• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR TABEL. Tabel Tabel Kedudukan Rencana Tata Ruang dalam Perizinan 18

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR TABEL. Tabel Tabel Kedudukan Rencana Tata Ruang dalam Perizinan 18"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

- 1 - cover

(2)

- 1 -

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i DAFTAR GAMBAR ii DAFTAR TABEL iv BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. 1 1.2. 4 1.2.1. 4 1.2.2. 6

BAB II VISI, MISI, DAN TUJUAN KEMENTERIAN/LEMBAGA 19

2.1. 19

2.2. 20

2.3. 21

2.4. 23

BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA KELEMBAGAAN DAN

KERANGKA REGULASI 25

3.1. 25

3.2. 27

3.3. 32

3.4. 35

BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN 38

4.1. 38

4.1.1. Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Sasaran Strategis 39

4.1.2. Indikator Kinerja Program 42

4.1.3. Indikator Kinerja Kegiatan 43

4.2. 80

BAB V PENUTUP 81

LAMPIRAN 82

Lampiran 1. Matriks Kinerja dan Pendanaan 83

(3)

- 2 -

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1. Peta Wilayah Provinsi DKI Jakarta 1

Gambar 1. 2. Capaian Kegiatan pada Kantor Wilayah BPN Provinsi DKI Jakarta

Tahun 2015-2019 4

Gambar 1. 3. Penetapan Isu-isu Strategis Kanwil BPN DKI Jakarta 7

Gambar 1. 4. Permasalahan Pertanahan dan Ruang di Provinsi DKI Jakarta 9 Gambar 2. 1. Visi dan Misi Tujuan dan Sasaran Strategis Pertanahan dan Ruang

Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional

2020-2024 (Bagian 1) 22

Gambar 2. 2. Visi dan Misi Tujuan dan Sasaran Strategis Pertanahan dan Ruang Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional

2020-2024 (Lanjutan) 23

Gambar 2. 3. Perspektif Manajemen Kinerja Kementerian Agraria dan Tata

Ruang/Badan Pertanahan Nasional 2020-2024 24

Gambar 3. 1. Misi RPJMN Tahun 2020-2024 25

Gambar 3. 2. Tujuh Agenda dalam RPJMN ke IV 26

Gambar 3. 3. Lima Arahan Presiden Tahun 2020-2024 26

Gambar 3. 4. Perspektif Global Pengelolaan Pertanahan (dan Ruang) dalam

Pembangunan Berkelanjutan 28

Gambar 3. 5. Tematik Tahunan Pembangunan Pertanahan dan Tata Ruang 32 Gambar 3. 6. Proses Kinerja Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan

Pertanahan Nasional 35

Gambar 3. 7. Struktur Organisasi Kantor Wilayah BPN Provinsi DKI Jakarta 37 Gambar 4. 1. Perspektif Manajemen Pertanahan dalam Konteks Provinsi DKI

Jakarta 39

Gambar 4. 2. Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Strategis (IKSS) pada

Tujuan 1 40

Gambar 4. 3. Cascading Kinerja pada Tujuan 2 41

Gambar 4. 4. IKSS 6 Terwujudnya Tata Kelola Kelembagaan yang Komprehensif

dan Berstandar Kepemerintahan yang Baik 42

Gambar 4. 5. Gambaran Isu Strategis 1 di Provinsi DKI Jakarta 44

Gambar 4. 6. Strategi dalam Mewujudkan Keadilan Pertanahan (Isu 1 A) 44

Gambar 4. 7. Kegiatan Dukungan Manajemen One Map Project di Provinsi DKI Jakarta dalam rangka Integrasi Data Administrasi Pertanahan 46 Gambar 4. 8. Kegiatan Dalam Rangka Perbaikan Regulasi dan Pengembangan

Sistem 47

Gambar 4. 9. Fiscal Policy untuk Mengoptimalkan Land to Value 47

Gambar 4. 10. Pelaksanaan Kegiatan Fiscal Policy untuk mengoptimalkan Land

to value 50

Gambar 4. 11. Konsep Easement atau Servitude untuk Pengembangan Kawasan

Sempadan Sungai dan Sempadan Pantai 51

Gambar 4. 12. Isu Strategis 2 Kantor Wilayah BPN Provinsi DKI Jakarta 62

(4)

- 3 -

Gambar 4. 14. Strategi Perbaikan Waktu 64

Gambar 4. 15. Strategi Perbaikan Biaya 65

Gambar 4. 16. Kondisi Kualitas Data Administrasi Pertanahan di DKI Jakarta 66 Gambar 4. 17. Target Kinerja Reformasi Birokrasi pada Kantor Wilayah BPN

Provinsi DKI Jakarta 72

Gambar 4. 18. Target Indeks Akuntabilitas Kinerja (SAKIP) dan Keuangan (IKPA) 79

(5)

- 4 -

DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1. Tabel Kedudukan Rencana Tata Ruang dalam Perizinan 18

Tabel 3. 1. Arah Kebijakan dan Strategi 30

Tabel 3. 2. Usulan dan Kerangka Matrik Regulasi 33

Tabel 4. 1. Target Kinerja Sasaran Strategis 40

Tabel 4. 2. Tabel IKSS pada Tujuan 3 42

Tabel 4. 3. Matrik Kinerja Kegiatan pada Isu Strategis 1A 46

Tabel 4. 4. Matrik Kinerja Kegiatan pada Isu Strategis 1B 50

Tabel 4. 5. Matrik Kinerja Kegiatan pada Isu Strategis 1C 53

(6)

- 1 -

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Kondisi Umum

Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta merupakan ibukota negara Indonesia. Luas area Provinsi DKI Jakarta adalah sebesar 68.051 Hektar terdiri atas 5 Wilayah Kota Administrasi dan 1 Kabupaten, terdiri atas 44 Kecamatan dan 267 Kelurahan. Provinsi DKI Jakarta memiliki jumlah penduduk sebesar 10.557.810 jiwa (Provinsi DKI Jakarta dalam Angka Tahun 2020) dengan kepadatan penduduk 16.704 jiwa per kilometer persegi.

Gambar 1. 1. Peta Wilayah Provinsi DKI Jakarta

Sebagai pusat bisnis, politik, dan kebudayaan, Jakarta merupakan tempat kedudukan lembaga-lembaga pemerintahan, tempat berdirinya kantor-kantor pusat BUMN, perusahaan swasta, dan perusahaan asing. Komodifikasi ruang yang terus terjadi di Jakarta, menyebabkan permasalahan pertanahan dan ruang yang demikian kompleks, pada satu sisi Jakarta harus terus mengikuti tuntutan global dan publik seperti dalam hal kemudahan berusaha yang biasa diukur oleh World Bank melalui EoDB (Ease of Doing Business) dan disisi lain harus tetap menjadi pilar dalam pengentasan kemiskinan, pengurangan kesenjangan, dan perlindungan lingkungan sebagaimana terangkum dalam 17 tujuan dan 169 target SDG’s (Sustainable Development Goals) yang memastikan bahwa setiap orang memperoleh manfaat dari

(7)

- 2 -

kemajuan pembangunan, termasuk orang-orang yang mengalami marginalisasi, diskriminasi dan eksklusi.

DKI Jakarta sebagai Ibukota negara memiliki kompleksitas dan tantangan sendiri dalam isu-isu pertanahan dan ruang. Kota Jakarta menjadi megacity melalui proses reorganisasi ruang yang sangat cepat. Di banyak lokasi, permukiman lama dan ekosistemnya yang dihuni masyarakat miskin berubah menjadi kawasan pemukiman dan perkantoran berkelas menengah dan atas yang biasa disebut gentrifikasi (gentrification). Dimulai oleh kombinasi gerakan investasi modal yang bermotifkan keuntungan, perubahan desain tata ruang kota, dan kerja perancangan para profesional ahli arsitektur dan lainnya. Akibatnya adalah penghuni permukiman lama tergusur, datang penghuni baru dalam kawasan perkantoran dan permukiman. Ekosistem dan identitas budaya kampung hilang, dibangun identitas dan budaya para penghuni baru, dan efek multiplier pada sektor perdagangan. Kecepatan pembangunan kawasan dimungkinkan juga oleh kepastian hukum yang menjamin operasinya yaitu fasilitas infrastruktur kota (transportasi, telekomunikasi dan lainnya), hingga pasokan energi (listrik dan lainnya) dan layanan alam (air dan lainnya).

Sehubungan dengan pelaksanaan ketentuan Pasal 8 Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun 2020 tentang Badan Pertanahan Nasional, Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta merupakan instansi vertikal Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional di Provinsi DKI Jakarta yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional sebagaimana terdapat pada Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 17 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kantor Pertanahan.

Kantor Wilayah Badan Pertanahan Provinsi DKI Jakarta melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Badan Pertanahan Nasional dalam wilayah Provinsi DKI Jakarta yaitu menyelenggarakan fungsi pengorganisasian, pembinaan, dan pelaksanaan kegiatan pada Kantor Wilayah dan 5 (lima) Kantor Pertanahan yang terdapat di wilayah Provinsi DKI Jakarta yaitu Kantor Pertanahan Kota

(8)

- 3 -

Administrasi Jakarta Pusat, Kantor Pertanahan Kota Administrasi Jakarta Barat, Kantor Pertanahan Kota Administrasi Jakarta Timur, Kantor Pertanahan Kota Administrasi Jakarta Utara, dan Kantor Pertanahan Kota Administrasi Jakarta Selatan.

Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi DKI Jakarta berdasarkan Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 17 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kantor Pertanahan melaksanakan fungsi sebagai berikut:

a. Pengoordinasian, pembinaan, dan pelaksanaan penyusunan rencana, program dan anggaran Kantor Wilayah dan Kantor Pertanahan di wilayahnya; b. Pengoordinasian, pembinaan, dan pelaksanaan survei, pengukuran dan pemetaan, penetapan hak tanah, pendaftaran tanah dan pemberdayaan masyarakat, penataan pertanahan, pengadaan tanah, pengendalian pertanahan dan penanganan sengketa dan perkara;

c. Pengoordinasian penyeleisan tindak lanjut temuan hasil pengawasan;

d. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan kegiatan pertanahan di Kantor Wilayah dan Kantor Pertanahan; dan

e. Pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi Kantor Wilayah dan pengordinasian tugas ddan pembinaan administrasi pada Kantor Pertanahan.

Isu-isu strategis menjadi kerangka utama dalam penyusunan visi, misi, tujuan dan sasaran strategis Renstra Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi DKI Jakarta. Pada periode tahun 2014-2019 Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi DKI Jakarta telah melaksanakan Program Strategis Nasional, Prioritas Bidang maupun Prioritas Kementerian/Lembaga. Hingga Tahun 2019 terdapat 1,6 juta tanah terdaftar, Rencana Detail Tata Ruang telah terwujud untuk seluruh wilayah DKI Jakarta, terwujudnya penataan kampung kumuh di 7 lokasi di Provinsi DKI Jakarta, Pengadaan tanah di seluruh wilayah DKI Jakarta, penyelesaian permasalahan pertanahan (pemberantasan Mafia Tanah) dan penatagunaan tanah wilayah pesisir, wilayah pulau kecil, dan wilayah tertentu. Adapun capaian Kantor Wilayah Badan

(9)

- 4 -

Pertanahan Nasional Provinsi DKI Jakarta periode 2014-2019 terdapat pada gambar berikut.

Gambar 1. 2. Capaian Kegiatan pada Kantor Wilayah BPN Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015-2019

Rencana Strategis Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi DKI Jakarta yang dijabarkan dari Rencana Strategis Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional disusun untuk mengatasi dan menyelaraskan serta memudahkan masyarakat Jakarta dalam hal kemudahan berusaha melalui indikator registering property dan bagaimana tetap memanusiakan penduduk DKI Jakarta melalui target-target yang ada pada SDG's khususnya yang berkaitan dengan isu-isu pertanahan dan tata ruang. Capaian yang program yang dilaksanakan pada periode 2015-2019 menjadi baseline dalam penentuan target dan arah kebijakan yang akan dituju pada periode 2020-2024.

1.2. Potensi dan Permasalahan

Rencana Strategis Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi DKI Jakarta disusun dengan memperhatikan potensi, permasalahan, dan isu strategis yang ada di Provinsi DKI Jakarta.

1.2.1.Potensi

a. Provinsi DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara

Peran Provinsi DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara, pusat pemerintahan

(10)

- 5 -

Jakarta mampu menampilkan citra bangsa dan negara bagi dunia luar. Jakarta sebagai tempat berkedudukan hampir keseluruhan perangkat pemerintahan tingkat nasional, perwakilan negara-negara asing, pusat-pusat perusahaan multinasional, dan gerbang utama wisatawan mancanegara, menuntut DKI Jakarta untuk terus berbenah dan mampu melayani masyarakat internasional. Percepatan pembangunan dan perbaikan pelayanan publik untuk mengatasi dan mengantisipasi berbagai permasalahan serta untuk mencapai kesejahteraan masyarakat terus dilakukan di DKI Jakarta.

Sebagai ibukota Negara, Provinsi DKI Jakarta merupakan Kota Jasa (service city) dimana pembangunan yang dilakukan untuk fungsi-fungsi pelayanan publik baik untuk kepentingan lokal, nasional maupun internasional. Jakarta sebagai Pusat Pelayanan Masyarakat, Pusat Perdagangan dan Distribusi, Pusat Keuangan, Pusat Informasi dan Pusat Perkembangan. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memberikan dukungan yang besar dalam peningkatan program dan layanan administrasi pertanahan yang dilaksanakan oleh Kantor Wilayah Badan Pertanahan

Nasional Provinsi DKI Jakarta. Dukungan yang diberikan tersebut dalam hal

pembenahan regulasi, dukungan pembiayaan melalui dana hibah yang diterima oleh Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi DKI Jakarta, dan dukungan dalam pelaksanaan tugas serta fungsi pertanahan dan tata ruang di Provinsi DKI Jakarta. Terdapat beberapa Perjanjian Kerjasama (PKS) antara Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan Kanwil BPN Provinsi DKI Jakarta diantaranya terkait Pengitegrasian Data dan Layanan Administrasi Pertanahan serta Legalisasi Aset yang didalamnya selain memuat tentang Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap juga memiliki ruang lingkup dalam Peningkatan Kualitas Data Bidang Tanah di Provinsi DKI Jakarta dan Pemetaan Nilai Tanah berbasis bidang yang dilaksanakan melalui Pendaftaran Tanah Kota Lengkap (PTKL).

Selain itu, posisi Jakarta sebagai etalase Indonesia menjadikan DKI Jakarta sebagai Pilot Project dalam hal pembangunan dan perbaikan

pelayanan publik. Dukungan dari Pemerintah Pusat sangat besar dalam

menciptakan iklim berusaha seperti dalam peningkatan integrasi data dan layanan administrasi pertanahan yang sejalan dengan pelaksanaan Undang-Undang Cipta Kerja di Provinsi DKI Jakarta.

(11)

- 6 - b. Potensi Sosial Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi biasanya diikuti oleh pengurangan angka kemiskinan, peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), serta perluasan lapangan kerja. Wilayah di Provinsi DKI Jakarta memiliki pertumbuhan ekonomi yang tinggi dibandingkan dengan wilayah lain di Indonesia, memiliki kontribusi yang tinggi bagi perekonomian nasional yaitu sekitar 17% dari total produk domestik bruto nasional. Momentum pertumbuhan ekonomi harus tetap dijaga dengan tetap meningkatkan upaya-upaya pengurangan kemiskinan. Pertanahan dan tata ruang memiliki kontribusi besar terhadap kegiatan perekonomian, hal ini bisa terlihat dari kontribusi BPHTB, pergerakan perekonomian melalui besarnya hak tanggungan. Hingga bulan Desember pada tahun 2020, kontribusi kegiatan pertanahan terhadap BPHTB Provinsi DKI Jakarta sebesar Rp3.944.180.103.025,00 dan besarnya hak tanggungan sebesar Rp 865.861.971.264.334,00.

c. Potensi Bidang Pertanahan

Persentase Bidang Tanah Terdaftar terhadap keseluruhan bidang tanah adalah 98,61% (tanah terdaftar yang berasal dari bidang tanah dari tahun 1960 sejumlah 1.199.046 bidang, produk PTSL K1, K2, K3 2017 s/d 2019 sejumlah 579.603 bidang dengan total bidang tanah 1.778.649 bidang, Jumlah bidang keseluruhan adalah 1.778.649 dengan jumlah bidang belum terdaftar 28.133 bidang sehingga jumlah bidang keseluruhan di DKI Jakarta 1.803.7826. Kondisi saat ini, bidang tanah terpetakan di Provinsi DKI Jakarta adalah sebesar 95,82% dengan persentase persil valid sebesar 90,63%. Persentase sertipikat terpetakan sebesar 98,47% dengan persentase buku tanah valid sebesar 98,47%. Sertipikat di Provinsi DKI Jakarta sebagian besar sudah dilakukan digitalisasi yaitu sebesar 86,41% dan sudah dinyatakan valid sebesar 80,62%.

1.2.2.Permasalahan dan Isu Strategis

(12)

- 7 -

Permasalahan adalah perbedaan/kesenjangan (gap) pencapaian antara kinerja yang dicapai saat ini dengan yang direncanakan, serta antara apa yang akan dicapai di masa mendatang dengan kondisi saat ini. Permasalahan bisa dijabarkan melalui indikator kinerja dari setiap target yang belum mencapai hasil yang diinginkan berdasarkan standar World Bank terkait Ease of Doing Business (EoDB), Standar Nasional, Kementerian Keuangan, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, dan Sustainable Development Goals (SDGs). Standar tersebut dibandingkan dengan capaian saat ini (Realisasi Renstra 2015-2019 sebagai baseline). Adapun skema komponen pembentuk isu strategis Kantor Wilayah BPN Provinsi DKI Jakarta dapat disajikan dalam gambar berikut:

Gambar 1. 3. Penetapan Isu-isu Strategis Kanwil BPN DKI Jakarta

Secara umum kondisi yang berkaitan dengan pertanahan dan ruang di Provinsi DKI Jakarta pada saat ini (2019-2020) sebagai berikut: ● Peringkat Kemudahan Berusaha (Ease of Doing Business)

(13)

- 8 -

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh World Bank dari Indikator Registering Property, Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2019 berada pada peringkat 106 dari 180 negara, dengan uraian sebagai berikut:

Prosedur : 6 prosedur

Waktu : 28 hari

Biaya : 8,5% dari total nilai properti

● Proporsi dari penduduk dewasa yang mendapatkan hak atas tanah yang didasari oleh dokumen hukum dan yang memiliki hak atas tanah berdasarkan jenis kelamin dan tipe kepemilikan (Target 1.4.2 SDG’S) Berdasarkan data Statistik Kesejahteraan Rakyat (BPS, 2019) hanya 47,12% penduduk DKI Jakarta yang memiliki properti sendiri, sisanya masih kontrak/sewa (36,36%) bebas sewa (15,38) dan lainnya (1,13%). Terdapat penduduk DKI Jakarta yang bertempat tinggal pada 422 kampung kumuh di Provinsi DKI Jakarta.

● Nilai Predikat SAKIP (Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) Nilai SAKIP pada satuan kerja di lingkungan Kantor Wilayah BPN DKI Jakarta tahun 2019 memiliki predikat "A" (MEMUASKAN) dengan nilai rata-rata 83,40.

● Kualitas Data Administrasi Pertanahan

Indeks kualitas data administrasi pertanahan di Provinsi DKI Jakarta menurut World Bank adalah 15,5 (0-30) pada 2020, dengan rincian sebagai berikut:

➢ Indeks Transparansi Informasi Pada Tahun 2020 memiliki nilai 3,0 dari rentang 0-8.

➢ Indeks Cakupan Geografis Pada Tahun 2020 memiliki nilai 0 dari rentang 0-8

➢ Indeks Resolusi Sengketa Tanah pada tahun 2020mendapat nilai 7,8 dari rentang 0-8

➢ Indek Akses yang sama terhadap kepemilikan properti pada tahun 2020 mendapatkan nilai 0 dari rentang nilai minus 2 - 0

(14)

- 9 -

Pendaftaran Tanah yang sudah dilakukan di Provinsi DKI Jakarta adalah sebesar 98,61%, kedepannya akan dimaksimalkan melalui Program PTSL maupun Rutin, secara bersamaan melakukan validasi data tekstual maupun spasial menuju DKI Jakarta Lengkap dan melaksanakan pelayanan elektronik guna mewujudkan BPN setara dengan institusi yang berstandar dunia. adalah sebagai berikut:

● Indeks sertipikat yang digugat di pengadilan

Nilai indeks keamanan tanah di Provinsi DKI Jakarta adalah sebesar 58,54. Indeks Keamanan Tanah dihitung dari luas bidang bersertipikat yang terpetakan dikurangi dengan luas bidang yang sengketa dibandingkan dengan luas wilayah.

● Indeks Akurasi Nilai Tanah

Nilai indeks akurasi nilai tanah di Provinsi DKI Jakarta adalah sebesar 70-75% dengan mengacu kepada standar deviasi pembuatan peta zona nilai tanah yang syaratnya <30% dari rata-rata data transaksi yang menjadi sampel dalam setiap zona.

Adapun permasalahan pertanahan dan ruang yang terdapat di Provinsi DKI Jakarta dapat diuraikan sebagaimana gambar berikut:

Gambar 1. 4. Permasalahan Pertanahan dan Ruang di Provinsi DKI Jakarta

Kondisi saat ini data-data administrasi pertanahan di Provinsi DKI Jakarta masih dikerjakan secara sektoral dan belum ada standar data

(15)

- 10 -

spasial yang digunakan. Fungsi administrasi pertanahan yang terdiri atas land tenure, land use, land value, dan land development memiliki standar data yang berbeda. Pada fungsi land tenure yang berupa penguasaan dan pemilikan tanah digunakan Peta Pendaftaran yang dilaksanakan Badan Pertanahan Nasional. Fungsi land value yang berkaitan dengan perpajakan berupa PBB-P2 dan BPHTB menggunakan Peta Blok PBB-P2 yang dikelola oleh Badan Pendapatan Daerah Provinsi DKI Jakarta. Fungsi land use yang mengatur penggunaan dan penataan ruang menggunakan Peta Rencana Tata Ruang (RTRW) dan Peta Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) yang diselenggarakan oleh Dinas Cipta Karya, Pertanahan dan Tata Ruang Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Perizinan pemanfaatan ruang dalam fungsi land development menggunakan Peta Lampiran Izin Properti yang diatur oleh Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Satu Pintu. Berdasarkan kondisi tersebut terlihat bahwa silos informasi geospasial di Provinsi DKI Jakarta pada khususnya sehingga diperlukan integrasi data dan layanan administrasi pertanahan dalam mewujudkan kemudahan berusaha dan memudahkan masyarakat DKI Jakarta.

B. Isu Strategis Pertanahan di Provinsi DKI Jakarta

Pelaksanaan pembangunan nasional mengharuskan adanya pengaturan dan pengelolaan bidang agraria/pertanahan dan tata ruang yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan prinsip pembangunan berkelanjutan. Hasil evaluasi Rencana Strategis Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015-2019 digunakan sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Strategis dan perbaikan kinerja Tahun 2020-2024. Kinerja periode Tahun 2020-2024 akan diselenggarakan dengan mengoptimalkan mandat pengelolaan bidang agraria/pertanahan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sebagaimana amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 33 dan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) serta Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Berdasarkan Evaluasi Renstra Kantor Wilayah Badan Pertanahan

(16)

- 11 -

Nasional Provinsi DKI Jakarta Tahun 2014-2019, terdapat 2 (dua) isu strategis yang harus direspon dan diselesaikan dalam lima tahun ke depan di Provinsi DKI Jakarta yaitu:

Gambar 3. Isu Strategis Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi DKI Jakarta

Isi strategis 1: Berkembangnya Kota Jakarta menjadi megacity

melalui proses reorganisasi ruang yang sangat cepat, memberi dampak sosial, ekonomi maupun tekanan pada kelestarian lingkungan yang ditandai dengan: a. Urbanisasi, ketimpangan sosial, gentrifikasi, komodifikasi tanah, sebagian lokasi tumpang tindih dengan kepemilikan pihak lain yang rawan menimbulkan sengketa/konflik. b. Land to value yang belum optimal. c. Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang terutama pemanfaatan sempadan sungai sebagian besar memerlukan penataan.

Lokasi-lokasi permukiman dari orang-orang yang menghidupi diri dalam sektor informal ini hidup memadati kampung-kampung kota. Secara historis, banyak lokasi kampung kota demikian itu adalah ruang sosial hasil dari perjuangan kolektif warga menempati tanah secara informal dan memodifikasi bermacam karakteristik tata guna tanah, mulai dari yang terbuka, terlantar, dan terabaikan, hingga bantaran sungai yang memiliki fungsi sabuk ekosistem perantara antara sungai dengan ruang lain, seperti permukiman, perkantoran, gudang, dan lainnya.

(17)

- 12 -

Pada umumnya, kampung kota Jakarta jenis ini sangat lemah dalam hal bukti status kepemilikan dari tanah-tanah permukiman yang mereka huni itu. Kedudukan mereka lemah dalam status hukum kepemilikan tanah, terutama hal pembuktian klaim kepemilikan atas tanah yang menjadi alas huniannya, dan situasi itu menjadi jelas ketika harus berhadapan dengan pihak lain yang berkepentingan menggusur. Warga-warga kampung kota ini sangat sering harus kalah ketika

berhadapan dengan kepentingan proyek-proyek infrastruktur

transportasi, normalisasi sungai, perkantoran pemerintah hingga kepentingan pihak perusahaan-perusahaan properti/pengembang besar untuk membangun apartemen, real estate, atau usaha-usaha skala besar lainnya. Para warga yang tinggal di lokasi kampung kota hasil okupasi ini biasanya adalah kelompok-kelompok masyarakat dengan kemampuan ekonomi lemah, yang tidak bisa mendapatkan tempat tinggal dengan cara membeli tanah dan rumah secara formal. Kelompok-kelompok masyarakat ini bisa berasal dari dalam kota Jakarta sendiri, atau juga para pendatang yang migrasi ke Jakarta karena terdesak pindah dari kota-kota lain, atau, yang mayoritas, migrasi penduduk yang tidak memiliki tanah pindah ke Jakarta dan menjadi penghuni kampung kota (informal settlement).

Isu Strategis 2: Sistem Administrasi Pertanahan terintegrasi yang

harus mendukung kemudahan berinvestasi (Registering Property dalam EoDB)

(18)

- 13 -

Instruksi Presiden Nomor 7 tahun 2019 tentang Percepatan Kemudahan Berusaha (EoDB), yang bertujuan mengidentifikasi dan mengkaji perundang–undangan yang dinilai menghambat kemudahan berusaha dan investasi di masing–masing kementerian/ lembaga, maka Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (Kementerian ATR/BPN) berusaha untuk meningkatkan performa di bidang pelayanan pertanahan, yaitu memperbaiki regulasi/peraturan perundang-undangan maupun kondisi data di Kantor Pertanahan.

Indeks EoDB (Ease of Doing Business Index) merupakan sebuah indeks yang dibuat oleh bank dunia dalam rangka kemudahan berbisnis pada suatu negara (rangking) sejak tahun 2002. Peringkat yang tinggi menunjukkan peraturan untuk berbisnis yang lebih baik (usually as simple as possible) dan kuatnya perlindungan atas hak milik. Setiap negara di dunia berlomba lomba memperbaiki seluruh aspek atau indikator yang menjadi penilaian EoDB tersebut, tak terkecuali Indonesia, dalam hal ini Provinsi DKI Jakarta yang merupakan sebagai ibukota negara yang mencerminkan etalase pertumbuhan perekonomian di Indonesia. Peringkat Indonesia pada EoDB tahun 2020 berada pada posisi 73 (urutan kedua terakhir di ASEAN) terhadap 10 indikator penilaian EoDB, Target Presiden Republik Indonesia harus meningkat menjadi peringkat 60 pada tahun 2021. Provinsi DKI Jakarta merupakan salah satu lokasi yang dipilih oleh World Bank dalam survei kemudahan berusaha di Indonesia.

C. Permasalahan dan Isu Strategis Tata Ruang

Produktivitas Produk Rencana Tata Ruang

Produk Rencana Tata Ruang (RTR) merupakan acuan dalam kegiatan pemanfaatan ruang yang dirujuk oleh masyarakat umum demi terciptanya tertib tata ruang sehingga kesejahteraan bersama dapat terwujud. Fungsi pengendali pembangunan ini sangat penting agar degradasi lingkungan dapat diminimalisasi, ketimpangan daerah dapat

(19)

- 14 -

dikendalikan, dan upaya optimalisasi potensi daerah dapat dimaksimalkan.

Pentingnya kedudukan produk RTR, terutama pada skala yang lebih detail dan bersifat ketentuan teknis, tidak diimbangi dengan jumlah produk RTR yang ada saat ini. Isu strategis aspek produktivitas RTR ini di antaranya terkait dengan hal-hal sebagai berikut:

1. tidak tersedianya atau masih rendahnya kualitas data dasar sektoral yang digunakan sebagai input penyusunan rencana tata ruang, terutama data peta dasar yang tersedia tidak sesuai dengan kebutuhan detail rencana tata ruang;

2. minimnya penggunaan teknologi informasi dalam proses penyusunan rencana tata ruang, seperti penggunaan big data, pembuatan peta, melakukan survei primer yang dapat mempermudah, mempercepat dan menghemat anggaran;

3. belum adanya standar kompetensi SDM pelaksana perencanaan tata ruang dan pemanfaatan ruang; dan

4. prosedur legalisasi rencana tata ruang yang banyak dan membutuhkan waktu lama, mempengaruhi kebermanfaatan produk terhadap dinamika pembangunan yang cepat.

Selain aspek produktivitas RTR, penting juga diperhatikan mengenai kualitas dari produk yang dihasilkan tersebut. Setidaknya, indikator dari kualitas produk RTR dapat berupa: (a) akurasi data dan analisis dalam perencanaan wilayah atau kawasan di masa depan; (b) tingkat keterlibatan publik dalam proses penyusunan dan implementasi rencana tata ruang; (c) persentase perwujudan arahan/ketentuan yang ditetapkan dalam produk rencana menjadi program sektoral; dan (d) operasionalisasi produk RTR dalam skema program percepatan pembangunan. Adapun isu strategis yang berkaitan dengan kualitas produk RTR dan implementasi RTR adalah sebagai berikut:

1. minimnya ketersediaan NSPK penyusunan teknis rencana tata ruang dan peraturan zonasi menyebabkan kesulitan dalam proses analisis dan penyusunan muatan rencana tata ruang;

(20)

- 15 -

2. belum tersedianya NSPK pelaksanaan pemanfaatan ruang seperti mekanisme monitoring dan evaluasi, aturan insentif dan disinsentif, mekanisme land banking, pedoman penyusunan indikasi program dan sebagainya;

3. belum terakomodasinya isu strategis nasional dalam rencana tata ruang seperti ketahananan terhadap bencana, perubahan iklim dan keamanan negara di daerah perbatasan, dinamika perekonomian regional dan global, percepatan investasi wilayah, dan pembangunan dari pinggiran; dan

4. rendahnya tingkat kepatuhan dan kesesuaian program pembangunan (sektoral) dengan rencana tata ruang baik nasional dengan daerah maupun antardaerah, mengakibatkan visi dan tujuan pembangunan wilayah tidak tercapai.

Efektivitas Perencanaan Tata Ruang dan Pemanfaatan Ruang

Efektivitas yang dimaksudkan adalah terkait dampak yang diberikan oleh adanya produk RTR kepada daerah yang menyusunnya. Dampak tersebut seharusnya tercermin dari pencapaian tujuan yang ditentukan dalam RTR. Efektivitas juga menyangkut proses penyusunan rencana tata ruang yang terkoordinasi dengan baik di antara para pemangku kepentingan yang terlibat. Adapun isu strategis yang berkaitan dengan efektivitas penataan ruang di antaranya adalah:

1. masih tingginya conflict of interest dalam penyusunan rencana tata ruang dan pelaksanaan pemanfaatan ruang, menyebabkan lambatnya proses legalisasi rencana tata ruang, ditemukannya perbedaan muatan teknis dengan muatan peraturan daerah, dan banyak terjadinya konflik pemanfaatan ruang;

2. lemahnya fungsi TKPRD di daerah dalam penyusunan rencana tata ruang dan pelaksanaan pemanfaatan ruang, dikarenakan masih rendahnya kapasitas dan kapabilitas SDM penataan ruang daerah, ego sektoral yang masih tinggi, tata kelola lembaga yang masih berbelit-belit, dan masih sedikitnya acuan standar teknis penyelenggaraan penataan ruang daerah;

(21)

- 16 -

3. terdapat hambatan koordinasi penyelenggaraan penataan ruang antara pemerintah dengan pemerintah daerah karena tidak ada hubungan kerja vertikal antara Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN dengan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dan masih lemahnya hubungan kerja horizontal antara Kanwil/Kantah BPN dengan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang;

4. masih terdapat tumpang tindih kebijakan dan regulasi antar sektor terkait penataan ruang seperti kawasan hutan di KLHK, peta dasar dan peta tematik di BIG, kawasan industri di Kementerian Perindustrian, LP2B di Kementerian Pertanian, kawasan rawan bencana di BNPB, kawasan perbatasan di BPKP, wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di KKP, dan sebagainya, sehingga diperlukan harmonisasi peraturan perundang-undangan terkait; dan

5. keterbukaan informasi publik terhadap pelaksanaan perencanaan tata ruang dan pemanfaatan ruang masih terbatas sehingga memicu timbulnya konflik penataan ruang antar pemangku kepentingan.

Dalam perkembangan pembangunan di Indonesia, produk Rencana Tata Ruang atau yang merupakan aturan pokok yang utama dalam pembangunan suatu daerah yang berperan penting dalam menentukan letak–letak dan pengaturan tata wilayah dalam suatu daerah. Jenjang skala yang terdapat dalam RTR tersebut diatur sesuai dengan tingkat kedetailannya, dari bersifat arahan hingga kepada ketentuan-ketentuan peruntukan ruang. RTR, dengan demikian, menjadi penting untuk diacu semua pemangku kepentingan agar tercipta pembangunan yang terstruktur, terarah, dan berkelanjutan.

Di antara isu-isu strategis penataan ruang, berdasarkan kecenderungan global, peningkatan penduduk yang tinggal di daerah perkotaan akan mewarnai penataan ruang di masa sekarang dan mendatang. Dalam hal ini, perkotaan juga menjadi pusat aktivitas ekonomi dan tempat bermuaranya aliran investasi untuk kegiatan ekonomi yang menarik penduduk untuk berurbanisasi. Urbanisasi, lebih lanjut, juga semakin banyak terjadi di daerah—bukan hanya di kota-kota besar saja, yang selanjutnya menjadikannya sebagai kawasan bercirikan

(22)

- 17 -

perkotaan. Selain itu, isu ketimpangan wilayah dan batasan pembangunan (development constraint) terkait daya dukung dan daya tampung wilayah juga perlu mendapat perhatian.

Dalam konteks tersebut, Rencana Tata Ruang menjadi acuan dalam pemberian izin pemanfaatan ruang (izin prinsip, izin lokasi, izin penggunaan pemanfaatan tanah, IMB) dan menjadi pertimbangan dalam penerbitan izin sektoral lainnya (izin lingkungan, IUP pertambangan, izin usaha pertambangan), maka kedudukan produk rencana tata ruang, khususnya Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR)/Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) menjadi sangat vital sebagai alat pengendali dan dasar perizinan pembangunan, sehingga aspek keberlanjutan, keadilan ruang, serta peningkatan daya saing dan kesejahteraan masyarakat dapat terjamin. Namun demikian, pentingnya peran RDTR tersebut tidak diimbangi dengan produktivitas, kualitas, dan efektivitas RDTR yang dihasilkan. Hasil evaluasi hingga Desember 2019 menunjukkan jumlah RDTR yang telah ditetapkan menjadi peraturan daerah sebanyak 54 Perda RDTR di 35 Kabupaten/kota atau kurang dari 3% dari total 1.838 RDTR yang harus ditetapkan berdasarkan amanat RTRW Kabupaten/Kota.

Urgensi percepatan penyediaan RDTR merupakan upaya mempersiapkan acuan dan percepatan bagi hadirnya investasi untuk pembangunan di Indonesia, yang diharapkan dapat memberikan dampak ekonomi secara lebih luas kepada masyarakat dalam menciptakan lapangan kerja serta pengembangan wilayah. Hal ini yang kemudian diatur dalam Undang-Undang No.11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, bahwa Pemerintah Daerah wajib menyusun dan menyediakan RDTR sebagai acuan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang dalam bentuk digital dan sesuai standar, dan Pemerintah Pusat wajib mengintegrasikan RDTR tersebut dalam bentuk digital ke dalam sistem Perizinan Berusaha secara elektronik (OSS).

(23)

- 18 -

(24)

- 19 - BAB II

VISI, MISI, DAN TUJUAN KEMENTERIAN/LEMBAGA 2.1. Visi Kementerian/Lembaga

Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional menetapkan Visi dan Misi untuk mendukung pencapaian Visi dan Misi Presiden yang tertuang dalam RPJMN. Visi Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional selama lima tahun ke depan adalah:

Visi tersebut akan menjadi guidance, motivasi dan target kinerja yang ingin dicapai dalam lima tahun yang akan datang dengan mewujudkan pengelolaan ruang dan pertanahan dan yang terpercaya dan berstandar dunia guna mendukung Visi dan Misi Presiden dan Wakil Presiden dalam melayani masyarakat menuju “Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”. Visi ini secara langsung sangat relevan dengan 7 Agenda RPJMN 2020-2024 seperti agenda: “Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas” yang akan dioperasionalisasikan melalui penataan ruang serta pengelolaan dan pelayanan pertanahan. Agenda “Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi dan Pelayanan Dasar” sangat bergantung pada kualitas dan reliabilitas administrasi pertanahan dan tata ruang. Begitu juga guna memenuhi agenda “Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan” dan “Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana dan Perubahan Iklim”, kebijakan pertanahan dan penataan ruang yang kuat dan berkeadilan sangat menentukan. Agenda “Meningkatkan Sumber daya Manusia yang Berkualitas dan Berdaya Saing”, akan didukung dengan Sasaran Strategis, Sasaran Program dan kegiatan yang terkait dengan Reforma Agraria dan pemberdayaan, yang diharapkan mampu meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat

(25)

- 20 -

penerima program, sehingga berkontribusi dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang akan ber impact pada peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Frasa “berstandar dunia” dimaknai sebagai penerapan international best practices dalam upaya-upaya: meningkatkan efektivitas manajemen dan mutu

pelayanan administrasi pertanahan dan tata ruang secara berkesinambungan;

meningkatkan kepercayaan dan kepuasan masyarakat yang berdampak pada peningkatan manfaat dan kualitas (output to impact) layanan pertanahan dan penataan ruang serta pemeringkatan Ease Of Doing Business (kemudahan berusaha) khususnya dari aspek Registering Property.

2.2. Misi Kementerian/Lembaga

Untuk mencapai visi tersebut, berdasarkan mandat Kementerian Agraria

dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional dijalankan melalui 2 Misi dengan

uraian sebagai berikut:

Misi Pertama: Menyelenggarakan Penataan Ruang dan Pengelolaan

Pertanahan yang Produktif, Berkelanjutan, dan Berkeadilan

dioperasionalisasikan dengan berorientasi terhadap pembangunan yang berkelanjutan yang mencakup aspek-aspek: (1) aspek ekonomi: dengan

penyelenggaraan penataan ruang dan pertanahan yang produktif; (2) aspek

lingkungan: yaitu penyelenggaraan penataan ruang dan pertanahan yang berkelanjutan; dan (3) aspek sosial: yaitu penyelenggaraan penataan ruang dan pertanahan yang berkeadilan.

Sedangkan Misi Kedua ini diemban oleh Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional untuk mewujudkan visi kementerian

1

(26)

- 21 -

sehingga disamping penyelenggaraan pelayanan pertanahan dan penataan

ruang yang dilakukan oleh kementerian adalah berstandar dunia agar mampu bersaing dengan negara lain dalam lingkup regional maupun global, tetapi juga mendorong terwujudnya masyarakat yang semakin sejahtera dan maju.

2.3. Tujuan Kementerian/Lembaga

Tujuan disusun sebagai implementasi atau penjabaran Misi, dengan target yang spesifik dan terukur dalam suatu sasaran. Tujuan dan Sasaran menjadi penting untuk dirumuskan dengan memperhatikan berbagai aspek secara komprehensif. Penjabaran Tujuan ke dalam Sasaran Strategis disusun dengan memperhatikan Paradigma Manajemen Ruang dan Pertanahan (Land Management Paradigm).

Dilandasi prinsip-prinsip tersebut, Misi Pertama yaitu:

“Menyelenggarakan Penataan Ruang dan Pengelolaan Pertanahan yang Produktif, Berkelanjutan, dan Berkeadilan” dilaksanakan untuk mencapai 2 Tujuan, yaitu :

1) Pengelolaan Pertanahan untuk Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat 2) Penataan Ruang yang Adil, Aman, Nyaman, Produktif dan Lingkungan

Hidup yang Berkelanjutan

Sedangkan Misi Kedua yaitu: “Menyelenggarakan Pelayanan Pertanahan dan Penataan Ruang yang Berstandar Dunia” dilaksanakan untuk mencapai Tujuan :

3) Pelayanan Publik dan Tata Kelola Kepemerintahan yang Berkualitas dan Berdaya Saing (disebut Tujuan 3)

Visi, Misi, dan Tujuan tersebut, dalam 5 tahun ke depan diarahkan pada Sasaran Strategis sebagaimana dituangkan dalam diagram berikut:

(27)

- 22 -

Gambar 2. 1. Visi dan Misi Tujuan dan Sasaran Strategis Pertanahan dan Ruang Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional 2020-2024 (Bagian 1)

(28)

- 23 -

Gambar 2. 2. Visi dan Misi Tujuan dan Sasaran Strategis Pertanahan dan Ruang Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional 2020-2024 (Lanjutan)

2.4. Sasaran Strategis Kementerian/Lembaga

Sasaran Strategis beserta Indikator Kinerjanya dalam bagan (Gambar 2.1. dan Gambar 2.2) merupakan Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional yang menjadi tanggung jawab Menteri dan Wakil Menteri. Perencanaan kinerja sebagai bagian dari manajemen kinerja (performance Management) yang mengalirkan (cascade) visi dan misi pada tujuan dan sasaran yang disertai indikator kinerjanya, akan dikelola berdasarkan 4 (empat) perspektif untuk memudahkan pengendalian dan evaluasi. Keempat perspektif adalah perspektif consumers dan stakeholders

(29)

- 24 -

serta perspektif internal dan manajemen. Secara lebih lengkap elaborasi keempat perspektif tersebut dijelaskan pada gambar berikut:

Gambar 2. 3. Perspektif Manajemen Kinerja Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional 2020-2024

Perspektif stakeholders dan consumers akan menjadi alat ukur kinerja bagi Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, agar kebijakan, program dan kegiatan yang dilaksanakan mampu menghasilkan dan memberikan impact yang positif bagi masyarakat. Dukungan manajemen dan perspektif internal yang akan selalu dikembangkan melalui institutional building dan capacity building merupakan agenda yang tidak dapat dipisahkan untuk mewujudkan impact dari kinerja Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional.

(30)

- 25 - BAB III

ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA KELEMBAGAAN DAN KERANGKA REGULASI

3.1. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional

Rencana Strategis Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional disusun dengan mengacu pada RPJMN Tahun 2020-2024, untuk mendukung capaian Visi dan Misi Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2020-2024. Visi Presiden dan Wakil Presiden tahun 2020-2024 adalah:

Visi tersebut dipertajam dengan 9 (Sembilan) Misi, yaitu:

Gambar 3. 1. Misi RPJMN Tahun 2020-2024

Misi RPJMN Tahun 2020-2024 berfokus pada peningkatan kualitas SDM, keberlanjutan kelestarian lingkungan dan kemajuan kebudayaan, penegakan hukum yang berkeadilan, serta sinergitas tata kelola pemerintahan diakselerasi dengan 7 (tujuh) agenda pembangunan berikut:

(31)

- 26 -

Sumber: Kementerian PPN/Bappenas, RPJMN 2020-2024 Gambar 3. 2. Tujuh Agenda dalam RPJMN ke IV

Penekanan pembangunan lima tahun kedepan diarahkan untuk mendukung prioritas pembangunan nasional sebagaimana disebutkan dalam pidato pelantikan Presiden pada 20 Oktober 2019 di hadapan MPR, yang digambarkan sebagai berikut:

(32)

- 27 -

Sebagai pendukung kebijakan nasional, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional juga berkewajiban mewujudkan 7 (tujuh) Agenda dalam RPJMN ke IV yaitu ”Memperkuat ketahanan ekonomi untuk pertumbuhan yang berkualitas dan berkeadilan”, “Mengembangkan wilayah untuk mengurangi kesenjangan dan menjamin pemerataan”, “Meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing”, “Revolusi mental dan pembangunan kebudayaan”, “Memperkuat infrastruktur untuk mendukung pengembangan ekonomi dan pelayanan dasar”, “Membangun lingkungan hidup, meningkatkan ketahanan bencana dan perubahan iklim”, serta “Memperkuat stabilitas polhukhankam dan transformasi pelayanan publik”.

3.2. Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian/Lembaga

Cakupan objek kajian dalam Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional meliputi dua hal, yaitu: 1) tanah/lahan yang bersifat individu (piece of land as it is) yang mencakup di dalamnya nilai dan kepemilikan (value, tenure) dan segala hak yang melekat padanya, dan 2) tanah/lahan yang saling berkaitan dalam konteks kewilayahan karena di dalamnya mencakup faktor penggunaan dan pembangunan (use and development, or land with its connectiveness, as space), sehingga kajian multi sektor menjadi penting untuk dilekatkan dalam kinerja. Secara garis besar, kedua hal tersebut menjadi main core pengelolaan organisasi di masa mendatang. Basis pengelolaan organisasi yang mengakomodir kedua komponen objek kajian tersebut adalah Land Management Paradigm. Paradigma berdasarkan teori dan praktik yang mengakomodir objek kajian tersebut di atas senantiasa mengalami perkembangan dan tantangan yang dinamis. Pada era E-Governance (Electronic Governance) misalnya, tantangan untuk pengelolaan institusi yang berbasis data digital yang diharapkan mampu meningkatkan efisiensi, efektivitas, reliabilitas dan akuntabilitas sistem yang berjalan. Sementara itu, di era T-Governance (Transformational T-Governance), potensi untuk meningkatkan keterlibatan dan keterhubungan semua pihak menjadi penting untuk membangun sistem pengelolaan organisasi. Tak luput, dengan munculnya A-Governance (Adaptive A-Governance), menuntut pola pengelolaan sistem menjadi lebih resilient terhadap adanya gangguan baik terduga maupun tak terduga, sehingga pengelolaan sistem menjadi siap dalam segala kondisi.

(33)

- 28 -

Arah kebijakan yang dipilih Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional pada Tahun 2020-2024 adalah dengan menerapkan paradigma manajemen pertanahan (Land Management Paradigm/LMP) yang terdiri dari Land Tenure, Land Value, Land Use, Land Development dan Cadastre and Land Infrastructure Information sebagai landasan untuk mencapai tujuan. Paradigma manajemen pertanahan diformulasikan sebagai kebijakan untuk mengelola urusan tanah dan ruang, dalam hal ini perencanaan dan penataan ruang merepresentasikan fungsi Land Use. Pengaturan penguasaan dan kepemilikan tanah merepresentasikan fungsi Land Tenure, serta penilaian dan pengembangan pertanahan masing-masing merepresentasikan Land Value dan Land Development.

Secara diagramatik, perspektif manajemen global yang dikaitkan dengan Pembangunan Berkelanjutan dapat disajikan dalam Gambar

Gambar 3. 4. Perspektif Global Pengelolaan Pertanahan (dan Ruang) dalam Pembangunan Berkelanjutan

Dalam diagram tersebut komponen operasional dalam manajemen pertanahan pada dasarnya berupa operasionalisasi fungsi administrasi. Fungsi administrasi pertanahan akan sangat tergantung pada kondisi dan kapasitas di suatu negara yang mencakup (1) Kebijakan Pertanahan, (2) Ketersediaan dan kualitas informasi pertanahan, dan (3) Kerangka institusional yang berlaku. Terkait dengan hal tersebut, dipandang relevan untuk menggarisbawahi komponen kebijakan pertanahan mencakup aneka hal, sebagian diantaranya adalah kebijakan tanah untuk kelompok miskin, pencegahan spekulasi atas

(34)

- 29 -

tanah, pencegahan konflik atas tanah, serta manajemen keberlanjutan dan kontrol atas pemanfaatan tanah. Sehingga kegiatan penyediaan tanah menjadi relevan untuk mendukung poin terakhir. Kegiatan tersebut telah dan masih dilakukan oleh perangkat Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional sembari menunggu kehadiran Bank Tanah yang sedang dalam proses inisiasi regulasi dan kelembagaan.

Kesemuanya ini penting untuk memastikan kontrol dan pengelolaan obyek tanah dan ruang fisik berikut outcome ekonomi, sosial dan lingkungannya. Hal tersebut untuk menjamin bahwa Tujuan Kementerian yang mengacu pada LMP sejalan dengan target pemerintah dalam mewujudkan tercapainya Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Strategi yang diterapkan dalam rangka mewujudkan tujuan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional berbasis LMP adalah penguatan aspek spasial (data bidang tanah terkait kepentingan hak, batasan dan tanggung jawab yang ditimbulkan dari penguasaan, pemilikan, pemanfaatan tanah dan ruang), aspek institusional (mekanisme, prosedur dan proses melibatkan para pihak terkait urusan tanah dan ruang), aspek legal (kebijakan dan peraturan yang diperlukan untuk memastikan tercapainya tujuan Kementerian) yang berbasis data dengan cakupan yang lengkap, memiliki reliabilitas tinggi, dan transparan.

Salah satu ciri menonjol dalam penerapan LMP adalah kepastian informasi terkait bidang tanah. Dalam hal ini proses penyusunan output produk kadaster dan informasi pertanahan perlu disusun secara efisien dan efektif, meniadakan proses redundansi yang tidak perlu dan menutup celah yang ada. Dalam hal ini, peran teknologi informasi dan komunikasi dalam mendukung pencapaian misi pertama dan kedua melalui digitalisasi proses dan layanan sangat krusial untuk mendukung implementasi kebijakan pertanahan. Arah Kebijakan dan Strategi digambarkan pada Tabel berikut

(35)

- 30 -

(36)

- 31 -

Berdasarkan strategi dan arah kebijakan di atas maka tema tahunan selama 5 (lima) tahun periode rencana strategis dijelaskan sebagai berikut. Fokus perencanaan di dua tahun pertama diawali dengan peningkatan kualitas pada tahun 2020-2021. Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional berupaya melakukan percepatan dan peningkatan kapasitas untuk siap memasuki transformasi digital di tahun 2021. Hal ini meliputi percepatan pendaftaran bidang tanah di seluruh Indonesia, penyiapan kelengkapan data, infrastruktur fisik, metode layanan serta kompetensi sumber daya manusia. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia menjadi hal utama mengingat sumber daya manusia merupakan penggerak utama untuk mewujudkan visi Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, dimana diperlukan nilai-nilai organisasi yang bisa mengarahkan pegawai bergerak menuju ke tujuan yang sama, mengarahkan dan mendasari

(37)

- 32 -

perilaku pegawai dalam menjalankan tugas, membentuk budaya kerja organisasi, sehingga dapat melayani masyarakat dengan kejelasan prosedur, biaya dan ketepatan waktu.

Dalam mewujudkan institusi berstandar dunia, diperlukan strategi, komitmen serta perspektif baru dalam menyikapi peralihan media layanan sehingga pada tahun 2022 dan 2023 layanan pertanahan dan tata ruang semakin mudah diakses dan transparan berbasis elektronik. Dimana saat ini Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional telah berhasil mengalihkan beberapa pelayanan menjadi layanan elektronik, seperti mengimplementasikan Hak Tanggungan elektronik secara nasional.

Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional terus berbenah menuju ke arah perubahan. Dengan inovasi-inovasi yang bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas, integritas dan kualitas organisasi, inovasi juga dihasilkan untuk memberikan kemudahan dalam melakukan pelayanan kepada masyarakat. Setelah 4 (empat) tahun membangun pondasi layanan pertanahan dan tata ruang berkualitas serta berbasis elektronik, di tahun 2024 diharapkan memberikan dampak pada kepastian hak atas tanah yang selanjutnya mendukung tercapainya visi Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional pada tahun 2024 menjadi institusi berstandar dunia. Adapun tematik tahunan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 3. 5. Tematik Tahunan Pembangunan Pertanahan dan Tata Ruang

3.3. Kerangka Regulasi pada Kantor Wilayah BPN Provinsi DKI Jakarta

Dalam rangka melaksanakan Pelayanan Publik dan Tata Kelola Pemerintahan yang lebih berkualitas dan berdaya saing perlu dilakukan

(38)

- 33 -

penataan peraturan perundang-undangan agar kebijakan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional bisa tepat terlaksana dengan baik pada tingkat satuan kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi DKI Jakarta. Adapun sejumlah reviu dan usulan kebutuhan akan regulasi di Provinsi DKI Jakarta berkaitan dengan Pelayanan Publik dalam data dan layanan administrasi pertanahan untuk peningkatan rangking EoDB di Provinsi DKI Jakarta dapat diuraikan dalam tabel berikut:

Tabel 3. 2. Usulan dan Kerangka Matrik Regulasi

No Regulasi/Kebutuhan Kerangka Regulasi

Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian

Unit Penanggung

Jawab Unit Terkait / Institusi Penyelesaian Target 1. Revisi Regulasi pengaturan

pajak atas tanah: Perda nomor 18 tahun 2010 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

Pasal 6 menetapkan besaran BPHTB 5% mengacu pada UU No 28 tahun 2009 Tentang Pajak Daerah & Retribusi Daerah Pasal 88 (1) Tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ditetapkan paling tinggi sebesar 5% (lima persen). Pengurangan besaran persentase pengenaan bea (2-3%)

Bapenda Biro Hukum,

BPAD, BPN 1 tahun anggaran

2. Revisi Regulasi Pengaturan Pajak Atas Bumi dan Bangunan:

Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 16 Tahun 2011 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

Pengenaan pajak progresif atas kepemilikan bidang tanah yang melebihi dari jumlah yang ditentukan sebanyak 5 (lima) bidang tanah

Bapenda Biro Hukum,

Biro Tata Pemerintahan, BPN, BPAD 1 tahun anggaran 3. Regulasi interconnecting pelayanan: SAMSAT PERTANAHAN (Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap) Kebutuhan Pemangkasan prosedur dan waktu perizinan yang saling terhubung antar instansi sehingga mewujudkan kemudahan berusaha dan birokrasi BPN, Dinas Cipta Karya Tata Ruang dan Pertanahan, Bapenda,PTSP Biro Hukum,

Biro Kerjasama 1 tahun anggaran

4. Regulasi Pemanfaatan Informasi Bidang tanah sebagai acuan

pembangunan sektoral

Kebutuhan pemanfaatan informasi pertanahan dalam mendukung pelaksanaan tupoksi dalam mewujudkan

pembangunan yang berkelanjutan

Bappeda Bapenda, Dinas Cipta Karya, Tata Ruang, dan Pertanahan,, BPAD, BPN maksimal 1 tahun anggaran

5. Regulasi Perbaikan, Validasi dan Verifikasi data

pertanahan

Proses teknis dalam pelaksanaan kegiatan perbaikan dalam rangka validasi dan verifikasi data pertanahan secara kontinu perlu dilakukan sehingga pengujian materiil terhadap data hasil kegiatan tersebut dapat dilakukan, hal ini mendukung proses-proses peningkatan kualitas data, informasi dan layanan pertanahan untuk masyarakat. Bappeda Kominfo, BPN, Bappenda, Cipta Karya, Perijinan, dll maksimal 1 tahun anggaran

(39)

- 34 -

6. Regulasi SIAP Draft Peraturan Bupati/Perda tentang SIAP penilaian tingkat maturitas SIAP yang akan dijalankan

Bappeda 1 tahun

7. Revisi Regulasi Pengesahan

Pertelaan Keputusan gubernur No 924 tahun 1991 mengacu pada UU No 16 tahun 1985 Ttg Rumah Susun ( diperbaharui UU No 20 tahun 2011)

Biro Hukum BPN,Citata, PTSP, Perkim, KDH, SeKDA

1 tahun

8. Regulasi risk manajemen Untuk menjamin terwujudnya SIAP, maka pemilik risiko (satuan kerja) harus melakukan manajemen risiko, dimulai dari identifikasi risiko, analisis risiko, evaluasi risiko, dan penanganan risiko

Biro Pemerintah 1 tahun

9. Revisi standar audit Regulasi yang ada sudah tidak

relevan. Biro Pemerintah 1 tahun

10. Revisi Regulasi pelaksanaan Inventarisasi dan Legalisasi Aset Pemerintah Provinsi, Pemerintah Daerah dan dari Kewajiban Fasos/Fasum

Untuk menjamin kepastian hukum dan terwujudnya tertib administrasi pengelolaan aset pemerintah di wilayah DKI Jakarta dan aset dari kewajiban fasos/fasum

BPAD BPAD,

Citata,KPK, BPN

1 tahun

Perlu adanya pengusulan revisi Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Hal ini disebabkan karena Peraturan Presiden tidak bisa menganulir Undang-Undang. Untuk itu diusulkan agar dalam pendaftaran tanah pertama kali tidak dikenakan pajak terutang terkait pengenaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan Pajak Penghasilan (PPh), melainkan diberikan tarif Rp. 0,- (nol rupiah). Hal ini dikarenakan proses pendaftaran tanah pertama kali oleh masyarakat seringkali terkendala. Dalam pengusulan revisi Undang-Undang tersebut perlu koordinasi terlebih dahulu antar kementerian terkait instansi mana yang bertanggung jawab dalam penyusunan revisi Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009. Selain itu, PP 128 Tahun 2015 juga perlu dilakukan perbaikan/revisi untuk mendukung kegiatan Layanan Elektronik yang pada saat ini sudah diberlakukan secara 100% di Provinsi DKI Jakarta dan untuk memastikan layanan yang ada saat ini bisa lebih murah dalam hal biaya, prosedur yang lebih sedikit dan waktu yang lebih singkat untuk mendukung tercapainya peningkatan kemudahan berusaha pada indikator Registering Property.

(40)

- 35 -

3.4. Kerangka Kelembagaan Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi DKI Jakarta

Penataan kelembagaan didasarkan pada ketepatan fungsi (berdasarkan mandat), ketepatan proses bisnis dan ketepatan ukuran sesuai beban kerjanya. Penataan kelembagaan didasarkan pada paradigma manajemen pertanahan dan penataan ruang (Land Management Paradigm) untuk mewujudkan tercapainya Tujuan, Sasaran, Program dan Kegiatan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional pada Tahun 2024, yang digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3. 6. Proses Kinerja Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional

Alur (flow) dalam LMP merupakan alur proses yang menjadi dasar dalam memetakan alur fungsi dari masing-masing struktur yang akan dibentuk, agar mampu meningkatkan efektifitas dan efisiensi kinerja untuk menghindari redundancy dan pengulangan (double) kinerja. Sebagai gambaran, proses inti adalah proses yang terkait penerapan fungsi administrasi pertanahan dan tata ruang yang meliputi Land Use, Land Tenure, Land Value dan Land Development. Adapun proses pendukung atau proses prasyarat adalah ketersediaan kadaster dan informasi pertanahan yang lengkap, dapat dipercaya, transparan serta dapat dijangkau. Ciri informasi pertanahan ini merupakan syarat hadirnya administrasi pertanahan yang prima. Tidak kalah penting adalah adanya proses manajemen untuk memastikan tujuan kedua dari Kementerian Agraria dan

Visi: Terwujudnya Penataan Ruang dan Pengelolaan Pertanahan yang Terpercaya dan Berstandar Dunia dalam Melayani Masyarakat untuk Mendukung Tercapainya “Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”

(41)

- 36 -

Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional dapat dicapai yaitu adanya dukungan manajemen yang andal dari aspek operasional dan dari aspek penjaminan mutu.

Struktur organisasi untuk pengelolaan tanah untuk setiap negara berbeda-beda, tergantung dari sejarah, budaya dan setting tatanan kelembagaan yang diberlakukan dalam penerapan kebijakan pengelolaan tanah dan tata kelola. Namun secara umum aktivitas pengelolaan tanah akan mencakup tiga hal yaitu: Kebijakan, Infrastruktur dan Administrasi tanah (pertanahan). Kerangka kelembagaan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional sesuai dengan mandat yang dimiliki dan menyelaraskan goals yang ingin dicapai, maka perlu dirumuskan perekayasaan kelembagaan (Reengineering) dengan menyesuaikan proses bisnis dan visi-misi institusi (Goal Based Organization-Performance Based Organization) yang adaptif dan transformatif terhadap isu strategis yang harus diselesaikan dan meningkatkan daya saing institusi.

Sementara untuk mendukung operasional akan mencakup fungsi administrasi pertanahan dalam rangka memastikan mengenai Rights, Role, Responsibility and Risk terkait dengan pemanfaatan tanah. Dengan demikian fungsi administrasi pertanahan diperlukan untuk membangun infrastruktur informasi terkait lahan (tanah) termasuk kadastral dan kelengkapan atributnya terkini. Semua hal ini akan dijalankan oleh mekanisme kelembagaan yang ditentukan. Adapun kerangka lengkap organisasi dapat dilihat pada Gambar berikut.

(42)

- 37 -

(43)

- 38 - BAB IV

TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

Bab ini akan menjelaskan mengenai target kinerja dan kerangka pendanaan berdasarkan arsitektural Program dan Kegiatan dalam kerangka Isu Strategis di Provinsi DKI Jakarta yang mengacu pada Rencana Strategis Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional

4.1. Target Kinerja

Komponen operasional paradigma manajemen pertanahan meliputi fungsi-fungsi rentang administrasi pertanahan yang memastikan pengelolaan yang tepat terhadap hak tanah (rights), pembatasan (restrictions), tanggung jawab (responsibilities) dan resiko (risk) yang berkaitan dengan properti, tanah dan sumber daya alam. Fungsi-fungsi itu meliputi (i) land tenure (hak tanah), (ii) land value (nilai tanah) dalam rangka penilaian pajak tanah dan bangunan, (iii) land use (perencanaan dan pengendalian penggunaan tanah dan ruang serta sumberdaya alam), dan (iv) land development (perencanaan dan perizinan dalam pembangunan utilitas, infrastruktur dan konstruksi). Fungsi-fungsi administrasi pertanahan itu sendiri harus berbasis bidang tanah dan tersedia dalam bentuk infrastruktur informasi pertanahan yang memadai, yang terdiri dari basis data kadastral dan dataset topografi serta kemudahan akses yang lengkap dan terbarukan (up to date) tentang lingkungan terbangun dan alami. Dengan demikian, manajemen pertanahan yang baik merupakan proses operasional yang termasuk dalam implementasi kebijakan pertanahan secara komprehensif dan berkelanjutan. Namun, di banyak negara, terdapat kecenderungan untuk memisahkan hak tanah (tenurial) dari hak penggunaan tanah (land use rights). Tidak ada mekanisme kelembagaan yang efektif untuk menyambungkan perencanaan dan kontrol penggunaan tanah dengan nilai tanah dan operasi pasar tanah. Masalah-masalah ini sering diperparah oleh prosedur administrasi dan manajemen yang buruk yang gagal memberikan layanan yang dibutuhkan.

(44)

- 39 -

Gambar 4. 1. Perspektif Manajemen Pertanahan dalam Konteks Provinsi DKI Jakarta

Oleh sebab itu sejalan dengan visi kementerian ATR/BPN dalam mengimplementasikan Land Management Paradigm pada Kantor Wilayah BPN Provinsi DKI Jakarta dapat dijabarkan fungsi-fungsinya sebagaimana dijabarkan dalam sasaran strategis dan indikator kinerja sasaran strategis yang kemudian diturunkan dalam indikator kinerja program dan indikator kinerja kegiatan pada Kantor Wilayah BPN Provinsi DKI Jakarta.

4.1.1. Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Sasaran Strategis

Sasaran strategis Kantor Wilayah BPN Provinsi DKI Jakarta disusun untuk mencapai Visi dan Misi Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional sesuai dengan permasalahan dan isu strategis di Provinsi DKI Jakarta.

A. Tujuan 1

Tujuan 1 dari Visi/Misi Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional adalah Pengelolaan pertanahan untuk mewujudkan

kesejahteraan rakyat, dengan Sasaran Strategis: Penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan yang berkepastian hukum dan produktif.

Ketercapaian sasaran strategis ini diukur dengan beberapa Indikator Kinerja Sasaran Strategis sebagaimana gambar berikut:

(45)

- 40 -

Gambar 4. 2. Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Strategis (IKSS) pada Tujuan 1

Indikator Kinerja Sasaran Startegis ini dilaksanakan oleh fungsi Penetapan Hak dan Pendaftaran Tanah, Fungsi Pengendalian Pertanahan dan Penanganan Sengketa, Fungsi Survei dan Pemetaan Pertanahan, Fungsi Pengadaan Tanah dan Pengembangan dan Fungsi Penataan Pertanahan. Terhadap Sasaran Strategis 1 tersebut telah ditetapkan memiliki Indikator Kinerja Sasaran Strategis dengan target Kinerja sebagai berikut:

Tabel 4. 1. Target Kinerja Sasaran Strategis

IKSS Ukuran 2020 2021 2022 2023 2024

IKSS 1: Penurunan Indeks Gini Ketimpangan Pemilikan Tanah

Indeks 0,00002 0,0008 0,00025 0,00047 0,00061

IKSS 2: Peningkatan Pendapatan per Kapita Penerima Reforma Agraria

Persentase 5 10 15 20 25

IKSS 3: Nilai Kepastian dan Perlindungan Hak atas Tanah

Nilai 4 4 5 5 5

IKSS 4: Peningkatan Kemudahan Investasi (Registering Property dalam EoDB)

Peringkat,

(skor) 106 (60) (68) 80 65 (72) 50 (76) (78) 40

B. Tujuan 2

Tujuan 2 dari Visi dan Misi Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN adalah: Penataan Ruang yang Adil, Aman, Nyaman, Produktif dan

Lingkungan Hidup Yang Berkelanjutan, memiliki Sasaran Strategis: Peningkatan Kualitas dan Pemenuhan Rencana Tata Ruang serta

(46)

- 41 -

Perwujudan Tertib Tata Ruang, ketercapaian sasaran strategis ini diukur

dengan indikator (IKSS) Indeks Penyelenggaraan Penataan Ruang. Kewenangan pelaksanaan penataan ruang pada Kanwil dan Kantah di Provinsi DKI Jakarta dalam hal percepatan penyediaan RTR di Provinsi DKI Jakarta merujuk pada cascading kinerja Direktur Jenderal Tata Ruang. Percepatan penyediaan Rencana Tata Ruang di Provinsi DKI Jakarta yang dilaksanakan meliputi kegiatan bimbingan teknis penyusunan materi teknis dan raperda RDTR Kota dan bimbingan teknis penyusunan peninjauan kembali/revisi materi teknis dan raperda RTRW Provinsi/Kota. Indikator ini dilaksanakan oleh Fungsi Pengendalian Pertanahan dan Fungsi Penataan Pertanahan.

Gambar 4. 3. Cascading Kinerja pada Tujuan 2

C. Tujuan 3

Pada Tujuan 3: Pelayanan Publik dan Tata Kelola Kepemerintahan yang Berkualitas dan Berdaya Saing, dengan Sasaran Strategis: Terwujudnya Tata Kelola Kelembagaan yang Komprehensif dan Berstandar Kepemerintahan yang Baik. Indikator dalam Sasaran Strategis ini adalah Indeks Reformasi Birokrasi untuk menunjukkan sudah ber kinerjanya Good Governance melalui perubahan Mindset dan Culture Set yang meliputi 8 (delapan) area perubahan yaitu: 1)

(47)

- 42 -

Manajemen Perubahan, 2) Penataan Peraturan Perundang-undangan, 3) Penataan dan Penguatan Organisasi, 4) Penataan Tatalaksana, 5) Penataan Sumberdaya Manusia, 6) Penguatan Akuntabilitas Kinerja, 7) Penguatan Pengawasan dan 8) Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik, pencapaian dari delapan area tersebut diukur setiap tahun.

Gambar 4. 4. IKSS 6 Terwujudnya Tata Kelola Kelembagaan yang Komprehensif dan Berstandar Kepemerintahan yang Baik

Target Kinerja Indikator Kinerja Sasaran Strategis di Provinsi DKI Jakarta dapat diuraikan dalam tabel berikut:

Tabel 4. 2. Tabel IKSS pada Tujuan 3

IKSS Ukuran 2020 2021 2022 2023 2024

IKSS 6: Indeks Reformasi Birokrassi Indeks 80 85 87 90 92

4.1.2. Indikator Kinerja Program

Indikator Kinerja Sasaran Strategis yang telah ditetapkan oleh Kementerian Agraria dan Tata Ruang menjadi tolok ukur dalam penentuan Kegiatan dan Indikator Kinerja Kegiatan pada Kantor Wilayah BPN Provinsi DKI Jakarta sebagai terjemahan dari Sasaran Program dan Indikator Kinerja Program yang telah ditetapkan pada Renstra Kementerian ATR/BPN namun mengacu pada isu strategis dan permasalahan yang ada di Provinsi DKI Jakarta. Terdapat 3 (tiga) Program yang dilaksanakan oleh Kantor Wilayah BPN Provinsi DKI Jakarta yaitu Program Pengelolaan dan Pelayanan Pertanahan, Program Penyelenggaran Penataan Ruang, dan Program Dukungan Manajemen.

(48)

- 43 -

Program Pengelolaan Pertanahan di Provinsi DKI Jakarta terdiri atas Sasaran Program dan Indikator Kinerja Program sebagai berikut:

Program Penataan Ruang di Provinsi DKI Jakarta terdiri atas Sasaran Program dan Indikator Kinerja Program sebagai berikut:

Program Dukungan Manajemen di Provinsi DKI Jakarta terdiri atas Sasaran Program dan Indikator Kinerja Program sebagai berikut:

4.1.3. Indikator Kinerja Kegiatan

Perumusan kegiatan dalam lingkup Kantor Wilayah dan Kantor Pertanahan di Provinsi DKI Jakarta bertujuan untuk menggambarkan keterkaitan antara Indikator Kinerja Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Program yang menjadi acuan pelaksanaan kegiatan dan anggaran untuk mewujudkan visi dan misi Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional. Perumusan kegiatan dalam lingkup Kantor Wilayah dan Kantor Pertanahan di Provinsi DKI Jakarta didasarkan pada isu strategis di Provinsi DKI Jakarta, sehingga Indikator Kinerja Kegiatan dapat diuraikan sebagai berikut:

(49)

- 44 -

Gambar 4. 5. Gambaran Isu Strategis 1 di Provinsi DKI Jakarta

Strategi yang dilakukan untuk menyelesaikan isu strategis tersebut dan untuk mendukung efisiensi dan efektifitas operasionalisasi kegiatan adalah:

1. Fiscal Policy untuk Mewujudkan Keadilan Pertanahan

Gambar 4. 6. Strategi dalam Mewujudkan Keadilan Pertanahan (Isu 1 A)

Sebagai pusat pemerintahan dan bisnis tentu saja Jakarta sangat padat dengan aktivitas masyarakat yang datang dari berbagai daerah di seluruh Indonesia, baik yang bekerja disektor formal maupun informal. Sebagian dari mereka yang tidak beruntung adalah mereka yang bekerja disektor informal dan menghuni kampung-kampung kota yang sangat jauh dari kondisi tempat tinggal yang layak. Karena terbatasnya akses atas tanah bagi masyarakat ini serta ketimpangan ekonomi yang ada serta nilai tanah yang cukup tinggi mengakibatkan tools redistribusi tanah belum efektif untuk penanganan ketimpangan Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T). Dan hal ini mengesankan terjadinya free fight liberalism P4T, dimana

Gambar

Gambar 1. 2. Capaian Kegiatan pada Kantor Wilayah BPN Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015- 2015-2019
Gambar 1. 3. Penetapan Isu-isu Strategis Kanwil BPN DKI Jakarta
Gambar 1. 4. Permasalahan Pertanahan dan Ruang di Provinsi DKI Jakarta
Gambar 4. Registering Property di Jakarta
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perjalanan Dinas Jabatan yang dilaksanakan lebih dari 8 (delapan) jam. 1) Perjalanan dinas untuk kegiatan dalam kabupaten/kota yang memerlukan waktu tempuh melebihi 8 (delapan)

Penanganan surat masuk pada Sekretaris bagian Kepala Bagian Kementerian Agraria &amp; Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Kantor Wilayah Provinsi Sumatera Utara

Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara dukungan sosial orangtua dengan adversity intelligence pada mahasiswa yang menjalani mata kuliah

Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan, pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, dan pemberian bimbingan teknis

Hasil Seleksi Kompetensi Dasar (SKD) dalam rangka Penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Formasi Tahun

Bahwa dalam rangka menjaring Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri (PPNPN) yang potensial, Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Banten memberi

Pada cover album bagian dalam ini pada sisi kirinya menggunakan ilustrasi gambar butho ijo yang sedang memakan korbannya membuat tampilan sisi dalam cover terlihat kuat,

Dalam penelitian ini verifikasi hasil model dilakukan terhadap elevasi pasang surut, suhu permukaan dan suhu vertikal serta verifikasi pola arus permukaan yang diperoleh dari