• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana

II- 7 3) Pengendalian daya dukung dan daya tampung lingkungan, pemulihan

8. Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana

Upaya Pembangunan di bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana selama kurun waktu 2016 - 2021 menujukkan kecenderungan meningkat. Pembangunan di bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana dalam rangka pengendalian jumlah penduduk baik alami maupun migrasi serta meningkatkan capaian indikator Keluarga Berencana.

Indikator yang digunakan oleh Pemerintah Kota Surakarta dalam pengendalian penduduk adalah jumlah anak dalam keluarga. Selama kurun waktu 2016 - 2021 rata-rata jumlah anak dalam keluarga turun dari 1,86 orang menjadi 1,21 orang pada tahun 2021. Kondisi ini perlu dipertahankan agar tidak kembali naik dan menyebabkan ledakan jumlah penduduk yang berdampak pada kehidupan sosial masyarakat kedepan.

Cakupan peserta KB aktif di Kota Surakarta mengalami penurunan, pada tahun 2016 peserta KB aktif sebesar 89,33% turun menjadi 71,69%

pada tahun 2021. Persentase unmet need selama kurun waktu 2016 - 2021 cenderung meningkat. Pada tahun 2016 angka unmet need sebesar 10,53%

dan pada tahun 2021 naik menjadi sebesar 17,23%. Hal tersebut perlu mendapatkan perhatian dikarenakan persentase unmet need juga menjadi indikator dalam tujuan SDG’s ke-3 dan 5. Selain itu, indikator SDG’s tujuan ke-5 persentase usia perempuan PUS kurang dari 20 tahun, menunjukan

IV - 66 penurunan yang signifikan dari 2,94% di Tahun 2016 menjadi 0,33% di Tahun 2021, hal tersebut dilatarbelakangi dengan meningkatnya pemahaman perempuan terkait pernikahan usia muda. Secara lengkap perkembangan capaian indikator di bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.24

Capaian Indikator Urusan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Surakarta Tahun 2016 – 2021

INDIKATOR SATUAN

KINERJA

2016 2017 2018 2019 2020 2021

(TW II) Laju Pertumbuhan Penduduk jiwa 0,19 1,22 0,7 0,5 0,54 0,54 Rata-rata jumlah anak per

keluarga orang 1,86 1,21 1,214 1,2 1,21 1,21

Cakupan pasangan usia subur yang istrinya berusia dibawah 20 tahun

% 2,94 0,32 0,34 0,34 0,33 0,33

Cakupan penyediaan alat dan obat kontrasepsi untuk memenuhi permintaan masyarakat

% 10 100 100 100 100 100

Cakupan PUS peserta KB Anggota Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) yang ber-KB

% 76,01 70,27 58,75 73,66 74,77 74,77

Cakupan anggota Bina

Keluarga Balita (BKB) aktif % 77,22 76,67 76 100 76,20 76,20 Rasio petugas lapangan

KB/penyuluh KB (PLKB/PKB) di setiap desa/kelurahan

rasio 82,4 76,5 72,6 68,5 68,51 68,51

Cakupan penyediaan informasi data mikro keluarga di setiap desa/kelurahan

% 100 100 100 100 100 100

Persentase usia kawin pertama perempuan usia lebih dari 21 tahun

% NA NA 71,13 71,14 71,28 71,28

Persentase Peserta Aktif MKJP % 0,00 29,64 29,99 31,30 31,83 31,83 Persentase peserta KB Baru % 9,43 10,43 8,97 7,30 7,152 7,152

INDIKATOR SATUAN

KINERJA

2016 2017 2018 2019 2020 2021

(TW II) Jumlah kampung KB yang

terbentuk kampung

kb 1 5 10 12 17 17

Persentase PIK-R/M yang aktif memberrikan pelayanan Konseling

% NA 30 40 60 70 70

Cakupan pasangan usia subur yang ingin ber-KB tidak terpenuhi (Unmet need) (Tujuan 3 dan Tujuan 5)

% 10,53 12,07 22,97 19,12 17,23 17,23

Cakupan peserta KB aktif

(Tujuan 3) % 79,33 77,23 64,77 68,21 71,69 71,69

9. Perhubungan

Pembangunan infrastruktur jaringan transportasi mempunyai peranan penting. Ketersediaan aksesibilitas ataupun keterjangkauan pelayanan infrastruktur transportasi dapat lebih mempererat keterhubungan antarwilayah maupun pemerataan pembangunan wilayah.

Transportasi juga mendukung perkembangan kota dan wilayah sebagai sarana penghubung maupun titik simpul distribusi.

Terminal bus merupakan prasarana jalan untuk keperluan menurunkan dan menaikkan penumpang, perpindahan intra dan/atau antarmoda transportasi serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum. Kota Surakarta tahun 2021 memiliki fasilitas sarana perhubungan berupa 1 buah terminal bus tipe A dan 3 buah terminal tipe C. Jumlah terminal yang ada di Kota Surakarta ini sudah dapat memenuhi kebutuhan terminal sebesar 100%.

Angkutan umum yang akan dioperasikan di jalan wajib memiliki pengujian agar memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan. Kondisi dimaksudkan menjamin keselamatan penumpang angkutan umum dan menjaga keseimbangan ekosistem lingkungan. Jumlah uji KIR angkutan umum tahun 2016 - 2021 mengalami perkembangan dari 3.254 unit tahun 2016, kemudian turun menjadi 1980 unit di tahun 2021. Persentase kepemilikan KIR angkutan umum menunjukan penurunan tahun 2016

IV - 68 sebesar 76,71%, tahun 2021 menurun menjadi 73,47%. Proses uji KIR angkutan umum ini sebenarnya tidak memerlukan waktu panjang, prosesnya hanya membutuhkan waktu 45 menit. Biaya pengujian kelayakan angkutan umum tahun 2021 meliputi : JBB 2100 : Rp.90.000, JBB 2101 s/d 3500 : Rp. 90.000, JBB 3501 s/d 8000 : Rp. 110.000, JBB 8001 s/d 15000 : Rp.110.000, JBB 15000 ke atas : Rp.110.000, Gandengan : Rp 110.000, dan Tempelan : Rp. 110.000.

Bertambahnya jumlah kendaraan bermotor yang beroperasi di jalan raya tidak dipungkiri telah turut menyumbang pencemaran udara. Hal tersebut tentunya perlu upaya dan antisipasi dari Pemerintah Kota Surakarta. Sebagai salah satu upaya pengendalian kualitas udara ambien di jalan raya adalah dengan mengendalikan emisi gas buang dari kendaraan bermotor. Persentase kendaraan umum yang memenuhi ambang batas emisi gas buang (lulus uji emisi) di Kota Surakarta mengalami penurunan.

Tahun 2016 sebanyak 76,71% kendaraan lulus uji emisi, tahun 2021 sebanyak 73,74% kendaraan lulus uji emisi. Sementara itu untuk kendaraan pribadi yang lulus uji emisi sampai dengan 2020 mencapai 20,6%.

Penurunan lulus uji emisi pada kendaraan umum patut mendapatkan perhatian mengingat indikator tersebut juga menjadi indikator dalam tujuan 9 SDG;s yaitu infrstruktur yang tangguh, meningkatkan industri inklusif dan berkelanjutan serta mendorong inovasi. Indikator lainnya pada Tujuan ke-11 yaitu persentase operasional koridor BST mengalami pertumbuhan tinggi dari 14,29% di Tahun 2016 menjadi 80% di Tahun 2021.

Tersedianya angkutan umum yang melayani wilayah yang telah tersedia jaringan jalan untuk jaringan jalan Kota menunjukan penurunan tahun 2016 terdapat 270 angkutan umum yang melayani wilayah di Kota Surakarta, tahun 2021 jumlah angkutan umum menurun menjadi 111 unit.

Penurunan angkutan umum ini salah satunya disebabkan karena menurunnya jumlah penumpang, Saat ini tersedia beberapa jenis sarana angkutan umum yang lebih menarik minat penumpang seperti taksi online dan ojek online, hal ini berdampak pada penurunan pengguna angkutan umum. Sehingga pemerintah juga harus mengoptimalkan penggunaan

teknologi informasi dalam implementasi BST sebagai andalan transportasi publik pemerintah.

Sementara itu ketersediaan perlengkapan jalan yang tersedia di Kota Surakarta meliputi rambu, marka, guardrail, dan penerangan jalan umum tahun 2016 - 2021 mengalami peningkatan. Perkembangan selengkapnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 4.25

Capaian Indikator Urusan Perhubungan Kota Surakarta Tahun 2016 – 2021

INDIKATOR SATUAN

KINERJA

2016 2017 2018 2019 2020 2021 (TW

II) 1. Persentase operasional

koridor BST yang terlayani

% 14,29 67,62 73,33 73,33 80 80

2. Rambu (unit) Unit 2510 2802 3062 3346 3376 3376

3. Ketersediaan

rambu-rambu lalu lintas rasio 2510:

4247 2802:

4247 3062 :

4247 3346 :

4247 3376:42

47 3376:424 7 4. Marka (unit) Unit 436.780 436.780 436.780 436.780 436870 436870 5. Jumlah Terminal Bis Tipe

A (unit) Unit 1 1 1 1 1 1

6. Jumlah Terminal Bis Tipe

C (unit) Unit 2 2 3 3 3 3

7. Jumlah uji KIR angkutan

umum Unit 3.254 3.089 2.824 2.785 1980 1980

8. Persentase kepemilikan

KIR angkutan umum % 76,71 72,82 73,02 73,21 73,47 73,47

9. Lama pengujian kelayakan angkutan umum (KIR)

Menit 45’ 45’ 45’ 45’ 45’ 45’

10. JBB 2100 Rp. 35.000 35.000 35.000 35.000 90.000 90.000

11. JBB 2101 s.d. 3500 Rp. 40.000 40.000 40.000 40.000 90.000 90.000 12. JBB 3501 s.d. 8000 Rp. 45.000 45.000 45.000 45.000 110.000 110.000 13. JBB 8001 s.d. 15000 Rp. 55.000 55.000 55.000 55.000 110.000 110.000 14. JBB 15000 ke atas Rp. 60.000 60.000 60.000 60.000 110.000 110.000 15. Gandengan Rp. 50.000 50.000 50.000 50.000 110.000 110.000 16. Tempelan Rp. 50.000 50.000 50.000 50.000 110.000 110.000 17. Tersedianya unit

pengujian kendaraan

bermotor bagi

Kabupaten/ Kota yang

Unit 1 2 2 2 2 2

IV - 70

INDIKATOR SATUAN

KINERJA

2016 2017 2018 2019 2020 2021 (TW

II) memiliki populasi

kendaraan wajib uji Perhubungan Bermotor minimal 4000 (empat ribu) kendaraan wajib uji.

18. Jumlah angkutan kota Unit 270 247 247 247 111 111

19. Tersedianya angkutan umum yang melayani wilayah yang telah tersedia jaringan jalan untuk jaringan jalan Kota

unit 270 247 247 247 111 111

20. Jumlah armada yang memiliki ijin trayek angkutan kota

Unit 1.054 1.019 247 247 111 111

21. Tersedianya halte pada setiap Kabupaten/Kota yang telah dilayani angkutan umum dalam trayek (%)

% 60,1 81,18 102,12 100,12 101,12 101,12

22. Persentase kendaraan umum yang memenuhi ambang batas emisi gas buang (Lulus uji emisi)

% 76,71 72,82 73,02 73,21 73,74 73,74

23. Persentase kendaraan pribadi yang lulus emisi gas buang

% 89,36 90,5 92,8 95,2 20,6 20,6