• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

5. Pengendalian Hama dan Penyakit

Hama yang paling umum dalam usaha pembesaran lele adalah hama predator seperti ular, musang air dan burung. Untuk mencegahnya yaitu dengan memasang saringan pada jalan masuk dan keluar air, memasang jaring di sekeliling kolam (bagian samping kolam dan atas kolam). Sedangkan penyakit dalam pembesaran lele adalah jamur, bakteri, dan virus. Ketiga mikroorganisme ini menyebabkan berbagai penyakit yang mematikan. Berapa diantaranya adalah bintik putih, dan luka di kepala dan ekor, serta radang. Untuk mencegah timbulnya infeksi adalah dengan menjaga kualitas air dan melakukan pengapuran sebelum kolam digunakan.

6. Pemeliharaan Kolam

Pemeliharaan kolam bertujuan untuk merawat kolam dan lingkungan sekitar kolam budidaya agar tetap bersih. Pemeliharaan kolam biasanya dilakukan satu kali dalam satu minggu yaitu pada hari minggu. Pada aktivitas ini petani menghabiskan waktu cukup banyak dalam satu hari yaitu antara 3 hingga 6 jam. Pemeliharaan kolam biasanya meliputi pengecekan keadaan kolam serta sarana dan prasarana, perbaikan kolam dan pembersihan rumput di sekitar kolam.

7. Pemanenan

Pemanenan dilakukan setelah lele umur 40-90 hari. rata-rata petani melakukan panen saat lele umur 60 hari. pemanenan dilakukan oleh petani

pemilik, tenaga kerja luar keluarga, dan oleh pedangan pengepul yang akan membeli lele tersebut. Selain itu pada saat ikan lele dipanen dilakukan sortasi untuk memisahkan lele berdasarkan ukurannya. Pemisahan ukuran ini berdampak pada harga. Ikan lele yang sudah disortasi berdasarkan ukuran akan meningkatkan pendapatan petani. Sortasi dilakukan untuk lele ukuran konsumsi yaitu isi 7-12 per kg dibeli dengan harga rata-rata Rp 15.000,-/kg dan ukuran yang lebih besar atau lebih kecil dibeli dengan harga rata-rata Rp 14.000,-/kg.

Analisis Penggunaan Sarana Produksi

Sarana Produksi yang digunakan dalam usahatani lele phyton di Kecamatan Seyegan antara lain sebagai berikut :

1. Benih

Benih merupakan faktor penting dalam usaha pembesaran lele phyton, karena tanpa adanya benih maka output produksi tidak akan ada. Kualitas benih lele yang ditebar menentukan hasil panen yang diperoleh oleh petani. Kriteria benih yang berkualitas adalah ukuran seragam dan berwarna cerah (mengkilap), gerakannya lincah dan gesit, tidak cacat dan tidak luka di yubuhnya, bebas dari bibit penyakit, posisi tubuh dalam air normal, menghadap dan melawan arus ketika diberi arus.

Benih yang digunakan oleh petani lele di lokasi penelitian berasal dari pedagang benih di daerah Magelang, Jawa Tengah dan bantul Yogyakarta. Rata-rata jumlah benih yang digunakan oleh petani sampel dalam satu kali produksi sebanyak 4.889 ekor. Harga benih rata-rata adalah Rp 213,-. Seperti terlihat pada tabel 10. Sebanyak 18 orang petani (60%) menggunakan benih di bawah rata-rata, dengan rata-rata jumlah benih yang digunakan adalah 4.889 ekor. Dan 12 orang petani (40%) menggunakan benih di atas rata-rata, dengan rata-rata jumlah benih yang digunakan adalah sebanyak 6.767 ekor. Penggunaan benih di lokasi penelitian tidak disesuaikan dengan luas kolamnya. Penggunaan benih oleh masing-masing petani hanya disesuaikan dengan modal usaha yang dimiliki.

Tabel 10 Distribusi penggunaan benih oleh petani sampel Jumlah Benih Rata-rata

(Kg)

Jumlah

(Orang) Persentase (%) Di Bawah Rata-rata (≤ 5.640 kg ) 4.889 18 60.00 Di Atas Rata-rata (> 5.640 kg) 6.767 12 40.00

Total Petani Sampel 30 100

2. Pakan

Pakan yang digunakan oleh petani di lokasi penelitian dalam usahatani lele phyton ini adalah pelet. Pelet merupakan satu-satunya sumber nutrisi yang diberikan oleh petani. Jenis pelet yang digunakan adalah pelet apung. Penggunaan pelet apung di lokasi penelitian dengan pertimbangan bahwa mudah dipantau pada saat pemberian pakannya. Ketika pakan di tebar terlalu banyak maka akan tertinggal sisa-sisanya yang mengapung yang belum tentu

dimakan oleh lele, sedangkan jika menggunakan pelet tenggelam apabila ada sisa pelet seperti itu maka akan susah dipantau secara cermat apakah pakan tersebut dimakan lele atau tidak (bersisa). Apabila pakan tersebut tersisa maka akan menjadi sumber penyakit bagi lele, karena pakan akan menyatu dengan air dan menjadi amoniak sehingga meracuni ikan lelenya.

Pelet apung yang digunakan yaitu Prima Feed yang diproduksi oleh PT Matahari Sakti, dan Compfeed yang diproduksi oleh PT Surya Tani Pemuka (Japfa), dengan tipe yang digunakan oleh rata-rata petani adalah LP-3. Pelet yang digunakan dibeli dari distributor pakan di Yogyakarta. Sebagian besar petani telah berlangganan dengan distributor pakan, sehingga pada saat petani membeli, dari pihak distributornya yang mengantarkan ke kolam petani.

Pakan yang dihabiskan oleh petani dalam satu kali produksi rata-rata sebanyak 451 kg dengan harga rata-rata Rp 8.729,- per kg. Jumlah petani yang menggunakan pakan di bawah rata-rata adalah 11 orang petani sampel (36,67%), dengan rata-rata penggunaan pakannya sebanyak 434 kg. Dan jumlah petani yang menggunakan pakan di atas rata-rata adalah 19 orang petani (63,33%), dengan rata-rata penggunaan pakannya adalah sebanyak 603 kg. Jumlah pakan yang digunakan harus disesuaikan dengan banyaknya benih yang ditebar.

Tabel 11 Distribusi penggunaan pakan oleh petani sampel Jumlah Benih Rata-rata

(Kg) Jumlah (Orang)

Persentase (%) Di Bawah Rata-rata (≤ 451kg ) 434 11 36.67 Di Atas Rata-rata (>451kg) 603 19 63.33

Total Petani Sampel 30 100

3. Kapur

Kapur yang digunakan oleh petani dibeli dari toko-toko pertanian setempat. Kapur digunakan oleh petani pada saat pengapuran. menaikkan pH tanah, membunuh hama, parasit, dan penyakit ikan, serta mempercepat pembongkaran bahan-bahan organik. Jenis kapur yang digunakan oleh petani dalam usaha pembesaran lele phyton di Kecamatan Seyegan adalah kapur dolomit. Kapur yang dihabiskan oleh petani dalam satu kali produksi rata-rata adalah sebanyak 6 kg dengan harga rata-rata adalah Rp 705,57,- per kg. Sebagian besar petani di Kecamatan Seyegan menggunakan kapur di bawah rata-rata. Sebanyak 24 orang petani (80%), dengan rata-rata penggunaan kapur sebanyak 13 kg. Sedangkan 6 orang petani (20%) menggunakan kapur di bawah rata-rata, dengan rata-rata kapur yang digunakan adalah 4 kg.

Tabel 12 Distribusi penggunaan kapur oleh petani sampel Jumlah Benih Rata-rata

(Kg)

Jumlah (Orang)

Persentase (%) Di Bawah Rata-rata (≤ 6 kg ) 4 24 80.00 Di Atas Rata-rata (>6 kg) 13 6 20.00

Total Petani Sampel 30 100

Dokumen terkait