• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.3. Pengendalian Internal

2.1.4.3. Tanda-tanda Kecurangan dan Pencegahan Kecurangan

Kemampuan dan keterampilan untuk mengidentifikasi atau mendeteksi kecurangan yang terjadi sangat dibutuhkan sehingga dapat segara diambil langkah penyelesaian atau pencegahan agar tidak terjadi berkesinambungan di masa mendatang dan membahayakan operasional perusahaan dalam mencapai tujuan utamanya.

Menurut Tunggal (2013:131-132), berikut ini tanda-tanda adanya kecurangan, antara lain:

1. Terdapat perbedaan angka laporan keuangan yang mencolok dengan tahun-tahun sebelumnya.

2. Perbedaan antara buku besar dengan buku tambahan. 3. Perbedaan antara yang terungkapkan dari hasil konfirmasi. 4. Transaksi yang tidak didukung oleh bukti yang memadai.

5. Transaksi yang tidak dicatat sesuai dengan otorisasi manajemen baik yang khusus, maupun yang umum.

6. Penyelesaian yang tidak lazim menjelang atau pada tanggal neraca. 7. Terdapat banyak koreksi dalam pembukuan.

8. Pencatatan yang sengaja dirumitkan.

9. Perusahaan dalam kesulitan keuangan (ada tendensi manajemen melakukan berbagai penyimpangan).

10.Pembatalan yang diberikan bagi auditor (internal atau eksternal) oleh karyawan.

11.Penyampaian SPT yang tidak didasarkan pada angka audit. 12.Seseorang menangani hampir semua transaksi yang penting.

13.Terdapat perbedaan kepentingan (conflict of interest) pada tugas pekerjaan karyawan.

14.Tidak ada pengambilan cuti karyawan atau pada saat cuti, tidak ada orang yang menggantikan karyawan yang sedang cuti tersebut.

15.Tidak ada pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas. 16.Supervisi yang lemah.

17.Tidak ada rotasi pekerjaan karyawan. 18.Pengendalian operasi yang tidak baik. 19.Perkembangan perusahaan yang sulit.

20.Sangat tergantung pada sejumlah kecil pelanggan dan pemasok. 21.Kebanyakan pinjaman atau hutang (kesulitan mendapatkan kredit).

22.Kompetesi yang meningkat.

23.Situasi karyawan yang sedang dalam tekanan karena banyak berhutang, menderita sakit berat, mengalami masalah perjudian, masalah alkohol, turunnya moral karyawan dan lain-lain.

Dengan mengetahui tanda-tanda dari kecurangan di perusahaan, hal ini dapat dengan cepat menjadikan manajemen dengan cepat dan respon memberikan solusi untuk penanganan dari kecurangan yang baru terjadi atau telah terjadi. Tiap bentuk tanda kecurangan yang timbul dan terjadi di perusahaan akan membutuhkan penanganan yang berbeda dan lama waktu dibutuhkan untuk penyelesaian kecurangan tersebut. Dengan adanya penanganan yang tepat dan berdaya guna diharapkan kegiatan operasional perusahaan tidak terganggu baik jangka pendek maupun jangka panjang

Menurut Karyono (2013:71-74), adapun pencegahan menurut jenis fraud-nya antara lain :

1. Pencurian kas sebelum dicatat

a. Dilakukan pemisahan fungsi pencatatan penyimpanan dan otorisasi sehingga bila terjadi fraud dapat diketahui karena adanya perbedaan hasil kerja pada fungsi-fungsi itu.

b. Pengamanan akses fisik akun sehingga peluang untuk pencurian dapat dibatasi atau dicegah.

c. Pencatatan transaksi tepat waktu (tepat tanggal) dan tepat jumlah sehingga sisa kas yang ada terkontrol saldonya dengan catatan yang ada. d. Rekonsiliasi secara berkala dan rutin sehingga terhadap sisa kas di bank

dapat diketahui keberadaannya setiap saat.

e. Klasifikasi akun secara tepat agar ketidaktepatan posting dapat dicegah. f. Pengendalian cek dan penerimaan uang, agar keamanan uang keluar

dapat terkontrol.

2. Pencurian kas sesudah dicatat (Larceny)

a. Pemisahan fungsi penerimaan kas, opname fisik, dan penyetoran ke bank dan rekonsiliasi.

b. Rotasi dan keharusan cuti bagi pengelola kas agar pegawai tidak dapat menyembunyikan perbuatan curangnya.

c. Opname secara mendadak agar setiap terjadi kekurangan kas dapat

diketahui secara dini dan mencegah terjadinya kecurangan.

3. Kecurangan penagihan (Billing scheme)

a. Pemberian nomor urut pracetak (prenumbered), sehingga mempersempit penyalahgunaan bukti penagihan.

b. Otorisasi yang tepat dan dipatuhi dalam pelaksanaannya, sehingga hanya orang tertentu yang diberi kewenangan penagihan.

c. Dibuka pengaduan dari pihak yang terkait. 4. Kecurangan persediaan (inventory fraudulent)

a. Inventarisasi oleh petugas independen secara mendadak dan rutin untuk mengurangi niat kecurangan karena cepat ketahuan dengan adanya inventarisasi mendadak.

b. Pemisahan antara otorisasi, penyimpan, dan pencatat agar terjadi saling kontrol ketiga fungsi itu.

c. Dokumen penerimaan pracetak (prenumbered) sehingga sulit terjadi penyalahgunaan dokumen.

d. Pengamanan fisik terhadap persediaan berupa tempat penyimpanan (kunci, satpam) dibatasi aksesnya dan dapat juga dengan menggunakan elektronik (kamera) dan sebagainya, sehingga pelaku kecurangan sulit aksesnya ke persediaan.

5. Kecurangan pembayaran (Disbursement Fraudulent)

a. Terhadap petugas register dilakukan pengawasan langsung dan ada supervisi dekat fisik uangnya.

b. Akses ke register harus diawasi secara ketat dan kode akses register juga dijaga ketat.

c. Kelengkapan pita kas register dan urutan nomornya di-review.

d. Dokumen register yang lengkap dan kas harus dikirim ke orang yang tepat sesegera mungkin.

6. Kecurangan pengeluaran cek

a. Adanya pemisahan yang melekat pada kewenangan penandatanganan, rekonsiliasi dan penyiapan cek.

b. Rekening koran bank direkonsiliasi segera setelah diterima bulanan dan dilakukan oleh bukan orang yang menandatangani cek sehingga bila terjadi kecurangan kas di bank dapat segera diketahui.

c. Bandingkan pembayaran dengan cek kepada seseorang dengan pembayaran tunai kepada orang yang sama agar kecurangan pembayaran ganda dapat dicegah dan diketahui secepatnya.

d. Adanya ketentuan pembatasan jumlah maksimum pembayaran bank, bekerjasama dengan pihak bank.

7. Penyimpangan pemalsuan fisik cek

a. Pembelian cek baru harus melalui prosedur yang baku dan tidak sembarang orang diperkenankan membeli cek.

b. Cek yang belum diketahui dipakai disimpan aman dan aksesnya hanya orang yang diberi kewenangan.

c. Cek yang hilang segera dilaporkan agar tidak ada kesempatan penyalahgunaan.

d. Cek yang dibatalkan disimpan dengan aman dan cek yang tidak dipakai dimusnahkan.

8. Kecurangan pengadaan barang/jasa

a. Otorisasi yang tepat dan dipatuhi dalam pelaksanaannya.

b. Kompetensi personel yang terlibat pengadaan dan pemisahan fungsi yang harus dilaksanakan.

c. Pengadaan barang/jasa harus berdasarkan permintaan calon pemakai. d. Setiap permintaan barang/jasa harus jelas jumlahnya, kualitas/spesifikasi

teknisnya dan waktu pengadaannya dengan memperhatikan sisa barang yang masih ada.

e. Realisasi pengadaannya dilakukan secara kompetitif dan taat aturan. f. Setiap penerimaan barang dihitung dengan teliti dan diperiksa

kualitas/spesifikasi teknisnya oleh petugas yang kompeten dan dibandingkan dengan kontrak atau dokumen pengadaannya.

g. Pencatatan transaksi dilakukan dengan tepat dalam jumlah dan waktu. h. Dilakukan review internal pada setiap proses pengadaannya.

i. Dilakukan penelitian atas adanya konflik/pertentangan kepentingan. j. Dibuka media pengaduan dari rekanan atau pemasok.

k. Ada ketentuan yang mengatur tindak lanjut setiap pelanggaran atau penyimpangan dan dipantau pelaksanaannya.

Menurut Tunggal (2013:126-127), kecurangan dapat dicegah oleh manajemen dengan mengimplementasikan pengendalian internal yang baik sebagai berikut:

1. Memberikan insentif atau benefit yang cukup memadai. 2. Penyerderhanaan struktur organisasi.

3. Adanya internal check antara beberapa bagian yang berhubungan dengan memperhatikan pemisahan fungsi berikut:

a. Membuat atau menyetujui transaksi b. Melaksanakan transaksi

c. Membukukan transaksi

4. Supervisi atau pengawasan yang cukup.

5. Evaluasi dari kewajaran transaksi hubungan istimewa (related party transaction).

6. Adanya rotasi pegawai.

7. Diwajibkan setiap pegawai untuk menggunakan hak cutinya dan selama itu pekerjaan dikerjakan oleh orang lain.

8. Tindakan yang tegas atau berat bagi setiap pelaku kecurangan.

9. Adanya pelaksana yang kompeten (ahli dibidangnya) dan dapat dipercaya dengan garis dan kewajiban yang jelas.

10.Tersedianya catatan dan dokumen yang memadai.

11.Adanya pengendalian secara fisik terhadap setiap aset serta catatan perusahaan.

a. Pemberian uang, hadiah atau jasa setiap orang atau perusahaan kepada siapa perusahaan melakukan bisnis.

b. Penggunaan informasi perusahaan untuk tujuan pribadi.

c. Penggunaan waktu perusahaan atau fasilitas untuk kepentingan pribadi. d. Ikut serta dalam manajemen (secara langsung) pada setiap perusahaan

swasta.

e. Meminjamkan kepada pegawai.

14.Melakukan asuransi kerugian atau kehilangan

Dapat dikemukakan bahwa berbagai bentuk kecurangan dapat terjadi dilingkungan perusahaan, baik sifatnya sederhana maupun sudah komplek. Pengetahuan dan pemahaman mengenai berbagai bentuk kecurangan perlu diketahui dan dipahami dengan baik sehingga dapat ditetapkan langkah antisipasinya dengan menerapkan pengendalian internal secara handal dan kompeten, sehingga berbagai bentuk kecurangan yang dapat dilakukan oleh pribadi atau kelompok diperusahaan dapat dihindari semaksimal mungkin. 2.2. Penelitian Terdahulu

Berikut ini disajikan beberapa penelitian terdahulu yang mempunyai relevansi dengan penelitian yang dilakukan, seperti disajikan pada tabel di bawah ini:

No Nama & Judul Hasil Tahun 1 Hamel (2013) Evaluasi Sistem Pengendalian Intern Terhadap Piutang pada PT. Nusantara Surya Sakti

Hasil menunjukkan bahwa penerapan pengendalian intern terhadap piutang usaha pada PT. Nusantara Surya Sakti Amurang cukup efektif. Hal ini terlihat dari diterapkan unsur pengendalian intern piutang usaha yang layak dan memadai ditunjang dengan kebijakan dan prosedur pemberian kredit yang baik. Aktivitas pengendalian perlu adanya pemisahan tugas antara bagian pembukuan dan bagian penerimaan kas dan fungsi pemeriksaan audit internal harus lebih ditingkatkan

2 Nadlifah (2013)

Evaluasi pengendalian internal penerimaan kas dan piutang usaha studi pada perusahaan timbangan PT.

Panggung Baru Semarang

Hasil menunjukkan bahwa pengendalian internal penerimaan kas dan piutang usaha PT. Panggung Baru Semarang belum memenuhi unsur pengendalian internal yang memadai, karena tidak adanya pemisahan tugas untuk fungsi penagihan, fungsi penerimaan kas, dan fungsi akuntansi, kasir yang tidak diasuransikan dan tidak terdapat perputaran jabatan sehingga penyelewengan mungkin dapat terjadi Penelitian Terdahulu

2.3. Kerangka Konseptual

Dokumen terkait