• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja

4.3.2. Pengendalian Internal Piutang Usaha

Piutang usaha merupakan bagian dari aset lancar yang dimiliki perusahaan untuk transaksi penjualan kredit yang terjadi selama satu periode akuntansi. Piutang usaha merupakan tagihan perusahaan pada pihak lain dalam bentuk uang atau barang yang akan dilunasi pada tanggal jatuh tempo yang telah ditetapkan. Bagian perusahaan piutang usaha merupakan aset lancar yang cukup likuid setelah kas dan mempunyai nilai yang cukup material. Dengan volume transaksi penjualan kredit cukup besar maka hal ini akan mempengaruhi peningkatan jumlah piutang usaha.

Guna meminimalkan hal-hal yang tidak diharapkan terjadi pada aset perusahaan yaitu piutang usaha maka diterapkan pengendalian internal piutang usaha, sehingga pegawai yang menangani piutang usaha haruslah berpedoman pada prosedur dan kebijakan penyelesaian piutang usaha dari manajemen Bright Supermart M. Yamin Medan. Pengendalian internal piutang usaha diterapkan di perusahaan diwujudkan dalam bentuk pemisahan tugas dan tanggung jawab antara bagian penjualan dan bagian piutang usaha, menerapakn SOP untuk penagihan piutang usaha, pengiriman barang harus dikuti dengan adanya otorisasi surat oder pengiriman oleh fungsi penjualan, untuk penagihan harus diketahui dan diotorisasi oleh pejabat berwenang, menggunakan formulir penagihan yang telah tercetak secara otomatis, pencatatan atas transaksi penjualan dan penerimaan pelunasan piutang usaha pada kartu piutang, melakukan rekonsiliasi dan membuat laporan pelunasan piutang usaha dibuat secara mingguan.

Berdasarkan hasil tabulasi jawaban responden diperoleh peneliti atas pengendalian internal piutang usaha berikut ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Pimpinan perusahaan selalu mengingatkan bawah pengelolaan piutang usaha yang lancar merupakan salah satu tolak ukur kemajuan perusahaan, menunjukkan bahwa sebagian responden menjawab 23 orang (76,70%), sedangkan responden menjawab setuju sebanyak 7 orang (23,30%).

2. Perusahaan telah menerapkan SOP untuk divisi penagihan yang menangani penagihan piutang usaha, menunjukkan bahwa sebagian responden menjawab sangat setuju sebanyak 22 orang (73,30%), responden menjawab setuju sebanyak 6 orang (20%) dan terakhir menjawab ragu-ragu sebanyak 2 orang (6,67%). 3. Kepala divisi penagihan merupakan orang yang memiliki keahlian dibidangnya

dan diangkat atas dasar prestasi menunjukkan sebagian responden menjawab sangat setuju sebanyak 20 orang (66,70%), sedangkan responden menjawab setuju sebanyak 7 orang (23,30%) dan sisanya sebanyak 3 orang (10%).

4. Manajemen mengasuransi setiap personil yang melakukan penagihan piutang usha seperti asuransi kecelakaan, pencurian dan lainnya, menunjukkan bahwa sebagian responden menjawab sangat setuju sebanyak 21 orang (70%), sedangkan responden menjawab setuju sebanyak 8 orang (26,70%), dan terakhir responden menjawab ragu-ragu sebanyak 1 orang (3,33%).

5. Fungsi penjualan (marketing) terpisah dengan fungsi piutang usaha, menunjukkan bahwa sebagian responden menjawah sangat setuju sebanyak 23 orang (76,70%), responden menjawab setuju sebanyak 4 orang (13,30%) dan terakhir responden menjawab tidak setuju sebanyak 3 orang (10%).

6. Fungsi akuntansi terpisah dengan fungsi penjualan dan fungsi kredit, menunjukkan bahwa sebagian responden menjawab sangat setuju sebanyak 22

orang (73,30%), responden menjawab setuju bahwa 6 orang (20%) dan terakhir responden berpendapat ragu-ragu sebanyak 2 orang (6,67%).

7. Penerimaan order dari pembeli harus diotorisasi oleh fungsi penjuaaln dengan menggunakan foomulir surat order pengiriman, menunjukkan bahwa sebagian responden menjawab sangat setuju sebanyak 25 orang (83,30%), responden menjawab setuju sebanyak 5 orang (16,70%).

8. Pengiriman barang dilakukan setelah surat order pengiriman diotorisasi oleh fungsi penjualan menunjukkan bahwa sebanyak 21 responden (70%) menjawab sangat setuju, sedangkan responden menjawab setuju sebanyak 9 orang (30%). 9. Terjadinya piutang usaha diotorisasi oleh fungsi penagihan dengan

membubuhkan tanda tangan pada faktur penjualan, menunjukkan bahwa responden menjawab sangat setuju sebanyak 20 orang (66,70%), sedangkan responden menjawab setuju sebanyak 8 orang (26,70%) dan responden menjawab ragu-ragu sebanyak 3 orang (10%).

10.Pencatatan ke dalam kartu piutang dan ke dalam jurnal penjualan, jurnal penerimaan kas, dan jurnal umum diotorisasi oleh fungsi akuntansi dengan cara memberikan tanda tangan pada dokumen sumber, menunjukkan bahwa sebanyak 24 orang (80%) menjawab sangat setuju dan sebanyak 6 responden menjawab setuju (20%).

11.Secara periodik fungsi akuntansi mengirim pernyataan piutang pada setiap debitur untuk menguji ketelitian piutang yang diselenggarakan, menunjukkan sebanyak 21 orang (70%) menjawab sangat setuju, sedangkan sebanyak 7 orang (23,30%) menjawab setuju dan sebanyak 2 orang (6,67%) menjawab kurang setuju.

12.Secara periodik diadakan rekonsiliasi kartu piutang dengan rekening kontrol piutang usaha dalam buku besar, menunjukkan bahwa sebanyak 26 orang (86,70%) menjawab sangat setuju, dan sisanya sebanyak 4 orang (13,30%) menjawab setuju.

13.Pemegang kartu piutang tidak merangkap sebagai penerimaa kas, menunjukkan bahwa sebanyak 20 orang (66,70%) menjawab sangat setuju, dan sisanya sebanyak 10 orang (33,30%) menjawab setuju.

14.Manajemen selalu menyampaikan segala informasi terbaru dan kebijakan lainnya seputar piutang usaha kepada karyawan yang terlibat langsung setiap saat, menunjukkan bahwa sebanyak 21 orang (70%) menjawab sangat setuju, sedangkan sebanyak 7 orang (23,30%) menjawab setuju dan sisanya sebanyak 1 orang (3,33%) menjawab ragu-ragu.

15.Kepala divisi collection selalu memantau perkembangan saldo piutang usaha per debitur setiap bulannya, menunjukkan bahwa sebanyak 21 orang (70%) menjawab sangat setuju dan sisanya 9 orang (30%) menjawab setuju.

16.Kepala divisi collection sangat tanggal terhadap kinerja karyawan terutama bagian ARO (account receivable officer) dalam melakukan pengumpulan piutang usaha yaitu dengan pemberian reward atau insentif, menunjukkan bahwa sebanyak 19 orang (63,30%) menjawab sangat setuju, sedangkan sebanyak 8 orang (26,70%) menjawab setuju dan sisanya sebanyak 3 orang (10%) menjawab ragu-ragu.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa untuk piutang usaha yang terdapat pada Bright Supermart M. Yamin Medan membutuhkan diterapkan pengendalian

pelunasan piutang usaha. Pengendalian internal untuk piutang usaha diterapkan di

Bright Supermart M. Yamin Medan dengan menerapkan SOP untuk proses

penyelesaian penagihan, dilakukan pemisahan tugas dan tanggung jawab antara fungsi penjualan dengan fungsi piutang, dan juga antara fungsi akuntansi terpisah dengan fungsi penjualan serta fungsi kredit, setiap penerimaan order penjualan harus diotorisasi oleh fungsi penjualan dengan menggunakan formulir surat order pengiriman, pencatatan kedalam kartu piutang dan dalam jurnal pennjualan, jurnal penerimaan kas, dan jurnal umum serta diotorisasi oleh fungsi akuntansi dengan membubuhkan tanda tangan pada dokumen sumber. Secara periodik dilakukan rekonsiliasi kartu piutang dengan rekening kontrol piutang usaha dalam buku besar, serta pemegang kartu piutang tidak merangkap sebagai penerima kas.

Sementara itu, dari hasil jawaban yang diberikan responden pada peneliti menunjukkan bahwa sebagian besar responden berpendapat sangat setuju (63,30% - 86,70%) perlu diterapkan pengendalian internal untuk piutang usaha dalam kegiata operasional yang terjadi di Bright Supermart M.Yamin Medan. Sementara itu, dari hasil pengolahan jawaban responden menunjukkan bahwa pengendalian internal piutang usaha sudah efektif dalam kegiatan operasional terkait dengan penjualan produk bagi kebutuhan masyarakat.

BAB V

Dokumen terkait