BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
B. Pengenalan Responden terhadap Pengobatan Mandiri
Gambar 8. Presentase pengetahuan responden tentang istilah swamedikasi, N=109
Sebanyak 109 responden penelitian sebesar 65,2% menjawab tidak pernah
pernah mendengar istilah swamedikasi. Dari 34,8% menyatakan bahwa sumber
informasi mengenai swamedikasi diperoleh dari teman/ saudara/ tetangga yaitu
sebanyak 11,9%. Kemudian sumber informasi dari media cetak/ elektronik
sebanyak 11%, perbedaan yang sangat tipis. Sebanyak 4,4% sumber informasi
diperoleh dari tenaga kesehatan (kesehatan masyarakat/ahli gizi), sebanyak 2%
dari dokter/ dokter gigi/ apoteker/ perawat/ bidan. Sebagian kecil responden
menambah sumber informasi yang membantu mereka yaitu sebanyak 3,7%
diperoleh pada saat perkuliahan, 0,9% dari dosen, dan 0,9% dari komunitas anak.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya
oleh Kartika (2010) yang menyatakan bahwa responden umumnya banyak
menerima informasi berdasarkan iklan di media cetak/ elektronik. Promosi obat
bebas dan obat tradisional yang gencar dilakukan oleh pihak produsen diberbagai
media cetak maupun elektronik membuat masyarakat harus lebih bijaksana dalam
memilih obat yang tepat untuk penyakitnya.
Gambar 9. Presentase sumber informasi yang diperoleh responden mengenai swamedikasi
Pengobatan mandiri atau swamedikasi didefinisikan sebagai pemilihan
tradisional oleh diri sendiri untuk mengobati penyakit (WHO, 1998). Mengacu
pada definisi WHO tersebut, arti penting swamedikasi menurut responden yaitu
diperoleh hasil sebesar 78% responden memilih jawaban “a” yaitu, “Upaya
pengobatan yang dilakukan oleh seseorang tanpa bantuan dokter untuk mengatasi
keluhan sakit yang dialaminya”. Sebanyak 15,6% responden memilih jawaban “b” yaitu, “Tindakan penggunaan obat-obatan tanpa resep dokter oleh masyarakat atas inisiatif mereka sendiri”. Sebesar 6,4% menjawab tidak tahu “c”.
Gambar 10. Presentase pendapat responden mengenai pengobatan mandiri, N=109
Menurut World Health Organization (1998) penggunaan obat untuk
swamedikasi dapat menggunakan obat bebas/ obat bebas terbatas atau obat
tradisional. Berdasarkan hasil penelitian saat melakukan swamedikasi 57,8%
responden cenderung memilih “c” , “Keduanya, yaitu: obat tradisional dan obat bebas/ obat bebas terbatas (obat dengan bahan kimia). Kemudian sebesar 26,6%
responden yang memilih jawaban “a”, yaitu “Obat tradisional, misalnya: jamu
gendong, jamu dalam bentuk tablet dan jamu berbentuk cair dalam bentuk
sachet”. Lalu sebesar 15,6% responden memilih jawaban “b” ,yaitu “obat bebas/ obat bebas terbatas (obat dengan bahan kimia), misalnya: CTM dan Paracetamol”.
Gambar 11. Presentase kecenderungan pemilihan obat oleh responden untuk swamedikasi
Swamedikasi memiliki kecenderungan meningkat dari waktu ke waktu.
Bahkan tidak dapat dipungkiri bahwa setiap individu pasti pernah melakukan
swamedikasi untuk diri sendiri, teman, maupun keluarga. Penelitian ini ingin
mengetahui seberapa sering responden melakukan swamedikasi dalam satu bulan
terakhir. Rentang waktu yang diberikan hanya satu bulan yang bertujuan
memberikan batasan waktu agar mempermudah responden dalam mengingat dan
untuk menghindari bias. Kemudian sebesar 54,1% (59 responden) menjawab tidak
pernah melakukan pengobatan mandiri dalam satu bulan terakhir. Kemudian
sebesar 45,9% (50 responden) yang menjawab pernah melakukan pengobatan
mandiri.
Pengobatan mandiri dapat dilakukan kepada siapa saja yang sedang
membutuhkan pengobatan. Dari hasil penelitian menunjukkan sebesar 70% (35
orang) melakukan pengobatan untuk diri sendiri, lalu 28% (14 orang) untuk
keluarga, 20% (10 orang) untuk teman.
Tabel VI. Swamedikasi untuk diri sendiri, keluarga dan teman
No. Yang melakukan swamedikasi Jumlah (n=50) Presentase (%)
1 Diri sendiri 35 70%
2 Keluarga 14 28%
3 Teman 10 20%
Total 69* 118%*
Ket: * responden boleh memilih lebih dari satu jawaban pada kuesioner
Pengobatan mandiri bertujuan untuk pengobatan penyakit ringan (minor
illnesses), atau gejala yang sudah dikenali sendiri, tanpa resep atau intervensi dokter. Berikut adalah distribusi berbagai jenis penyakit yang diatasi responden
dengan swamedikasi.
Tabel VII. Penyakit yang diatasi dengan pengobatan mandiri
No. Penyakit Jumlah (n=50) Presentase (%)
1 Pusing 22 44 2 Flu 17 34 3 Batuk 11 22 4 Maag 11 22 5 Demam 9 18 6 Pilek 8 16 7 Pegal-pegal 5 10 8 Sakit tenggorokan 4 8 9 Sakit gigi 4 8 10 Asma 1 2 11 Asam urat 1 2 12 Gatal-gatal 1 2 13 Diare 1 2 14 Sembelit 1 2 15 Alergi 1 2
16 Tekanan darah tinggi 1 2
Total 98* 196%*
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari 50 orang responden yang
melakukan swamedikasi. Jenis obat yang digunakan oleh responden dalam
melakukan swamedikasi sebesar 24% mengunakan obat generik dan sebesar 76%
menggunakan obat dengan merek dagang.
Gambar 13. Presentase jenis obat yang digunakan responden dalam melakukan pengobatan mandiri, N=50
Tabel VIII. Daftar obat yang digunakan responden dalam swamedikasi
No Obat Komposisi nama generik Jumlah
(n=50)
Presentase (%)
1 Parasetamol - 6 12
2 Decolgen ® Parasetamol, Fenilpropanolamin Hcl, Klofeniramin maleat
5 10
3 Intunal ® Parasetamol, Fenilpropanolamin Hcl, Klofeniramin maleat,
Dekstrometorfan HBr, Gliseril guaiakolat
4 8
4 OBH® Succus liquiritae, Ammonium Chlorida,
Ammonium anisi spir
4 8
5 Panadol ® Parasetamol 4 8
6 F.G Troches® Fradiomycin, Gramicidin 3 6
7 Tolak angin® - 3 6
8 Inza® Parasetamol, Pseudoefedrin HCl, Klofeniramin maleat 2 4 9 Captopril - 2 4 10 Antalgin - 2 4 11 Biogesik® Parasetamol 2 4 12 Antangin® - 1 2
13 Bisolvon® Bromhexine hydrochloride 1 2
14 Bodrex® Parasetamol, Propifenazon 1 2
15 CTM® Klofeniramin maleat 1 2
Tabel VIII. Lanjutan
17 Dulcolax® Bisacodil 1 2
18 Feminax® Parasetamol , ekstrak Hiosami
1 2
19 Flutamol® Parasetamol, Fenilpropanolamin Hcl, Klofeniramin maleat, Gliseril
guaiakolat
1 2
20 Jamu - 1 2
21 Kaladin® Calamine, zinc oxide, camphor, menthol
1 2
22 Klorofil® - 1 2
23 Komix® Succus liquiritae, Guaifenesin, Ephedrin HCl, Klofeniramin maleat
1 2
24 Koyo® Metil salisilat, menthol, comphor 1 2
25 Mertigo® Betahistine mesylate 1 2
26 Mylanta® Aluminium hidroksida, Magnesium hidroksida, simetikon
1 2
27 Mixagrif® Parasetamol, Fenilpropanolamin Hcl, Klofeniramin maleat
1 2
28 Nalgestan® Fenilpropanolamin Hcl, Klofeniramin maleat
1 2
29 Neuralgin® Parasetamol, ibuprofen, cafein 1 2
30 Obat asam urat - 1 2
31 Obat batuk ibu dan anak - 1 2
32 Obat untuk gatal - 1 2
33 OBH herbal ® - 1 2
34 Omega Squa® - 1 2
35 Panadol Hijau® Parasetamol, Pseudoefedrin HCl, Dekstrometorfan HBr,
1 2
36 Paramex® Parasetamol, propyphenazone, caffeine, dexchlorpheniramine maleat
1 2
37 Procold® Parasetamol, Pseudoefedrin HCl, Klofeniramin maleat
1 2
38 Promag® Hidrotalcite, Magnesium hidroksida, simetikon
1 2
39 Propolis® - 1 2
40 Safe Care® Menthol, camphor, minyak esensial 1 2
41 Salbutamol® Salbutamol sulfat 1 2
42 Salonpas® Metil salisilat, mentol 1 2
43 Sanaflu® Parasetamol, phenylpropanolamin HCl
1 2
44 Tremenza® Pseudoefedrin HCl, Tripolidine 1 2 45 Wood Antitusif® Dekstrometorfan HBr,
Diphenhidramine HCl,
1 2
46 Aminofilin - 1 2
47 Asam mefenamat - 1 2
Total 65 148%
Sebesar 84% responden mendapatkan obat untuk swamedikasi di apotek.
Hal ini merupakan tindakan yang tepat karena akan lebih baik jika masyarakat
mendapatkan obat untuk swamedikasi di apotek karena apoteker dapat membantu
dalam menentukan diagnosis, memilih obat yang rasional, menilai kelayakan dan
masyarakat dapat memperoleh informasi penting terkait obat (Djunarko, 2011).
Sebesar 22% memperoleh obat di warung terdekat, sebesar 6% di toko obat , dan
sebesar 6% diperoleh dari orang lain (teman, keluarga, dan lain-lain).
Tabel IX. Tempat responden mendapatkan obat untuk swamedikasi
No. Tempat mendapatkan obat Jumlah (n=50) Persentase (%)
1 Apotek 42 84
2 Warung terdekat 11 22
3 Toko obat 3 6
4 Dari orang lain (teman, keluarga, dll). 3 6
Total 59* 118%*
Ket: * responden boleh memilih lebih dari satu jawaban pada kuesioner
Berdasarkan hasil yang diperoleh sebesar 42% biaya yang dikeluarkan
untuk swamedikasi <Rp 5.000,00 (kurang dari lima ribu rupiah), kemudian
sebesar 42% harga obat yang di gunakan dalam swamedikasi yaitu mulai dari Rp
5.000,00-Rp 15.000,00. Kemudian sebesar 8%, dari Rp15.000,00-Rp25.000,00.
Sebesar 2%, mulai dari Rp25.000,00-Rp35.000,00. Selanjutnya 2% biaya yang
dikeluarkan untuk swamedikasi sebesar Rp35.000,00-Rp45.000,00 dan untuk
biaya lebih dari Rp50.000,00 sebesar 2%. Satu orang responden tidak menjawab
karena obat yang diperoleh dari orang lain misalnya teman atau keluarga sehingga
responden tidak mengetahui kisaran berapa harga obat tersebut.
Hal tersebut sejalan dengan penelitian Angkoso (2006) bahwa harga obat
yang digunakan dalam swamedikasi relatif lebih murah dibandingkan jika harus
Tabel X. Biaya yang dikeluarkan untuk membeli obat
No. Biaya Jumlah (n=50) Presentase (%)
1 < Rp5.000,00 21 42 2 Rp5.000,00-Rp15.000,00 21 42 3 Rp15.000,00-Rp25.000,00 4 8 4 Rp25.000,00-Rp35.000,00 1 2 5 Rp35.000,00-Rp45.000,00 1 2 6 > Rp50.000,00 1 2
7 Tidak membeli obat 1 2
Total 50 100
Berdasarkan tabel XI, alasan responden melakukan pengobatan mandiri
yaitu sebesar 48% memilih alasan karena penyakitnya masih ringan. Hasil ini
sejalan dengan definisi pengobatan mandiri. Pengobatan mandiri merupakan
tindakan diagnosis, pengobatan dan pencegahan penyakit (minor illness) yang
dilakukan oleh seseorang tanpa intervensi dari dokter (Berardi, et al., 2006).
Sebesar 36% memilih alasan lebih praktis, sebesar 16% memilih jawaban lebih
cepat karena tidak antri untuk periksa. Sebesar 8% responden memilih jawaban
karena biaya lebih murah.
Beberapa responden mengemukakan alasan lain seperti saran dari keluarga
sebesar 4%, karena 2%, biasanya sembuh menggunakan obat tersebut 2%,
kemudian sebesar 2% karena penyakitnya sudah sembuh dalam 3 hari, 2%
menjawab karena tidak terlalu banyak campuran bahan kimia.
Tabel XI. Alasan melakukan pengobatan mandiri
No Alasan Jumlah
(n=50)
Presentase (%)
1 Penyakitnya masih ringan 24 48
2 Lebih praktis 18 36
3 Lebih cepat/ tidak antri untuk periksa 8 16
4 Biaya lebih murah 4 8
5 Merasa cocok 2 4
6 Saran dari orang tua 2 4
7 Tidak mengandung campuran bahan kimia yang terlalu banyak 1 2
8 Obat yang tersedia hanya itu dan penyakit yang diderita sembuh kurang dari 3 hari
1 2
Total 60* 120%*
C. Pengetahuan Responden terhadap Obat Tradisional dan Obat Modern