanwil APBN Hektar - 12.000 25.000 20.000 20.000

Indikator keberhasilan dari kegiatan ini adalah terealisasikannya Konsolidasi Tanah Vertikal (KTV) dan meningkatnya nilai tanah. Kegiatan ini didukung dengan program KOTAKU (Kota Tanpa Kumuh). Untuk mencapai indikator keberhasilan kegiatan ini, strategi yang dilakukan oleh Kanwil BPN Provinsi DKI Jakarta adalah:

1. Melakukan pemetaan potensi KTV

2. Melakukan pendekatan kepada pemilik tanah lokasi obyek KTV 3. Menggali potensi pengembang yang akan berperan dalam

pembangunan Tower pada lokasi KTV

4. Menganalisis nilai bidang tanah dan unit dalam tower yang akan didapat oleh peserta KTV

- 62 -

Untuk mewujudkan isu strategis ini juga dibutuhkan dukungan dari fungsi Survei dan Pemetaan melalui terwujudnya sistem informasi geospasial tematik pertanahan dan ruang dalam rangka menunjang pelaksanaan pemetaan tematik pertanahan, ruang dan kawasan.

Dokumen terkait